Gambaran Faktor Risiko Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak Di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

1. Nama : Betty Arnitasari Nababan

2. NIM : 110100291

3. Tempat/tanggal lahir : Rantau Prapat, 26 Agustus 1993 4. Agama : Kristen Protestan

5. Alamat : Jalan Cinta Karya Gang Subur 1 No. 14 Medan 6. Telepon / Handphone : 081397031390

7. Alamat email : nababanbetty@ymail.com 8. Orangtua

Ayah : Torang Nababan, S.H

Ibu : Rita Rusmida Sianturi, Am.Keb 9. Riwayat pendidikan :

- TK Santo Antonius Medan 1997-1999 - SD. No 116897 Hapoltakan Nauli 1999-2005

- SMPN 3 Medan 2005-2008

- SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan 2008-2011 - Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara2011-sekarang 10. Riwayat Pelatihan :

-Peserta Seminar dan Workshop Radiographic Interpretation in Disease of the Chesttahun 2013

-Peserta Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU tahun 2013 - Panitia Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU tahun 2014


(2)

OUTPUT Data Hasil Analisa Statistik

a. Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan Anak Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

L 49 68,1 68,1 68,1

P 23 31,9 31,9 100,0

Total 72 100,0 100,0

BeratBadanLahir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<2500 9 12,5 12,5 12,5

2500-4000 57 79,2 79,2 91,7

>4000 6 8,3 8,3 100,0

Total 72 100,0 100,0

BBL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

2100,0 3 4,2 4,2 4,2

2300,0 2 2,8 2,8 6,9

2400,0 3 4,2 4,2 11,1

2500,0 4 5,6 5,6 16,7

2600,0 2 2,8 2,8 19,4

2800,0 5 6,9 6,9 26,4

2900,0 2 2,8 2,8 29,2

3000,0 19 26,4 26,4 55,6

3200,0 9 12,5 12,5 68,1

3300,0 1 1,4 1,4 69,4

3400,0 3 4,2 4,2 73,6

3500,0 9 12,5 12,5 86,1


(3)

3800,0 3 4,2 4,2 91,7

4000,0 3 4,2 4,2 95,8

4200,0 1 1,4 1,4 97,2

4500,0 1 1,4 1,4 98,6

4800,0 1 1,4 1,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Aceh 3 4,2 4,2 4,2

Batak 32 44,4 44,4 48,6

Jawa 32 44,4 44,4 93,1

Melayu 4 5,6 5,6 98,6

Padang 1 1,4 1,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

Penyakit Jantung Bawaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Sianotik 25 34,7 34,7 34,7

Asianotik 47 65,3 65,3 100,0

Total 72 100,0 100,0

PJB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

ASD 8 11,1 11,1 11,1

AVSD 1 1,4 1,4 12,5

DORV 2 2,8 2,8 15,3

PDA 10 13,9 13,9 29,2


(4)

TOF 18 25,0 25,0 61,1

VSD 28 38,9 38,9 100,0

Total 72 100,0 100,0

PekerjaanAyah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Berpenghasilan Tetap 17 23,6 23,6 23,6

Berpenghasilan Tidak Tetap 55 76,4 76,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

PekerjaanIbu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Berpenghasilan Tetap 9 12,5 12,5 12,5

Berpenghasilan Tidak Tetap 63 87,5 87,5 100,0

Total 72 100,0 100,0

PendidikanAyah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rendah 55 76,4 76,4 76,4

Tinggi 17 23,6 23,6 100,0

Total 72 100,0 100,0

PendidikanIbu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rendah 54 75,0 75,0 75,0


(5)

Total 72 100,0 100,0

b. Faktor Risiko Prenatal dengan kejadian Penyakit Jantung Bawaan UsiaIbuHamil

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<20 21 29,2 29,2 29,2

20-30 50 69,4 69,4 98,6

>30 1 1,4 1,4 100,0

Total 72 100,0 100,0

UsiaKandungan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Premature 5 6,9 6,9 6,9

Mature 59 81,9 81,9 88,9

Postmature 8 11,1 11,1 100,0

Total 72 100,0 100,0

MemeriksakanKandungan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Jarang 10 13,9 13,9 13,9

Sering 45 62,5 62,5 76,4

Tidak Pernah 17 23,6 23,6 100,0


(6)

PenyakitMetabolik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Diabetes Melitus 7 9,7 9,7 9,7

Hipertensi 13 18,1 18,1 27,8

Tidak Ada 52 72,2 72,2 100,0

Total 72 100,0 100,0

Obat-obatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 39 54,2 54,2 54,2

Tidak 33 45,8 45,8 100,0

Total 72 100,0 100,0

Merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 8 11,1 11,1 11,1

Tidak 64 88,9 88,9 100,0

Total 72 100,0 100,0

Alkohol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 3 4,2 4,2 4,2

Tidak 69 95,8 95,8 100,0


(7)

RiwayatPenyakitJantung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 16 22,2 22,2 22,2

Tidak 56 77,8 77,8 100,0

Total 72 100,0 100,0

RiwayatMeninggalMendadak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 10 13,9 13,9 13,9

Tidak 62 86,1 86,1 100,0


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, G., 2009. Penyakit Jantung Bawaan, In: Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang., Alwi, Idrus., Simadibrata K., Marcellus, Setiati Seto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed 5, Jakarta: InternalPublishing: 1779-1789.

Arief, I., 2007. Faktor Risiko dan Tanda-tanda Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan: 1-10.

Bernstein, D., 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Saunders Elsevier, Philadelphia: 1828 – 1928.

Fung, A., Manlhiot, C., Naik, S., Rosenberg, H., Smythe, J., Mondal, T., etal.,2013. Impact of Prenatal Risk Factors on Congenital Heart Disease in the Current Era. American Heart Association: 1-12.

Fyler, D.C., 1996. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Harimurti, G., 1996. Penelitian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru Lahir di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia.

Hariyanto, D., 2012. Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang Januari 2008-Februari 2011. Sari Pediatri, 14(3), pp. 152-154.


(9)

Hinton, R., 2013. Genetic and Environmental Factors Contributing to Cardiovascular Malformation: A Unified Approach to Risk. American

Heart Assosiation: 1-3. Diunduh dari:

Hoffman, Julien I. E. 2009. The Natural and Unnatural History of Congenital Heart Disease. West Sussex: Wiley-Blackwell.

Khairy, P., Ouuyang, D.W., Fernandes, S.M., Aviva, L.P., Katherine, E.E., and Landzberg, M.J., 2006. Pregnancy Outcomes in Women With Congenital Hearth Disease. American Heart Association: 517-524. Diunduh dari:

Kumala, E. E. I., 2012. Perbedaan Status Gizi Pada Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Dan Asianotik, Semarang: Universitas Diponegoro.

Kumar, Contran. 2012. Buku Ajar Patologi Robbins vol. 2. Ed 20. Jakarta: EGC.

Mochtar, Anantyo., dan Kristanto, Herman. 2008. Ilmu Kebidanan. Ed 4. Jakarta: 685-692.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: 115-130.

Ontoseno, Teddy. 2006. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan yang Kritis pada Neonatus. Diunduh dari: 2014].


(10)

Primasari, D., Soetadjiz, A., dan Pramono, D., 2011 Perbedaan Perkembangan pada Anak DenganPenyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Non-Sianotik.

Diunduh dari:

Rahmad, K.B. dan Rachmat, J., 1994. Bedah Jantung pada Penyakit Jantung Bawaan. Dalam: Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 501 – 519.

Rahayuningsih, S. E., 2013. Transposisi Arteri Besar: Anatomi, Klinik, Kelainan Penyerta, dan Tipe. Sari Pediatri, 14(6), pp. 357-362.

Rahmawati, N.A., 2011. Hubungan Penyakit Jantung Bawaan Dengan Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun di Unit Perawatan Jantung RS DR.

Kariadi Semarang. Diunduh dari:

Rudolph, A.M., Hoffman, J.I.E., dan Rudolph, C.D., 2007. Buku Ajar Pediatrik Rudolph. Ed 20. Jakarta: EGC: 715-736.

Rukmono,. Himawan, Sutisna,. 2006. Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomik. FKUI: 62-64.

Sani, M.U., Mukhtar, Y.M., Karaye, K.M., 2007. Spectrum of Congenital Heart Disease in a Tropical Environment: An Echocardiography Study. Journal of The medical Association 99 (6): 665 – 669.


(11)

Sastroasmoro, S. dan Madiyono, B. 1994. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Jantung Bawaan. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 165 – 173.

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed 3. Jakarta: Sagung Seto: 130-145.

Sayasthid, J., Tantiwongkosri, K., and Somboonna, N. 2009. Unrecognized Congenital Heart Disease among Thai Children. J Med Assoc Thai 92 (3): 356 – 359.

Situmorang, C. 2011. Hubungan Sindroma Down dengan Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, dan Faktor Lingkungan: 1-9.

Soedarmo, S. dan Poorwo, S. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ed 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia: 122-127.

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: 186-187.

Wu, M.H. 2010. Prevalence of Congenital Heart Disease at Live Birth in Taiwan. The Journal of Pediatrics.


(12)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

3.2 Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian adalah sebagai berikut: Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Penyakit Jantung Bawaan adalah segala jenis PJB yang

terdiagnosa

Wawancara Kuesioner

Non-sianotik (Defek Sekat Atrium, Defek Sekat Ventrikel, Defek Sekat Atrioventrikular

is, Duktus Nominal 1. Umur Ibu Hamil

2. Jenis kelamin 3. Usia Kehamilan

4. Berat Badan Bayi Lahir 5. Obat-obatan

6. Alkohol 7. Merokok

8. Penyakit Metabolik 9. Infeksi

10.Riwayat keluarga

Penyakit Jantung Bawaan


(13)

pada anak Arteriosus Persisten, dan lain-lain), Sianotik ( Tetralogi Fallot, Transposisi Arteri Besar, Trunkus Arteriosus, dan lain-lain). Umur adalah usia Ibu saat hamil dengan anak PJB

Wawancara Kuesioner < 20 tahun 20-30Tahun > 30 tahun

Interval

Jenis Kelamin anak dengan PJB

Wawancara Kuesioner Laki-laki Perempuan Nominal Usia Kehamilan adalah usia kandungan ibu dengan anak PJB Wawancarr a

Kuesioner Prematur 20-37 minggu Normal 38-40 minggu Postmatur >40 minggu Interval Berat Badan Bayi Lahir anak dengan PJB Wawancara dan Rekam Medis

Kuesioner < 2500 kg 2500-4000 kg > 4000 kg

Rasio


(14)

adalah riwayat konsumsi obat-obatan (selain vitamin untuk ibu hamil) selama masa kehamilan anak dengan PJB

Wawancara Kuesioner Ada

mengkonsumsi Tidak ada mengkonsumsi Nominal Alkohol adalah riwayat penggunaan alkohol selama masa kehamilan anak dengan PJB

Wawancara Kuesioner Ada

mengkonsumsi Tidak ada Mengkonsumsi Nominal Merokok adalah penggunaan rokok selama masa kehamilan dengan anak PJB

Wawancara Kuesioner Ada merokok

Tidak ada merokok

Nominal


(15)

Metabolik adalah penyakit penyerta pada Ibu selama masa kehamilan dengan anak PJB

Wawancara Kuesioner Diabetes Melitus, Hipertensi Nominal Infeksi Virus adalah penyakit akibat inveksi virus yang dialami Ibu selama masa hamil

Wawancara Kuesioner Toxoplasma gondii, Rubella, Cyto megallo, Herpes Simpleks Virus, HIV Nominal Riwayat Keluarga adalah keluarga didapat PJB dan meninggal mendadak akibat gangguan kardiovaskul er

Wawancara Kuesioner Ada Tidak ada


(16)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional untuk mengetahui gambaran faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Juli-November 2014. Rumah Sakit ini dipilih karena peneliti melihat banyaknya variasi pasien yang rawat jalan dan rawat inap yang dapat diteliti.

4.3Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

4.3.1.1. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung bawaan rawat inap dan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik.

4.3.1.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung bawaan yang terdapat di RSUP H. Adam Malik Medan pada Juli-November 2014.

4.3.2 Sampel

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling, peneliti memasukkan semua pasien anak yang memenuhi kriteria inklusi.


(17)

4.3.2.1Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Semua orangtua dari anak yang menderita penyakit jantung bawaan yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli-November 2014 2. Orang tua (Ayah dan atau Ibu kandung) bersedia mengikuti penelitian

dibuktikan dengan menandatangani lembar informed consent. b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Orang tua (Ayah dan atau Ibu kandung) tidak lengkap memberikan informasi dalam penelitian.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tentang faktor risiko penyakit jantung bawaan pada anak secara langsung di tanyakan dengan wawancara pada orang tua anak yang mengalami penyakit jantung bawaan.

4.5Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, data akan diolah melalui beberapa langkah sebagai berikut.

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan mewawancara ulang responden.


(18)

Setelah dilakukan editing data, data yang sudah diedit akan diberi kode pada setiap jawaban yang diberikan untuk memudahkan proses pengolahan data. Misalnya dengan mengubah data yang berbentuk kalimat ke dalam data numerik atau angka.

c. Entri

Pada langkah ini, data yang sudah diedit dan diberi kode dimasukkan ke dalam komputer dengan menggunakan bantuan program SPSS for window.

d. Cleaning Data

Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entri, agar terlihat adanya kesalahan atau tidak. Mungkin dapat terjadi kesalahan pada saat mengentri data.

e. Saving

Proses penyimpanan data untuk siap dianalisis.

4.5.2 Analisa Data

Analisis data dibantu dengan menggunakan SPSS kemudian ditampilkan dalam tabel frekuensi.


(19)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik Jantung Anak lantai 2 dan ruang Rawat Inap Anak Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bunga Lau No.17, Medan. Adapun rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990 untuk daerah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/IX/ 1991 tanggal 6 September 1991.

5.1.2. Karakteristik Anak Responden

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 72 sampel. Semua data sampel diambil dari data primer, yaitu dengan mengisi kuesioner dan wawancara langsung orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung bawaan dari periode Juni sampai November 2014.

Berdasarkan jenis kelamin anak responden yang terbanyak adalah laki-laki 49 orang (68,1%), sedangkan perempuan 23 orang (31,9%) seperti yang terdapat pada Tabel 5.1.

Terdapat anak responden dengan berat bayi lahir terendah adalah 2100gram, dan berat bayi lahir besar dengan berat 4800gram. Anak responden mengalami penyakit jantung bawaan dengan berat bayi lahir <2500gram sebanyak 9 orang (12,5%), sedangkan berat bayi lahir 2500-4000 terdapat 57 orang (79,2%) dan berat bayi lahir >4000 terdapat 6 orang (8,3%).

Sebagian besar penyakit jantung yang dialami anak responden ialah asianotik sebanyak 48 orang (65,3%) seperti Defek Septum Ventrikel 28 orang


(20)

(38,9%), Duktus Arteriosus Persisten 10 orang (13,9%), Defek Septum Atrium 8 orang (11,1%) dan Defek Septum Atrium Ventrikel 1 orang (1,4%).

Tabel 5.1 Distribusi Anak Responden berdasarkan Karakteristik Penyakit Jantung

Bawaan pada Anak

Karakteristik Anak Responden n (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Berat Bayi Lahir <2500 gram

2500-4000 gram >4000 gram

Penyakit Jantung Bawaan Sianotik TOF TGA VKBKG Asianotik DSV DAP DSA DSAV Suku/Ras Aceh Batak Jawa Melayu Padang 49 (68,1) 23 (31,9)

9 (12,5) 57 (79,2) 6 (8,3)

18 (25,0) 5 (6,9) 2 (2,8)

28 (38,9) 10 (13,9) 8 (11,1) 1 (1,4)

3 (4,2) 32 (44,4) 32 (44,4) 4 (5,6) 1 (1,4)

* TOF (Tetralogi of Fallot), TAB (Transposisi Arteri Besar), VKBKG (Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda), DSV (Defek Septum Ventrikel), DAP (Defek


(21)

Arteriosus Persisten, DSA (Defek Septum Atrium), DSAV (Defek Septum Atrium Ventrikel).

Sedangkan penyakit jantung bawaan sianotik yang dialami oleh 25 orang (34,7%), seperti Tetralogi of Fallot 18 orang (25,0%), Transposisi Arteri Besar 5 orang (6,9%), dan Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda 2 orang (2,8%). Distribusi anak responden menurut jenis penyakit jantung bawaaan yang dialami dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 5.1).

Suku anak responden yang terbanyak mengalami penyakit jantung bawaan ialah suku Batak 32 orang (44,4%), kemudian suku Jawa 32 orang (44,4%), responden dengan suku Melayu 4 orang (5,6%), dan suku Padang 1 orang (1,4%). Distribusi anak responden menurut suku dengan penyakit jantung bawaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 5.1).

Dalam tabel 5.2 dapat dilihat distribusi anak responden menurut pekerjaan orangtua di dapat dengan pekerjaan ayah didominasi wiraswasta 41 orang (56,9%), petani 13 orang (18,1%), PNS 13 orang (18,1%), TNI/POLRI 3 orang (4,2%), dan nelayan 2 orang (2,8%). Sementara pekerjaan ibu didominasi oleh ibu rumah tangga 46 orang (63,9%0, wiraswasta 10 orang (13,9%), PNS 9 orang (12,5%), dan petani 7 orang (9,7%).

Jika dilihat dari distribusi pendidikan terakhir ayah, tingkat Sekolah Dasar 9 orang (12,5%), Sekolah Menengah Pertama 16 orang (22,2%), mayoritas Sekolah Menengah Atas 30 orang (41,7%), setingkat Diploma 3 ada 3 orang (4,2%), dengan pendidikan Sarjana 1 terdapat 13 orang (18,1%) dan Sarjana 2 terdapat 1 orang (1,4%). Dan jika dilihat dari pendidikan terakhir ibu yang mayoritas setingkat Sekolah Menengah Atas 30 orang (41,7%), yang terendah Sekolah Dasar 10 orang (13,9%).


(22)

Tabel 5.2. Distribusi Anak Responden berdasarkan Profil Orang Tua

Profil Orang Tua Anak PJB n(%)

Pekerjaan Ayah Nelayan Petani PNS TNI/POLRI Wiraswasta Pekerjaan Ibu

Ibu Rumah Tangga Petani PNS Wiraswasta Pendidikan Ayah SD SMP SMA D3 S1 S2 Pendidikan Ibu SD SMP SMA D3 S1 S2

2 (2,8) 13 (18,1) 13 (18,1) 3 (4,2) 41 (56,9)

46 (63,9) 7 (9,7) 9 (12,5) 10 (13,9)

9 (12,5) 16 (22,2) 30 (41,7) 3 (4,2) 13 (18,1) 1 (1,4)

10 (13,9) 14 (19,4) 30 (41,7) 6 (8,3) 11 (15,3) 1 (1,4)

5.1.3. Faktor Risiko Prenatal dengan kejadian Penyakit Jantung Bawaan

Faktor risiko prenatal adalah faktor yang terjadi mempengaruhi sebelum kehamilan sampai dengan usia kehamilan 28 minggu (Rahmawati, 2011). Faktor


(23)

prenatal yang diteliti adalah usia ibu saat hamil, usia kandungan ibu, kebiasaan ibu memeriksakan kandungannya, penyakit metabolik yang di derita ibu, konsumsi obat-obatan, alkohol, riwayat keluarga yang mengalami penyakit jantung bawaan, dan riwayat keluarga yang meninggal mendadak. Distribusi responden menurut faktor risiko prenatal terhadap anak dengan penyakit jantung bawaan dapat dilihat dari tabel di bawah (Tabel 5.3).

Dalam penelitian ini di dapat mayoritas usia saat ibu hamil dengan anak penyakit jantung bawaan adalah 20-30 tahun sebanyak 50 orang (69,4%), ditemukan juga dengan usia ibu hamil <20 tahun 21 orang (29,2%), dan usia >30 tahun 1 orang (1,4%).

Pada Tabel 5.3 dapat dilihat distribusi responden menurut usia kandungan ibu dengan penyakit jantung bawaan bahwa ibu dengan usia kandungan prematur (20-37 minggu) ada 5 orang (6,9%), ibu denngan usia kandungan yang matur (38-40 minggu) teradapat 59orang (81,9%), dan usia kandungan ibu yang postmatur (>40 minggu) 8 orang (11,1%).

Frekuensi ibu yang tidak pernah memeriksakan kandungannya ke tenaga kesehatan medis di dapat 17 orang (23,6%) dan yang jarang (<3 kali) ada 10 orang (13,9%). Sementara itu kebiasaan ibu yang sering memeriksakan kandungannya (>3 kali) di dapat 45 orang (62,5%). Pada penyakit metabolik yang di alami ibu dengan anak yang mengalami penyakit jantung bawaan di dapat 7 orang (9,7%) menderita diabetes melitus, kemudian 13 orang (18,1%) yang menderita hipertensi, dan 52 orang (72,2%) dikatakan tidak menderita penyakit metabolik keduanya.

Didapat distribusi responden dengan ibu yang mengkonsumsi obat-obatan saat mengandung 39 orang (54,2%), dan yang tidak mengkonsumsi obat-obatan 33 orang (45,8%). Sementara itu ibu dengan kebiasaan merokok terdapat 8 orang (11,1%), dan yang tidak merokok 64 orang (88,9%). Selain itu terdapat 3 orang (4,2%) ibu yang mempunyai kebiasaan meminum alkohol, dan 69 orang (95,8%) ibu yang tidak meminum alkohol.


(24)

Tabel 5.3. Distribusi Responden menurut Faktor Risiko Prenatal dengan anak PJB

Faktor Risiko Prenatal n (%)

Usia Ibu saat Hamil <20 tahun

20-30 tahun >30 tahun

Usia Kandungan Ibu Premature Mature Postmature Memeriksakan Kandungan Jarang Sering Tidak Pernah

Penyakit Metabolik Ibu Diabetes Melitus Hipertensi Tidak ada Obat-obatan Ada mengkonsumsi Tidak ada Merokok Ada merokok Tidak ada merokok Alkohol

Ada mengkonsumsi Tidak ada

21 (29,2) 50 (69,4) 1 (1,4)

5 (6,9) 59 (81,9) 8 (11,1)

10 (13,9) 45 (62,5) 17 (23,6)

7 (9,7) 13 (18,1) 53 (72,2)

39 (54,2) 33 (45,8)

8 (11,1) 64 (88,9)

3 (3,0) 69 (95,8)


(25)

Dan pada Tabel 5.4 juga dapat dilihat distribusi responden menurut riwayat penyakit jantung bawan yang dialami keluarga 16 orang (22,2%), dan yang tidak menderita hal yang sama didapat 56 orang (77,8%). Selain itu riwayat keluarga yang meninggal mendadak 10 orang (13,9%), dan distribusi responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga meninggal mendadak didapat 62 orang (86,1%).

Tabel 5.4. Distribusi Anak Responden berdasarkan Riwayat Keluarga

Riwayat Keluarga n (%)

Penyakit Jantung Bawaan Ya, ada

Tidak ada

Meninggal mendadak Ya, ada

Tidak ada

16 (22,2) 56 (77,8)

10 (13,7) 62 (86,1)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Berdasarkan Karakteristik Anak Responden dengan Penyakit Jantung Bawaan

Berdasarkan Tabel 5.1. didapat distribusi anak responden menurut jenis kelamin bahwa anak laki-laki 49 orang (68,1%) mengalami penyakit jantung bawaan yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan (31,9%) di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli sampai November 2014. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Hariyanto (2011) di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Januari 2008 sampai Febuari 2011, dari 98 pasien didapat perempuan (51%) yang mengalami PJB lebih besar di bandingkan laki-laki (49%).

Dalam penelitian ini, didapat anak yang mengalami penyakit jantung bawaan dengan berat bayi lahir rendah adalah 9 orang (12,5%) dan berat bayi lahir besar terdapat 6 orang (8,3%).Dari penelitian Vorherr dan Zwerdling dalam


(26)

buku Ilmu Kebidanan, rata-rata berat bayi lahir rendah 24,9%, diikuti dengan berat bayi lahir normal 44,5% dan berat bayi lahir besar 30,6% yang mengalami penyakit jantung bawaan. Anak yang menderita penyakit jantung bawaan akan mengalami retardasi pertumbuhan karena organ yang berperan dalam sistem sirkulasi terganggu, sehingga darah yang dipompa berkurang dan terjadi percampuran antara darah yang kaya akan oksigen dan yang kurang oksigen. Sehingga mempengaruhi kerja metabolisme tubuh (Rahmawati, 2011).

Hasil penelitian pada Tabel 5.1 didapat bahwa jenis penyakit jantung bawaan yang terbanyak dialami anak rawat inap dan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juni sampai November 2014 adalah asianotik 47 orang (65,3%), diikuti dengan penyakit jantung bawaan sianotik 25 orang (34,7%). Tidak sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati (2011) di RS Dr Kariadi Semarang yaitu jumlah penderita penyakit jantung bawaan sianotik lebih banyak (55,6%) bila di bandingkan dengan penderita penyakit jantung bawaan asianotik (44,4%). Dalam penelitian Hariyanto (2011) di sebutkan frekuensi relatif penyakit jantung bawaan menunjukkan 5 PJB terbanyak ditempati oleh DSV, DSA, DAP, TF, TAB, berturut-turut 35%, 35%, 33%, 15%, dan 8%.

Didapat dalam penelitian ini bahwa suku dari anak yang mengalami penyakit jantung bwaan terbesar ialah suku Batak dengan 32 orang (44,4%). Berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Hariyanto di RSUP Dr. M. Djamil Padang Januari 2008 sampai Febuari 2011, di peroleh suku Padang 44% anak yang menderita penyakit jantung bawaan. Menurut Hassan dan Alatas (1991) dalam buku Ilmu Kesehatan anak, sangat berpengaruhnya kebudayaan terhadap penyakit anak seperti sosial, kebiasaan dalam pemikiran terhadap makanan, besarnya jumlah anggota keluarga, norma kebersihan dan sanitasi, serta sikap terhadap dukun dan dokter.

Didapat juga pekerjaan ayah yang mayoritas wiraswasta sebesar 56,9%, dan pekerjaan ibu yang terbanyak dari anak dengan penyakit jantung bawaan adalah ibu rumah tangga 63,9%. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Aripriandari (2011) di RSUP Dr. Kariadi dan Puskesmas Pandanaran Semarang bahwa 30 orang (60%) ayah bekerja baik itu sebagai pegawai swasta,


(27)

sedangkan 19 orang (38%) mempunyai pekerjaan lain-lain seperti buruh, petani, nelayandan lain-lain. Sementara sebagian besar ibu tidak bekerja (ibu rumah tangga), yaitu sebanyak 34 orang (68%) di RSUP DR. Kariadi dan 38 orang (76%) di Puskesmas Pandanaran.

Selain itu, juga didapat tingkat pendidikan terakhir ayah dalam penelitian ini terbanyak adalah SMA 30 orang (41,7%), dan pendidikan terakhir ibu yang terbanyak juga SMA 30 orang (41,7%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aripriandari (2011) di Semarang bahwa tingkat pendidikan Ayah di RSUP Dr. Kariadi dan Puskesmas Pandanaran yang terbanyak SMA yaitu 15 orang (30%) dan 23 orang (46%). Sementara pendidikan ibu di masing-masing tempat terbanyak yaitu SD 20 orang (40%) dan 19 orang (38%).

5.2.2. Berdasarkan Faktor Risiko Prenatal dengan anak Penyakit Jantung Bawaan

. Dalam Tabel 5.3 dapat dilihat distribusi responden menurut usia ibu saat hamil yang terlalu muda <20 tahun 21 orang (29,2%). Dan usia kandungan ibu prematur (20-37 minggu) 5 orang (6,9%), sedangkan usia kandugan ibu postmatur (>40 minggu) tedapat 8 orang (11,1%). Di Amerika dalam penelitian Tanner et al (2005) dengan usia kandungan ibu yang prematur di dapat 13 kasus kelahiran anak dengan penyakit jantung bawaan per 1000 kelahiran. Sementara pada usia kandungan ibu yang matur di dapat 5 kasus kelahiran anak dengan penyakit jantung bawaan per 1000 kelahiran anak.

Menurut Mochtar dan Kristanto (2008), bahwa kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun, sekitar 3,4% - 14%atau rata-rata 10% persalinan normal dengan kehamilan 38-42 minggu. Angka ini bervariasi dari beberapa peniliti bergantung dari beberapa kriteria yang dapakai.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Costello et al (2010) dari 971 sampel 858 memerlukan tindakan interpensi primer berupa operasi jantung, 105 sampel memerlukan kateterisasi jantung, dan 8 orang tidak memerlukan interpensi primer. Juga di sebutkan dari 971 sampel didapat 76 sampel (7,8%) meninggal


(28)

jika tidak segara mendapatkan perawatan dari rumah sakit. Bahwa anak yang mengalami penyakit jantung bawaan dengan usia dalam kandungan kurang dari 37 minggu mempunyai angka kematian yang tinggi yaitu 49,7%, dan angka kecacatan sebesar 6,9% dibandingkan dengan anak yang mengalami penyakit jantung bawaan dengan usia gestasi ibu cukup bulan 39-40 minggu yaitu 2,6% untuk angka kematian anak dan 39,7% angka kecacatannya. Disebutkan anak penyakit jantung dengan usia kandungan ibu <37 minggu memerlukan tindakan caesar dalam proses kelahirannya.

Hasil penelitian ini didapat ibu yang mempunyai anak dengan penyakit jantung bawaan 13 orang (18,1%) menderita penyakit metabolik hipertensi, diikuti dengan penyakit diabetes melitus yang diderita ibu 7 orang (9,7%). Dalam penelitian Fung et al (2013) juga di sebutkan bahwa selain dari faktor genetik, juga berpengaruh faktor risiko prenatal seperti ibu dengan obesitas dan diabetes melitus, usia ibu dan juga ayah saat konsepsi, dan meningkatnya paparan obat terhadap ibu saat mengandung.

Dapat dilihat dari Tabel 5.3. bahwa ibu dengan kebiasaan meminum obat-obatan dalam masa kehamilan 39 orang (54,2%), ibu yang merokok 8 orang (11,1%), dan ibu yang mengkonsumsi alkohol 3 orang (4,2%). Sementara itu, anak dengan penyakit jantung bawaan yang mempunyai riwayat keluarga yang juga mengalami penyakit jantung bawaan 16 orang (22,2%), dan riwayat keluarga yang meninggal mendadak dari anak dengan penyakit jantung bawaan didapat 10 orang (13,9%). Penelitian sebelumnya oleh Fung et al (2013) mendapatkan hasil nilai masing-masing p<0,05 yang menyimpulkan bahwa akan terlahir anak dengan penyakit jantung bawaan jika memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami penyakit jantung bawaan, ibu dengan kebiasaan merokok bahkan dalam masa kehamilan, dan juga ibu yang terpapar obat-obatan selama masa kehamilannya.

Penelitian Paul et al (2006) di American Heart Association pada 90 kehamilan ibu yang merokok, usia ibu hamil kurang dari 21 tahun dan lebih dari 35 tahun ditemukan 53 ibu melahirkan dengan anak penyakit jantung bawaan. Dalam penelitian Fung et al (2013) juga di sebutkan bahwa selain dari faktor genetik, juga berpengaruh faktor risiko prenatal seperti ibu dengan obesitas dan


(29)

diabetes melitus, usia ibu dan juga ayah saat konsepsi, dan meningkatnya paparan obat terhadap ibu saat mengandung.

Kelemahan dalam penelitian ini, tidak diketahui infeksi yang dialami oleh ibu dengan anak yang menderita penyakit jantung bawaan. Dikarenakan tidak adanya skrining pada ibu oleh tenaga kesehatan di RSUP H. Adam Malik, dan keterbatasan ibu yang mengalami infeksi baik dari segi ekonomi, pengetahuan maupun terbatasnya tenaga medis.


(30)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Mayoritas jenis kelamin pasien menderita PJB pada anak adalah laki-laki (68,1%).

2. Berat bayi lahir yang paling banyak menderita PJB pada anak adalah 2500 gram sampai 4000 gram (79,2%).

3. Penyakit jantung bawaan yang terbanyak terdiagnosis adalah asianotik (65,3%) dibandingkan dengan sianotik.

4. Kelompok suku atau ras yang paling banyak adalah suku batak dan diikuti suku jawa (44,4%)

5. Dengan pekerjaan ayah yang dominan Wiraswasta (56,9%), dengan pekerjaan Ibu paling banyak Ibu Rumah Tangga (56,9%).

6. Mayoritas pendidikan ayah rendah (76,7%), diikuti pendidikan ibu yang rendah (75,3%).

7. Pengaruh prenatal seperti usia ibu saat hamil yang terbanyak adalah 20 tahun sampai 30 tahun (69,4%).

8. Penyakit Metabolik yang terbanyak dialami ibu adalah hipertensi (18,1%). 9. Dan ibu yang mengkonsumsi obat dalam masa kehamilan sangat tinggi

(54,2%).

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan: 1. Bagi Instansi Kesehatan

Tenaga kesehatan perlu lebih aktif menginformasikan tentang faktor risiko penyakit jantung bawaan anak pada masyarakat umum, sosialisasi dapat dilakukan lewat penyuluhan, media cetak maupun


(31)

elektronik. Dan penderita yang mengalami penyakit jantung bawaan dapat di tangani semaksimal mungkin.

2. Kepada Peneliti dan Badan Penelitian Kesehatan Lainnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor risisko dengan penyakit jantung bawaan pada anak dengan jumlah sampel yang lebih besar, untuk mencari faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan penyakit jantung bawaan pada anak, dan mencari faktor protektif yang dapat mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak.

3. Tenaga Medis

Sangat penting dilakukan skrining pada ibu dengan anak penyakit jantung bawaan, untuk mengetahui riwayat infeksi yang dialami ibu selama mengandung yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung bawaan.


(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriogenesis

Pada manusia, embriologi dapat didefenisikan sebagai perkembangan biologi dari konsepsi sampai akhir bulan kedua kehidupan, yaitu dari konsepsi sampai akhir minggu ke-8. Embriologi penting sebagai alat pemahaman. Dimana dari embriologi memberikan pemahaman penyakit jantung kongenital yang kompleks, yang dapat mempermudah diagnosis kliniknya secara tepat. Embriologi juga dapat memperjelas baik morfogenesis (patogenesis) maupun etiologi malformasi jantung (Praagh, 1996).

1. Kehidupan minggu pertama

Proses yang menonjol pada kehidupan minggu pertama dari 0 sampai 7 hari adalah:

a. Oosit segera sesudah ovulasi,

b. Fertilisasi sekitar 12-24 jam sesudah ovulasi,

c. Segmentasi (stadium pronuklei laki-laki dan wanita, kumparan pembelahan mitotik pertama),

d. Pembentukan blastokist awal sekitar umur 4 ½ hari, e. Fase implantasi awal.

2. Kehidupan munggu kedua

Perkembangan utama pada minggu kedua, dari 8 sampai 14 hari adalah: a. penyempurnaan implantasi,

b. pembentukan diskus bilaminer, yang terdiri atas ektoderm dan endoderm, c. perkembangan rongga amnion,

d. penampakan kantong kuning telur (yolk sac), dan

e. perluasan vili primitif dari plasenta yang sedang berkembang. 3. Kehidupan minggu ketiga

Perkembangan yang utama dari segi kardiovaskular di kehidupan minggu ketiga, dari 15-21 hari sebagai berikut:


(33)

a. Sistem kardiovaskular dibentuk dari mesoderm. Mesoderm berkembang dari ektoderm pada kehidupan hari ke 15,

b. Bulan sabit kardiovaskular dari mesoderm pra jantung tampak pada kehidupan hari ke 18,

c. Peronggaan mesoderm membentuk celom intra-embrionik juga pada kehidupan hari ke 18,

d. Pipa jantung lurus, atau stadium sebelum berputar (preloop), normal berkembang pada umur 20 hari,

e. Pembentukan putaran (loop) jantung, normal putaran jantung ke kanan (pembentukan D) dan tidak normal ke kiri (pembentukan putaran-L) mulai pada umur 21 hari.

4. Kehidupan minggu keempat

Perkembangan kardiovaskular utama dari 22-28 hari adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan putaran-D (D-loop) disempurnakan,

b. Perkembangan secara morfologis ventrikel kiri dan secara morfologis ventrikel kanan mulai dari hari 22-28,

c. Sirkulasi dimulai hari 26-28. Ini dikenal sebagai “sirkulasi dalam-seri” karena darah keluar dari atrium kanan secara morfologis menuju ke atrium kiri secara morfologis, kemudian ke ventrikel kiri, menuju ke ventrikel kanan dan ke trunkus arteriosus (batang arteria). Sirkulasi dalam-seri serupa dengan sirkulasi yang berlangsung pada atresia trikuspidalis.

d. Penyekatan kardiovaskular dimulai, e. Evolusi arkus aorta dimulai.

5. Kehidupan minggu kelima

Perkembangan kardiovaskular yang utama antara hari 29-35 dapat diringkas sebagai berikut:

a. Ventrikel kiri, ventrikel kanan, dan sekat ventrikel terus tumbuh dan berkembang,


(34)

b. Terdapat pendekatan aorta ke foramen interventrikular, katup mitral, dan ventrikel kiri,

c. Terjadi pemisahan aorta ascendens dan arteria pulmonalis utama, yaitu hari 32-33,

d. Pemisahan katup mitral dan trikuspidal di sempurnakan pada hari 34-36, e. Pembesaran ventrikel kanan,

f. Bersama dengan pembesaran ventrikel kanan, sekat muskuler ventrikel bergerak dari kanan ke kiri dibawah kanal atrioventrikular ,

g. Katup trikuspidal membuka kedalam ventrikel kanan,

h. Ostium primum ditutup oleh jaringan dari bantalan (cushion) endokardium dari kanal atrioventrikular, yang dengan demikian memisahkan kedua atrium,

i. Apeks ventrikel memutar ke arah kiri secara horizontal,

j. Dari hari 30-36, katup pulmonal bergerak dari posterior dan ke kiri dari katup aorta yang sedang berkembang, dan akhirnya keposisi anterior normalnya ke kiri katup aorta.

6. Kehidupan minggu keenam dan ketujuh

Perkembangan kardiovaskular utama antara kehidupan hari ke 36-49 adalah: a. penutupan konus sekat (infundibulum), dan

b. penutupan bagian membran sekat ventrikel.

Sekat ventrikel biasanya tertutup antara umur 38 dan 45 hari. Penutupan foramen interventrikulare dapat tertunda sampai pasca lahir, dikenal sampai penutupan secara spontan defek sekat ventrikel yaitu tanpa bantuan bedah. Pendewasaan kardiovaskular berlanjut dengan baik sampai pasca lahir ( Praagh, 1996).

2.2. Perubahan Sistem Sirkulasi Pada Saat Lahir

Dalam beberapa saat kelahiran, perubahan yang besar harus terjadi ketika neonatus dengan cepat berganti dari plasenta ke paru-paru sebagai organ respirasi (Freed, 1996). Dalam hal ini, perlu diketahui perubahan-perubahan sirkulasi yang terjadi dari fetal ke neonatal.Dimana tangisan pertamadari bayi merupakan proses


(35)

masuknya oksigen yang pertama kali ke dalam paru bayi. Dengan peristiwa ini membuka alveoli, pengembangan paru serta penurunan tahanan ekstravaskular paru bayi dan peningkatan tekanan oksigen, sehingga terjadi vasodilatasi yang disertai penurunan tahanan dan penipisan dinding arteri pulmonalis. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan ventrikel kanan serta peningkatan saturasi oksigen sistemik (Ontoseno, 2006).

Perubahan selanjutnya terjadi peningkatan aliran darah ke paru secara progresif, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan di atrium kiri sampai melebihi tekanan di atrium kanan. Kondisi ini mengakibatkan penutupan foramen ovale, juga peningkatan tekanan ventrikel kiri disertai dengan peningkatan tekanan serta penebalan sistem arteri sistemik. Peningkatan tekanan oksigen sistemik dan perubahan sintesis serta metabolisme bahan vasoaktif prostaglandin mengakibatkan kontraksi awal dan penutupan fungsional dari duktus arteriosus yang mengakibatkan berlanjutnya penurunan tahanan arteri pulmonalis (Ontoseno, 2006).

Mekanisme penutupan duktus arteriosus tidak seluruhnya dimengerti. Telah dijelaskan bahwa selama beberapa waktu oksigen berperan (Freed, 1996). Pada neonatus aterm normal, konstriksi awal dari duktus arteriosus terjadi pada 10-15 jam pertama kehidupan, lalu terjadi penutupan duktus arteriosus secara fungsional setelah 72 jam postnatal. Kemudian disusul proses trombosis, proliferasi intimal dan fibrosis setelah 3-4 minggu postnatal yang akhirnya terjadi penutupan secara anatomis. Pada neonatus prematur, mekanisme penutupan duktus arteriosus ini terjadi lebih lambat, bahkan bisa sampai usia 4-12 bulan (Ontoseno, 2006).

2.3 Penyakit Jantung Bawaan 2.3.1 Defenisi

Penyakit jantung bawaan dapat diartikan sebagai kelainan struktur atau fungsi dari sistem kardiovaskular yang ditemukan pada saat lahir, walaupun dapat juga ditemukan dikemudian hari (Ali, 2009).


(36)

2.3.2 Epidemiologi

Kelaianan kongenital jantung terjadi pada sekitar 8 per 1000 kelahiran hidup, yang menjadikannya salah satu tipe malformasi kongenital tersering. Dengan menurunnya insiden demam reumatik akut, penyakit jantung kongenital sekarang menjadi penyebab tersering penyakit jantung pada anak di dunia Barat. Penyakit jantung kongenital mencakup beragam malformasi, berkisar dari kelahiran ringan yang hanya menimbulkan gejala minimal sampai usia dewasa, hingga anomali berat yang menyebabkan kematian pada masa perinatal (Dennis, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Wu (2009) yang di kutip oleh Windarini (2010) penelitian di Taiwan menunjukkan prevalensi yang sedikit berbeda, yaitu sekitar 13,08 dari 1000 kelahiran hidup, dimana sekitar 12,05 pada bayi berjenis kelamin laki-laki, dan 14,21 pada bayi perempuan. Penyakit Jantung Bawaan yang paling sering ditemukan adalah Ventricular Septal Defect.

Kelainan jantung kongenital seringkali tidak berdiri sendiri. Sekitar 10-20% ternyata mengidap kelainan jantung kongenital disertai cacat bawaan yang lain.2 Hal ini menggambarkan bahwa tidak menutup kemungkinan anak dengan penyakit jantung bawaan mempunyai riwayat penyakit lain (Sadono, 2013).

2.3.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyakit jantung kongenital mungkin di sebabkan oleh interaksi antara predisposisi genetik dan faktor lingkungan (Hoffman, 2007).

2.3.3.1Faktor Genetik

Riwayat dalam keluarga yang menderita kelainan pada jantung atau bukan pada jantung menjadi suatu faktor risiko utama (mayor). Sekitar 6 % - 10 % penderita kelainan jantung bawaan mempunyai penyimpangan kromosom, atau dengan kata lain sekitar 30% bayi yang mempunyai penyimpangan kromosom menderita kelainan jantung bawaan. Misalnya pada anak dengan Down syndrom maka sekitar 40 % mempunyai kelainan jantung bawaan (Arief, 2007).

Sindroma Down merupakan bentuk kelainan kongenital yang ditandai dengan berlebihnya jumlah kromosom nomor 21 yang seharusnya dua buah


(37)

menjadi tiga buah sehingga jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah. Pada manusia normal jumlah kromosom sel mengandung 23 pasangan kromosom (Situmorang, 2011).

Statistik menunjukkan bahwa di antara kaum wanita berusia 20 tahun, hanya 1 dari 2.300 kelahiran yang menderita cacat ini. Pada wanita berusia 30 hingga 34 tahun, insidensi sindroma Down 1 dari 750 kelahiran. Sedangkan pada wanita berusia 39 tahun, insidensi itu naik secara drastis sampai 1 dari 280 kelahiran. Pada wanita berusia 40 sampai 44, insidensi 1 dari 13 kelahiran. Pada wanita usia lebih dari 45 tahun, insidensi sindroma Down 1 dari 65 kelahiran (Lidyana, 2004). Walaupun belum diketahui secara pasti pengaruh usia ibu terhadap kejadian sindroma Down, namun “non-disjunction” yang terjadi pada oosit ibu yang tua banyak dilaporkan (Situmorang, 2011).


(38)

Pada kelainan kromosom ada faktor-faktor yang mempengaruhi kelainan, antara lain:

(a) Usia ibu lanjut berkolerasi dengan frekwensi sindrom Down yaitu suatu kelainan herediter yang disertai frekwensi kelainan kromosom yang tinggi.

(b) Radiasi diketahui dapat menyebabkan cedera pada kromosom. Namun demikian tidak terdapat bukti bahwa radiasi pada ibu disertai frekwensi sindrom Down yang meningkat.

(c) Berbagai zat kimia dapat mengubah susunan gen. Diantaranya obat-obatan anti-kanker mempunyai pengaruh terhadap kromosom sebagai halnya radiasi (Rukmono, 2006).

Jika lesi jantung merupakan bagian dari sindrom akibat mutasi satu gen, pada umumnya gen dominan autosomal akan muncul 50 % pada anaknya, sedangkan gen resesif autosomal menimbulkan penyakit pada 25 % anaknya (Maitra dan Kumar, 2012).

Kelainan kromosomal mempunyai risiko berulang (rekurensi) dan bervariasi sesuai dengan perubahan kromosomal spesifik yang terjadi. Bentuk pewarisan yang lain menimbulkan risiko yang berulang jauh lebih rendah. Lebih jauh, jika dua sanak keluarga derajat pertama mempunyai penyakit jantung kongenital, risiko penyakit jantung pada bayi yang berikutnya ialah sekitar tiga kali. Anak yang terkena penyakit jantung kongenital berikutnya, paling sering akan mempunyai tipe yang serupa seperti orang tua atau saudara kandungnya (Hoffman, 2007).

2.3.3.2Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang berkontribusi menyebabkan penyakit jantung bawaan dikelompokkan dari kesehatan ibu berupa usia, Indeks Masa Tubuh sebelum kehamilan, status diabetes tipe 1. Paparan terhadap ibu selama hamil seperti merokok, obat-obatan yang digunakan, bahan kimia, dan komplikasi dari kehamilan yaitu hipertensi, infeksi, diabetes melitus (Hinton, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Hinton (2013) belakangan ini dilaporkan bahwa wanita merokok saat hamil pada trimester pertama dapat mengalami


(39)

peningkatan hingga 1-2 persen dari seluruh resiko cacat jantung. Dan risiko tersebut mencapai puncak saat ibu tersebut merupakan perokok berat. Selain itu, wanita berusia 35 tahun lebih memiliki resiko lebih tinggi untuk memiliki anak penderita cacat jantung jika mereka merokok.

Ibu yang sewaktu hamilnya minum berbagai obat-obatan seperti thalidomide, cortisone, dan busulfan dapat menyebabkan kelainan jantung bawaan (Kusumawidjaja, 2006). Ibu yang meminum garam litium saat hamil dapat memperoleh anak yang menderita penyakit jantung kongenital, dengan insidens lesi kaktup mitral dan trikuspid yang abnormal tinggi (Hoffman, 2007).

Sekitar separuh anak dari ibu yang alkoholik menderita penyakit jantung kongenital (biasanya pirau kiri-ke-kanan). Asam retinoat yang digunakan untuk mengobati jerawat dapat menyebabkan berbagai tipe lesi jantung kongenital (Hoffman, 2007).Ibu diabetik atau ibu yang meminum progesteron saat hamil mungkin mengalami peningkatan risiko untuk mempunyai anak dengan penyakit jantung kongenital (Hoffman, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Fung et al (2013) frekwensi dari ibu dengan infeksi intrauterin saat hamil 5 sampai 9 persen melahirkan anak dengan penyakit jantung bawaan. Infeksi intrauterin yang langsung seperti setelah usaha menggugurkan bayi, dapat mengganggu embriogenesis jantung pada janin (Kusumawidjaja, 2006).

Dalam konteks penelitian, didapat faktor kesehatan dari ibu seperti Indeks Masa Tubuh (IMT) sebelum kehamilan, umur ibu, paparan terhadap ibu yang merokok dan juga komplikasi dari kehamilan seperti hipertensi, kehamilan diabetes (Hinton, 2013).Berdasarkan hasil penelitianHariyanto (2011) pasien PJB yang dirawat sebagian besar dengan status gizi kurang yaitu 52%, namun demikian ditemukan 5,1% pasien dengan status gizi lebih, gizi baik 35,7%, dan gizi buruk ditemukan 7,1% pasien.

Dilaporkan satu tahun terakhir ini gabungan dari ibu dan ayah dalam macam-macam penyakit, defisiensi nutrisi, obat-obat yang digunakan, dan paparan kimia selama fase embrio janin berpotensi menyebabkan penyakit jantung bawaan pada anak (Fung et al, 2013).


(40)

Selain itu, kumpulan data kunjungan terdahulu dari elektronik dan dokumen bagian kandungan, penyakit jantung, dan juga bedah menyatakan ada variabel sebelum kehamilan serta sebelum kelahiran antara lain: pendidikan rendah, usia kehamilan yang kurang, penyakit paru-paru, diagnosis jantung dan tindakan pembedahan terdahulu merupakan resiko penyakit jantung bawaan pada anak (Khairy et al, 2006).Perubahan dari populasi demografis seperti kebiasaan suku etnis dan perbedaan kebudayaan mungkin dapat mempengaruhi genetik dan faktor lingkungan sebagai faktor risiko penyakit jantung kongenital (Fung et al, 2013).

Bila terdapat Rubella (German measles) pada trimester pertama kehamilan, maka diperhitungkan bahwa seperempat hingga separuh keturunnya akan menderita kelainan bawaan pada berbagai alat tubuh, termasuk jantung. Juga influenza, tuberkulosis dan toxoplasmosis disangka dapat menyebabkan kelainnan jantung fetus (Kusumawidjaja, 2006).

Embriopati rubela sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer, duktus srteriosus paten, dan kadang-kadang stenosis katup pulmonal. Virus lain terutama koksavirus, diduga menyebabkan penyakit jantung kongenital, berdasarkan penambahan frekwensi kenaikan titer serum untuk virus tersebut pada ibu yang bayinya menderita penyakit jantung kongenital (Hoffman, 2007).

Sindrom rubella kongenital merupakan penyakit yang sangat menularmengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas. Penularannya terjadi melalui oral droplet, dari nasofaring atau rute pernapasan, darah, kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial, paru dan plasenta pada infeksi kongenital (Soedarmo dkk, 2008).

Bila di temukan anak pertama menderita penyakit jantung kongenital, orang tua sering mempunyai perasaan amat bersalah dan hampir selalu mengkhawatirkan risiko terjadinya penyakit jantung kongenital pada anak yang selanjutnya (Hoffman, 2007).


(41)

2.4 Jenis-jenis Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan dibagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu penyakit jantung bawaan asianotin dan sianotik (Arief, 2007).

2.4.1 Penyakit Jantung Bawaan Asianotik

1. Defek Septum Ventrikel

Defek septum ventrikel merupakan defek jantung kongenital tersering saat lahir, tetapi karena banyak defek septum ventrikel kecil menutup sendiri pada masa anak, insiden keseluruhan defek septum ventrikel pada orang dewasa lebih rendah dari pada insiden defek atrium (Dennis dan Kumar, 2012).

Istilah defek sekat ventrikel menggambarkan suatu lubang pada sekat ventrikel. Defek sekat ventrikel dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel, dapat tunggal atau banyak, dan ukuran serta bentuknya dapat bervariasi (Fyler, 1996).

Gambar 2.2. Defek Septum Ventrikel (Mulyadi dkk, 2007).

Ukuran dan letak DSV bervariasi, berkisar dari defek kecil di bagian otot atau membran septum hingga defek besar yang mengenai seluruh septum. Pada defek yang menyebabkan pirau signifikan kiri-ke-kenan, ventrikel kanan mengalami hipertrofi dan sering melebar. Garis tengah arteria pulmonalis


(42)

meningkat karena meningkatnya volume yang disemprotkan oleh ventrikel kanan (Dennis dan Kumar, 2012).

2. Defek Septum Atrium

Defek septum atrium (DSA) merupakan bentuk penyakit jantung bawaan yang sering ditemukan dengan insidens sekitar 7% dari seluruh PJB. DSA dikarenakan hal yang mempengaruhi pembentukan sekat atrium jantung yang terjadi dalam rentang waktu 8 minggu kehamilan. Gangguan hemodinamik yang terjadi pada DSA disebabkan oleh pirau kiri ke kanan akibat adanya defek (lubang) pada dinding atrium jantung. Akibatnya, darah dari atrium kiri yang seharusnya masuk ke ventrikel kiri, akan masuk ke atrium kanan dan akhirnya ke ventrikel kanan. Jika lubangnya cukup besar, dapat meningkatkan beban volume di jantung kanan, di samping juga meningkatkan beban volume di jantung kiri (Mulyadi, 2007).

Gambar 2.3. Defek Septum Atrium (Mulyadi dkk, 2007).

Menurut lokasi defek septum atrium dikelompokkan menjadi:

a. Defek septum atrium (DSA) sekundum, defek terjadi pada fosa ovalis. Pada keadaan tertentu dimana defek cukup besar dapat keluar dari lingkaran fosa ovalis.


(43)

b. Defek septum atrium dengan defek sinus venosus superior, defek ini terjadi dekat muara vena kava superior, sehingga terjadi koneksi biatrial.

c. Defek septum atrium primum, merupakan bagian dari defek septum atrioventrikular dan pada bagian atas berbatas dengan fosa ovalis sedangkan bagian bawah dengan katup atrioventrikular (Ghanie, 2009).

3. Duktus Arteriosus Persisten

Pada bayi cukup bulan, penutupan duktus arteriosus secara normal terjadi dalam 10-15 jam sesudah lahir. Namun , obliterasi anatomi sempurna duktus arteriosus terjadi lebih lambat dan mungkin akan belum lengkap sampai minggu ketiga pasca lahir. Oleh karena tahanan vaskular paru turun segera sesudah paru mengembang, pada 10-15 jam pertama ketika duktus arteriosus masih terbuka, dapat ditemukan pirau kiri-ke-kanan melalui duktus arteriosus dan terdengar bising (Heymann, 2007).

Gambar 2.4. Duktus Arteriosus Persisten (Mulyadi dkk, 2007).

2.4.2 Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

1. Tetralogi Fallot

Empat komponen pada tetralogi ini adalah (1) defek septum ventrikel, (2) pangkal aorta yang mengalami dekstraposisi dan di atas defek septum ventrikel, (3) obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, dan (4) hipertrofi ventrikel kanan.


(44)

Pembagian trunkus arteriosus menjadi trunkus pulmonalis dan pangkal aorta yang abnormal diperkirakan proses primer dalam timbulnya malformasi ini (Dennis dan Kumar, 2012).

Gambar 2.5. Tetralogi Fallot (Kahn dan Salomo, 2007).

2. Atresia Pulmonal Dengan Sekat Ventrikel Utuh

Pada keadaan ini ada obstruksi total aliran keluar ventrikel kanan, sekat ventrikel utuh, dan hipoplasi ventrikel kanan dan katup trikuspidal yang bervariasi ( Fyler, 2007). Hemodinamiknya sangat menyerupai hemodinamik atresia trikuspid, karena tidak ada aliran keluar efektif dari ventrikel kana dan pada dasarnya semua darah atrium kanan di piraukan ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan aorta (Hoffman, 2007).


(45)

3. Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda

Disebut demikian, apabila kedua arteri besar secara keseluruhan atau hampir seluruhnya keluar dari ventrikel kanan. Hubungan antara kedua arteri besar sering berdampingan dan paralel, aorta di kanan atau di kiri, di depan atau di belakang, sering menyerupai transposisi arteri-arteri besar (Fyler, 2007).

Gambar 2.7. Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda. (Mulyadi, 2007).

4. Atresia Trikuspid

Atresia trikuspid merupakan 1 % dari semua penyakit jantung kongenital pada tahun pertama kehidupan. Ada agenesis lubang trikuspid, tanpa lubang dari atrium kanan ke ventrikel kanan, dan satu-satunya jalan keluar dari atrium kanan untuk aliran balik vena sistemik adalah hubungan interatrium , biasanya foramen ovale paten yang lebar. Pencampuran seluruh aliran balik vena pulmonalis dan aliran balik vena sistemikterjadi pada atrium kiri, dan akibatnya desaturasi oksigen arteri sistemik akan bergantung pada aliran darah pulmonal. Aliran darah pulmonal biasanya sangat berkurang pada atresia trikuspid karena defek sekat ventrikel restriktif, kecil, dan saluran keluar ventrikel kanan yang stenotik tidak berkembang (Hoffman, 2007).


(46)

Gambar 2.8. Atresia Trikuspid (Mulyadi, 2007).

2.5 Pencegahan Penyakit Jantung Bawaan

Yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit jantung bawaan, dihimbau pada wanita yang hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi alkohol atau minum obat sembarangan. Wanita dengan penyakit kronis tertentu (seperti diabetes, epilepsi, atau phenylketonuria) sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum hamil untuk penatalaksanaan terapi maupun dietnya. Baik program kesehatan maupun nasehat dalam pelayanan kesehatan, diharapkan bagi wanita yang merencanakan kehamilan sebaiknya mengkonsumsi asam folat 400 mikrogram per hari untuk mencegah cacat janin (Kirana, 2013).

2.6 Anak

Anak adalah setiap manusia yang berusia kurang dari 18 tahun kecuali terdapat hukum tertentu yang berlaku terhadap anak tersebut, kedewasaan dicapai lebih awal (WHO).

Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut undang undangtersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.


(47)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, pada bab I ketentuan umum pasal (1) poin (2). Yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum kawin. Sedangkan pengertian anak menurut pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM), anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Meskipun banyak rumusan mengenai batasan dan pengertian anak, namun pada prinsipnya perbedaan tersebut mempunyai implikasi yang sama yaitu memberikan perlindungan pada anak.


(48)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari bayi lahir (Sani, 2007). Terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan dari perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin (Harimurti,2008). Kelainanpembentukan jantung terjadi pada awalkehamilan, karena saat usia kandungan 7 minggu pembentukan jantung sudahlengkap. Gejala awalyang menunjukkan adanya PJB antaralain dispnu dan kesulitan minum. Gejala-gejala tersebut biasanya terlihat padaperiode neonatus. Gejala-gejala yangmengarah ke PJB seperti adanya bisingjantung, hepatomegali, sianosis, nadifemoralis yang teraba lemah / tidakteraba, dan juga gejala lain yang seringditemukan di ruang bayi (Rahmawati, 2011).

Insidensi penyakit jantung bawaan berkisar 8 sampai 10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30% diantaranya memberikan gejala pada minggu pertama kehidupan bayi. Lima puluh persen kematiannya akan terjadi pada bulan yang pertama kehidupan, bila tidak terdeteksi secara dini dan jika tidak ditangani dengan baik (Rahmi,dkk 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Sayasathid (2009) seperti yang dikutip oleh Windarini (2010) di perkirakan tingkat insidensi penyakit jantung bawaan di Amerika Serikat tercatat paling sedikit 8 kasus dari setiap 1000 kelahiran hidup atau sekitar 40.000 bayi per tahun walaupun kebanyakan kasus tidak menunjukkan gejala dan tidak terdiagnosis. Hanya 2 dari 1000 kasus yang secara umum menunjukkan gejala penyakit jantung dan dapat diterapi.

Di Amerika penyakit jantung kongenital baik yang dikoreksi maupun yang tidak diperkirakan telah meningkat 5 % pertahun. Insiden penyakit jantung kongenital diperkirakan sebesar 0,8 %, dimana 85 % di antaranya bertahan hidup sampai dewasa muda. Dalam 20-30 tahun terjadi kemajuan pesat dalam diagnosis dan pengobatan penyakit jantung kongenital pada anak-anak. Sebagai akibatnya


(49)

anak-anak dengan penyakit jantung kongenital bertahan hidup sampai dewasa. (Ali, 2009).

Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian Putra (2008) sebagaimana dilaporkan oleh Muaningsih (2011), angka kejadian PJB di indonesia masih cukup tinggi, namun penanganannya amat kurang. Dikatakan 45.000 bayi Indonesia terlahir dengan PJB tiap tahun, kebanyakan bayi meninggal karena gagal jantung dalam usia kurang dari satu tahun. Hal ini juga yang turut memberi kontribusi terhadap estimasi 15 juta kematian anak tiap tahun didunia ini.

Walaupun penyakit jantung yang di dapat prevalensinya telah turun dalam satu tahun terakhir, tetapi insidensi penyakit jantung bawaan tidak berubah dan prevalensi penyakit jantung bawaan mengalami peningkatan dikarenakan adanya deteksi yang lebih baik dan kedepannya berdampak meningkatnya angka harapan hidup (Alan, 2013).

Penyakit jantung bawaan dapat disebabkan oleh: faktor genetik, faktor lingkungan atau faktor eksternal seperti obat-obatan atau jamu-jamuan, infeksi virus pada ibu hamil ( misalnya campak Jerman atau rubella), alkohol dan radiasi yang terdapat sebelum kehamilan 3 bulan (Muaningsih, 2011).Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat menjadipenyebab meskipun jarang, dan belumbanyak diketahui. Misalnya SindromaDown yang sering disertaidengan berbagai macam kelainan,dimana salah satunya PJB (Rahmawati, 2011).

Kurangnya pengetahuan terhadap faktor risiko penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan dalam kelahiran anak dengan PJB di Indonesia, selain itu perhatian yang kurang dari orang tua terhadap anak dengan penyakit jantung bawaan sangat tinggi dikarenakan biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan financial yang terbatas. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan orangtua, pendidikan rendah, dan lingkungan yang tidak mendukung (Arief, 2007).

Menurut penelitian-penelitian terdahulumengenai pengetahuan tentang PJB pada orangtua pasien anak dengan PJB,didapatkan bahwa sebagian besar orangtua pasien tidak memiliki pengetahuanyang cukup baik mengenai PJB pada anaknya. Program edukasi mengenai PJBdianggap masih kurang mencukupi


(50)

sehingga diperlukan perbaikan untukmeningkatkan pengetahuan orangtua. Pengetahuan mengenai PJB tidak hanya harus diketahui oleh orangtuapasien yang bersangkutan saja, tetapi diharapkan diketahui oleh orangtua secaraumum, sehingga diharapkan dapat membantu dalam upaya promotif dan preventifserta deteksi dini dari PJB ini.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang mempengaruhi penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP. H Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, dapat dirumuskan suatu masalah dalam penulisan penelitian ini, yaitu:

”Bagaimanakah gambaran faktor risiko penyakit jantung bawaan pada Anak di RSUP H. Adam Malik Medan?”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui gambaran faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Mengetahui jenis penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli-November 2014.

3. Mengetahui gambaran faktor risiko prenatal dengan anak penyakit jantung bawaan di RSUP H.Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Penulis mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari selama perkuliahan dan mampu mengembangkan kemampuan dalam melakukan


(51)

penelitian. Meningkatkan pengetahuan penulis dalam bidang kesehatan anak, terutama topik penyakit jantung bawaan.

2. Sesama peneliti dan Badan Pendidikan Kesehatan Lainnya

Melalui penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau sumber acuan dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang faktor risiko penyakit jantung bawaaan pada anak.

3. Bagi Masyarakat

1. Memberi informasi kepada pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang definisi dan jenis-jenis penyakit jantung bawaan.

2. Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang faktor risiko apa saja yang mempengaruhi penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang pencegahan penyakit jantung bawaan pada anak.


(52)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang di bawa dari bayi lahir. Di Indonesia 45.000 bayi terlahir dengan PJB tiap tahun. Kurangnya pengetahuan terhadap faktor risiko penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan, selain itu perhatian yang kurang dari orangtua dikarenakan biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan financial yang terbatas.

Penelitian bersifat deskriptif, data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung bawaan. Bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Juli sampai November 2014. Metode dalam pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Analisis data secara deskriptif dengan statistik. Hasil dalam penelitian ini, dengan 72 sampel diperoleh jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki 68,1%. Penyakit jantung asianotik sebanyak 65,3%, mayoritas Defek Septum Ventrikel 38,9%, diikuti Defek Arteri Persisten, Defek Septum Arteri, dan Defek Septum Arteri Ventrikel. Sedangkan sianotik yang dialami 34,7%, dengan Tetralogi of Fallot 25,0%, diikuti Transposisi Arteri Besar, dan Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda. Pada kelompok suku/ras batak 44,4%, penyakit metabolik hipertensi 18,1%, dan mengkonsumsi obat-obatan 54,2%.

Dapat disimpulkan bahwa pasien terbanyak dengan penyakit jantung bawaan adalah laki-laki. Mayoritas asianotik dengan Defek Septum Ventrikel, tersering pada suku batak. Pada orangtua yang menderita hipertensi dan mengkonsumsi obat-obatan saat mengandung berisiko menyebabkan anak mengalami penyakit jantung bawaan.


(53)

ABSTRACT

Congenital heart disease (CHD) is a disease with anomalies in heart structure or function of the heart circulation brought from birth. In Indonesia, 45.000 babies are born with CHD each year. Lack of knowledge of CHD risk factor can be one issue, besides lack of parental attention due to high maintenance costs, lack of facilities, and limited financial support.

This research is a descriptive, samples obtained using a questionnaire and interviews directly to parents of children who have CHD. This research is to determine risk factor of CHD in children in RSUP Haji Adam Malik periode July to November 2014. The sampling method used is total sampling. Descriptive data analyze with statistics. There are 72 samples in this research, most respondent are male 68,1%. Acyanotic CHD 65,3%, the most common cases in this type is Ventricular Septal Defect (VSD) (38,9%), followed by Patent Ductus Arteriosus (PDA), Arterial Septal Defect (ASD), and Artery Ventricular Septal Defect (AVSD). Cyanotic CHD 34,7%, the most common cases is Tetralogy of Fallot (TF) (25,0%), followed by Transposition Great Arteries (TGA) and Double-Outlet Right Ventricle (DORV). In the group of ethnic Batak 44,4%, hypertension 18,1%, metabolic diseases, and taking drugs 54,2%.

It can be concluded that the most CHD patients in children are men. The most common cases is acyanotic CHD, type VSD, majority in ethnic batak. The parents who suffer from hypertension and taking medication during pregnancy have a risk of causing child with CHD.


(54)

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Oleh :

BETTY ARNITASARI NABABAN 110100291

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(55)

Gambaran Faktor Risiko Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP H.Adam Malik Medan

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

BETTY ARNITASARI NABABAN 110100291

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(56)

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : Betty Arnitasari Nababan

NIM : 110100291

Pembimbing Penguji I

dr. Hafaz Zakky Abdillah, M.Ked(Ped), Sp.A dr. Rina Yunita, Sp. MKT NIP. 19831023 201001 1 019 NIP. 19790624 200312 2 003

Penguji II

dr. Syamsul Bihar, Sp.P NIP. 19821219 200812 1 004 Medan, 7 Januari 2015

Dekan Fakultas Kedokteran Universita Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 195402201980111001


(57)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang di bawa dari bayi lahir. Di Indonesia 45.000 bayi terlahir dengan PJB tiap tahun. Kurangnya pengetahuan terhadap faktor risiko penyakit jantung bawaan menjadi salah satu persoalan, selain itu perhatian yang kurang dari orangtua dikarenakan biaya perawatan yang mahal, kurangnya fasilitas, dan dukungan financial yang terbatas.

Penelitian bersifat deskriptif, data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada orangtua dari anak yang mengalami penyakit jantung bawaan. Bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Juli sampai November 2014. Metode dalam pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Analisis data secara deskriptif dengan statistik. Hasil dalam penelitian ini, dengan 72 sampel diperoleh jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki 68,1%. Penyakit jantung asianotik sebanyak 65,3%, mayoritas Defek Septum Ventrikel 38,9%, diikuti Defek Arteri Persisten, Defek Septum Arteri, dan Defek Septum Arteri Ventrikel. Sedangkan sianotik yang dialami 34,7%, dengan Tetralogi of Fallot 25,0%, diikuti Transposisi Arteri Besar, dan Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda. Pada kelompok suku/ras batak 44,4%, penyakit metabolik hipertensi 18,1%, dan mengkonsumsi obat-obatan 54,2%.

Dapat disimpulkan bahwa pasien terbanyak dengan penyakit jantung bawaan adalah laki-laki. Mayoritas asianotik dengan Defek Septum Ventrikel, tersering pada suku batak. Pada orangtua yang menderita hipertensi dan mengkonsumsi obat-obatan saat mengandung berisiko menyebabkan anak mengalami penyakit jantung bawaan.


(58)

ABSTRACT

Congenital heart disease (CHD) is a disease with anomalies in heart structure or function of the heart circulation brought from birth. In Indonesia, 45.000 babies are born with CHD each year. Lack of knowledge of CHD risk factor can be one issue, besides lack of parental attention due to high maintenance costs, lack of facilities, and limited financial support.

This research is a descriptive, samples obtained using a questionnaire and interviews directly to parents of children who have CHD. This research is to determine risk factor of CHD in children in RSUP Haji Adam Malik periode July to November 2014. The sampling method used is total sampling. Descriptive data analyze with statistics. There are 72 samples in this research, most respondent are male 68,1%. Acyanotic CHD 65,3%, the most common cases in this type is Ventricular Septal Defect (VSD) (38,9%), followed by Patent Ductus Arteriosus (PDA), Arterial Septal Defect (ASD), and Artery Ventricular Septal Defect (AVSD). Cyanotic CHD 34,7%, the most common cases is Tetralogy of Fallot (TF) (25,0%), followed by Transposition Great Arteries (TGA) and Double-Outlet Right Ventricle (DORV). In the group of ethnic Batak 44,4%, hypertension 18,1%, metabolic diseases, and taking drugs 54,2%.

It can be concluded that the most CHD patients in children are men. The most common cases is acyanotic CHD, type VSD, majority in ethnic batak. The parents who suffer from hypertension and taking medication during pregnancy have a risk of causing child with CHD.


(59)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Gambaran Faktor Risiko Penyakit Jantung Bawaan pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Kiranya tulisan ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penulisan penelitian ini, yaitu kepada yang terhormat:

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD, KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Hafaz Zakky Abdillah, M.Ked(ped), Sp.A selaku dosen pembimbing, atas bimbingannya selama penulisan penelitian ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

3. dr. Rina Yunita, Sp.Mk selaku dosen penguji I sidang proposal dan Hasil KTI.

4. dr. Dewi Saputri, MKT selaku dosen penguji II sidang Proposal. 5. Dr. Syamsul Bihar, Sp.P selaku dosen penguji II Hasil KTI.

6. PPDS Anak bagian kardiologi di RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah membantu penulis mengumpulkan seluruh sampel penelitian. 7. Kepada ayah TR.Nababan, SH., ibu saya Rita Rusmida Sianturi,

AmKeb. dan keluarga atas doa serta dukungannya dalam bentuk semangat dan materialsehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

8. Sahabat-sahabat sepuluh sentimeter yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan penelitian ini.


(60)

9. Serta pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penelitian ini antara lain berisi faktor risiko apa saja yang menyebabkan penyakit jantung bawaan pada anak, serta langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada penelitian ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat menambahkan kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembacanya.

Medan, 12 Desember 2014


(61)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Embriogenesis... 5

2.2.Perubahan Sistem Sirkulasi Pada Saat Lahir ... 7

2.3. Penyakit Jantung Bawaan ... 8


(62)

2.3.2. Epidemiologi ... 9

2.3.3. Etiologi dan Faktor Resiko ... 9

2.3.3.1. Faktor Genetik ... 9

2.3.3.2. Faktor Lingkungan ... 11

2.4. Jenis-jenis Penyakit Jantung Bawaan ... 14

2.4.1. Penyakit Jantung Bawaan Non-sianotik ... 14

2.4.2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik ... 16

2.5. Pencegahan Penyakit Jantung Bawaan ... 19

2.6. Anak ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 21

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 25

4.1. Jenis Penelitian ... 25

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

4.2.1. Waktu Penelitian ... 25

4.2.2. Tempat Penelitian ... 25

4.3. Populasi dan Sampel ... 25

4.3.1. Populasi ... 25

4.3.1.1. Populasi Target... 25

4.3.1.2. Populasi Terjangkau ... 25

4.3.2. Sampel ... 25

4.4. Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 26

4.4.1. Pengumpulan Data ... 26

4.4.2. Analisis Data ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi ... 28


(63)

5.1.3. Faktor Risiko Prenatal dan Kejadian PJB ... 31

5.2. Pembahasan ... 34

5.2.1. Karakteristik Anak Responden dengan PJB ... 34

5.2.2. Faktor Risiko Prenatal dengan PJB ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39


(64)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada Anak ... 29

5.2. Profil Orang Tua ... 31

5.3. Faktor Risiko Prenatal dengan anak PJB ... 33


(65)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kelainan kromosom trisomi 21 ... 10

2.2. Defek Septum Ventrikel ... 14

2.3. Defek Septum Atrium ... 15

2.4. Duktus Arteriosus Persisten... 16

2.5. Tetralogi of Fallot ... 17

2.6. Atresia Pulmonal ... 17

2.7. Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda ... 18


(66)

DAFTAR SINGKATAN

AP : Anterior Posterior AP : Atresia Pulmonal AV : Atrioventrikular BBL : Berat Badan Lahir

DAP : Duktus Arteriosus Persisten DSA : Defek Septum Atrium

DSAV : Defek Septum Atrium Ventrikel DSV : Defek Septum Ventrikel

PJB : Penyakit Jantung Bawaan RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat TAB : Transposisi Arteri Besar TOF : Tetralogi of Fallot VCI : Vena Cava Inferior

VKBKG: Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda WHO : World Health Organization


(67)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Data Induk

Lampiran 3 Output Data Hasil Penelitian

Lampiran 4 Lembar Kuesioner

Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian


(1)

2.3.2. Epidemiologi ... 9

2.3.3. Etiologi dan Faktor Resiko ... 9

2.3.3.1. Faktor Genetik ... 9

2.3.3.2. Faktor Lingkungan ... 11

2.4. Jenis-jenis Penyakit Jantung Bawaan ... 14

2.4.1. Penyakit Jantung Bawaan Non-sianotik ... 14

2.4.2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik ... 16

2.5. Pencegahan Penyakit Jantung Bawaan ... 19

2.6. Anak ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 21

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 25

4.1. Jenis Penelitian ... 25

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

4.2.1. Waktu Penelitian ... 25

4.2.2. Tempat Penelitian ... 25

4.3. Populasi dan Sampel ... 25

4.3.1. Populasi ... 25

4.3.1.1. Populasi Target... 25

4.3.1.2. Populasi Terjangkau ... 25

4.3.2. Sampel ... 25

4.4. Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 26

4.4.1. Pengumpulan Data ... 26

4.4.2. Analisis Data ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi ... 28

5.1.2. Karakteristik Responden... 28


(2)

5.1.3. Faktor Risiko Prenatal dan Kejadian PJB ... 31

5.2. Pembahasan ... 34

5.2.1. Karakteristik Anak Responden dengan PJB ... 34

5.2.2. Faktor Risiko Prenatal dengan PJB ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Karakteristik Penyakit Jantung Bawaan pada Anak ... 29

5.2. Profil Orang Tua ... 31

5.3. Faktor Risiko Prenatal dengan anak PJB ... 33

5.4. Riwayat Keluarga ... 34


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kelainan kromosom trisomi 21 ... 10

2.2. Defek Septum Ventrikel ... 14

2.3. Defek Septum Atrium ... 15

2.4. Duktus Arteriosus Persisten... 16

2.5. Tetralogi of Fallot ... 17

2.6. Atresia Pulmonal ... 17

2.7. Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda ... 18


(5)

DAFTAR SINGKATAN

AP : Anterior Posterior AP : Atresia Pulmonal AV : Atrioventrikular BBL : Berat Badan Lahir

DAP : Duktus Arteriosus Persisten DSA : Defek Septum Atrium

DSAV : Defek Septum Atrium Ventrikel DSV : Defek Septum Ventrikel

PJB : Penyakit Jantung Bawaan RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat TAB : Transposisi Arteri Besar TOF : Tetralogi of Fallot VCI : Vena Cava Inferior

VKBKG: Ventrikel Kanan Bersaluran Keluar Ganda WHO : World Health Organization


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Data Induk

Lampiran 3 Output Data Hasil Penelitian Lampiran 4 Lembar Kuesioner

Lampiran 5 Ethical Clearance Lampiran 6 Surat Izin Penelitian