BIOGRAFI PENULIS DAN PROFIL NAFAHÂT AL-QUR’ÂN USLÛB JADÎD FÎ AL-TAFSÎR AL-MAUDHÛ’Î LI AL-QUR’ÂN AL-KARÎM.

BAB III BIOGRAFI PENULIS DAN PROFIL NAFAHÂT AL-QUR’ÂN USLÛB JADÎD FÎ AL-TAFSÎR AL-MAUDHÛ’Î LI AL-QUR’ÂN AL-KARÎM.

Bab ini menjelaskan dua sub pembahasan. Pertama, membahas biografi Makarem al-Syirâzî, yang meliputi pengalaman pendidikan, kondisi sosial politik yang dihadapi, karir di bidang akademik, serta karya-karyanya. Kedua, membahas profil kitab Nafahât al-Qurân Uslûb Jadîd fî al-Tafsîr al-Maudhû'î li al-Qur'ân al-Karîm, yang meliputi penyusunan, metode dan sistematika kitab.

Makârem al-Syirâzî adalah salah seorang sosok dari sekian sosok manusia yang diciptakan oleh Tuhan swt. yang hingga kini masih hidup. Ia juga seorang ulama Syiah yang cukup cemerlang, energik, dan produktif di masa sekarang sebagaimana tokoh-tokoh lain yang semasa dengannya. Berkat kompetensi,

kecerdasan yang dianugerahkan Tuhan dan terpaan berbagai kondisi yang mengancam, ia mampu menulis berbagai karya tanpa terkecuali di bidang tafsir.

Bahkan ia juga bersama tokoh-tokoh agama, dosen-dosen akidah dan filsafat mempunyai andil besar dalam membendung pemikiran para mahasiswa dan akademisi untuk tidak terpengaruh oleh derasnya pemikiran materalistis, kapitalis, dan pragmatis yang datang dari Barat.

Salah satu karya tafsir yang dianggap masterpeace di antara karya-karya yang pernah ditulis oleh Makârem al-Syirâzî ialah Tafsir Nafahât al-Qur'ân Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû'î li al-Qur'ân al-Karîm. Selain kajian tafsir bermetodekan tematik, di karya-karya ini terdapat pula kajian filsafat yang menjadi icon dan ciri khas tafsir Syiah. Hal ini tercermin dari susunan atau sistematika sub-sub yang dikemas di tafsir tersebut, apa saja yang harus didahulukan dan mana pula yang harus diakhirkan. Persoalan Tuhan misalnya, dalam kajian tafsir Syiah menjadi tema bahasan yang paling utama dan didahulukan di antara tema-tema lain. Karena itu, untuk labih jelas tentang semua itu baik biografi, sosial politik dan karya tafsir tersebut akan penulis ungkapkan di bawah ini

A. Biografi Nâsher Makârem al-Syirâzî

a.1. Pengalaman Pendidikan

Makârem al-Syirâzî ialah ayatullâh al-Uzma Nâsher Makârem al-Syirâzî. Ia lahir di kota Syiraz pada tahun 1345 H./1929 M. 1 dari keluarga yang taat

beragama dan berbudi pekerti yang baik. Di masa kecil, ia telah menyelesaikan pendidikan sekolah ibtidaiyah dan tsanawiyah di kota Syiraz. Sejak kecil ia termasuk dalam deretan pelajar-pelajar yang brilian, bahkan ia pun pernah menyelesaikan dua periode sekolah ditempuh dalam waktu satu tahun.

Berbekal kecerdasan, ia dapat melanjutkan ke perguruan tinggi apalagi kondisi pada saat itu sangat mendukung ke arah tersebut. Karenanya, wajib bagi Makârem al-Syirâzî untuk mempelajari ilmu umum dan ilmu pasti agar ia mendapatkan kedudukan yang layak. Namun demikian, takdir dan pertolongan Allah swt. yang tidak bisa dihindari mendorong kepada hatinya untuk senantiasa

cinta ilmu-ilmu pengetahuan Islam dan inilah yang membuatnya berubah ke arah itu. Kondisi demikian ini terjadi pada saat bulan Rajab 1361 H./Agustus 1942 M., 2 yaitu saat semarak dan berdiri sekolah-sekolah Islam di kawasan tersebut.

Secara resmi, ia memulai pendidikan agama ketika berusia 14 tahun, yaitu ketika masuk sekolah Agha Baba Khan di kota Syiraz. 3 Di sekolah inilah ia

mempelajari ilmu fikih dan usul fikih dengan tidak melupakan ilmu-ilmu lain seperti ilmu sharf, nahw, mantiq, ma’ânî, bayân, dan badî’ (baca; al-Durus al- Lughat). Bahkan ia dapat menyelesaikan seluruh pelajaran dari tingkat dasar hingga ke tingkat tinggi yang ditempuh dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun. Di saat yang sama, ia juga tetap memperkaya keilmuan dengan mengajar para pelajar pada hauzah ‘ilmiyah (seminari/pesantren) di kota Syiraz.

Perkembangan keilmuan Makârem al-Syîrâzî itu tampak pada saat memberikan kritik dan usulannya di forum hauzah ilmiyah tersebut, terutama berkenaan dengan naskah-naskah ilmiyah, sehingga perbincangan tentang intelegensi, kecermatan dan kedalaman pemikirannya dapat dipertimbangkan di forum-forum ilmiyah dan keagamaan. Tidak hanya sebatas itu, ketika usia

1 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 2 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 3 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008.

mencapai 18 tahun ia telah menulis uraian-uraian (hâsyiyah) buku Kifâyat al- Ushûl karya Muhammad Kazhim al-Khurasânî (w. 1329 H./1911 M.), 4 dan uraian

ini muncul dari pemikiran, tulisan yang 'tajam' dan kritis, bahkan dapat menguraikan apa yang selama ini dianggap mubham (kurang jelas). Dalam usia 18 tahun, ia juga telah mengikuti hauzah ‘ilmiyah di kota suci Qom, dan tempat ini pula ia belajar kurang lebih selama 5 tahun kepada guru-guru besar yang ada di kota itu seperti al-Boroujerdi (w. 1380 H./1961 M.). 5

Selain di kota suci Qom, Makârem al-Syirâzî juga belajar ke kota Nejf, Irak dan mengikuti hauzah ‘ilmiyah yang berada di kota tersebut. Di kota Nejf inilah ia belajar dengan para imam besar seperti Muhsin al-Hakim (w. 1390

H./1970 M.), 6 Abu al-Qasim al-Khu`i (w. 1984 M.), 7 dan ‘Abd. al-Hadi al-Syirazi

4 Muhammad Kazhim al-Khurasani al-Akhand lahir di kota Mashad al-Mukaddasah, Iran pada 1255 H./1839 M. dan wafat pada 20 Dzulhijjah tahun 1329 H./1911 M. di kota Nejf, Irak. Ia seorang syaikh al-Khurasan dan dikenal sebagai pengajar ilmu usul dalam sejarah Islam. Selama

40 tahun ia disibukan dengan hauzah ilmiyah, menulis dan salah satu karyanya ialah Kifayat al- Ushul. Untuk melihat para guru, murid-murid, karya-karya, dan sosial politiknya lihat, http://www.al-shia.org/html/ara/others/?mod=monasebat&id=255. Sumber ini didownload tanggal

11 Mei 2009. lihat juga, Abu al-'Abbas Syamsuddin Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar Ibnu Khalkan (w. 781 H.), Wafayat al-A'yan wa Anba Abna al-Zaman. Jld. 2. (Beirut : Dar al-Tsaqafah, t.th.), h. 157-190.

5 Al-Boroujerdi adalah ayatullah al-Sayyid Husein Thabathabai al-Boroujerdi. Ia salah satu figur dan tokoh yang namanya akan selalu dikenang dalam sejarah Islam dan bangsa Iran,

bahkan peduli akan persatuan umat Islam. Ia lahir di penghujung Shafar 1292 H. dan wafat pada 14 Muharram 1364 H. Ayahnya bernama Sayid Ali Thabathabai. Sejak kanak-kanak, ia sudah mempelajari al-Qur’an dan berbagai kitab seperti Jami’ al-Muqaddimat, Syarh al-Fiyah, mantik, dan buku sastra kumpulan syair Golestan karya al-Sa’di. Beliau masuk ke jenjang pendidikan agama di hauzah ilmiyah Isfahan dan ditempat inilah ia menekuni berbagai ilmu agama. Pada tahun 1320 H., ia belajar ke Najf di Irak untuk melanjutkan pendidikan dan berguru kepada para ulama besar seperti Muhammad Kadzim al-Khurasani, dan sepulang berguru kepadanya ia dikenal sebagai mujtahid karena memiliki wawasan yang sangat luas, bahkan ketika hijrah di Qom ia menggantikan Abu al-Hasan Isfahani dan Hajj Agha Husein Qomi hingga menjadi panutan dan rujukan otoritatif di kalangan masyarakat Islam Syi’ah. Lihat, http://taghrib.ir/melayu/?. Sumber ini didownload tanggal 20 November 2008; lihat juga, http://www.jafariyannews.com/oct2k2/19 makaremshirazi.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/11/ 2008.

6 Muhsin al-Hakim ialah ayatullah al-Sayyid Muhsin al-Thabathabai al-Hakim. Ia lahir pada tahun 1306 H. di lingkungan masyarakat yang penuh dengan kedamaian, keilmun, dan

semangat ketakwaan. Ia seorang cucu dari al-Sayyid Mahdi al-Hakim, seorang guru akhlak kenamaan di masanya. Bahkan, di antara moyangnya (al-sayyid 'Ali al-Hakim) adalah seoarang dokter dan penulis besar di masa Syah 'Abbas al-Shafawi. Lebih jauh, menurut penuturan kitab Ansab, ia memiliki nasab hingga ke 'Ali bin Abi Thalib. Untuk melihat para guru, murid-murid, karya-karya dan sosial politiknya lihat, http://14masom.com/aalem-balad/18/18.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/05/ 2009.

7 Abu al-Qasim al-Khui ialah al-Imam al-Sayyid Abu al-Qasim al-Musawi al-Khui. Ia lahir pada pertengahan Rajab 1317 M./1899 H. di kota Khiwa, Adzerbaijan dan wafat di Iran pada

1984 M. setelah sebelumnya hijrah ke Nejf. Lebih dari 70 tahun ia berkecimpung dengan ilmu,

(w. 1382 H./1962 M.) 8 . Dalam usia 24 tahun ia sudah mendapat ijazah ijtihad mutlaq 9 dari guru-guru besarnya yang ada di Nejf.

Kemudian, pada tahun 1370 H./1950 M., Makârem al-Syirâzî kembali ke Iran (kota suci Qom) ketika mendapat panggilan untuk seluruh ulama dan cendikiawan untuk kembali ke hauzah ilmiyah di kota tersebut. Di kota inilah ia mengajarkan ilmu fikih dan usul fikih untuk tingkatan perguruan tinggi selama

lebih kurang 33 tahun. 10 Pada saat yang sama, ia juga menulis kitab-kitab agama seperti fikih dan usul fikih, tafsir, akidah, dan ilmu-ilmu keislaman yang lain, dan sekarang tempat ini menjadi salah satu pusat pengkajian Syi’ah terbesar yang dipenuhi ribuan mahasiswa.

a.2. Kondisi Sosial Politik yang Dihadapi.

Selain berkiprah dalam keilmuan dan pengajaran, Makârem al-Syirâzî juga

memiliki andil besar dalam bidang polotik. Hal ini tercermin dengan usaha pembentukan masyarakat Islam yang beraliran Syi’ah. Bersama dengan ulama- ulama lain ia menerbitkan majalah Syi’ah pertama yang diberi nama madrasat al- Islam dengan tujuan membendung dan menandingi majalah-majalah yang telah

terbit dan dianggap menyesatkan generasi muda dan bangsa di saat itu, 11 bahkan

bahkan selama telah mencapai derajat ijtihad, dan karenanya ia dijuluki selain seorang ulama, ustadz (profesor) juga mujtahid. Untuk lebih jelas mengenai para guru, murid-murid, karya-karya dan sosial politiknya lihat, http://www.amal–movement.com/kouii/index.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/05/ 2009.

8 ‘Abd. al-Hadi al-Syirazi ialah sayyid 'Abd. Al-Hadi bin al-Sayyid Ismail bin al-Sayyid Ridha al- Husaini al-Syirazi. Ia memiliki nasab hingga ke Zaid bin al-Imam 'Ali Zain al-'Abidin. Ia lahir

pada 1305 H. di kota Samira', Irak dan wafat di Shahn al-Haidari pada 9 Shafar 1382 H./1962 M. Ia tercatat sebagai salah seorang ahli syair di abad ke-14 H. Untuk lebih jelas mengenai para guru, murid-murid,

lihat, http://www.al- shia.org/htm/ara/others/?mod=monasebat&id=304. Sumber ini didownload tanggal 11/05/ 2009; lihat juga, Muhsîn al-Amîn, A'yân al-Syî'ah, telah ditahqîq oleh Hasan al-Amîn, juz. 8. (Beirut : Dâr al-Ta'âruf li al-Mathbû'at 1406 H /1986 M), h. 129.

9 Ijtihad Mutlaq adalah penentuan suatu hukum yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki syarat-syarat ijtihad sesuai dasar-dasar dan metode-metode para imam mujtahid (penentu

hukum) lain agar mencapai pemahaman yang mendalam terhadap nas-nas wahyu. Jenis ijtihad inilah yang sesuai dengan apa yang difatwakan oleh sebagian para ulama mujtahid, seperti Abu Yusuf, Al-Syaibani, Ibn Rusyd, al-Nawawi, Ibn Taimyah dan lain-lainnya yang telah mencapai tingkatan ijtihad. Lihat, Qutb Mushthafa Sanu, Mu'jam Mushtalahat Ushul al-Fiqh. (Beirut : Dâr al-Fikr al-Mu'âshir, 2000 M.), h. 35.

10 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 11 Salah satu kutipan majalah-majalah itu ialah taushiyah Imam Khomaini yang

mengingatkan dan menginspirasi para pemuda tentang bahaya media yang telah tersebar saat mengingatkan dan menginspirasi para pemuda tentang bahaya media yang telah tersebar saat

Makârem al-Syirâzî juga seringkali mengkritik pemerintah yang dianggap tidak Islami ketika itu, dan kritik ini ia tulis dalam majalah tersebut. Karena itu, tidak heran jika beberapa kali ia diasingkan ke dalam penjara di Chabahar,

Mahabad, dan Anarak Nain. 13 Meski mendapat tekanan dari berbagai kalangan yang pro pemerintah akan

aktivitas itu, Makârem al-Syirâzî senantiasa mengkritisi mereka, dan hal ini diwujudkan dengan memunculkan ide-ide revolusioner yang masif dan teraktualisasi ketika terjadinya ‘genderang’ Revolusi Islam di Iran pada tahun 1979 dimana ia menjadi salah seorang yang dipercaya untuk menulis Undang-

Undang Konstitusi negara tersebut. Revolusi Islam di Iran 14 adalah revolusi yang

sebelum terjadinya revolusi di Iran. Adapun redaksi taushiyah Imam Khomaini yang dinaksud adalah sebagai berikut :

Lihat, Mukhtar Al-Asadi, Al-Tsaurah fi Fikr al-Imâm al-Khomaini. (Teheran/Iran : Muassasah Tanzhîm wa Nasyr Turâts al-Imâm al-Khomaini, 1996 M.), h. 166-167. 12

http://www.jafariyannews.com/oct2k2/19 makaremshirazi.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/11/ 2008; lihat juga, http://en.wikipedia.org/wiki/Naser Makarem Shirazi. Sumber ini didownload tanggal 11 November 2008.

13 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. Perlu diinformasikan di sini, bahwa Chabahar adalah salah satu kawasan di Iran yang letak

teritorialnya jauh dari kota kurang lebih 20.000 km, dan 4 mil dari tempat pelatihan militer. Pada saat musim dingin cuaca di tempat itu sangat dingin sekali, dan demikian sebaliknya. Bahkan, mereka (yang dipenjara) hidup tanpa listrik di ditempat itu sehingga ketika musim panas mereka tidak tahu dan apa yang harus dilakukan dalam kondisi tersebut. Tempat ini selain merupakan pemukiman orang-orang Sunni tapi juga sebuah pemukiman maqbarah (kuburan) bagi kaum Syiah Bahaiyah yang dianggap sebagai sekte tersesat di kalangan Syiah. Di tempat tersebut, pemukiman Sunni mencapai 80 % sedangkan Syiah hanya mencapai 20 %. Akan tetapi sebagai masyarakat minoritas, Syiah juga berdialog dan bekerja sama dengan mereka dalam rangka melawan pemerintahan yang despotik, yakni pemerintahan Reza Pahlevi. Adapun Mahabad adalah kawasan yang terletak sebelah kiri di antara wilayah paling barat negara Iran. Jarak tempat tersebut dengan pusat kota Teheran adalah 3200 km dengan tempuh kurang lebih 1 minggu, bahkan harus melalui jalan salju sesampai di tempat tersebut. Makarem al-Syirazi diasingkan ke Mahabad ini setelah 50 hari di tempat Chabahar. Sedangkan Anarak Nain adalah dua kawasan atau wilayah, yakni Anarak dan Nain yang jarak keduanya adalah 75 km. Untuk lebih jelas mengenai peristiwa pengasingan Nasher Makarem al-Syirazi tersebut dapat lihat, http://www.makaremshirazi.org/arabic/biography/wed, 06/05/2009. /

14 Revolusi Islam Iran sekarang ini telah berusia tiga dekade, yakni sebuah revolusi agung yang memiliki identitas berbeda dengan revolusi lain yang pernah terjadi di dunia. Revolusi yang

terjadi tersebut mengubah peta perimbangan di tingkat regional dan global. Sejak pertama musuh terjadi tersebut mengubah peta perimbangan di tingkat regional dan global. Sejak pertama musuh

Menurut para pengamat, kokohnya gerakan Revolusi Islam Iran ini adalah berkat esensi ilahi dan islaminya, serta kekuatan dan kejeniusan kepemimpinan,

dan keteguhan perjuangan bangsa Iran. 16 Namun pertanyaan yang paling fundamental jika kita cermati adalah mengapa bangsa Iran melakukan revolusi

dan faktor apa yang memicu bangsa ini menggulingkan pemerintahan despotik Reza Shah Pahlevi dengan bimbingan langsung pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra.

Selain gonjang-ganjing politik terus marak, negara tersebut juga

mengalami nestapa ekonomi tak kunjung usai, kerawanan sosial merambah ke mana-mana, keamanan diri dan harta terus terancam yang berujung hidup makin

menggelisahkan, bahkan gagasan mistis kuno 17 pun menjadi solusi alternatif pada saat itu. Jadi, apa yang dialami dalam hidup dan kehidupannya Makârem al-

Syîrâzî bukan saja kondisi politik yang tidak menentu tapi juga sosial masyarakat yang tidak kondusif.

telah menentukan ultimatum bagi kehancuran Revolusi Islam ini. Namun kini, Revolusi ini telah berjaya hingga tiga dekade dan terus hidup setelah melampaui berbagai fluktuasi. Bahkan kini Revolusi

Islam dunia. Lihat, http://www.islammuhammadi.com. Sumber ini didownload tanggal 11 Mei 2009. 15 Yang dimaksud infiltrasi dan intervensi Barat ialah pemerintahan yang berkuasa di Iran

pada masa itu sepenuhnya bergantung pada Barat khususnya Amerika Serikat agar dapat tetap berkuasa. Reza Khan, pencetus silsilah keturunan Pahlevi, berkat dukungan pemerintah Inggris melakukan kudeta pada tahun 1921 dan 4 tahun kemudian dengan menggunakan isquo (tangan besi / otoriter) dan secara diktator, ia memaksa parlemen Iran untuk mengakui legalitas dinasti Pahlevi. Kala itu, Barat baru lepas dari Perang Dunia I, dan menyusul kekalahan imperium Ottoman, Inggris berhasil mengontrol sebagian besar kawasan di Timur Tengah termasuk Irak dan Palestina. http://www.islammuhammadi.com. Sumber ini didownload tanggal 11 Mei 2009.

16 http://www.islammuhammadi.com. Sumber ini didownload tanggal 11 Mei 2009. 17 Adapun yang dimaksud gagasan mistis kuno ialah gagasan-gagasan Nasher Makarem

al-Syirazi dalam menyikapi ide-ide mistis baik yang datang dari masyarakat awam maupun kelompok-kelompok kerohanian tertentu, yang kemudian bisa saja positif dan boleh jadi negative, sehingga dalam konteks tersebut ia dapat memberikan pandapatnya secara hitam-putih. Untuk lebih jelas melihat komentar atau pandangan Nasher Makarem al-Syirazi tentang gagasan tersebut, lihat, Nasher Makarem al-Syirazi, Al-Irtibath al-Arwah telah dialihbahasakan ke Indonesia "Berhubungan Dengan Roh; Kritik Syariat dan Logika atas Paham-Paham Sesat." Cet. III. (Jakarta : Lentera, 2005), h. cover belakang.

Dengan demikian, dapat dikatakan, Makârem al-Syîrâzî hidup dalam kondisi terpaan dan latar belakang kehidupan yang cukup mencekam di masa mudanya. Dengan kata lain, kondisi sosial politik yang dialami boleh dibilang kurang berpihak atau kurang menguntungkan bagi dirinya di satu sisi, dan di sisi lain ia juga memunculkan gagasan kritis dan kreatif dalam menyikapi kondisi yang dialaminya.

a.3. Karir di Bidang Akademik

Pada tahun 1952-1954 M. di masa Makârem al-Syîrâzî hidup telah berkembang media dan buku-buku yang berkenaan dengan pemikiran Materialis, 18 dan pemikiran ini sangat digandrungi oleh para pemuda dan akademisi pada saat itu. Dalam konteks pemikiran Materalis, ia berpendapat, pemikiran Materialis yang datang dari Barat sebenarnya akan mengancam pola

pemikiran Islam khususnya terhadap kaum generasi muda, karena pemikiran yang bertumpu pada materialis tidak selamanya logik, bahkan lebih jauh pemikiran itu

dapat menyesatkan jika tidak dikawal oleh agama. 19 Bahkan bersama tokoh-tokoh agama, dosen-dosen akidah dan filsafat

Nâsher Makârem al-Syirâzî dapat dianggap mempunyai andil besar dalam membendung pemikiran para mahasiswa dan akademisi untuk tidak terpengaruh

oleh derasnya pemikiran tersebut. 20 Karena itu, ia mendirikan pertemuan- pertemuan dan seminar-seminar ilmiyah yang di dalamnya membahas filsafat atau

pemikiran materialis ditinjau dari kacamata keilmuan dan filsafat itu sendiri, dan dari sinilah muncul berbagai kritik terhadap kekurangan pemikiran materialis dan dasar-dasar yang dibangun oleh pemikiran tersebut.

18 Materialis adalah pengikut faham materialis atau orang yang mementingkan kebendaan, uang, harta benda dan sebagainya. Sedangkan materialisme adalah fahaman atau

falsafah yang mempercayai bahwa hanya bendalah yang menyebabkan ada-nya dan terjadi-nya segala sesuatu dalam dunia ini. Lihat, Teuku Iskandar, Kamus Dewan. (Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Kuala Lumpur, 1970), h. 256; lihat juga, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Perpustakaan Nasional Balai Pustaka, 1976), h. 320.

19 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 20 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008.

Pertemuan dan seminar filsafat yang dilakukan pada saat itu tidak hanya sebagai aktivitas rutin di akademik yang tanpa tindak lanjut tapi juga menghasilkan karya-karya filsafat yang kemudian diberi nama “al-Mutafalsifûn” (buku-buku tentang para filosuf) yang hingga kini telah dicetak lebih dari 30 kali. Kemunculan buku tersebut diharapkan oleh Makârem al-Syîrâzî selain menjadi buku yang banyak diterima segala kalangan muda dan orang-orang terpelajar di kemudian hari tapi juga dapat merubah pola pikir mereka, bahkan banyak menarik

para pemikir Materialis dan Marxisme untuk berubah kepada filsafat Islam. 21 Perkembangan pemikiran filsafat yang berkembang saat itu merubah arah hauzah

ilmiyah dari kajian fikih dan usul fikih menjadi kajian filsafat Islam dan ilmu kalam juga kajian filsafat-filsafat lainnya. Kondisi demikian ini berlangsung lebih kurang 16 tahun, yaitu ketika Rusia menjajah negara tetangga Afganistan.

Selain itu semua, Makârem al-Syirazi juga membentuk majlis-majlis ilmu

dalam bidang akidah dan madzhab. Hal ini didorong karena buku–buku yang ada dan berkenaan dengan akidah Islam belum dianggap memenuhi kebutuhan publik secara menyeluruh. Selain karena buku-buku itu ditulis pada masa sebelum muncul berbagai problem yang dipikirkan oleh kaum materialis dan penjajah juga buku-buku itu hanya berisikan perdebatan-perdebatan seperti perdebatan Asy’ariyah dan Mu’tazilah yang dianggap kurang atau tidak mewakili dalam khazanah Islam, sementara sebagiannya adalah buku-buku yang merupakan bukan kebutuhan masa sekarang dan pembahasan-pembahasan seperti itu hanya bersifat

musiman saja. 22 Ide-ide tersebut oleh Makârem al-Syîrâzî ditulis lalu dijadikan catatan-catatan dan buku-buku yang kemudian diberi judul “al-Aqîdah al-

Islâmiyah wa al-Ushûl al-Khamsah” (Aqidah Islamiyah dan Lima Dasar). Pembentukan majlis-majlis ilmu dalam bidang akidah dan madzhab dalam perkembangan banyak menghasilkan buku-buku secara intensif baik untuk seminar keilmuan maupun mengenalkan kepada khalayak ramai tentang tema-

tema dasar akidah Islam yang semua ide datang dari Makârem al-Syîrâzî sendiri. 23

21 http://www.makaremshirazi.org. dan http://www.marxist.com/iran-revolusi-februari- 1979.htm. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008.

22 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008. 23 http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008.

Demikian pula majlis ilmu yang bekerja sama dengan majlis lain dalam rangka membentuk yayasan yang kemudian diberi nama al-Majma’ al-‘Ilmi li Inqâdzi al- Jayli al-Jadîd. 24

Hal serupa juga dilakukan oleh Makârem Syîrâzî ketika mendirikan tiga madrasah di Qom, yaitu madrasah Amir al-Mukminin Imam Ali, madrasah Imam Hasan Mujtaba, dan madrasah Imam Husein, hingga saat ini madrasah-madrasah

ini masih aktif diminati masyarakat. 25 Dengan demikian ia tidak saja peka dan berkiprah secara moril tapi juga secara meteril diupayakannya.

a.4. Karya-karyanya.

Jika dilihat dari perjalanan sejarah dan kiprah yang telah diungkapkan maka layak kalau Makârem Syîrâzî adalah salah seorang ulama Syiah yang memiliki dedikasi dan kompetensi yang begitu tinggi, dan ini telah direalisasikan

oleh ketekunan dalam menulis berbagai bidang keilmuan. Bahkan karya-karya yang teridentifikasi disinyalir mencapai lebih dari seratus buku. Akan tetapi, dari seratus buku tersebut ada yang sudah diterjemahkan ke sepuluh bahasa dunia dan ada pula yang sudah dicetak ulang lebih dari 30 kali.

Terlepas dari buku-buku yang sudah diterjemahkan tersebut, penulis hanya mendapat beberapa buku saja, antara lain:

1) Al-Amtsal fi Tafsîr Kitâbillah al-Munazzal. 26 Buku ini merupakan karya tafsir yang ditulis secara metode tartibi (tahlili) sesuai mushaf al-Qur'an, dan

24 Al-Majma’ al-‘Ilmi li Inqâdzi al-Jaili al-Jadid adalah sejenis hauzah (seminari) yang didirikan atas kerjasama majlis ilmu dengan sebuah lembaga yayasan yang bergerak di bidang

agama dan keilmuan yang ide-idenya dicetuskan oleh Nasher Makarem al-Syirazi. Hauzah ini banyak mempublikasikan majalah anak muda yang dikemas dengan baik dan kritis agar dapat menyelamatkan generasi muda dari ‘virus-virus’ kerusakan mental dan pengaruh pemikiran dan budaya yang datang dari 'luar'. Lihat, http://www.makaremshirazi.org. Sumber ini didownload tanggal 2 Desember 2008.

25 http://www.jafariyannews.com/oct2k2/19 makaremshirazi.htm. Sumber ini didownload tanggal 11/11/ 2008.

26 Al-Amtsal fi Tafsîr Kitâbillah al-Munazzal ditulis juga dalam bahasa Persia yakni Tafsir (al-Amtsal) Namuneh atau Tafsir Namuneh yang secara kemasan mencapai 27 jilid besar.

Selain itu, Menurut sumber yang disebutkan al-Ashfahani dalam karyanya, Manahij al-Tafsir wa Ittijahatuh, bahwa Tafsir Namuneh ialah termasuk salah satu tafsir Syiah yang cukup penting dalam bidang kalam atau orientasi kalam. Lihat, Muhammad 'Ali Ridha al-Ashfahani, Manahij al- Tafsir wa Ittijahatuh; Dirasat Muqaranatfi Manahij Tafsir al-Qur'an al-Karim. Cet. I. (Beirut : Markaz al-Hadharat li Tanmiyat al-Fikr, 2008), h. 187 dan 369.

cukup dianggap komprehensif jika dilihat secara isi dan cakupannya. 27 Penulisan buku tafsir ini memakan waktu lebih kurang 15 tahun yang berakhir pada 18 Dzulqa’dah 1407 H. 28 Tafsir ini dicetak untuk pertama kali oleh penerbit Muassasah al-Ba’ts li al-Tibâ’ah wa al-Nasyr, Beirut pada tahun 1413 H./1992 M. yang terkemas dalam 20 jilid besar.

2) Amtsâl al-Qurân. Tafsir ini berisikan uraian ayat-ayat tamtsîl (perumpamaan) al-Quran seperti Allah swt. memberikan perumpamaan hewan nyamuk untuk manusia (Q.s. al-Baqarah /2 : 26). Tafsir ini ditulis menggunakan metode tematik dan pada mulanya hasil ceramah dalam 2 bulan Ramadhan tahun 1418 dan 1419 H. yang kemudian diterjemahkan dan disunting ke dalam bahasa

Arab oleh syekh Tahsin al-Badri. 29 Dicetak untuk pertama kali oleh penerbit Madrasah Amir al-Mu’minin Ali ibn Abi Thalib di kota Qom-Iran, tahun 1424 H.

3) Training of the soul (Pembenahan jiwa). Buku ini berisikan

problematika pelatihan dan pembenahan jiwa yang sifatnya membimbing agar mendapatkan kedamaian dunia dan akhirat dengan cara mengikuti 6 cara (tips)

yang membawa kebehasilan menurut Nasher Makarem al-Syirazi. 30 Buku ini telah diterjemahkan oleh Ikramullah ke bahasa Indonesia yang kemudian

dipublikasikan penerbit Pustaka Zahra, Jakarta 2004.

27 Komprehensif yang dimaksud ialah terletak pada isi tafsir tersebut, yakni saat melihat kelebihan yang dimiliki tafsir itu, antara lain 1) mudah dicerna, menggunakan bahasa yang

sederhana sehingga mudah dipahami, 2) memuat pembahasan penting dan selaras dengan buku tafsir-tafsir besar lainnya, 3) meliputi permasalahan kontemporer yang menjadi kebutuhan masyarakat modern atau dewasa ini, dan 4) kajian di dalam tafsir itu meliputi aspek akidah, sosial, etika, politik dan ibadah. Meski demikian penafsiran ayat-ayat al-Quran tetap dipisahkan dari uraian-uraian tambahan agar tidak bercampur dengan pembahasan al-Quran dan masalah-masalah selain tafsir. Lihat, Nasher Makarem al-Syirazi, Al-Amtsal fi Tafsîr Kitâb Allâh al-Munazzal. Jld. I. Cet. I., (Beirut : Muassasah al-Ba’ts li al-Tibâ’ah wa al-Nasyr, 1413 H./ 1992 M.), h. dalam muqaddimah.

28 Nasher Makarem al-Syirazi, Al-Amtsal fi Tafsîr Kitâb Allâh al-Munazzal. Jld. I. Cet. I., h. dalam muqaddimah.

29 Nasher Makarem al-Syirazi, Tafsir Amtsal al-Qur'an. Jld. I. (Qom / Iran : Madrasah Amir al-Mu’minin Ali ibn Abi Thalib, 1424 H.), h. 6.

30 Adapun enam cara atau (tips) ialah 1) senantiasa bertaubat dengan sungguh-sungguh kepada Allah swt., 2) gemar melakukan perbuatan baik, 3) berserah kepada Allah swt., 4) gemar

bersedekah, 5) memerintah kebajikan [amr ma’ruf], dan 6) melarang keburukan / kejahatan [nahi munkar]. Selain enam cara di atas, dalam buku tersebut juga menjelaskan tentang sifat-sifat terpuji yang harus dilakukan oleh seorang manusia sebagai hamba Allah swt. Lihat, Nasher Makarem al- Syirazi, Training of the Soul telah dialihbahasakan oleh Ikramullah. (Jakarta : Pustaka Zahra, 2004), h. mukaddimah.

4) Al-Irtibâth bi al-Arwâh. Buku ini menceritakan gagasan mistis kuno yang masih hidup hingga abad modern ini, yaitu gagasan yang berhubungan dengan alam arwah. Dengan kata lain, melalui suatu upacara tertentu, sebagian orang mengklaim dapat berhubungan dengan roh orang yang sudah wafat, dapat berkomunikasi dengannya, dapat menerima pesan atau informasi darinya, dapat bertanya jawab dan seterusnya, bahkan kelompok-kelompok kerohanian tertentu

meyakini sungguh-sungguh hal ini dan kerap mengupacarakannya. 31 Buku ini telah dipublikasikan untuk pertama kali oleh penerbit Dar al-Nubalâ’, Beirut, pada 1414 H./1994 M. dalam bahasa Arab yang masih asli yang kemudian diterjemahkan oleh Irwan Kurniawan ke bahasa Indonesia menjadi "Berhubungan dengan Ruh; Kritik Syariat dan Logika atas Paham-Paham Sesat." 32

5) ‘Aqâ`idunâ. Buku ini menceritakan dasar-dasar rasional dari bangunan agama Islam, yang tersimpul paling tidak dalam lima persoalan, yakni ketuhanan,

keadilan, kenabian, kepemimpinan, dan keakhiratan atau hari akhir. Di samping persoalan-persoalan yang telah disebutkan, buku tersebut memaparkan kelima

fondasi Islam itu secara cerdas. 33 Buku ini telah diterjemahkan oleh Toha al- Musawa ke bahasa Indonesia menjadi "Inikah Keyakinan Kita?". Dalam versi

berbahasa Arab, buku tersebut telah diterbitkan oleh penerbit Amir Mu’minîn, Qom, 1425 H. yang ketiga kalinya, sedangkan dalam versi berbahasa Indonesia diterbitkan untuk pertama kali pada bulan Safar 1428 H./Maret 2007 M. oleh penerbit Mu'ammal, Pekalongan, 2007.

6) Lessons about Allah, Prophet, Justice, Immate, Ressurrection. Buku ini menjelaskan kualitas keislaman seseorang sangatlah terkait dengan keimanan, keduanya sangat erat, saling mempengaruhi dan tak terpisahkan satu sama lain, bahkan keimanan yang paling pokok ialah mengenal Allah swt. yang merupakan

32 Nasher Makarem al-Syirazi, Al-Irtibath al-Arwah (terj), Cet. III., h. cover belakang. Dalam versi berbahasa Indonesia, buku tersebut telah dicetak 3 kali. Cetakan ke-1 pada Ramadhan 1419 H./ Desember 1998 M., cetakan ke-2 pada Syawal 1419 H./Februari 1999 M., dan

cetakan ke-3 pada Rabi’ul Awwal 1426 H./Juni 2005 M. Lihat, Nasher Makarem al-Syirazi, Al- Irtibath al-Arwah (terj.), Cet. III., h. 4.

33 Nasher Makarem al-Syirazi, 'Aqa'iduna telah dialihbahasakan oleh Toha al-Musawa keindonesia "Inikah Keyakinan Kita?". Cet. I. (Pekalongan : Mu'ammal, 2007), h. cover belakang.

inti dari seluruh ajaran Islam dan mengenal Nabi sebagai pembawa risalah. 34 Lebih jauh, mengenal Allah swt. akan melahirkan pemahaman bahwa jika dalam keimanan tidak mengenal Allah swt. maka yang lainnya tidak akan berarti, dan demikian mengenal Allah dan Nabi akan membawa kita kepada keimanan terhadap hal-hal pokok lainnya, yakni keadilan Tuhan, kepemimpinan (imamah),

dan kebangkitan di akhirat. 35 Buku tersebut telah diterjemahkan oleh M. Hashem ke bahasa Indonesia

menjadi "Belajar Mudah tentang Allah swt.; Kenabian, Keadilan Ilahi, Kepemimpinan [Imamah], Kebangkitan di Akhirat". Dalam versi berbahasa Inggris, buku tersebut telah diterbitkan oleh penerbit Islamic Guidance Committe, Kuwait (tanpa tahun), sedangkan dalam versi berbahasa Indonesia diterbitkan oleh PT. Lentera Basritama Anggota IKAPI, tahun 2004 dengan tiga kali cetak.

7) Zubdat al-Ahkâm Muthâbiqah li al-Fatâwa. Buku ini menceritakan

fikih Syiah dan fatwa-fatwa hukum terhadap masalah-masalah agama. Buku ini telah dipublikasikan oleh penerbit Madrasah Amir al-Mukmin, Qom, Iran pada tahun 1414 H.

8) Risâlah Taudhîh al-Masâil. Buku ini berisi tentang fikih dan penjelasan berbagai masalah agama ditinjau secara hukum agama. Buku ini telah dipublikasikan oleh penerbit Madrasah Amir al-Mukmin, Qom, Iran.

9) Al-Qawâid al-Fiqhiyah. Buku ini berisikan tentang kaidah-kaidah fikih Islam. Buku ini selesai ditulis Nasher Makarem al-Syirazi pada sabtu 28 Syawal 1392 H. Buku ini telah dipublikasikan oleh penerbit Madrasah Amir al-Mukmin, Qom, Iran.

10) Ajwibat al-Masâ`il al-Syar'iyah. Buku ini berisikan tentang seputar pertanyaan-pertanyaan masyarakat dalam masalah akidah, ibadah, dan sebagainya. Buku ini telah dipublikasikan oleh penerbit Madrasah Amir al- Mukmin, Qom, Iran, pada tahun 1427 H.

34 Nasher Makarem al-Syirazi, Lessons about Allah, Prophet, Justice, Immate, Ressurrection telah dialihbahasakan oleh M. Hashem menjadi "Belajar Mudah tentang Allah swt.;

Kenabian, Keadilan Ilahi, Kepemimpinan [Imamah], Kebangkitan di Akhirat". Cet. III. (Jakarta : PT. Lentera Basritama Anggota IKAPI, 2007), h. cover belakang.

35 Nasher Makarem al-Syirazi, Lessons about Allah, Prophet, Justice, Immate, Ressurrection (terj.), Cet. III., h. cover belakang.

11) Ayat al-Wilâyat fî al-Qur`ân. Buku ini menjelaskan tentang tafsir ayat- ayat kepemimpinan atau keistimewaan khilafah dan wilâyat bagi kaum Muslimin, juga keutamaan Ahl Bait di dalam al-Qur'an. Buku ini telah dipublikasikan oleh penerbit Madrasah Amir al-Mukmin, Qom, Iran, pada tahun 1425 H./2005 M. dalam dua akli cetak.

12) Me'raj and prophet of Islam. Buku ini telah diterjemahkan ke Indonesia menjadi "Mi'raj Nabi" dalam cet. 1 oleh penerbit YAPI Bandar Lampung, Jakarta tahun 1408 H./1988 M.

13) Al-Jamarât fi al-Mâdhi wa al-Hâdir. Buku ini mencoba membahas permasalahan jumrah dari masa awal muncul hingga perkembangan di masa sekarang. Buku ini telah dipublikasikan oleh penerbit Sulaiman Zadah-Madrasah Ali ibn Abi Thalib, Qom, Iran tahun 1426 H., dan hingga sekarang telah dicetak 3 kali.

14) Ma'rifatullah. Buku ini mencoba mengulas makrifatullah yang dikemas secara rasional. Buku ini telah diterjemahkan ke Indonesia menjadi "Tauhid" dalam cet. I tahun 1411 H./1991 M. oleh penerbit YAPI Bandar Lampung, Jakarta.

15) Qishas al-Quran Muqtabis min Tafsîr al-Amtsal. Buku ini membahas cuplikan kisah-kisah yang diambil dari Tafsir al-Amtsal dan Amtsâl al-Qurân. Buku ini telah diterbitkan oleh Muasasah Anshorian li al-Tibaah wa al-Nasyr, cet.

IV 1426 H./2005 M.

16) Let's Learn About Divine Justice yang telah dipublikasikan oleh Foreign Department of Bonyad Ba'that in 1985, Teheran. Dengan demikian, beberapa karya yang telah disebutkan menunjukan Nasher Makarem al-Syirazi tidak hanya menulis dalam di bidang tafsir tapi juga bidang fikih, hukum, kalam, akidah, dan tasawuf.

B. Profil Nafahât Al-Qur’ân Uslûb Jadîd fî Al-Tafsîr al-Maudhû’î

b.1. Penyusunan Kitab

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Nafahât Al-Qur’ân Uslûb Jadîd fî Al-Tafsîr al-Maudhû’î adalah salah satu karya Ayatullah Makârem al-

Syîrâzî merupakan karya masterpeace di antara dua tafsir yang lain, yaitu Al- Amtsal fi Tafsîr Kitâbillah al-Munazzal dan Amtsâl al-Qurân. Tafsir Nafahât al- Qurân untuk pertama kali disusun atas latar belakang munculnya pertanyaan- pertanyaan yang datang dari masyarakat, para mahasiswa, dan dosen tentang masalah-masalah agama seperti masalah akidah, fikih, tafsir, filsafat, dan

sebagainya. 36 Selain dilatarbelakangi oleh munculnya pertanyaan-pertanyaan, tafsir

Nafahât al-Qurân juga ditulis karena literatur-literatur yang ada pada saat itu hanyalah tafsir-tafsir yang membahas sebuah tema yang tidak mencakup akidah

filsafat, hukum, dan sebagainya. 37 Jadi, penulisan atau penyusunan kitab tersebut dapat dipastikan, selain karena literatur yang kurang memadai tentang tema-tema

tapi juga dilatarbelakangi oleh pertanyaan sekelompok masyarakat baik secara akademis maupun non akademis.

Karena itu, berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dan litertur- literatur yang minim di lingkungan masyarakat maka Makârem al-Syîrâzî mencoba memulai mengumpulkan dalil-dalil al-Qur'an, hadis, riwayat-riwayat Ahl Bayt, dan 'aqli (argumentasi akal) yang kemudian dijadikan sebagai landasan dalam menjawab semua pertanyaan yang ada sekaligus melengkapi literatur- litertur yang minim ketika itu, sehingga ia pun dapat merealisasikannya dengan

menulis sebuah tafsir maudhu'i dengan menghabiskan waktu 8 tahun, 38 atau tepatnya pada peringatan hari wafatnya (haul) Imam Syahid ‘Ali ibn Musa al-

Ridha as (w. 203 H.) pada akhir bulan Shafar tahun 1416 H./ 1995 M. 39

36 [email protected]. Sumber di atas diambil dari e-mail penulis dengan Nasher Makarem al-Syirazi pada Senin, 24 November, 2008.

37 [email protected]. Sumber di atas diambil dari e-mail penulis dengan Nasher Makarem al-Syirazi pada Senin, 24 November, 2008.

38 [email protected]. Sumber di atas diambil dari e-mail penulis dengan Nasher Makarem al-Syirazi pada Senin, 24 November, 2008.

39 Nasher Makarem Syirazi Nafahat al-Quran Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû’î li al- Qur’an al-Karîm. Cet. I. Juz. 10. (Haidari / Qom : Muassasat Abi Shalih li Nasyr wa al-Tsaqafah,

t.th.), h. 414.

b.2. Metode dan Sistematika Kitab

Menafsirkan ayat-ayat al-Quran sesuai dengan tema atau menggunakan metode tematik mempunyai beberapa cara yang sering dilakukan oleh para ulama (lihat; 'Ulum al-Qur'an). Akan tetapi menurut Makârem Syîrâzî, cara atau metode

tematik dapat dikategorikan ke dalam dua, yaitu 40 :

Pertama, cara yang sering digunakan oleh para mufassir dalam menafsirkan al-Qur'an, yaitu mereka menentukan tema yang bermacam-macam seperti tema-tema akidah (yang di dalamnya mencakup tauhid, akhirat, dan sebagainya), atau tema-tema akhlak (seperti takwa, akhlak yang baik, dan sebagainya), kemudian menyebutkan pembahasan-pembahasan filsafat, kalam, akhlak lalu menyebutkan beberapa ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan tema tersebut.

Kedua, cara penafsiran yang dimulai dengan mengumpulkan ayat-ayat

yang berkaitan dengan tema dari seluruh bagian al-Quran, dan sebelum melakukan uraian terlebih dahulu mengumpulkan ayat-ayat dan melakukan penafsiran secara bersamaan dengan mengumpulkan dan memperhatikan kaitan (munasabah) antar ayat agar dapat menghasilkan gambaran penafsiran yang sempurna. Dengan metode ini seorang mufassir tidak menambahkan pendapatnya sendiri, seolah-olah tafsir itu laksana bayangan yang berada di belakang ayat-ayat al-Quran, setiap tafsirnya adalah menyingkap kandungan ayat-ayat, dan jika diperlukan pendapat para ulama lain atau hadis-hadis maka akan diletakkan pada pembahasan tersendiri secara terpisah.

Dalam konteks dua metode tersebut, Makârem al-Syîrâzî dalam tafsir Nafahât al-Qurân menjelaskan : ”Kami telah mengumpulkan setiap ayat-ayat pada setiap tema, dan kami

letakkan seluruh ayat-ayat itu pada permulaan di setiap pembahasan, setiap masalah-masalah pembahasan kami letakkan di bawah zhilâl (bayang- bayang) ayat-ayat, dan cara inilah menurutku metode yang cocok untuk sampai kepada hakekat al-Quran." 41

40 Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran, Juz. 1. h. 18-19. 41 Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran, Juz. 1. h.19.

Dengan demikian, metode tematik yang dibangun Makârem al-Syîrâzî tidak hanya mengumpulkan tema-tema yang ada dan sebagainya tapi juga dikaitkan tema-tema yang dibahas tidak lepas dari pengaitan kepada disiplin ilmu lain yang dianggap memiliki korelasi.

Kemudian, tafsir Nafahât al-Qur`ân tidak hanya memiliki metode atau cara sebagaimana karya-karya lain tapi juga disusun secara sistematis. Adapun sistematika tafsir secara penyusunan terkemas dalam 10 jilid, antara lain:

Juz I : menjelaskan tentang tema ilmu dan pengetahuan dalam al-Qur'an. Dalam tema juz ini mencakup 5 tema besar yang di dalamnya juga terdapat sub- sub tema yang berkenaan dengan tema besar tersebut. Sebelum masuk pada sub- sub tema, penulis tafsir memberikan tamhîd (pendahuluan) untuk sebuah pembahasan, dan demikian diakhir pembahasan ia juga memberikan natîjat al- bahts (konklusi) dan idhâhât (uraian tambahan). Adapun 5 tema besar tersebut

ialah 1) urgensi dan signifikansi tentang menyebut nama Allah swt. dalam setiap perbuatan, 2) al-Qur'an dan kewajiban berpengetahuan, 3) sumber dan jalan menuju makrifat, 4) faktor-faktor yang menjauhkan makrifat dan bahayanya, dan

5) syarat-syarat bermakrifat. 42 Juz II : menjelaskan tentang pengetahuan Allah swt. dalam al-Qur'an. Dalam juz ini mencakup 2 tema besar yang di dalamnya juga meliputi sub tema yang berkenaan dengan tema besar tersebut. Sebelum memasuki setiap sub tema, penulis tafsir memberikan tamhid dan syarh al-Mufradât, dan demikian pula ia memberikan taudhîhat (uraian tambahan) diakhir pembahasan sub tersebut. Adapun dua tema besar tersebut ialah 1) faktor-faktor atau dorongan-dorongan

menuju pembahasan Tuhan, dan 2) dalil-dalil makrifat kepada Allah swt. 43 Juz III : menjelaskan tentang jalan atau cara bermakrifat kepada Allah.

Dalam juz ini mencakup 4 besar tema yang di dalamnya meliputi sub tema yang berkenaan dengan tema besar tersebut. Dalam sub tema di juz ini, penulis tafsir

42 Untuk lebih jelas mengenai sub-sub yang tercakup di dalamnya dapat dilihat ke kitabnya langsung. Demikian pula sub-sub yang terdapat pada juz-juz seterusnya. Kemudian,

untuk juz I ini diselesaikan penulisnya pada tanggal 8 Rajab 1408 H (25 Februari 1988). Lihat, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran. Juz. 1. h. 465.

43 Juz II ini diselesaikan penulisnya pada tanggal 17 Dzilqa’dah 1408H (1 Juli 1988). Lihat, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran. Juz. II. h. 494.

tidak memberikan tamhîd dan natîjat al-Bahts sebagaimana di dua juz sebelumnya, akan tetapi hanya sedikit saja beberapa idhâhât di antara beberapa tema yang ada. Adapun 4 tema besar tersebut ialah 1) cara-cara makrifat kepada Allah swt., 2) keesaan zat yang Maha Suci adalah dasar dan paling utama dalam makrifat kepada Allah swt., 3) sumber-sumber tentang syirik yang menyesatkan,

dan 4) cabang-cabang tauhid seperti tauhid dzat, sifat, dan sebagainya. 44

Juz IV : menjelaskan tentang pengenalan sifat-sifat Allah swt. dan keagungan-Nya. Paling tidak dalam juz ini mencakup beberapa sub tema, antara lain : 1) mengenal sifat-sifat indah (estetik) Allah swt, 2) nama-nama Allah swt yang terpuji dan nama kebesaran-Nya, 3) ilmu Allah swt. yang mutlak, 4) jenis- jenis ilmu Allah swt., 5) cabang-cabang lain dari ilmu Allah swt., 6) sifat-sifat keagungan Allah swt. [al-Shifat al-Salbiyat], 7) sifat-sifat perbuatan Allah swt., dan 8) keadilan Tuhan [al-'Adl al-Ilahi]. Setiap sub tema tersebut meliputi sub-sub

tema kecil yang mendukung pembahasan, termasuk tamhîd, kumpulan ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan tema tersebut lalu ditafsirkannya, kemudian

diakhiri dengan taudhîhât (uraian tambahan). 45 Juz V : menjelaskan tentang hari kembali atau hari kiamat (al-Ma'âd)

dalam al-Qur'an. Berikut ini sub tema yang terdapat dalam juz ini, antara lain 1) seputar urgensi pembahasan al-Ma'âd, 2) contoh-contoh yang menunjukkan kepada al-Ma'âd seperti penciptaan awal dan kudrat Tuhan yang mutlak, tanda- tanda kehidupan di bumi, perkembangan janin, dan lain-lain, 3) dalil-dalil kejadian al-Ma'âd seperti dalil fitrah, hikmah, keadilan, dan lain-lain, 4) percaya terhadap al-Ma'âd dan korelasinya dengan pendidikan, dan 5) 'Alam al-Baqâ' yang mencakup kematian dan alam barzah. Setiap sub tema meliputi sub-sub tema kecil yang mendukung pembahasan, termasuk tamhîd, kumpulan ayat-ayat al-

44 Di juz III ini tidak disebutkan penyelesaian penulisannya sebagaimana di bab sebelumnya. Kemudian untuk sub-sub tema yang tercakup dalam 4 tema besar di atas dapat dilihat

pada, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran. Juz. III., h. 45 Juz IV ini diselesaikan penulisnya pada tanggal 15 Rabi' al-Tsani 1410 H. Lihat,

Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran. Juz. IV. h. 454.

Quran yang berkenaan dengan tema tersebut lalu ditafsirkannya, kemudian diakhiri taudhîhât (uraian tambahan). 46

Juz VI : merupakan kelanjutan dari juz V, yakni menjelaskan tentang hari kembali (al-Ma'âd) atau hari kiamat dalam al-Qur'an. Berikut ini sub tema yang terdapat dalam juz ini, antara lain 1) tanda-tanda kiamat yang mencakup tanda- tanda akhir atau ditutupnya alam jagat raya ini seperti gunung berjalan, luapan air yang sangat dahsyat, goncangan yang sangat besar, benda-benda langit hancur, dan lain-lain, 2) tanda-tanda dimulai hari kiamat seperti tiupan terompet dan lain- lain, 3) buku catatan amal perbuatan, 4) pengadilan Tuhan, 5) jembatan shirat dan mirshad, 6) surga dan para penghuninya termasuk kenikmatan, macam-macam pintu surga, luas dan tingkatan-tingkatan surga, dan lain-lain, 7) neraka dan para penghuninya termasuk tentang materi api nereka jahanam, pintu-pintu jahanam dan tingkatan-tingkatannya. Selain itu semua, terdapat pula tema tentang al-

Qur'an dan syafaat, juga al-A'râf yang di dalamnya mencakup siapakah al-A'râf dan di manakah mereka. Kemudian, setiap sub tema tersebut meliputi sub-sub tema kecil yang mendukung pembahasan, termasuk disebutkan pula kumpulan ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan tema tersebut lalu ditafsirkannya. 47

Juz VII : menjelaskan tentang kenabian secara umum dalam al-Qur'an. Dalam juz ini terdapat 13 tema besar, antara lain : 1) filsafat para nabi yang diutus menurut pandangan al-Qur'an, 2) keistimewaan-keistimewaan umum yang diberikan kepada para nabi, 3) syarat-syarat kerasulan, 4) kesucian para nabi, 5) komentar dan pendapat-pendapat seputar kemaksuman para nabi ('ishmat al- anbiyâ'), 6) masalah-masalah seputar kemaksuman para nabi, 7) tingkatan keilmuan yang diberikan kepada para nabi, 8) para nabi dan korelasinya dengan ilmu gaib, 9) ilmu-ilmu lain yang diberikan kepada para nabi dalam al-Qur'an, 10) masalah-masalah dalam wahyu, 11) pokok-pokok umum dari dakwah para nabi,

12) para nabi yang disebutkan dalam al-Qur'an, dan 13) kebenaran sejarah para nabi. Dari setiap tema-tema tersebut meliputi sub tema kecil yang mendukung

46 Juz V ini diselesaikan penulisnya pada tanggal 16 Shafar 1411 H. Lihat, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran. Juz. V. h. 419.

47 Juz VI ini diselesaikan penulisnya pada tanggal 27 Dzulqa'dah 1411 H. Lihat, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran. Juz. VI. h. 479.

pembahasan, termasuk disebutkan pula kumpulan ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan tema tersebut. Selain itu semua, sebelum mengungkapkan pembahasan sub-sub tema, penulis tafsir terlebih dahulu memberikan tamhîd

(pendahuluan), kemudian diakhiri dengan intisari bahasan (tsamrat ul-bahts). 48 Juz VIII : menjelaskan tentang kenabian secara khusus dalam al-Qur'an.

Dalam juz ini terdapat 7 tema besar, antara lain 1) utusan atau rasul Islam dalam al-Qur'an, 2) nabi Islam dalam al-Qur'an, 3) dalil-dalil yang menetapkan kebenaran ajakan rasul Islam, 4) gambaran-gambaran atau contoh-contoh mukjizat al-Qur'an seperti kefasihan bahasa, balaghat, kesejarahan, proyeksi berita gaib, dan lain-lain, 5) kumpulan qarînah-qarînah sebagai cara lain untuk ketenangan hati, 6) berita-berita gembira dan isyarat-isyarat, dan 7) pungkasan atau penutup dari segala yang ada dalam al-Qur'an seperti nabi di Islam (Muhammad bin 'Abdillah saw.) adalah nabi akhir / penutup dari para nabi. Setiap

sub tema tersebut meliputi sub-sub tema kecil yang mendukung pembahasan, termasuk disebutkan pula kumpulan ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan tema tersebut lalu ditafsirkannya meski tidak semuanya. Selain itu semua, sebelum mengungkapkan pembahasan sub-sub tema, penulis tafsir terlebih dahulu memberikan tamhîd (pendahuluan), kemudian diakhiri dengan intisari bahasan

(tsamrat ul-bahts). 49

Juz IX : menjelaskan tentang wilâyat (kekuasaan) dan imamah (kepemimpinan) dalam al-Qur'an. Dalam juz ini terdapat 7 tema besar, antara lain : 1) wilâyat dan imamah dalam al-Qur'an, 2) wilâyat dan imamah dalam hadis atau sunnah, 3) syarat-syarat dan sifat-sifat khusus bagi para imam, 4) wilâyat bagi para nabi dan para imam, 5) ayat-ayat istimewa tentang para imam, 6) para imam itsna 'asyariyah, dan 7) imam Mahdi. Setiap sub tema meliputi sub-sub tema kecil yang mendukung pembahasan, termasuk disebutkan pula kumpulan ayat-ayat al- Quran yang berkenaan dengan tema tersebut lalu ditafsirkannya meski tidak

48 Juz VII ini diselesaikan penulisnya pada tanggal 11 Shafar 1413 H. Lihat, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran Uslûb. Juz. VII. h. 491.

49 Juz VIII ini tidak disebutkan penyelesaian penulisanya seperti pada juz VII. Lihat, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran. Juz. VIII., h.

semuanya, kemudian diakhiri dengan intisari bahasan (tsamrat ul-bahts). 50 Selain itu semua, sebelum mengungkapkan pembahasan sub-sub tema, penulis terlebih dahulu memberikan tamhîd (pendahuluan), 51 dan demikian pula dilakukan di tiap- tiap sub tema dari tema-tema besar tersebut. Juz X : merupakan kelanjutan dari juz IX, yakni menjelaskan tentang al- Qur'an dan pemerintahan Islam. Paling tidak dalam tema juz ini terdapat 22 tema besar, antara lain : 1) komparasi antara imamah dan pemerintahan, 2) tujuan- tujuan pemerintahan Islam, 3) eksistensi pemerintahan Islam, 4) hubungan antara agama dan pemerintahan, 5) pilar-pilar pemerintahan Islam, 6) apakah Rasulullah dan para imam maksum memiliki legalitas syariat, 7) majlis permusyawatan dan pemilihan perwakilan, 8) bagaimana kesesuaian majlis permusyaratan dengan lembaga permusyaratan Islam, 9) komponen-komponen aturan pelaksanaan, 10) peradaban yang mengatur pemerintahan Islam, 11) bagaimana pemilihan ketua

dewan pelaksana [legislatif], 12) Siapakah yang memiliki hak mengatur, 13) tata auturan penjara dalam Islam, 14) polisi syariat [al-Hisbat] yang memerintah kebaikan dan melarang kemungkaran, 15) pendidikan dan pengajaran, 16) peran buku-buku dan majalah dalam pemerintahan Islam, 17) angkatan pertahanan dan persenjataan militer, 18) etika berjihad, 19) pemerintahan Islam dan kedamaian,

20) angkatan perang, 21) hubungan kaum Muslimin dengan non Muslim minoritas dan pemerintahan Islam, dan 22) pemerintahan Islam dan lembaga

keamanan Islam. 52

Jika dilihat dari tema-tema dan sub-sub yang terdapat di dalam juz 1 hingga juz 10 di atas maka akan terlihat bahwa tafsir tematik Syiah yang ditulis oleh Makârem al-Syîrâzî tidak saja mencakup persoalan tauhid dan kalam, atau

50 Juz IX ini diselesaikan penulisannya pada Rabi' al-Tsani 1415 H. Lihat, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran Uslûb. Juz. IX., h. 398.

51 Terdapat lima tamhîd yang terdapat dalam juz IX tersebut, antara lain 1) apa itu imamah, 2) apakah imamah termasuk pembahasan pokok atau cabang, 3) kapan pembahasan

imamah dimulai atau muncul termasuk secara bahasa dan menurut al-Qur'an, 4) bagaimana kedudukan imam menurut al-Qur'an, dan 5) bagaimana filsafat eksistensi imam. Lihat, Nasher Makarem Syirazi, Nafahat al-Quran. Juz. IX., h. al-Fihris. Semua ini diuraikan sebelum tema- tema besar di atas.

52 Juz X ini diselesaikan penulisannya pada akhir bulan Shafar di hari peringatan wafat imam 'Ali bin Musa al-Ridha 1416 H. Lihat, Nasher Makârem Syîrâzî, Nafahât al-Qur`ân, Juz. X.,

h. 414.

kesejarahan klasik tapi juga hal-hal yang modern tercakup di dalamnya, seperti ilmu pengetahuan dan uraian filsafat, pemerintahan dan perundang-undangan, angkatan perang, persenjataan dan sebagainya. Demikianlah sebagian besar isi, metode, dan sistematika tafsir yang ditulis Makârem Syîrâzî dalam kitab tafsirnya, Nafahât al-Qurân uslûb jadîd fi al-tafsîr al-maudhû'i li al-Qurân al-Karîm.