UDI YULIAR 05.2.00.1.05.01.0043 PROGRAM S2 KONSENTRASI TAFSIR HADIS

TAFSIR TEMATIK SYÎ’AH

(Studi Kritik terhadap Tafsîr Nafahât al-Qur’ân Uslûb Jadîd

fî al-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’ân al-Karîm)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

dalam Ilmu Agama Islam

Disusun oleh

UDI YULIAR TO 05.2.00.1.05.01.0043

PROGRAM S2 KONSENTRASI TAFSIR HADIS

Pembimbing : Dr. Yusuf Rahman, MA.

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama

: Udi Yuliarto

: Tafsir Hadis

Tempat, Tgl. Lahir : Mempawah (Kal-bar), 19 Juli 1968

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis saya yang berjudul " Tafsir Tematik

Syi'ah (Studi Kritik terhadap Tafsir Nafahât al-Qur`ân Uslûb Jadîd fî al- Tafsîr al-Maudhû'î li al-Qur`ân al-Karîm karya Ayatullah Nasher Makârem

al-Syîrazî) " adalah benar-benar karya asli saya, kecuali beberapa kutipan yang secara akademik dapat dibenarkan. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan

dalam tesis ini maka sepenuhnya tanggung jawab saya pribadi.

Demikian pernyataan ini dengan sebenarnya dan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 19 Januari 2010 Yang Menyatakan,

Udi Yuliarto

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis yang berjudul: "Tafsir Tematik Syi'ah (Studi Kritik terhadap

Tafsir Nafahât al-Qur`ân Uslûb Jadîd fî al-Tafsîr al-Maudhû'î li al-Qur`ân al-

Karîm karya Ayatullah Nasher Makârem al-Syîrazî)" yang ditulis oleh Udi Yuliarto, NIM. 05.2.00.1.05.01.0043, konsentrasi Tafsir Hadis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah diperbaiki sesuai permintaan, saran dan masukan pembimbing dan disetujui untuk diajukan ke sidang ujian tesis.

Jakarta, 19 Januari 2010 Pembimbing

Dr. Yusuf Rahman, MA.

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis dengan judul : " Tafsir Tematik Syi'ah (Studi Kritik terhadap Tafsir

Nafahât al-Qur`ân Uslûb Jadîd fî al-Tafsîr al-Maudhû'î li al-Qur`ân al-Karîm

karya Ayatullah Nasher Makârem al-Syîrazî) " yang ditulis oleh Udi Yuliarto, NIM. 05.2.00.1.05.01.0043, telah diujikan dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqasyah Tesis yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 28 Januari 2010. Tesis tersebut telah diperbaiki sesuai petunjuk pembimbing dan penguji serta di terima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Magister Agama dalam bidang Tafsir Hadis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mengetahui, Tim Penguji Sidang Munaqasyah Tesis

Dr. Ujang Tholib, MA Ketua Sidang / Penguji

---------------------------

Dr. Yusuf Rahman, MA Pembimbing / Penguji

---------------------------

Prof. Dr. Suwito, MA Penguji I

---------------------------

Dr. Muchlis Hanafi, MA Penguji II

---------------------------

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

dh

th

zh

ts

'a

gh

kh

dz

sy

sh

B. Vokal

Vokal Tunggal :

i ـــُـــ u

a ـــِــ ـ

Vokal Panjang :

Vokal Rangkap :

C. Lain-lain

- Transliterasi syaddah atau tasydîd ( ّ ) dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama. - Transliterasi ta' marbûthah ( ة ) adalah " h "; termasuk ketika ia diikuti oleh kata sandang " al " ( لا ), kecuali dalam transliterasi dengan " al" - Transliterasi syaddah atau tasydîd ( ّ ) dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama. - Transliterasi ta' marbûthah ( ة ) adalah " h "; termasuk ketika ia diikuti oleh kata sandang " al " ( لا ), kecuali dalam transliterasi dengan " al"

- Transliterasi al-Quran dilakukan sesuai dengan bacaan aslinya dengan mengabaikan pemisahan antar kata. Contoh :

ihdinash-shirâthal-mustaqîm, bukan ihdinâ al- shirâth al-mustaqîm.

- Transliterasi kata " ﷲا " yang tersambung dengan kata lain sebelumnya juga akan ditulis secara bersambung. Contoh :

kitâbullâh, bukan kitâb Allâh

- Nama-nama dan kata-kata yang tel;ah ada versi populernya dalam tulisan latin, pada umumnya, akan ditulis berdasarkan versi popular tersebut.

D. Translasi

- Kecuali terjemahan al-Quran, dan kecuali dinyatakan sebaliknya, seluruh terjemahan dalam tesis ini adalah milik penulis.

- Untuk terjemahan al-Quran, penulis mengutip mushhaf al-Quran terjemah, Departemen Agama RI, edisi tahun 2002, dengan beberapa penyesuaian.

E. Lainnya

: Tanpa Tempat

t.p.

: Tanpa Penerbit t.th. : Tanpa Tahun.

Abstrak

Judul Tesis : “ Tafsir Tematik Syî’ah (Studi Kritik terhadap Tafsîr Nafahât al- Qur'ân Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’ân al-Karîm).”

Penelitian ini berusaha membuktikan corak, pemikiran dan metode tafsir Nafahât al-Qurân Uslûb Jadîd fî al-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’ân al-Karîm karya Makârem al- Syîrâzi. Menurut subyektivitas penulisnya bahwa tafsir yang ditawarkannya menggunakan corak dan metode baru (uslûb jadîd). Jika dibandingkan dengan format metode tahlilî, menafsirkan al-Quran dengan format metode tematik masih tergolong baru, meski embrionya sudah ada sejak masa Rasulullah masih hidup. Seiring perkembangan zaman tafsir tematik berkembang hingga menemukan formulasi bentuk dan metodenya pada abad ke sembilan belas Masehi.

Pencetus metode tafsir tematik dari kalangan Sunni adalah Muhammad Abduh, kemudian ide-ide pokoknya diberikan oleh Mahmûd Syaltût (w. 1382 H. / 1963 M.), lalu diintroduksikan secara konkrit oleh Ahmad Al-Kûmî (Dosen tafsir di al-Azhar) ke dalam bukunya yang berjudul "al-Tafsîr al-Maudhû'î. Akan tetapi kajian metodologi tafsir ini menemui formatnya yang khusus baru tampak setelah diformulasikan oleh al-Farmâwî dalam karyanya al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû'î.

Jauh sebelumnya al-Majlisî (w. 1111 H.) dari kalangan Syiah juga melakukan penafsiran dengan format dan metode ini dalam karyanya Bihâr al-Anwâr, akan tetapi penafsirannya belum bersifat holistik masih pada bagian dan batasan masalah tertentu saja. Format yang berbeda tafsir tematik baru diintroduksikan oleh Ayatullah Muhammad Bâqir Shadr (w. 1980).

Kesimpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa Makârem al-Syirâzî mengaplikasikan tafsir tematik dengan mengangkat tema-tema penting dalam Syiah (ushûl khamsah Syî'ah) menggunakan metode tematik riwayah, dengan langkah penafsiran sebagai berikut : Mengumpulkan ayat-ayat dari tempat yang berbeda yang memiliki kesamaan tema, dan menafsirkannya secara bersamaan dengan melihat kolerasi (munâsabah) ayat-ayat tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh al-Majlisî. Lalu ia memberikan penjelasan terhadap lafal-lafal ayat, diikuti dengan tanya jawab yang diurai menggunakan dalil dari Syiah atau dari Sunni yang mendukung pemikirannya, hal ini sebagaimana yang dilakukan al-Râzî dalam tafsirnya. Kemudian Makârem al-Syîrâzî memberikan kesimpulan yang diistilahkan natîjah, tsamrat al-Bahts, atau natîjat al-Bahts, sehingga penafsirannya dapat mengcover pembahasan secara holistik.

Meskipun Nafahât al-Qurân hanya membahas lima tema akan tetapi tafsir ini menggunakan beberapa corak, seperti kalam, filsafat, bahasa, kauny, dan sosial kemasyarakatan, Dengan demikian tampak tafsir tematik Syiah ini berbeda dengan tafsir tematik Sunni yang cenderung membahas tafsir dengan satu macam corak tertentu.

Penelitian kepustakaan ini menilai corak dan metode Makârem al-Syirâzî dalam tafsir tematik Nafahât al-Qur`ân dengan metode komparasi beberapa pemikiran tafsir sunni klasik pada ayat-ayat yang serupa, seperti tafsir al-Râzî, al-Thabarî, al-Qurthubî, al- Suyûthî, Ibn Katsîr dan al-Zamakhsarî. Penggunaan metode komperasi ini disebabkan karena dalam uraian tafsir Sunni klasik menggunakan metode tahlîlî yang sarat dengan metode riwayah, dan hal ini sejalan dengan Nafahât al-Qur`ân yang sama-sama menggunakan metode tersebut. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh pemikiran Syiah dalam tafsir tematik Nafahât al-Qur`ân di komparasikan dengan pemikiran tafsir tartîbî (tahlîlî) Syi'ah, seperti tafsir al-Thabarsî, al-Thaba`thabâ`î, al-Thirihi, Abu Ja'far al-Qumî. Dengan demikian tafsir tematik Syiah Nafahât al-Qur`ân mewakili tafsir klasik dan kontemporer yang memadukan beberapa corak dengan metode tematik riwayah.

Abstract

Thesis Title : " Thematic Tafseer of Shiite (Critical Study of Nafahât al-Qur'ân uslûb jadid fî al-Tafsîr al-Maudhû'î li al-Qur'ân al-Karîm)."

This study sought to prove characteristic, thoughts and methods of Tafsîr in Nafahât al-Qurân Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû'î li al-Qur'ân al-Karîm by Makârem al-Shîrâzî. According to the subjectivity of the author that the interpretation is offered using the new character and method (uslûb Jadîd). When compared with the format tahlîlî method, interpreting the holy Qur'aan with the thematic method is still relatively new, though the embryo has existed since the time of the Prophet was still alive. As a thematic interpretation of the times to find a formulation developed forms and methods of the nineteenth century.

Originator of Sunni thematic interpretation method is Muhammad Abduh, and then the ideas just given by Mahmûd Syaltût (d. 1382 AH / 1963 AD), and then introduced in concrete by Ahmad al-Kûmi (Lecturer interpretation on al-Azhar) to in his book "al-Tafsîr al-Maudhû'î. But this method of interpretation specifically to meet the new look with al-Farmawî in his al-Bidâyah fî al-Tafsîr al-Maudhû'î.

Long before, al-Majlisî (d. 1111 AH) one of the Shiite, used also the same format and interpretation method in his Bihâr al-Anwâr, but the interpretation is not holistic and limitation on the specific problem. Different formats with new thematic interpretation introduced by Ayatollah Muhammad Bâqir Shadr (d. 1980).

The conclusions of this study to show that Makârem al-Shîrâzî applied thematic interpretation by lifting the themes in the Shi'a (five fundament of Shi'a) by riwâyah thematic method, with the following interpretation steps: Collect the verses from different places have in common themes, and interpreted in conjunction with seeing relation (munâsabah) these verses, as was done by al-Majlisî, then he gave an explanation of the pronunciation of verses, followed by a question and answer, using the argumentations of the Shia or the Sunnis who support his ideas; as done by al-Razi in his interpretation. And Makârem Al-Shîrâzî gave the conclusion, so that interpretation can cover holistic discussion.

Although Nafahât Qur'an only have five themes will be discussed but this interpretation using multiple patterns, such as theology, philosophy, language, kauny, and social, thus seem Shia thematic interpretation is different from the thematic interpretation of Sunni tend to deal with one kind of character.

This literature study measures the character and methods of Makârem al-Shîrâzî in thematic interpretation Nafahât al-Qur`ân comparing with some classical Sunni interpretations thought for the similar verses, such as Tafseer of al-Râzî, al-Thabârî, al- Qurtûbî, al-Suyûtî, Ibn Kathîr and al-Zamakhsarî. The comparison is due in the classical Sunni interpretation tahlîlî method, using mostly the riwayah method, and this Nafahât al-Qur`ân equally using this method. While to know the position of Shia thought of Makârem al-Shîrâzî in thematic interpretation in Nafahât al-Qur`ân, compared with interpretation tartibî (tahlilî) Shi'ites thought, such as Tafsîr al-Thabarsî, al-Taba'taba'î, al- Tirihî, Abu Ja'far al-Qûmî. Thus the thematic Shiite interpretation in Nafahât al-Qur `ân represents the classic and contemporary characteristic of interpretation by combining several riwayah thematic methods.

ﻘﻟا تﺎ نأ ﻢ ﺤﻔﻧ ﻏرو ، ﻰﻧﻮ ﻜﻟا و ﺔ ﻐﻠﻟاو ﺔﻔﺴ ﻠﻔﻟاو مﻼ ﻜﻟا طﺎ ﻤﻧأ ﻞ ﺜﻣ ، ةدﺪ ﻌﺘﻣ ﺎ ﻃﺎﻤﻧأ ﻂﯿ ﺤﯾ ﻰﻋﻮﺿﻮﻤﻟا ﺮﯿﺴ ﻔﺘﻟا ﺮﯿﺴ ﻔﺘﻟا ﻦ ﻋ ﻒ ﻠﺘ ﺨﯾ ﺔﻌﯿﺸ ﻟا ﺪ ﻨﻋ ﻲﻋﻮ ﺿﻮﻤﻟا ﺮﯿﺴ ﻔﺘﻟا وﺪ ﺒﯾ ﻚ ﻠﺘ ﺑو ، ﻲﻋﺎ ﻤﺘﺟﻻا بدﻷا و . ﻦﯿﻌﻣ ﻂﻤﻧ ﻦﻣ ﺪﺣاو عﻮﻧ ﻰﻟإ ﺎﺒﻟﺎﻏ ﻞﯿﻤ ىﺬﻟا ﯾ ﺔﻨﺴﻟا ﻞھأ ﺪﻨﻋ ﻲﻋﻮﺿﻮﻤﻟا ط ﺎ ﻤﻧ أ ﻦﯿ ﺑ ﺔ ﻧرﺎﻘﻤﻟاو ﻢﻜﺤﻟﺎ ﺑ (library research) ﺔ ﯿﺒﺘﻜﻤﻟ ا ﺔ ﺳارﺪﻟا ه ﺬ ھ مﻮ ﻘﺗو طﺎﻤﻧﺄ ــ ﺑ ﻰﻋﻮ ﺿﻮﻤﻟا ﺮﯿﺴ ﻔﺘﻠﻟ نآﺮ ﻘﻟا تﺎ ﺤﻔﻧ ﻰﻓ يزاﺮﯿﺸ ﻟا مرﺎ ﻜﻤ ﻟ ﺮﯿﺴ ﻔﺘﻟا رﺎﻜﻓأو ﺞھﺎﻨﻣ و ﻲ ﺒﻃﺮﻘﻟا و ، يﺮ ﺒﻄﻟا و ، يزاﺮ ﻟا ﻞ ﺜﻣ ﺔﻨﺴ ﻟا ﻞ ھأ ﻦ ﻣ ﻒﻠﺴ ﻟا ءﺎﻤﻠﻋﺮﯿﺴ ﻔﺗ رﺎ ﻜﻓأو ﺞھﺎ ﻨﻣو ﻦﻣ ﺞﮭﻨ ﻤﻟا ﻰ ﻓ ﻢﮭﻗﺎ ﻔﺗﻻ ﺔﯿﻠﯿﻠﺤﺘﻟاﺮﯿ ﺳﺎﻔﺘﻟا ﺐ ﺘﻛ ﻰﻓ ىﺮﺴ ﺨﻣﺰﻟا و ﺮ ﯿﺜﻛ ﻦ ﺑا و ، ﻲﻃﻮﯿﺴ ﻟا و ، نآﺮ ﻘﻟا تﺎ ﺤﻔﻧ ﻰﻓ يزاﺮﯿﺸﻟا مرﺎﻜﻤ ﺔﻌﯿﺸﻟا ﻟ ﺮ ﯿ ﻜﻔ ﺗ ﻒﻗﻮﻣ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ ﺎﻣأ و . ﺔﯾاوﺮﻟا ﻂﻤﻧ ماﺪﺨﺘﺳا , ﻰ ﺣﺮﻄﻟاو , ﻰﺋﺎ ﺒﻃﺄﺒﻄﻟاو , ﻰﺳﺮﺒﻄﻟا ﻞﺜﻣ ، ﺔﻌﯿﺸﻟا ﺮﯿﺴﻔﺗ ءﺎﻤﻠﻋ ر ﺎ ﻜﻓ ﺄ ﺑ هرﺎﻜﻓأ ﺔﻧرﺎﻘ ﻣ ﺐﺠﯾ ﻞ ﺜﻤﯾ نآﺮ ﻘﻟا تﺎ ﺤﻔﻧ ﻰ ﻓ ﺔﻌﯿﺸ ﻟا ﺪ ﻨﻋ ﻰﻋﻮ ﺿﻮﻤﻟا ﺮﯿﺴ ﻔﺘﻟا نأ وﺪﺒﯾ اﺬﮭﺑ و . ﻲﻤﻘ ﻟا ﺮﻔﻌﺟ ﻮﺑأ و . ﻰﺋاوﺮﻟا ﻲﻋﻮﺿﻮﻤﻟا ﺮﯿﺴﻔﺘﻟا ﺞﮭﻨﻣ طﺎﻤﻧأ ةﺪﻋ ﻦﯿﺑ ج ﺰﻤﯾ يﺬﻟا ﺮﺻﺎﻌﻤﻟاو ﻒﻠﺴﻟا رﺎﻜﻓأ

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kata yang pantas diucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah yang mengatur perjalanan hidup ini. Shalawat dan salam bagi Nabi

Muhammad, ahlu bait, anak keturunan, shahabat dan pengikutnya yang mengemban menjaga kalimat tauhid hingga akhir zaman.

Tesis ini jauh dari sempurna, masih banyak celah untuk dikritisi, ditambah dan dikurang. Ibarat berjalan di tengah kemacetan sedikit demi sedikit akhirnya tesis ini rampung ditulis. Dengan ini penulis berhutang kepada banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih, penghargaan dan permintaan maaf dari hati yang paling dalam. Terutama kepada pembimbing bapak DR. Yusuf Rahman, MA. yang selalu mengoreksi dan memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

Tidak lupa juga dihaturkan terima kasih kepada bapak penguji proposal dan team work and progress, Prof. DR. Suwito, DR. Fuad Jabali, MA., DR. Ujang Tholib, MA, DR. Yusuf Rahman, MA. dengan kafabelitas dan gaya masing-masing yang berusaha untuk menggiring dan mengarahkan penulisan tesis

ini agar lebih berkualitas dan "mendunia". Tidak ketinggalan para dosen yang telah memberikan ceramah dan

seminar dalam kelas. Dan telah membentuk kepribadian penulis dalam bertindak dan berpikir sebagai penyerapan ilmu yang telah diajarkan di SPs-UIN Jakarta ini. Oleh karenanya penulis mengapresiasikan dengan ucapan terima kasih yang mendalam kepada Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Prof. DR. Ahmad Thib Raya, Prof. DR. Salman Harun, Prof. DR. Kautsar Azhari Noer, Prof. DR. Badri Yatim, DR. Rusmin Tumanggor, DR. Ahzami Samiun Jazuli, DR. Sahabuddin, DR. Luthfi Fathullah, DR. Mashuri Na'im, DR. Romlah Askar, DR. Abdul Choir, DR. Fuad Jabali, DR. Yusuf Rahman. Dengan harapan semoga apa yang telah diajarkan menjadi ilmu yang bermafaat.

Selanjutnya tesis ini tidak akan menjadi karya yang agak rasional tanpa teman diskusi, masukan pemikiran dan tenaga, motivasi dan materil dari berbagai kalangan. Khususnya kepada sahabat Lailial Muhtifah beserta suami, Anshor Bahari, Susilawati, Maryono, Muhammad Adib, Ichsan Iqbal, Dwi Surya Atmaja, Elfian Masri, Mustopa, Ahmad Lutfi Hidayat, Tengku Mairizal, Rasiam, Syarif Satimin, H. M. Sahar, Ben Belah Ben Ali, M. Masrur, Salim Rusydi Cahyono, Musa Syahab, Zaenuddin Abu Bakar, Muhammad Noor, M. Mabrur, dan teman- teman seangkatan 2005 juga teman-teman guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Pascasarjana S2 program beasiswa angkatan 2008 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih dan permintaan maaf atas segala kasalahan.

Juga ucapan terima kasih kepada seluruh pengurus perpustakaan di Islamic Culture Centre, perpustakaan Iran Corner di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, perpustakaan Utama dan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, perpustakaan Iman Jama' dan perpustakaan Pusat Studi al-Quran (PSQ), atas Juga ucapan terima kasih kepada seluruh pengurus perpustakaan di Islamic Culture Centre, perpustakaan Iran Corner di Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, perpustakaan Utama dan Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, perpustakaan Iman Jama' dan perpustakaan Pusat Studi al-Quran (PSQ), atas

Naif kiranya, jika lupa mempersembahkan rasa terima kasih ini kepada pejabat-pejabat STAIN Pontianak, Bapak Ketua STAIN Pontianak Drs. Haitami Salim, MAg., Bapak Pembantu Ketua Bidang Akademik STAIN Pontianak Bapak Drs. Fakhrurrazi Salim, M.Pd., Pembantu Ketua Bidang Administrasi dan Umum STAIN Pontianak Ibu Dra. Khaerawati, MPd, Ketua Bidang Kemahasiswaan STAIN Pontianak Bapak DR. Hamka Siregar, Kepala Bagian Tata Usaha STAIN Pontianak Bapak Drs. Hamzen Bunsu, M.Pd, dan pejabat STAIN Pontianak lainnya atas segala support dan bantuannya baik moril dan materil.

Dengan tesis yang sederhana ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua bapak H. Abang Usman bin Abang Muhammad Noor dan Ibu Hj. Djumiati binti Muhammad Idris. Dan mertua H. Buchori bin Jalil dan Hj. Rawiyah binti Kasah. Juga kepada Istri Hj. Eva Ryanti, MT, dan anak-anak tercinta Sarah Busyra, Sufyan Ats-Tsaury Busyra, Galuh Sherin Busyra, juga adik-adik tersayang H. Iin Arianti sekeluarga dan Donny Usman sekeluarga. Penulis ucapkan terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran, bantuan moril dan materil selama penulis menempuh studi di UIN Jakarta. Semoga apa yang telah dilakukan menjadi amal yang bermanfaat demi keselamatan hidup dunia dan

akhirat. Amien.

Jakarta, 19 Januari 2010

UDI YULIARTO

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Aktivitas menafsirkan al-Quran berlangsung sesuai dengan perkembangan zaman, para mufassir menafsirkan al-Quran dengan kemampuan ilmu dan latar belakang yang mereka miliki dengan ijtihâd mereka, sehingga aktivitas yang didasari hal-hal itu memunculkan metode dan corak penafsiran yang bermacam-

macam. 1 Dalam kondisi seperti tersebut para ulama sangat antusias mengkaji metode-metode para mufassir sehingga muncul buku-buku yang berjudul Manâhij al-Mufassirîn. 2

1 Metode-metode penafsiran secara umum yang dilakukan oleh para ulama adalah: a) Metode Tahlîlî, yaitu menjelaskan ayat-ayat al-Quran dengan cara meneliti segala aspeknya dan

menyingkap seluruh maksudnya, dimulai dari uraian makna kosa kata, makna kalimat, maksud setiap ungkapan, kaitan munasabah ayat-ayat dan surah dengan bantuan asbab nuzul dan riwayat-

riwayat yang berasal dari Nabi saw., sahabat dan tabi’în; b) Metode Ijmâlî, yaitu menafsirkan al- Quran secara global. Dengan metode ini, mufassir berupaya menjelaskan makna-makna al-Quran dengan uraian singkat dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua orang; c) Metode Muqâran (perbandingan), yaitu menjelaskan al-Quran dengan merujuk kepada penjelasan- penjelasan beberapa orang mufassir, kemudian membandingkan pendapat mereka, dan memberi penjelasan, perbedaan dan persamaan pendapat para mufassir tersebut; d) Metode Muwdhû’î, yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan tema tertentu dengan mengumpulkan ayat-ayatnya yang terpisah pada surah-surah lain. Adapun Corak atau ragam penafsiran adalah : a) Tafsîr bi al-Ma’tsûr yaitu penjelasan al-Quran dengan ayat-ayat al-Quran sendiri atau penjelasan dari hadits Nabi saw. yang disampaikan kepada sahabatnya, atau penjelasan dari para sahabat dan tabi’in berdasarkan ijtihad mereka.; b) Tafsîr bi al-Ra’yi yaitu menafsirkan al-Quran dengan ijtihad mufassir setelah mengetahui ilmu bantu seperti ilmu asbab nuzul, ilmu bahasa Arab dan syair jahili, nasikh-mansukh, ilmu fiqh dan ushul fiqh. Para penafsir Tafsîr bi al-Ra’yi ini harus memiliki kayakinan agama yang benar dan mempunyai motifasi yang benar dalam menafsirkan; c) Tafsîr al-Shûfî yaitu tafsir yang diwarnai nuansa tasawuf; d) Tafsîr al-Fiqhî yaitu tafsir yang diwarnai nuansa fikih; e) Tafsîr al-Falsafî yaitu tafsir al-Quran yang telah terpengaruh oleh ilmu filsafat yang berkembang pada dinasti Abbasiyyah.; f) Tafsîr ‘Ilmî yaitu tafsir ayat-ayat yang dihubungkan dengan ilmu pengetahuan; g) Tafsîr Adab al-Ijtimâ’î yaitu tafsir ayat al-Quran yang berupaya memunculkan keindahan bahas, mu’jizat dan menjelaskan makna-makna dan maksud ayat-ayat serta memperlihatkan aturan-aturan al-Quran tentang kemasyarakatan; dan mengatasi. Persoalan-persoalan yang di hadapi umat Islam secara khusus dan permasalahan umat lainnya secara umum. Lihat, ‘Abd. al-Hayy al-Farmâwî, Al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû’î; Dirâsah Tahlîliyyah Maudhû’iyyah. Cet. II. (Kairo / Mesir : Maktabah Jumhûriyyah, 2002), h. 23-40.

2 Manâhij al-Mufassirîn adalah salah satu buku yang sebagian besarnya berisi biografi para mufassir dan metode atau juga cara penafsiran mereka terhadap ayat-ayat al-Quran. Di antara

buku-buku yang membahas tentang biografi dan metodologi tafsir al-Quran antara lain adalah : a) Al-Tafsîr wa al-Mufassirûn karya al-Dzahabi, b) Al-Tafsîr wa Rijâluhu, Muhammad al-Fadhl bin ‘Asyûr, c) Al-Bidâyah fî al-Tafsîr al-Maudhû’î karya ‘Abd. al-Hayy al-Farmâwî, d) A’lâm al- Dirâsah al-Qur’âniyyah fi khamsa ‘Asyara Qarnân karya Mustahafa al-Shawi al-Juwayni, e) Al- Madkhal ilâ Manâhij al-Mufassirîn karya Muhammad al-Sayyid Jibrîl, f) Dirasât wa Mabâhits fi Tarîkh al-Tafsîr wa Manâhij al-Mufassirîn karya Hasan Yunus ‘Abid, g) Ta’rîf al-Dârisîn bi Manâhij al-Mufassirîn karya ‘Abd. al-Fattâh al-Kâlidî dan sebagainya.

Salah satu metode tafsir yang berkembang dan menjadi perhatian dewasa ini adalah al-Maudhû’î, atau metode penafsiran al-Qur’an yang menggunakan tema (tematik). Metode tafsir ini secara sederhana didefinisikan sebagai upaya dari para pakar tafsir dan ulama Islam untuk menggali lebih jauh, secara terinci kandungan-kandungan al-Qur’an, sehingga al-Qur’an benar-benar dapat menjadi

petunjuk dan rahmat bagi manusia. 3 Tafsir al-Maudhû’î secara fungsinya, berusaha untuk memahami al-Qur’an

secara bulat dan utuh, karena al-Qur’an memang merupakan kitab suci yang ayat- ayatnya saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, penafsiran al-Qur’an dengan metode tersebut, sejauh mungkin akan menghindari cara pemahaman al- Qur’an secara parsial. Penafsiran dengan penerapan metode itu sebetulnya telah dilakukan dan berkembang jauh sebelum metode al-Maudhû’î dikenal oleh para ulama, khususnya para ulama tafsir.

Hal tersebut tercermin ketika Rasulullah saw. menyampaikan wahyu Allah swt. dalam surat al-An’âm / 6: 82. 4 Para sahabat pada masa itu merasa sulit memahami ayat di atas sehingga mereka bertanya kepada beliau: wahai Rasulullah saw., siapakah gerangan di antara kami yang tidak pernah berbuat zalim kepada dirinya sendiri ? Rasulullah saw. menjawab: “Maksud ayat ini bukan seperti yang kalian pahami, bukankah kalian pernah mendengar apa yang dikatakan oleh seorang hamba yang salih (Luqman), ketika menasehati anaknya yakni :

3 Harifuddin Cawidu, "Metode dan Aliran dalam Tafsir" dalam Majalah Pesantren No. 1/Vol. VIII/1991, h. 13.

4 QS. al-An'âm/ 6:82 :

Artinya:”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”( QS. al-An'âm/ 6:82)

Artinya: “Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (Q.S. Luqman/31 : 13)

5 Kata zhulm di atas ditafsirkan oleh Rasulullah saw. dengan syirik. Jadi, sesungguhnya yang dimaksud zhulm dalam ayat di atas (Q.S. Luqman/31;13), itu

adalah syirik. 6 Dari riwayat tersebut tampak bahwa Rasulullah saw. telah mengumpulkan

dua ayat al-Qur’an yang berbicara tentang istilah zhulm. Ini merupakan contoh paling sederhana mengenai model tafsir al-Maudhû’î ketika itu.

Benih-benih al-Maudhû’î atau penerapan penggunaan metode al- Maudhû’î di masa Rasul menurut al-Farmâwî, berkembang pesat dan masih dalam bentuk yang sederhana hingga munculnya kitab tafsir seperti karya Al-Farrâ’ (w. 206 H.), Ibnu Mâjah (w. 273 H.), dan tafsir Jâmi’ al-Bayân karya Ibnu Jarîr al- Thabarî (w. 310). 7 Demikian pula yang dilakukan oleh Fakhr al-Dîn al-Râzî (w.

602 H./1209 M.), al-Qurthubî (w. 671 H.), Ibn ‘Arabî (w. 638 H./ 1124 M.) dan lain-lain. 8

Bersamaan dengan munculnya benih-benih metode maudhu’i, al-Farmawi juga mengatakan bahwa ia menemukan sebagian ulama-ulama setelah generasi mereka menggunakan metode tafsir yang lebih mendekati kepada tafsir maudhu’i.

5 Ziyâd Khalîl Muhammad al-Daghâmîn, Manhajiyat al-Bahts fi al-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’an al-Karîm. Cet. 1. (Ammân-Jordan: Dâr al-Bashîr, 1416 H./1995 M.), h. 17.

6 Hadis tersebut dari Abdullah Ibn Mas'ûd dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam Shahîhnya Bab. Mâ jâ`a fî al-muta`awwilîn, h. 260. No.Hadis 6424. Lihat juga Fath al-Qadîr tafsir

QS. al- An'âm/62 ayat 82. 7 M. Quraih Shihab, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan

Umat. Cet. VIII. (Bandung: Mizan, 1419 H./1998 M.), h. xii; lihat juga, M. Yudhie Haryono, Bahasa Politik Al-Qur’an; Mencurigai Makna Tersembunyi Di Balik Teks. Cet. I. (Bekasi : PT. Gugus Press, 2002), h. 148.

8 ‘Abd. al-Hayy al-Farmâwî, Al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû’î; Dirâsah Tahlîliyyah Maudhû’iyyah. h. 55; Kemudian, mengenai benih-benih maudhû’î yang ditulis oleh Fakhr al-Dîn

al-Râzî (w. 606 H./1209 M.), al-Qurthubî (w. 671 H.), Ibn ‘Arabî (w. 638 H./ 1124 M.) menurut Ahmad Ibrahim Muhnan, sebenarnya tidak secara utuh diterapkan oleh mereka di karyanya masing-masing melaiankan hanya pada beberapa bagian saja, dan kadang-kadang masih dalam bentuk yang ringkas. Lihat, Ahmad Ibrahim Muhnan, Al-Insan fi al-Qur’an al-Karim. Cet. I. (Cairo : Dar al-Syuruq, t.th.), h. 120. Terlepas dari penelitian yang dilakukan Ibrahim Muhnan, yang jelas bahwa embrio atau benih metode al-Maudhû’î sebagai alat penafsiran al-Qur’an telah diterapkan pada masa tersebut.

Misalnya saja, karya Ibn al-Qayyim al-Jauziyah (w. 751 H./1350 M.) dengan al-Tibyân fi Aqsâm al-Qur’ân yang khusus membicarakan sumpah- sumpah di dalam al-Qur’an, Abû ‘Ubaidah dengan tafsirnya Majâz al-Qur’ân yang berbicara tentang berbagai majaz (kiasan), Abû Ja’far al-Nahhâs (w. 338 H.) dengan sebuah karyanya yang berjudul al-Nâsikh wa al-Mansûkh fi al-Qur’an, al- Wâhidî (w. 468 H.) dengan sebuah karyanya yang berjudul Asbâb al-Nuzûl, juga al-Jashshash (w. 370 H.) dengan sebuah karyanya yang berjudul Ahkâm al-Qur’ân

dan lain-lainnya. 9 Bahkan menurut Quraish Shihab, pembahasan masalah seperti itu mencapai puncaknya di bawah usaha Ibrahim bin ‘Umar al-Biqâ’î (w. 809-885

H.). 10 Benih-benih atau embrio maudhû’i yang dihasilkan oleh para mufassir di

atas dikembangkan pula oleh Syâthibî (w. 790 H./1388 M.) menjadi suatu dasar atau pokok-pokok hingga menjadi satu-kesatuan isi dan petunjuk dalam surat

demi surat yang terdapat di al-Qur’an, dan dari dasar-dasar inilah perwujudan ide dalam satu kitab tafsir al-Maudhû’î baru dimulai sejak masa Syaikh Mahmud

Syaltût (w. 1963 M.). 11 Dari sini pula para ahli keislaman mengarahkan pandangan mereka kepada

problem-problem baru dan berusaha untuk memberikan jawaban-jawabannya melalui petunjuk al-Qur’an, sambil memperhatikan hasil-hasil pemikiran atau penemuan manusia, baik yang positif maupun negatif, sehingga muncul banyak

9 Muhammad Husain al-Dzahabî, Al-Tafsîr wa al-Mufassirûn. Juz. I. (Cairo : Maktabah Wahbah, t.th.), h. 110; lihat juga, ‘Abd. al-Hayy al-Farmâwî, Al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû’î;

Dirâsah Tahlîliyyah Maudhû’iyyah. h. 55. 10 Untuk lebih jelasnya mengenai komentar-komentar M. Quraih Shihab terhadap

penerapan atau aplikasi metode al-Maudhû’î yang digunakan oleh al-Biqâî dapat dilihat pada, M. Quraih Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Cet. XIX. (Bandung: Mizan, 1999), h. 113.

11 Menurut versi lain menyebutkan bahwa pencetus metode tafsir al-Maudhû’î itu adalah syaikh Muhammad Abduh, lalu ide-ide pokoknya diberikan oleh syaikh Mahmûd Syaltût. Lihat,

M. Quraih Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. h. 112-113; lihat juga, Harifuddin Cawidu, "Metode dan Aliran dalam Tafsir" Majalah Pesantren No. 1/Vol. VIII/1991, h.13. Namun hemat peneliti, pernyataan atau pendapat tersebut mengesampingkan imam Syâthibî sebagai peletak dasar-dasar dari teori ilmu tafsir yang telah ia tulis dalam karyanya, Al-Muwâfaqât. Sedangkan Muhammad Abduh sebagai ulama yang datang belakangan dengan berbagai dedikasinya boleh jadi terinspirasi dari pemikiran al-Syatibî, dan karenanya peneliti kurang setuju dengan pendapat tersebut.

karya ilmiah yang berbicara tentang satu topik tertentu menurut pandangan al- Qur’an.

Misalnya saja, Al-Mar'ah fi al-Qur'an karya ‘Abbâs Mahmûd al-‘Aqqâd, Al-Ribâ fi al-Qur'ân al-Karîm karya Abû al-A’la al-Maudûdi, Al-Aqîdah min al- Qur'ân al-Karîm karya Muhammad Abû Zahrah, Al-Ulûhiyah wa al-Risâlah fi al- Qur’ân al-Karîm karya Muhammad al-Samâhi, Al-Insân fi al-Qur’an dan al- Muqawwamât al-Insâniyah fi al-Qur’ân al-Karîm karya Ibrahim Muhnan, Ayât al-Aqsâm fi al-Qur’an al-Karîm karya Ahmad Kamâl al-Mahdî, Al-Washâyâ al- ‘Asyr karya Mahmûd Syaltût, Washâyâ Surat al-Isrâ’ karya Abd. Al-Hayy al- Farmâwî.

Akan tetapi karya-karya tersebut di atas pada kenyataannya belum menggunakan pendekatan kajian tafsir tematik melainkan hanya sebuah karya yang baru sebatas kepada kajian keislaman dengan tema tertentu menurut

pandangan al-Quran. Berbeda dengan tafsir Nafahât al-Qur’ân Uslûb Jadîd fî al- Tafsîr al-Maudhû'î li al-Qur’ân al-Karîm yang ditulis Ayatullah Makârem al- Syîrâzi. Menurut penulisnya (subjektivitasnya) karya ini menyebutkan bahwa tafsir yang ditulisnya itu menggunakan metode tematik yang baru (uslûb jadîd).

Hal ini tercermin dari komentarnya ketika memberikan gambaran tentang karya tafsir yang menggunakan metode tematik, dan paling tidak karya tafsir yang menggunakan metode tematik selama ini memiliki bentuk dan corak.

Pertama, metode tematik yang digunakan oleh sebagian para ahli tafsir, yakni dengan menentukan tema terlebih dahulu yang berbeda-beda seperti tema akidah termasuk di dalamnya tauhid, ma’ad (hari akhir) dan sebagainya, atau tema-tema akhlak yang meliputi takwa, budi pekerti dan sebagainya, dan setelah menyebutkan uraian bahasan-bahasan itu barulah menyebutkan sebagian ayat-ayat

al-Qur’an yang berhubungan dengan tema tersebut. 12 Untuk model atau pola penafsiran yang pertama menurut Makârem al-

Syîrâzî banyak dijumpai dan digunakan dalam karya-karya tafsir yang telah disebutkan sebelumnya. Jadi, pola penentuan tema terlebih dahulu dan

12 Nasher Makârem al-Syirâzî, Nafahât al-Qur’an Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’an al-Karîm. Juz 1. (Qom-Iran : Al-Haidari Muassasat Abi Shali li al-Nasyr wa al-

Tsaqâfah, t.th.), h. 18.

menyebutkan bahasan dari sebagian ayat-ayat yang berkaitan menjadi unsur yang paling penting.

Kedua, metode tematik dengan penafsiran secara utuh setelah mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan tema yang sama atau serupa di antara surat-surat berbeda, sebelum menguraikan lebih jauh tentang hal yang dibahas terlebih dahulu mengumpulkan ayat dan menafsirkan (satu persatu) dengan bersamaan, dengan tidak melupakan munâsabat (korelasi) kumpulan ayat- ayat tersebut sehingga penafsiran itu menjadi sempurna tanpa dibarengi ide dari si penafsir sendiri, akan tetapi jika dalam penafsiran diperlukan pendapat ulama atau hadis nabi maka hal itu termasuk dalam pembahasan kedua (berikutnya) dan dijelaskan secara terpisah. 13

Model atau yang kedua inilah yang dianut Makârem al-Syirâzî dalam karyanya dan pola demikian ini menurutnya belum dilakukan ulama lain

sebelumnya, sehingga ia mensinyalir bahwa apa yang dilakukannya itu sebagai metode yang baru sebagaimana tersebut di atas, yakni mengumpulkan ayat-ayat yang temanya sama dari surat-surat berbeda, setelah ayat-ayat terkumpul dilakukan penafsiran ayat-ayat secara bersama dengan mengindahkan

kemunasabatan di antara ayat-ayat yang ada tanpa dibarengi ide si penulisnya. 14

Berikut ini contoh model penafsiran tematik yang dilakukan oleh Nasher Makarem al-Syirazi dalam Nafahât al-Qur’ân Uslûb Jadîd fî al- Tafsîr al- Maudhû’î li al-Qur`ân al-Karîm adalah sebagai berikut :

13 Nasher Makârem al-Syirâzî, Nafahât al-Qur’an. Juz 1., h. 19.

14 Penulisan tafsir tematik Syiah sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh ulama lain sebagaimana yang dilakukan oleh Ja'far Subhânî dengan tafsirnya Mafâhîm Qurân. Akan tetapi

Makârem al-Syirâzî mengakui bahwa tafsir tematik akan selalu berkembang sesuai problem dan tuntutan zaman. Apa yang ia lakukan adalah sebagai pelengkap sisi yang belum tersentuh oleh mufassir lain, namun demikian ia mengatakan bahwa metode tematik yang dilakukannya berbeda dengan mufassir lain. terutama pada pemilihan tema yang dibahasnya yaitu tema aqidah dan format langkah penafsiran yang menggabungkan berbagai corak,. Lihat Nasher Makârem al- Syirâzî, Nafahât al-Qur’an. Juz 1., h. 19-20.

Kedelapan ayat di atas terdapat dalam tafsir Nafahât al-Qur'ân Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû’î. Dari kontek yang berbeda kedelapan ayat tersebut

dikumpulkan menjadi satu tema atau topik yang disebut dengan al-Qur’an dan kewajiban ma'rifat / mengetahui (Allah swt.). Tema ini ada pada urutan yang kedua setelah tema pertama, yakni Kullu ‘amal bi Ism Allâh (setiap perbuatan harus didasari dengan nama Allah swt.).

Kata i’lamû (ketahuilah / berilmulah) yang terdapat pada ayat-ayat di atas menunjukkan adanya perintah-perintah Allah untuk manusia kepada hal-hal yang wajib untuk diikuti. Misalnya i’lamû pada ayat yang pertama, kedua dan ketiga menunjukkan adanya kewajiban manusia untuk mengenal zat Allah, sifat-sifat- Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya. Ayat keempat memberikan isyarat kepada manusia tentang penciptaan kehidupan di muka bumi ini. Ayat kelima menunjukkan tentang hari kiamat yang harus diketahui manusia yang tanda- tandanya sudah dapat disaksikan. Ayat keenam menunjukkan tentang kenabian yang wajib diimani dan dipahami oleh manusia. Ayat ketujuh menjelaskan tentang hukum-hukum perilaku yang Islami. Ayat kedelapan memberikan gambaran tentang kehidupan dunia yang hakiki dan menjelaskan persoalan- Kata i’lamû (ketahuilah / berilmulah) yang terdapat pada ayat-ayat di atas menunjukkan adanya perintah-perintah Allah untuk manusia kepada hal-hal yang wajib untuk diikuti. Misalnya i’lamû pada ayat yang pertama, kedua dan ketiga menunjukkan adanya kewajiban manusia untuk mengenal zat Allah, sifat-sifat- Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya. Ayat keempat memberikan isyarat kepada manusia tentang penciptaan kehidupan di muka bumi ini. Ayat kelima menunjukkan tentang hari kiamat yang harus diketahui manusia yang tanda- tandanya sudah dapat disaksikan. Ayat keenam menunjukkan tentang kenabian yang wajib diimani dan dipahami oleh manusia. Ayat ketujuh menjelaskan tentang hukum-hukum perilaku yang Islami. Ayat kedelapan memberikan gambaran tentang kehidupan dunia yang hakiki dan menjelaskan persoalan-

Berdasarkan ayat-ayat di atas kita mengetahui bahwa kalimat i’lamû dapat menjadikan spirit terhadap hal-hal yang berkaitan dengan urusan akidah, perilaku dan tata cara kehidupan, dan kata i’lamû sendiri mencakup ajakan kesadaran,

pengetahuan dalam berbagai aspek. 16 Dari contoh penafsiran di atas ternyata salah satu ciri metode barunya

ialah terletak pada penentuan tema seperti “berilmu/pengetahuan” terlebih dahulu, lalu mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tersebut tetapi dari kontek yang berbeda dan di tafsirkan dengan bantuan munâsabat al-âyât, seperti contoh di atas.

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa penelitian tentang “Tafsir Tematik Syî’ah (Studi Kritik terhadap Tafsir Nafahât

al-Qur'ân Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’an al-Karîm” layak untuk diteruskan atau dilakukan.

B. Permasalahan

Uraian dalam permasalahan di sini, akan dibagi ke dalam tiga hal berikut, antara lain : 1. Identifikasi masalah, 2. Pembatasan masalah, 3. Perumusan masalah. Berikut ini penjelasan ketiga di atas:

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka ada beberapa masalah yang perlu diidentifikasi yaitu :

1. Metode tematik yang berkembang sekarang ini tidak lain merupakan sebuah cara penafsir dalam menafsirkan al-Qur’an untuk menangkap pesannya. Mungkinkah muncul dalam metode tematik corak baru dalam penafsiran ?

2. Perkembangan metode tematik dimulai sejak masa Rasul akan tetapi metode ini relatif masih muda, dan metode ini baru menemukan

15 Nasher Makârem al-Syirâzî, Nafahât al-Qur’an. Juz 1., h. 53. 16 Nasher Makârem al-Syirâzî, Nafahât al-Qur’an. Juz 1., h. 53.

bentuknya setelah munculnya beberapa ulama yang memberikan perhatian terhadap penafsiran al-Qur’an dengan tematik atau topik karena dapat menangkap pesan al-Qur’an secara utuh dan holistik. Selain itu penafsiran dengan metode ini dapat memberikan solusi permasalahan zaman.

3. Terdapat sebuah pengakuan yang datang dari penulis tafsir Nafahât al- Qur`ân Uslûb Jadîd fî al-Tafsîr al-Maudhû’î bahwa tafsir ini menggunakan metode tematik corak baru dengan istilah uslûb jadîd. atau formula seperti inilah yang sekarang dibutuhkan, dan karenanya apakah dan bagaimanakah metode yang digunakannya ?

4. Adanya kemungkinan pengaruh pemikiran mufassir terhadap tafsir Nafahât al-Qur'ân Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû’î mengingat penulis tafsir itu secara akidah memiliki kecenderungan Syi’ah

khususnya Syi’ah Itsna ‘Asyariyah (Syi'ah Imamiyah). Bagaimanakah posisi Makârem al-Syîrâzî dalam menguraikan tafsirnya terhadap sumber-sumber atau dalil-dalil yang datangnya dari Sunni atau dari Syiah ?

2. Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan di atas, penulis mengkaji secara khusus tentang metode tematik yang dilakukan Makârem al-Syîrâzî. Pembahasan mengenai metode tematik sebagai tematik baru tentunya menyangkut berbagai hal, dan karenanya penelitian tesis ini akan memfokuskan perhatiannya kepada permasalahan berikut ini, yakni mengelaborasi penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan tauhid, makrifatullah, wilayat, dan eskatologi (seperti hari akhir dan kehidupan setelah mati) menurut tafsir Nafahât al-Quran Uslûb Jadîd fi al- Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’ân al-Karîm.

Adapun dipilihnya tema-tema di atas karena masalah tersebut merupakan pemikiran yang paling penting dari penulis tafsir sendiri dan merupakan masalah- masalah utama dalam akidah Syi’ah seperti tersurat dalam karyanya yang berjudul

‘Aqâidunâ 17 . Hanya saja jika dibandingkan antara buku ‘Aqâidunâ dan Tafsir Nafahât al-Qur’ân tentunya akan terlihat jelas dan sangat kontras. ‘Aqâidunâ hanya menjelaskan beberapa pemikiran keagamaan tentang akidah pokok dalam Syi’ah (al-ushûl al-khamsah) dan tidak dielaborasi dengan ayat-ayat al-Qur’an, sementara Tafsîr Nafahât al-Qur’ân menjelaskan secara elaboratif ayat-ayat al- Qur’an hingga menjadi satu-kesatuan yang utuh (holistik).

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan utama yang akan dikaji dalam penelitian tesis ini adalah corak, metode dan pengaruh pemikiran penulis dalam tafsir Nafahât al- Qur`ân Uslûb Jadîd fî al-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’ân al-Karîm hingga

17 Dalam buku ‘Aqaiduna yang juga merupakan karya Nashir Makarim al-Syirazi – menyebutkan bahwa karya ini ialah intisari dari persoalan-persoalan akidah Syi’ah khususnya

pokok-pokok ajaran Syi’ah Imamiyah. Dalam buku ini disebutkan pula tentang pemikiran- pemikaran Nasher Makarem al-Syirazi seperti yang telah disebutkan di atas, yakni pemikiran tentang makrifatullah dan tauhid, kenabian, al-Qur’an dan kitab-kitab samawi, hari akhir dan kehidupan sesudah kematian, imamah dan berbagai masalah penting lainnya seperti baik buruk secara rasional, keadilan Tuhan, kebebasan manusia dan sebagainya. Adapun maksud dan tujuan buku ini ditulis adalah 1) karena dewasa ini kita tengah menyaksikan perubahan spektakuler yang berasal dari agama samawi terbesar, Islam. Umatnya telah menemukan kembali jatidirinya, setelah cukup lama tersesat dalam ideologi asing yang justeru tidak dapat menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Tapi kini mereka telah sadar dan kembali ke Islam untuk menemukan solusi atas masalah-masalah mereka. Ya, Islam telah lahir kembali pada zaman kita ini. Karenanya, pada situasi yang sangat sensitif seperti ini, adalah kewajiban kita untuk menjelaskan Islam apadanya, tanpa bumbu-bumbu dan dengan bahasa yang jelas dan mudah, dapat dipahami oleh umum, sehingga dengan demikian kita dapat memenuhi kehausan orang-oarang yang ingin tahu lebih banyak tentang Islam dan madzhab-madzhabnya, sementara itu pada saat yang sama, tidak memberrikan kesempatan kepada orang luar untuk berbicara dan mengambil keputusan-keputusan atas nama kita, 2) adalah sesuatu yang tidak dapat diingkari bahwa – seperti juga pada agama- agama lain – terdapat berbagai aliran dalam Islam. Masing-masing memiliki kekhususannya sendiri, baik pada sisi akidah, keyakinan, maupun pada sisi praktek keagamaannya. Meskipun demikian, perbedaan antara aliran-aliran Islam itu tidak sampai pada tingkat yang dapat menghalangi mereka untuk melakukan kerja sama yang erat. Apalagi, melalui kerja sama ini mereka dapat memelihara eksistensi mereka dari gempuran gencar Barat dan Timur, dan pada waktu yang sama, tidak memberi peluang kepada musuh bersama mereka untuk menjalankan niat busuknya. Akan tetapi tentu saja, untuk mewujudkan kerja sama dan saling pengertian ini, memperkokoh dan mempereratnya dan memerlukan pemenuhan bebarapa syarat. Karenanya, jalan terbaik untuk saling mengenal ini ialah dengan cara mempelajari ajaran setiap madzhab, baik ushul maupun furu’, langsung dari ulama-ulama terkemuka madzhab tersebut. Sebab, jika melalui orang- orang yang tidak mengerti atau melalui pihak-pihak yang memusuhi madzhab tersebut, pasti tidak akan mncapai sasaran. Malah dapat merubah sikap saling pengertian menjadi kebencian dan permusuhan. Lihat, Nashir Makarim al-Syirazi, ‘Aqaiduna yang telah dialihbahasakan oleh ‘Umar Shahab menjadi Inilah Akidah Syi’ah. Cet. II. (Jakarta : Al-Huda, 1423 H.), h. pengantar buku ‘Aqaiduna.

menjadi sebuah klaim baru terhadap sebuah metode tematik yang berbeda dengan tematik-tematik lain yang berkembang dalam khazanah tafsir.

Dari permasalahan utama yang ada, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah corak dan metode tafsir Nafahât al-Qurân Uslûb Jadîd fî al- Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’an al-Karim yang ditulis oleh Ayatullah Nâsher Makârem al-Syîrâzi ?

2. Apakah bentuk atau warna klaim baru yang disebutkan dalam judul buku yang ditulisnya dapat dibuktikan secara deskriptif jika dibandingkan dengan metode tematik yang selama ini digunakan dalam kajian metode-metode tafsir dewasa ini, khususnya setelah metode itu menemukan bentuknya sebagaimana dicetuskan oleh Mahmûd Syaltût dan para ulama di masanya di satu sisi, sementara di

sisi lain klaim baru merupakan subyektivitas seorang penulis, yakni penafsir itu sendiri.

3. Apakah ada pengaruh orientasi suatu pemikiran madzhab yang ditawarkan Ayatullah Nâsher Makârem al-Syîrâzî dalam karya tafsirnya, mengingat tematik yang dibangun sang penulis tafsir itu – secara formulasi – mengikuti tema dasar akidah Syiah, dan dimanakah letak perbedaan pemikiran dengan tafsir-tafsir Sunni ?

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tentang keinginan menganalisis tematik yang digunakan Nâsher Makârem al-Syîrâzî dalam tafsirnya belum pernah dilakukan oleh para penulis atau pengkaji tafsir. Karenanya, terdapat beberapa buku yang masih dianggap relevan dengan kajian penelitian tesis ini, dan di antara buku-buku yang dianggap relevan dengan kajian penelitian ini, antara lain;

1. Mabâhits fi al-Tafsîr al-Maudhû’î karya Dr. Musthafâ Muslim. Buku ini telah diterbitkan oleh Dâr al-Qalam pada tahun 1989 di Beirut. Buku ini hanya menjelaskan tentang ruang lingkup tematik, seperti sejarah tematik, 1. Mabâhits fi al-Tafsîr al-Maudhû’î karya Dr. Musthafâ Muslim. Buku ini telah diterbitkan oleh Dâr al-Qalam pada tahun 1989 di Beirut. Buku ini hanya menjelaskan tentang ruang lingkup tematik, seperti sejarah tematik,

2. Al-Tafsîr al-Maudhû’î Bayna Nazhariyyât wa al-Tathbîq; Dirasât Nazhariyat wa Tathbîqiyah Murâfaqah bi Namâdzij wa Lathâif al-Tafsîr al- Maudhû’î karya Shalâh ‘Abd. Al-Fattâh al-Khâlidî. Buku ini telah diterbitkan oleh Dâr al-Nafâis pada tahun 1997 di Jordan. Buku ini hanya menjelaskan tentang teori-teori al-Maudhû’î, tinjauan dan penerapan contoh-contoh al-Maudhû’î, serta yang terpenting dari buku ini adalah informasi perbedaan tentang al-Maudhi’î dan al-Maudhû’î.

3. Nahw Tafsir Maudhui li Suwar al-Qur’an karya Muhammad al-Ghazali. Buku ini diterbitkan oleh Dâr al-Syurûq pada tahun 1995 di Kairo. Buku ini merupakan aplikasi tafsir tematik hanya saja dalam penerapannya buku ini disusun dengan tertib mushaf. Demikian pula dalam tematiknya, ia menerapkan

tartib al-Suwar. Padahal, penulis buku ini mengklaim karyanya sebagai tafsir tematik yang menggunakan metode baru.

4. Isyarat-isyarat al-Qur’an tentang Makanan yang Sehat (Kajian Tafsir bi al-‘Ilm dengan Pendekatan Tematik). Buku ini merupakan karya tesis yang ditulis oleh Fairuzah dan dipublikasikan pada tahun 2005. Tesis ini hanya menjelaskan tentang indikasi-indikasi al-Qur’an tentang makanan yang sehat. Adapun tematik yang ada dalam pembahasan ini hanya digunakan sebagai pendekatan bagi pembahasan judul tesis. Bukan pengkajian metode tematik sebuah tafsir – dalam hal ini – tafsir Nafahât al-Qur’ân.

5. Sumber Sifat Buruk Dan Pengendaliannya (Kajian Tematik Ayat-Ayat Al-Qur’an). Buku ini merupakan karya disertasi yang ditulis Mahyudin dan dipublikasikan pada tahun 2007. Disertasi ini memang membahas tematik ayat- ayat akan tetapi terbatas pada ayat-ayat yang berkenaan dengan sumber sifat buruk dan pengendaliannya.

6. Karakteristik Tafsir Maudhû’î Muhammad al-Ghazâlî. Buku ini merupakan karya tesis yang ditulis oleh Muhammad Saleh Hasan dan dipublikasikan pada tahun 2004. Tesis ini memang berbicara tematik akan tetapi tematik yang dimaksud di tesis tersebut adalah ciri-ciri tematik dari Muhammad 6. Karakteristik Tafsir Maudhû’î Muhammad al-Ghazâlî. Buku ini merupakan karya tesis yang ditulis oleh Muhammad Saleh Hasan dan dipublikasikan pada tahun 2004. Tesis ini memang berbicara tematik akan tetapi tematik yang dimaksud di tesis tersebut adalah ciri-ciri tematik dari Muhammad

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai oleh peneliti melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisa tafsir tematik Syi'ah, baik secara corak, metode, dan pengaruh pemikiran hingga menjadi suatu klaim baru yang dilakukan oleh Ayatullâh Nâsher Makârem al-Syîrâzî dalam bukunya, Nafahât al-Qur`ân Uslûb Jadîd fi al-Tafsîr al-Maudhû’î li al-Qur’ân al-Karîm.

2. Untuk menganalisa seberapa besar pergeseran dan perbedaan tafsir tematik syi’i yang dilakukan oleh penulis yang memiliki akidah atau keyakinan Syiah sebagai cara atau alat dalam menangkap pesan al-Qur’an

secara utuh dan holistik.

E. Manfaat / Signifikansi Penelitian