tidak menampilkan narasi yang linear melainkan menciptakan non linear pastiche of image
dan sebuah pengalaman schizophrenic di mana tidak akan ditemukan satu sudut pandang tunggal Casey, dkk, 2008:173-174.
Dalam bahasa Vernallis dalam Strasser, 2010:97, MV termasuk dalam kategori non-naratif yang berisi lagu yang cyclical dan episodik. Cerita dalam MV
hanya muncul dalam relasi dinamis antara lagu dan gambar, yang bisa menghilang kapan saja. Dilihat dari struktur plotnya, MV termasuk dalam kategori episodic
structure . Berbeda dengan struktur yang klimatik, struktur episodik ini terdiri dari
banyak scene pendek yang terfragmentasi, tidak linear, dan mengalami juxtaposition
kontrasberlawanan satu dengan yang lainnya Wilson, 1985:161.
1.5.8. Asumsi Penelitian
K-Pop MV di YouTube merepresentasikan gagasan resistensi perempuan Timur terhadap dominansi kultural Barat, yang dilakukan melalui pola mimikri
peniruan terhadap standar performa Barat. Resistensi ini merupakan performa perempuan Timur yang selama ini dianggap sebagai sang Liyan, yang mana
perempuan Timur berusaha keluar dari narasi postkolonial yang sepanjang sejarah selalu memarginalkan perempuan-perempuan non-Barat. K-Pop MV di YouTube
menjadi sebuah ranah digital yang menyediakan panggung performa bagi perempuan
yang pada akhirnya akan menggiring perempuan untuk
menegosiasikan Diri-nya dalam sistem terkunci interlocking system antara ras, kelas, dan gender.
Identitas sebagai sang Liyan merupakan warisan dari wacana postkolonial yang menjadikan perempuan sebagai salah satu kelompok manusia postkolonial.
Identitas ini bernegosiasi dengan faktor multikultural yang mana pengalaman kolonialisme akan menghasilkan metafora postkolonialisme yang berbeda sesuai
dengan faktor-faktor multikultural yang berlaku di suatu bangsa tertentu. Dengan demikian, sebagai bangsa yang lahir dari rahim postkolonialisme, Indonesia dan
Korea Selatan dianggap memiliki persamaan dan juga perbedaan yang nantinya akan terjebak dalam persoalan multikultural.
Performa perempuan di dalam K-Pop MV di YouTube merupakan representasi manusia postkolonial. Performa ini diawali dengan proses mimikri,
yang mana perempuan [Timur] melakukan mimikri terhadap standar performa Barat, namun mimikri ini tidak direpresentasikan benar-benar sama melainkan
akan ternegosiasikan dalam proses passing dan cross-expressing. Dalam proses ini, mimikri yang dilakukan oleh perempuan [Timur] akan meminjam identitas
budaya asing atau sekedar menyilangkannya dengan identitas multikultural mereka, yaitu ras, kelas, dan gender. Hasil dari persilangan tersebut akan
memperlihatkan apakah performa perempuan [Timur] mampu melakukan mediasi atau justru konfrontasi terhadap kebudayaan Barat.
1.6. Operasionalisasi Konsep
Konsep-konsep utama dalam penelitian ini dioperasionalisasikan seperti yang terlihat dalam bagan berikut: