Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT.

Dalam Pasal 1 Ayat 4 UUHT No.4 Tahun 1996, PPAT disebut sebagai pejabat umum, yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah dan akta pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan, yang masing-masing bentuknya ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria Kepala BPN dan masing-masing diberi daerah kerja tertentu, ia hanya berwenang membuat akta mengenai tanah yang ada diwilayah daerah kerjanya, kecuali dalam hal-hal khusus yang memerlukan ijin kepala kantor wilayah BPN Propinsi. Sehubungan dengan itu ditegaskan dalam Penjelasan Umum angka 7, bahwa akta-akta yang dibuat oleh PPAT tersebut merupakan akta otentik. Dengan dinyatakan PPAT oleh UUHT sebagai Pejabat Umum diakhir keraguan mengenai penamaan, status hukum dan tugas kewenangan para pejabat tersebut. Tugas diberikan khusus kepada para PPAT adalah dalam rangka melaksanakan sebagaian kegiatan pendaftaran tanah, yang oleh UUPA ditugaskan kepada Pemerintah. Pendaftaran tanah adalah kegiatan Tata Usaha Negara seperti yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang peradilan Tata Usaha Negara, kegiatan PPAT sebagai yang disebut dalam UUHT. Akta-akta tersebut berfungsi sebagai sumber data yang diperlukan dalam rangka memelihara data yang disimpan dikantor pertanahan. Maka kegiatan PPAT merupakan kegiatan TUN, yang dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karenanya menurut rumusan UU peradilan TUN Pasal 1 angka 2, PPAT adalah Pejabat Tata Usaha Negara. Dengan demikian terhadap PPAT berlaku juga ketentuan – ketentuan UU peradilan TUN. 2 Dalam menghadapi permohonan-permohonan tersebut PPAT wajib mengambil keputusan menolak atau mengabulkan permohonan itu, dibuatlah akta yang dimaksudkan. Tetapi akta tersebut bukan keputusan Tata Usaha Negara, yang dimaksudkan oleh UU pengadilan TUN, keputusan menolak atau mengabulkan permohonan itulah yang merupakan keputusan Tata Usaha Negara yang diambil oleh PPAT yang bersangkutan, yang dapat digugat oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan pada Pengadilan TUN.

2.2. Hak Tanggungan.