Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Komunikasi (internet) di Lembaga Pondok Pesantren Karangsem Muhammadiyah

Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Komunikasi (internet) di Lembaga Pondok Pesantren Karangsem Muhammadiyah

Faktor pertama dan terpenting dalam proses adopsi adalah berkaitan dengan apa yang disebut sebagai asas manfaat. Di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran ini proses adopsi internet terlihat mudah dan lancar adalah karena internet sebagai bentuk sebuah inovasi sangat bermanfaat dan memberikan banyak keuntungan bagi pondok pesantren. Seperti yang diuraikan di atas, dengan adanya internet bagi para santri misalnya dapat membantu mereka mengerjakan tugas-tugas sekolah. Bagi para guru, kehadiran internet dapat Faktor pertama dan terpenting dalam proses adopsi adalah berkaitan dengan apa yang disebut sebagai asas manfaat. Di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran ini proses adopsi internet terlihat mudah dan lancar adalah karena internet sebagai bentuk sebuah inovasi sangat bermanfaat dan memberikan banyak keuntungan bagi pondok pesantren. Seperti yang diuraikan di atas, dengan adanya internet bagi para santri misalnya dapat membantu mereka mengerjakan tugas-tugas sekolah. Bagi para guru, kehadiran internet dapat

Faktor kedua sebagai pendorong proses adopsi internet di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah adalah berkaitan dengan kesesuaian antara inovasi dengan nilai-nilai atau norma yang dianut oleh lembaga ini. Sebagai pondok pesantren tentu sangat menekankan nilai-nilai keislaman yang sempurna. Di sisi lain, internet merupakan sebuah inovasi teknologi komunikasi yang diibaratkan pisau bermata dua, segi positifnya ada tetapi segi negatifnya juga tidak kalah berlimpahnya. Meskipun pada tahap awalnya sempat dikuatirkan mengenai dampak negatif dari internet ini, dalam proses selanjutnya adopsi internet di pondok pesantren ini berjalan dengan baik, dan tidak terlalu banyak muncul persoalan sebagaimana dikuatirkan pada awalnya. Dengan proses penyesuaian (redefining/restructuring) dan pembatasan-pembatasan (regulasi) ditemukan solusi atau kesesuaian antara internet sebagai bentuk inovasi dengan nilai-nilai yang dianut di lingkungan pondok pesantren.

Mengenai proses penyesuaian ini Zainal Muttaqin sebagai inisiator atau penggagas adopsi internet di Pondok Pesantren Karangasem ini secara lebih detil menuturkan:

“Di pesantren selalu ada polemik mengenai penggunaan internet, dan itu bagus untuk antisipasi kita sehingga internet tidak dibiarkan bebas begitu saja. Terutama dari pengurus yayasan, cuma kita beri pengertian. Kalau pun tidak kita berikan, anak-anak ini akan kenal juga dengan internet. Kalau anak itu kenal internet dengan sendirinya, mereka tidak tahu memproteksi dirinya terhadap teknologi itu maka kita juga yang salah, sebaiknya kita kenalkan dengan segala konsekuensinya. Kalau ada kekuatiran ya kita cari solusinya, yang penting anak mengerti teknologi, seperti di

warnet tidak usah pakai bilik”.

Dengan proses penyesuaian ini muncul keserasian antara bentuk inovasi dengan nilai- nilai yang berlaku di pondok pesantren. Dengan begitu maka proses adopsi internet dapat diimplementasikan dengan proporsional. Artinya, hal-hal dari internet yang bertentangan dengan nilai-nilai pondok pesantren dihindari, sedangkan hal-hal dari internet yang sesuai dengan nilai-nilai yang diikuti kalangan pondok pesantren digunakan.

Faktor lainnya yang mendukung proses adopsi internet di kalangan Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah adalah faktor internet sebagai bentuk inovasi itu sendiri yang menarik dan penggunaannya relatif mudah. Perkembangan internet dan piranti pendukungnya termasuk teknologi informasi saat ini kemudian sangat memudahkan siapapun untuk menggunakan internet. Internet kemudian menjadi bentuk inovasi yang begitu familiar, populis, dan dapat digunakan oleh siapa saja, dan dapat diakses kapan saja, serta di mana saja. Dengan begitu, pondok pesantren sebagai salah satu lembaga di masyarakat apabila tidak mengadopsi internet sebagai bagian dari kegiatannya sehari-hari, maka dapat dibenarkan bahwa lembaga pondok pesantren merupakan lembaga tradisional yang tidak tersentuh dengan teknologi. Maka benar yang dituturkan oleh KH. Abdul Hakam Mubarok, selaku pengasuh bahwa adanya internet di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah ini dapat dimanfaat untuk mendidik para santri agar tidak ketinggalan informasi dan tidak ketinggalan zaman. “Minimal bisa menjalankannya”, kata Mubarok.

Faktor terakhir yang juga berperan dalam proses adopsi internet di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah adalah adanya pandangan bahwa internet merupakan masalah Faktor terakhir yang juga berperan dalam proses adopsi internet di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah adalah adanya pandangan bahwa internet merupakan masalah