PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
3.4 Pekerjaan dan Aktivitas Keseharian Subjek
Subjek bekerja selama kurang lebih 6 hari dalam seminggu. Jam kerja pertama di pagi hari, mulai pukul 10.00 – 16.00. sedangkan jam kerja kedua di malam hari, mulai pukul 19.00 – selesai. Subjek membuka prakteknya setiap hari, kecuali pada malam jumat dan hari jumat. (Lihat Gambar.14 ) (Observasi, 4 Maret 2013)
Gambar 14. Jam Kerja Subjek
Selain bekerja sebagai tukang pijat, subjek juga menjalani aktivitas kesehariannya sebagai seorang ayah dari lima anak. Subjek juga mempunyai kegiatan keagamaan rutin dengan keluarga, yakni sholat berjamaah. Jika sedang tidak ada pasien, Subjek biasanya ngerumput, atau yang biasa dikenal dengan ngarit – yakni, membersihkan atau mengurusi taman dan tanaman yang ada di sekitar rumah. (Wawancara I, 4 Maret 2013)
3.5 Konsep Kepribadian Sehat
Berikut adalah pemaparan dan pembahasan mengenai konsep kepribadian sehat dari perspektif Erich Fromm, perspektif Islam, dan perspektif Subjek.
3.5.1 Kepribadian Sehat Perspektif Erich Fromm
Dalam keilmuwan Psikologi, Erich Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat (Orientasi Produktif). Individu diinterpretasikan memiliki Kepribadian Sehat (Orientasi Produktif), ketika individu tersebut memiliki + prosentase sebesar 100%. Dimana prosentase sebesar 100% tersebut dibagi rata pada keempat aspek dalam Orientasi Produktif.
Dalam konsep “Orientasi Produktif” terdapat 4 aspek yang mendukung karakteristik Orientasi Produktif, diantaranya:
a. Cinta yang Produktif Aspek 1 memiliki prosentase sebesar 25%, yang kemudian prosentase
sebesar 25% tersebut dibagi ke dalam 4 indikator. Sehingga pada tiap- tiap indikator memiliki bobot prosentase sebesar 6,25%
1) Perhatian
Analisis:
Dari sudut pandang salah satu masyarakat (Ketua RT), pekerjaan dari subjek ini sudah diketahui oleh semua masayarakat di desa Belung, hal ini mengindikasikan bahwa masayarakat juga memiliki perhatian yang cukup tinggi pada subjek.
Subjek memiliki sifat perhatian yang cukup tinggi pada sekitarnya, hal ini dibuktikan subjek merekrut orang-orang disekitarnya menjadi asisten. Perhatian yang diberikan masyarakat pada subjek juga cukup tinggi, karena menurut interpretasi dari jawaban responden, sudah banyak orang yang mengenal subjek.
Meski menurut Ketua RT semua masyarakat di desa Belung mengetahui dan menerima pekerjaan subjek, namun dari perspektif subjek, masih ada orang-orang yang kurang bisa menerima Meski menurut Ketua RT semua masyarakat di desa Belung mengetahui dan menerima pekerjaan subjek, namun dari perspektif subjek, masih ada orang-orang yang kurang bisa menerima
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Cinta yang Produktif; indikator Perhatian, pada pribadi subjek adalah sekitar 5,25%.
2) Tanggung Jawab
Analisis :
Subjek memilki sifat tanggung jawab yang tinggi, hal ini didasarkan pada keterangan Ketua RT bahwa, subjek segera membenahi jalan yang rusak, yang disebabkan oleh kendaraan pasiennya yang banyak. Sifat tanggung jawab yang tinggi pada diri subjek juga didukung oleh keterangan dari Ketua RT. Hal ini semakin menunjukkan bahwa subjek memilki sifat tanggung jawab yang tinggi.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Cinta yang Produktif; indikator Tanggung Jawab, pada pribadi subjek adalah sekitar 6,25%.
3) Respect (rasa hormat) (+ 4,25%)
Analisis :
Respek atau rasa hormat yang diberikan masyarakat pada subjek cukup tinggi, hal ini didasarkan pada hasil pengamatan Observer selama berada di lapangan. Namun dari hasil pengamatan dan interpretasi pada jawaban subjek, Observer tidak menenmukan rasa hormat subjek yang cukup tinggi pada masyarakat. Sehingga bisa Respek atau rasa hormat yang diberikan masyarakat pada subjek cukup tinggi, hal ini didasarkan pada hasil pengamatan Observer selama berada di lapangan. Namun dari hasil pengamatan dan interpretasi pada jawaban subjek, Observer tidak menenmukan rasa hormat subjek yang cukup tinggi pada masyarakat. Sehingga bisa
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Cinta yang Produktif; indikator Respect (rasa hormat), pada pribadi subjek adalah sekitar 4,25%.
4) Pengetahuan
Analisis :
Subjek memiliki pengetahuan yang cukup banyak tentang pekerjaannya, sehingga bisa dikatakan subjek semakin mencapai sifat-sifat yang mengarah pada orientasi produktif. Pengetahuan subjek bisa dikatakan tidak sedikit, meski subjek hanya tamatan SMA. Dikarenakan pengetahuannya tidak hanya didapatkan dari bangku sekolah, makanya pengetahuan subjek dari hasil belajar dengan alam inilah yang membuat subjek bisa menggeluti pekerjaannya saat ini.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Cinta yang Produktif; indikator Pengetahuan, pada pribadi subjek adalah sekitar 5,25%.
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis pada tiap-tiap indikator di atas, Subjek memiliki kesesuaian sekitar 21% dalam aspek Cinta yang Produktif pada konsep Kepribadian Sehat perspektif Erich Fromm.
b. Pikiran yang Produktif Aspek 2 memiliki prosentase sebesar 25%, yang kemudian prosentase
sebesar 25% tersebut dibagi ke dalam 3 indikator. Sehingga pada tiap- tiap indikator memiliki bobot prosentase sebesar 8,30%.
1). Kecerdasan
Analisis :
Dalam pekerjaannya, otomatis subjek dituntut untuk menjadi pribadi yang cerdas. Dari hasil interpretasi terhadap jawaban subjek nomor 11 (lihat lampiran tabel matrik), subjek jelas memiliki kecerdasan intelektual yang cukup tinggi.
Dalam pekerjaannya, subjek juga dituntut untuk cerdas secara emosi, karena saat bekerja subjek juga sering mendapati pasien- pasien yang membuat subjek merasa jengkel. Cerdas secara emosi dalam konteks ini adalah subjek harus bisa bersabar dan mengontrol emosi terhadap pasien-pasien yang rewel tersebut. Jika ada pasien yang rewel, subjek langsung mengevakuasinya ke rumah sakit, hal ini menggambarkan bahwa subjek tidak mau ambil pusing. Sehingga bisa dikatakan bahwa kecerdasan emosi subjek adalah sedang.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Pikiran yang Produktif; indikator Kecerdasan, pada pribadi subjek adalah sekitar 7,80%.
2). Pertimbangan
Analisis:
Subjek mempertimbangkan metode-metode apa yang paling tepat untuk menangani pasien, yang pada akhirnya subjek memutuskan untuk mengkolaborasi metode tekhnologi qolbu, yang dikolaborasi dengan logika dan medis. Dalam pertimbangannya ketika akan menangani pasien, subjek mendahulukan pertimbangan- pertimbangan yang lebih mengedepankan logika.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut dipelajari dari pengalaman- pengalaman sebelumnya. Akan tetapi, ketika subjek menangani hal baru –penyakit baru, pertimbangan tersebut akan muncul dari “pencerahan”, yang diberikan oleh alam.
Alasan subjek menggabungkan dua metode –Qolbu dan Medis adalah semakin banyaknya macam penyakit, sehingga tidak bisa hanya menggunakan salah satunya saja.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Pikiran yang Produktif; indikator Pertimbangan, pada pribadi subjek adalah sekitar 8,30%.
3) Objektivitas
Analisis:
Sebagian metode yang digunakan subjek memang cukup susah untuk dirasionalisasikan, namun subjek mengaku bahwa, semua pertimbangan dalam menangani pasien selalu didahului oleh logika, sehingga bisa dikatakan bahwa subjek juga memiliki rasa objektivitas yang cukup tinggi.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Pikiran yang Produktif; indikator Objektivitas, pada pribadi subjek adalah sekitar 7,80%.
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis pada tiap-tiap indikator di atas, Subjek memiliki kesesuaian sekitar 24% dalam aspek Pikiran yang Produktif pada konsep Kepribadian Sehat perspektif Erich Fromm.
c. Kebahagiaan Aspek 3 memiliki prosentase sebesar 25%, yang kemudian prosentase
sebesar 25% tersebut dibagi ke dalam 2 indikator. Sehingga pada tiap- tiap indikator memiliki bobot prosentase sebesar 12,50 %.
(1) Prestasi Kehidupan yang Paling Tinggi
Analisis:
Dari hasil interpretasi jawaban subjek, dapat dikatakan bahwa makna atau prestasi dalam kehidupan adalah bergerak. Ketika seseorang bisa “bergerak” maka secara otomatis orang tersebut akan mencapai prestasi dalam kehidupannya. Dalam hal ini subjek merasa masih berproses mencapainya.
Motivasi bisa dikaitkan sebagai pendorong ari dalam diri untuk mencapai sesuatu (prestasi dalam hidup; bahagia). Motivasi tersebsar subjek yakni ingin mengantarkan anak-anaknya menjadi orang yang sukses.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Kebahagiaan; indikator Prestasi Kehidupan yang Paling Tinggi, pada pribadi subjek adalah sekitar 12,00%.
(2) Bukti Keberhasilan Individu dalam Kehidupan.
Analisis:
Menurut subjek, kebahagiaan itu relatif. Sehingga jelas bahwa kebahagiaan itu juga bersifat subjektif, tergantung pada pengalaman dan perasaan masing-masing individu. Jika dikaitkan dengan pekerjaannya, bahagia menurut subjek adalah ketika seseorang bisa menolong orang lain. Jawaban dari subjek ini Menurut subjek, kebahagiaan itu relatif. Sehingga jelas bahwa kebahagiaan itu juga bersifat subjektif, tergantung pada pengalaman dan perasaan masing-masing individu. Jika dikaitkan dengan pekerjaannya, bahagia menurut subjek adalah ketika seseorang bisa menolong orang lain. Jawaban dari subjek ini
Subjek sudah merasakan kebahagiaan ketika subjek bisa menolong dan membantu menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Dari interpretasi terhadap jawaban subjek pada soal nomor 21, 22, 23, dan 24, subjek sudah merasakan kebahagiaan dalam kehidupannya. Hal ini tersiratkan dari aktivitas keseharian subjek dengan pemaknaan subjek terhadap makna kebahagiaan.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Orientasi Produktif; aspek Kebahagiaan; indikator Bukti Keberhasilan Individu dalam Kehidupan, pada pribadi subjek adalah sekitar 12,00%.
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis pada tiap-tiap indikator di atas, Subjek memiliki kesesuaian sekitar 24% dalam aspek Kebahagiaan pada konsep Kepribadian Sehat perspektif Erich Fromm.
d. Suara Hati Aspek 4 memiliki prosentase sebesar 25%, dan dikarenakan pada
aspek 4 hanya memiliki 1 indikator, maka bobot prosentase indikator tersebut adalah sebesar 25%.
Analisis:
Memang pada awalnya, subjek merasa bahwa subjek tidak bisa menerima pekerjaan ini, namun dikarenakan tuntutan akan kebutuhan hidup yang mendesak dan karena nasehat yang diberikan oleh orang-orang terdekat, akhirnya subjek menerima pekerjaannya saat ini.
Dalam pekerjaannya, subjek tidak memiliki atasan, karena itu bisa dikatakan bahwa tidak ada orang yang mendikte subjek untuk Dalam pekerjaannya, subjek tidak memiliki atasan, karena itu bisa dikatakan bahwa tidak ada orang yang mendikte subjek untuk
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis di atas, Subjek memiliki kesesuaian sekitar 23% dalam aspek Suara Hati pada konsep Kepribadian Sehat perspektif Erich Fromm.
3.5.2 Kepribadian Sehat Perspektif Islam
Sedangkan dalam perspektif Islam sudah jelas pula konsep tentang struktur kepribadian seorang muslim (Kepribadian Muthmainnah), yakni struktur kepribadian yang harmonis, yang terdiri dari aspek Qolb, Akal, dan Nafsu. Individu diinterpretasikan memiliki Kepribadian Sehat (Kepribadian Muthmainnah), ketika individu tersebut memiliki + prosentase sebesar 100%. Dimana prosentase sebesar 100% tersebut dibagi rata pada ketiga aspek dalam Kepribadian Muthmainnah. Dalam konsep “Kepribadian Muthmainnah” terdapat
3 aspek yang mendukung karakteristik Kepribadian Muthmainnah, diantaranya:
a. Qolb Kepribadian Muthmainnah diindikasikan dengan adanya dominasi
aspek Qolbu dalam pribadi seseorang, sehingga Observer memberikan bobot prosentase yang cukup tinggi pada aspek Qolbu, yakni 50 %.
Aspek 1 memiliki prosentase sebesar 50%, yang kemudian prosentase sebesar 50% tersebut dibagi ke dalam 3 indikator. Sehingga pada tiap- tiap indikator memiliki bobot prosentase sebesar 16,60 %.
1) Iman
Analisis:
Dalam menjalani kehidupan Subjek mempunyai sifat tenang dan optimis dengan rahmat Allah. Awalnya Subjek tidak menerima dan Dalam menjalani kehidupan Subjek mempunyai sifat tenang dan optimis dengan rahmat Allah. Awalnya Subjek tidak menerima dan
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Kepribadian Muthmainnah; aspek Qolb; indikator Iman, pada pribadi subjek adalah sekitar
Aktivitas Subjek merupakan manifestasi dari sifat iman dan islam. Aktivitas Subjek merupakan cerminan bahwa Subjek adalah seorang muslim.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Kepribadian Muthmainnah; aspek Qolb; indikator Islam, pada pribadi subjek adalah sekitar
Subjek mempunyai dasar kepribadian ihsan. Subjek dapat merasakan kebahagiaan pasien yaitu hasil dari kepribadian ihsan Subjek.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Kepribadian Muthmainnah; aspek Qolb; indikator Ihsan, pada pribadi subjek adalah sekitar
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis di atas, Subjek memiliki kesesuaian sekitar 48% dalam aspek Qolb pada konsep Kepribadian Sehat perspektif Islam.
b. Akal Dalam mencapai Kepribadian Muthmainnah, dibanding dengan aspek
Nafsu, akal masih sedikit lebih banyak bobot prosentasenya, sehingga Observer memberikan bobot prosentase sebesar 30 %
Aspek 2 memiliki prosentase sebesar 30%, yang kemudian prosentase sebesar 30% tersebut dibagi ke dalam 3 indikator. Sehingga pada tiap- tiap indikator memiliki bobot prosentase sebesar 10 %.
1) Sosial
Analisis:
Subjek mengetahui kegiatan yang ada di masyarakatnya. Namun, Subjek kurang aktif dalam kegiatan sosial, bukan berarti Subjek tidak mempunyai sifat sosial melainkan Subjek sibuk menolong pasien dan lebih asik dengan kegiatannya sendiri yaitu menyatu dengan Alam.
Dalam hal materi Subjek tidak memperhitungkan untung dan rugi. Artinya Subjek percaya pada Allah bahwa jika Subjek menolong pasti ditolong. Dikarenakan Subjek adalah makhluk sosial Subjek merasa senang membantu orang tetapi Subjek tetap membutuhkan waku untuk istirahat.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Kepribadian Muthmainnah; aspek Akal; indikator Sosial, pada pribadi subjek adalah sekitar
2) Moral
Analisis:
Subjek menyadari ada sebagian orang yang tidak suka ketika memulai pekerjaannya. Pada akhirnya orang-orang yang dulunya mencela pekerjaan Subjek pun menerima karena rasa sosial Subjek yang tinggi.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Kepribadian Muthmainnah; aspek Akal; indikator Moral, pada pribadi subjek adalah sekitar
Dalam menanggapi orang-orang yang kurang suka dengan pekerjaannya, Subjek mengedepan-kan moral,rasio yaitu menahan hawa nafsunya. Dalam proses penanganan kasus, Subjek selalu mengedepankan rasionya walaupun cara penanganannya memakai metode alternatif.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Kepribadian Muthmainnah; aspek Akal; indikator Rasional, pada pribadi subjek adalah sekitar
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis di atas, Subjek memiliki kesesuaian sekitar 27% dalam aspek Akal pada konsep Kepribadian Sehat perspektif Islam.
c. Nafsu
Dalam Kepribadian Muthmainnah, Nafsu memiliki bobot prosentase yang paling sedikit, karena porsi dari peranan Nafsu dalam Kepribadian Muthmainnah juga yang paling sedikit, sehingga Observer hanya memberikan bobot prosentase sebesar 20 %.
Aspek 3 memiliki prosentase sebesar 20%, dan dikarenakan pada aspek 3 hanya memiliki 1 indikator, maka bobot prosentase indikator tersebut adalah sebesar 20%.
Analisis:
Subjek mengkesampingkan urusan duniawi dan meyakini akan rahmat Allah. Subjek juga merasa cukup dengan apa yang telah diterima dari Allah.
Dari analisis di atas, Observer menyimpulkan bahwa jika diprosentasekan penerapan konsep Kepribadian Muthmainnah; aspek Nafsu; indikator Mengejar Kenikmatan Dunia, pada pribadi subjek adalah sekitar 19%.
Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis di atas, Subjek memiliki kesesuaian sekitar 19% dalam aspek Nafsu pada konsep Kepribadian Sehat perspektif Islam.
3.5.3 Kepribadian Sehat Perspektif Subjek
Berikut adalah jawaban subjek ketika Observer memberikan pertanyaan terkait dengan konsep/karakteristik kepribadian sehat menurut Subjek:
“Ini banyak faktor ya, banyak faktor. Jadi saya melihat sesuatu itu seutuhnya. Secara psikis dan secara patologinya. Ya kadang-
kadang orang itu salah ketika dia melihat hanya melihat secara kliniknya saja, padahal ada permasalahan; akar permasalahan yang sehingga orang itu menjadi sakit. Kayak contoh kayak stroke, jantung. Sebenarnya kan, dominan sekali dengan kondisi kadang orang itu salah ketika dia melihat hanya melihat secara kliniknya saja, padahal ada permasalahan; akar permasalahan yang sehingga orang itu menjadi sakit. Kayak contoh kayak stroke, jantung. Sebenarnya kan, dominan sekali dengan kondisi
diperintahkan sehat, ya sehat.” (Wawancara I, 4 Maret 2013) “Ya sehat secara rohani ya secara sosial itu sehat, secara rohani ya kita maklumi secara sosial ya gitu. Lah itu yang bisa beradaptasi dan juga bisa membantu ikut simpati disana. Sehat rohani yoo mempunyai Tuhan dan konsekuen dengan keyakinannya itu.” (Wawancara II, 21 Maret 2013)
Sebagaimana Jawaban Responden di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa konsep kepribadian sehat menurut Subjek adalah seseorang yang sehat secara jasmani dan sehat secara rohani. Sehat secara jasmani adalah orang yang sehat secara fisik. Ketika tidak ada keluhan rasa sakit pada fisik, berarti orang tersebut bisa dikatakan sehat secara jasmani. Sedangkan sehat secara rohani adalah orang yang sehat secara sosial dan sehat secara ideologi. Yang dimaksud sehat secara sosial adalah orang yang bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial, serta bisa mengatasi masalah-masalah sosial-ekonomi dalam kehidupannya. Sehat secara ideologi adalah seseorang yang memiliki sisi rohani keagamaan yang baik.