HASIL PENELITIAN

C. Perbandingan Putusan

  196Pid.Sus2014PN.Btl,

  Putusan

232Pid.B2010PN.Kdl, Putusan Nomor 1831Pid.B2012PN.Jak.Sel, Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks, Putusan Nomor 323Pid.B2014SGM, Putusan Nomor 23Pid.B2011PN.JTH)

  Ada beberapa persamaan antara putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl dengan putusan Nomor 232Pid.B2012PN.Kdl, persamaan tersebut terletak pada bagaimana Majelis Hakim mempertimbangkan unsur kesengajaan. Hal tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

  Dalam Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl (Bantul), Majelis Hakim menyatakan :

  “Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut Majelis berpendapat perbuatan terdakwa termasuk “kesengajaan secara keinsyafan kemungkinan” (opzet bij mogelijkkheid-bewustzijn), yaitu terdakwa

  memposting status di facebook dengan mengunakan keluh kesahnya dan kritiknya kemungkinan akan menyinggung orang lain dan ternyata status tersebut telah menyinggung saksi Diah Sarastuty alias Ayas namun Majelis berpendapat perbuatan terdakwa memposting status di facebook bukan bermuatan penghinaan, pencemaran nama baik ataupun fitnah;” 121

  Sedangkan dalam Putusan Nomor 232Pid.B2012PN.Kdl (Kendal), Majelis Hakim menyatakan :

  120 www.irsangusfrianto.comppengertian-delik-aduan-dan-delik-biasa.html dikunjungi pada

  tanggal 17 Agustus 2017 pukul 01.47

  Dalam Konsideran menimbang pada unsur Dengan Sengaja dan tanpa hak

  mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik, Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl, h. 59

  “Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa, keterangan saksi meringankan terdakwa, keterangan ahli meringankan terdakwa serta barang bukti yang diajukan dalam perkara ini terdapat persesuaian sehingga diperoleh fakta bahwa terdakwa mengirimkan pesan singkat yang berbunyi “jangan ngaco dan ganggu orang bangsat lonte sekali lonte ya tetap lonte lah, betapa rendah martabatmu ha..kacian deh dan lagi- lagi diganggu bangsat lonte, dengan sikapmu yang seperti itu pasti kamu akan SELALU DIRENDAHKAN ORANG jadinya kamu tidak akan laku gitu nasehat saya te.. lonte” kepada nomor hand phone 081901359696 milik saksi NUR DEWI ALFIYANA, SH Mkn Binti ADADI adalah merupakan perbuatan yang disengaja karena sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk menghentikan terror telepon dan SMS dari NUR DEWI ALFIYANA kepada terdakwa, dan ternyata sejak itu pula NUR DEWI ALFIYANA tidak pernah mengganggu kehidupan pribadi terdakwa maupun keluarga terdakwa”. Dengan demikian maka kesengajaan yang dilakukan oleh terdakwa dapat dimasukkan kedalam kesengajaan dengan corak kesengajaan sebagai maksud atau setidak-tidaknya

  kesengajaan sebagai kemungkinan (Dolus eventualis) 122 Sebagaimana dijelaskan di atas, pada kedua putusan ini Majelis Hakim

  mempertimbangkan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa sebagai perbuatan yang dikategorikan ke dalam “dolus eventualis”, yaitu : “seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan maksud menimbulkan suatu akibat tertentu, tetapi orang tersebut sadar bahwa apabila ia melakukan perbuatan tersebut mungkin perbuatan itu akan menimbulkan akibat lain yang juga dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan dan terhadap akibat lain tersebut bukan merupakan tujuan yang dikehendaki akan tetapi hanya didasari kemungkinan terjadinya;”

  Selain persamaan dalam mempertimbangkan unsur kesengajaan, kedua putusan diatas juga memiliki perbedaan seperti yang dinyatakan sebagai berikut:

  Dalam Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl (Bantul), Majelis Hakim menyatakan:

  “Menimbang, bahwa berdasarkan uraian di atas, maka Majelis berpendapat unsur dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau

  Dalam Konsideran Menimbang pada unsur Mendistribusikan danatau mentransmisikan

  danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik, Putusan Nomor 232Pid.B2010PN.Kdl, h. 48 danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik, Putusan Nomor 232Pid.B2010PN.Kdl, h. 48

  Sedangkan dalam Putusan 232Pid.B2012PN.Kdl (Kendal), Majelis Hakim menyatakan:

  “Menimbang, bahwa dengan demikian maka unsur ad. 2 ini telah terpenuhi;” 124

  Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl (Bantul), Majelis Hakim hanya membagi Pasal 27 Ayat (3) kedalam 2 unsur. Menurut Majelis Hakim, Unsur kesengajaan merupakan keseluruhan dari suatu rangkaian perbuatan mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik. Hal tersebut penulis dapati pada konsiderans mengenai fakta-fakta hukum yang telah diuraikan oleh Majelis Hakim tentang unsur kedua. Sedangkan pada putusan 232Pid.B2012PN.Kdl (Kendal), fakta-fakta hukum mengenai unsur kesengajaan dibahas secara terpisah dari unsur mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen elektronik dan unsur memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik.

  Perbedaan antara kedua putusan ini juga dapat ditemukan pada bagaimana Majelis Hakim mempertimbangkan “Dolus eventualis” menjadi sebuah alasan. Pada Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl (Bantul), Majelis hakim mempertimbangkan perbuatan yang dilakukan sebagai “keluh kesah dan kritik dari terdakwa yang mungkin saja akan menyinggung orang lain (korban)” sebagai alasan penghapus pidana atau dalam penelitian

  Dalam Konsideran menimbang pada unsur Dengan Sengaja dan tanpa hak

  mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik, Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl, h. 59

  124 Dalam konsideran menimbang pada unsur Dengan sengaja dan tanpa hak, Putusan Nomor 232Pid.B2010PN.Kdl, h. 50 124 Dalam konsideran menimbang pada unsur Dengan sengaja dan tanpa hak, Putusan Nomor 232Pid.B2010PN.Kdl, h. 50

  Selain kedua putusan diatas, kesengajaan sebagai kemungkinan (Dolus eventualis) dapat pula ditemukan pada Putusan Nomor 324Pid.B2014PN.SGM (Sungguminasa). Hal tersebut tertuang dalam konsideran sebagai berikut :

  “Menimbang, bahwa dengan demikian maka perbuatan terdakwa menuliskan percakapan pada jam 14:08 wita dan 14:10 wita di Grup Line Ikasalis 99 yang diikuti dengan perbuatan terdakwa lainnya yaitu menghapus percakapan dan meminta anggota lain menghapus percakpan tersebut menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh terdakwa tersebut adalah perbuatan yang di kehendaki atau di insyafi oleh terdakwa, tidak hanya berarti apa yang betul- betul dikehendaki dan atau diinsyafi oleh terdakwa, tetapi juga hal-hal yang mengarah atau berdekatan dengan kehendak atau keinsyafan itu sendiri,

  sebagaimana yang diterangkan dalam doktrin diatas.” 125 Adapun terhadap gradasi dari kesengajaan perbuatan terdakwa, maka Majelis

  Hakim berpendapat perbuatan tersebut termasuk dalam Dolus Evantualis (kesengajaan menimbulkan akibat yang tidak pasti namun merupakan kemungkinan), dimana kemungkinan besar dari akibat perbuatan terdakwa adalah kata-kata yang terdakwa tuliskan dapat mengakibatkan orang lain dalam hal ini Bupati Gowa

  Konsideran menimbang pada unsur dengan sengaja dan tanpa hak, Putusan

  Nomor324Pid.B2014PN.SGM, h. 60 Nomor324Pid.B2014PN.SGM, h. 60

  Menurut penulis, perbuatan terdakwa dikategorikan oleh Majelis Hakim sebagai dolus eventualis adalah tepat. Meskipun tidak memiliki tujuan untuk menghina atau mencemarkan nama baik, namun perbuatan yang dilakukan terdakwa kemungkinan besar dapat mengakibatkan seseorang, dalam hal ini Bupati Gowa merasa dihina ataupun dicemarkan nama baiknya. Berbeda dengan Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl (Bantul) dimana Majelis Hakim yang mengadili perkara tersebut menggunakan penafsiran kesengajaan sebagai perbuatan, menurut penulis, pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Nomor 324Pid.B2014PN.SGM (Sungguminasa) didasarkan pada penafsiran kesengajaan sebagai akibat. Hal ini tentu saja mengandung konsekuensi bahwa Majelis Hakim terkesan mengabaikan atau tidak mempertimbangkan sebab musabab dari percakapan yang dilakukan terdakwa bersama anggota grup yang lain. Bahkan, Majelis Hakim terkesan tidak mempertimbangan hak pribadi terdakwa yang lahir dari Pasal 26 UU ITE. Selain itu, dalam sanksi pidana yang dijatuhkan majelis hakim terkesan tidak mempertimbangkan sanksi yang telah dahulu diterima terdakwa berupa sanksi administrasi. Menurut penulis, terlepas dari perbuatan yang dilakukan terdakwa, sanksi pidana tidak harus selalu menjadi primum remedium, melainkan sebisa mungkin sifat sanksi pidana menjadi ultimum remedium, selama dapat menimbulkan efek jera kepada terdakwa. Oleh sebab itulah menurut penulis, majelis hakim dituntut agar dapat mempertimbangkan persoalan-persoalan lain diluar akibat dari perbuatan yang dilakukan terdakwa sebagai alasan meringankan pidana ataupun alasan penghapus pidana. Alasan yang mungkin saja dapat dipakai sebagai alasan yang meringankan pidana adalah perbuatan terdakwa tersebut merupakan percakapan yang hanya dianggap Menurut penulis, perbuatan terdakwa dikategorikan oleh Majelis Hakim sebagai dolus eventualis adalah tepat. Meskipun tidak memiliki tujuan untuk menghina atau mencemarkan nama baik, namun perbuatan yang dilakukan terdakwa kemungkinan besar dapat mengakibatkan seseorang, dalam hal ini Bupati Gowa merasa dihina ataupun dicemarkan nama baiknya. Berbeda dengan Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl (Bantul) dimana Majelis Hakim yang mengadili perkara tersebut menggunakan penafsiran kesengajaan sebagai perbuatan, menurut penulis, pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Nomor 324Pid.B2014PN.SGM (Sungguminasa) didasarkan pada penafsiran kesengajaan sebagai akibat. Hal ini tentu saja mengandung konsekuensi bahwa Majelis Hakim terkesan mengabaikan atau tidak mempertimbangkan sebab musabab dari percakapan yang dilakukan terdakwa bersama anggota grup yang lain. Bahkan, Majelis Hakim terkesan tidak mempertimbangan hak pribadi terdakwa yang lahir dari Pasal 26 UU ITE. Selain itu, dalam sanksi pidana yang dijatuhkan majelis hakim terkesan tidak mempertimbangkan sanksi yang telah dahulu diterima terdakwa berupa sanksi administrasi. Menurut penulis, terlepas dari perbuatan yang dilakukan terdakwa, sanksi pidana tidak harus selalu menjadi primum remedium, melainkan sebisa mungkin sifat sanksi pidana menjadi ultimum remedium, selama dapat menimbulkan efek jera kepada terdakwa. Oleh sebab itulah menurut penulis, majelis hakim dituntut agar dapat mempertimbangkan persoalan-persoalan lain diluar akibat dari perbuatan yang dilakukan terdakwa sebagai alasan meringankan pidana ataupun alasan penghapus pidana. Alasan yang mungkin saja dapat dipakai sebagai alasan yang meringankan pidana adalah perbuatan terdakwa tersebut merupakan percakapan yang hanya dianggap

  Pada putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jak.Sel (Jakarta Selatan) dan Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks (Makassar), tidak ditemukan pertimbangan hakim terkait “Dolus eventualis”. Hal ini disebabkan oleh bukti-bukti yang dihadapkan oleh Jaksa Penuntut Umum kehadapan Majelis Hakim dianggap tidak valid. Seperti yang terdapat dalam konsiderans sebagai berikut :

  “Menimbang, bahwa dari uraian saksi-saksi sebagaimana diuraikan di atas, tidak ada saksi-saksi yang mengetahui dan melihat pemilik akun twitter

  tersebut dan tidak tahu yang merilisnya;” 126 “Menimbang, bahwa keterangan saksi-saksi yang menyatakan bahwa dalam

  twitter tersebut adalah milik Terdakwa oleh karena tertulis fajriska yaitu nama Terdakwa akan tetapi tidak ada satu orang saksi pun yang mengetahui

  bahwa akun twitter fajriska adalah milik Terdakwa;” 127 “Menimbang, bahwa menurut Majelis nama pada suatu akun twitter bisa saja

  dibuat oleh orang lain dengan membuat nama orang tertentu maka dalam hal ini Majelis sependapat dengan tim Penasihat HukumTerdakwa dalam Pledoinya yang menyatakan bahwa tidak terbukti akun twitter fajriska adalah milik terdakwa sehingga tidak terbukti pula bahwa terdakwa telah sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau dapat dibuat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen

  elektronik.” 128 “Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan di atas majelis

  berpendapat bahwa tidak terbukti bahwa akun twitter fajriska adalah akun

  Konsideran menimbang pada unsur Dengan Sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

  danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronok, Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jak.Sel, h.141

  127 Ibid. 128 Ibid.

  milik terdakwa sehingga unsure kedua dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danataudapat dibuat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik tidak terbukti pada Terdakwa;” 129

  “Menimbang, bahwa oleh karena salah satu unsur dari dakwaan kesatu primair tidak terbukti pada terdakwa maka terdakwa haruslah dibebaskan

  dari dakwaan kesatu primair tersebut;” 130 Dengan ketiadaan bukti yang dapat dipakai untuk membuktikan terdakwalah yang

  telah melakukan perbuatan seperti Pasal yang telah didakwakan, maka Majelis Hakim yang mengadili perkara tersebut menganggap perkara yang diadili tidak terbukti sehingga tidak perlu lagi mempertimbangkan unsur-unsur lain yang terdapat dalam Pasal 27 Ayat (3) Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sedangkan konsideran Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks (Makassar) menyatakan :

  “Menimbang, bahwa sengaja dalam ilmu pengetahuan hukum pidana tersusun atas anasir menghendaki atau mengetahui, bahwa seseorang yang

  berbuat dengan sengaja itu, harus dikehendaki apa yang diperbuat dan harus diketahui atas apa yang diperbuat, selain itu ada beberapa sarjana yang membagi kesengajaan berdasarkan pada perbuatan disebut opzet materiil dan pada akibat daripada perbuatan atau hal ikhwal yang menyertai perbuatan disebut opzet materiil, bahwa Majelis Hakim mengikuti pandangan kedua oleh karena dengan pembagian demikian menjadikan penafsiran sengaja menjadi leboh objektif bukan dalam pemikiran abstrak karena dengan membagi sengaja dalam pandangan kedua akan memudahkan penafsiran fakta pada rumusan sengaja yang diempiriskan (diobjektifkan) disini dilihat dulu apakah sengaja tertuju pada perbuatan atau akibat jika pada perbuatan tidak perlu.” diperdalam sampai pada bentuk sengaja sebagai maksud, keharusan pasti atau kemungkinan yang mutlak diteliti jika sengaja tertuju pada akibat dan hal ikhwal yang menyertai pebuatan di samping perbuatan itu sendiri dengan demikian tidak perlu susah-susah membagi sengaja dalam dua anasir menghendaki dan mengetahui karena jika ia mengetahui dan ternyata melakukan pasti juga ia menghendaki, namun apakah tertuju pada perbuatan atau akibathal ikhwal yang menyertai perbuatan tentunya dinilai dengan teori kehendak atau teori pengetahuan tergantung teori mana yang

  dipergunakan;” 131 “Menimbang, bahwa selama pemeriksaan perkara berlangsung,

  JaksaPenuntut Umum tidak dapat menghadirkan 2 (dua) orang saksi yang berteman kontak BBM dengan terdakwa dengan nomor PIN 215A00AA untuk

  129 Ibid., h. 142 130 Ibid. 131

  Konsideran menimbang pada unsur Dengan Sengaja dan tanpa hak, Putusan Nomor

  390Pid.B2014PM.Mks, h. 35 390Pid.B2014PM.Mks, h. 35

  “Menimbang, bahwa demikian juga JaksaPenuntut Umum tidak dapat membuktikan dipersidangan hasil pemeriksaan digital forensic oleh ahli ITE untuk memastikan apakah benar kata-kata yang tertulis dalam status BBM tersebut adalah berasal dari Smartphone Blackberry akun BBM PIN

  215A00AA milik terdakwa;” 133 “Menimbang, bahwa demikian juga JaksaPenuntut Umum tidak dapat

  menghadirkan dipersidangkan barang bukti Blackberry milik terdakwa maupun Blackberry milik saksi MUH. ZULHAMDI ALAMSYAH, SH. yang

  berteman kontak BBM dengan terdakwa;” 134 “Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka Majelis

  Hakim berkesimpulan bahwa JaksaPenuntut Umum tidak dapat membuktikan dakwaan Pertamanya;” 135

  Seperti halnya pada Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jak.Sel (Jakarta Selatan), Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks (Makassar) pun tidak memiliki pertimbangan tentang kesengajaan sebagai kemungkinan (dolus eventualis). Hal ini disebabkan juga oleh kurangnya bukti yang diberikan Jaksa Penuntut Umum ke hadapan Majelis Hakim. Sedangkan dalam Putusan Nomor 23Pid.B2011PN.JTH (Jantho) pertimbangan hakim dapat dilihat dalam konsideran :

  “Menimbang bahwa yang dimaksud dengan sengaja dan tanpa hak adalah perbuatan yang dikehendaki atau didasari dan bertentangan dengan

  ketentuan Undang-undang;” 136 “Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan

  diketahui bahwa terdakwa A. HAMID ARSA Bin (Alm) ABDURRAHMAN telah dengan sengaja menigirimkan SMS (short message servicelayanan pesan singkat) kepada orang lain yang isinya bermuatan pencemaran nama baik terhadap IRWANDI YUSUF dengan tujuan agar orang lain mengetahui tentang isi dari SMS tersebut, sedangkan terdakwa tidak mempunyai hak dan

  132 Ibid., h. 37 133 Ibid., h. 38 134 Ibid. 135 Ibid.

  Konsideran menimbang pada unsur Dengan sengaja dan tanpa hak, Putusan Nomor

  23Pid.B2011PN.JTH, h. 45 23Pid.B2011PN.JTH, h. 45

  

  Berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis Hakim yang mengadili perkara ini tidak membagikan bentuk kesengajaan seperti pada pertimbangan-pertimbangan Majelis hakim dalam Putusan-putusan sebelumnya. majelis hakim terkesan langsung menafsirkan perbuatan terdakwa kedalam kesengajaan sebagai akibat dan secara langsung mengaitkan fakta hukum yang didapatkan dalam persidangan.

Validasi Bukti Elektronik Putusan Nomor 23Pid.B2011PN.JTH, Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks, Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jkt.Sel

  Dari semua putusan yang menjadi objek penelitian ini, selain Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks (Makassar), Putusan Nomor 23Pid.B2011PN.JTH (Janto) merupakan salah satu putusan yang paling banyak membagi unsur Pasal 27 Ayat (3), namun juga putusan yang paling sedikit melakukan pertimbangan terkait unsur-unsur yang telah dibagi pada perkara yang diadili. Hal tersebut dapat dilihat pada konsiderans berikut :

  “Menimbang bahwa yang dimaksud dengan sengaja dan tanpa hak adalah perbuatan yang dikehendaki atau disadari dan bertentangan dengan

  ketentuan Undang-undang;” 138 “Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan

  diketahui bahwa terdakwa A. HAMID ARSA Bin (Alm) ABDURRAHMAN telah dengan sengaja menigirimkan SMS (short message servicelayanan pesan singkat) kepada orang lain yang isinya bermuatan pencemaran nama baik terhadap IRWANDI YUSUF dengan tujuan agar orang lain mengetahui tentang isi dari SMS tersebut, sedangkan terdakwa tidak mempunyai hand an kewenangan untuk menyebarkan SMS tersebut maka dengan demikian unsur ini telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah menurut hukum;” 139

  Pada unsur dengan sengaja, majelis hakim hanya membuat dua pertimbangan. Pertimbangan pertama, terkait dengan kesengajaan dan pertimbangan kedua berisi fakta-fakta hukum yang dipertimbangkan hakim. Bahkan, berbeda dengan putusan yang lain, bentuk-

  137

  Ibid. 138 Ibid.

  139 Ibid.

  bentuk kesengajaan (kesengajaan sebagai maksud; kesengajaan sebagai kepastian; dan kesengajaan sebagai kemungkinan) tidak dipertimbangkan oleh Majelis Hakim guna memilah perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa. Ironisnya, dengan alat bukti yang ada Majelis Hakim secara langsung mengaitkan fakta-fakta hukum sebagai pertimbangan. Padahal, menurut penulis ada kerancuan terkait dengan barang bukti yang diajukan oleh Jaksa penuntut umum. Adapun barang bukti yang dihadapkan ke Majelis Hakim yaitu : 1 (satu) unit Handphone Nokia E66 dengan kondisi rusakpatah Nomor IME 352943021150615 dirampas untuk dimusnahkan; dan 1 (satu) buah buku transaksi penjualan kartu perdana dan pulsa Toko Gardu Ponsel dikembalikan kepada saksi Abdul Halim Bin Hasbi;. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menbandingkan putusan ini dengan putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks (Makassar) dan putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jkt.Sel (Jakarta selatan).

  Dalam konsiderans Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks (Makassar), Majelis Hakim menyatakan:

  “Menimbang, bahwa dipersidangan telah diputar dan diperdengarkan barang bukti DVD-R rekaman pembicaraan terdakwa menjadi narasumber pada acara yang disiarkan secara langsungoleh Celebes TV tersebut, tetapi tidak ditemukan pernyataan atau kata-kata terdakwa secara spesifik menyebutkan secara langsung kata demi kata bahwa “kenapa harus pak Kadir sedangkan dia adalah keluarga koruptor” dan kata-kata bahwa SUPOMO GUNTUR adalah orang sakit-sakitan sebagaimana yang didakwakan oleh JaksaPenuntut Umum dalam dakwaan Keduanya tersebut;” 140

  Lebih lanjut :

  “Menimbang, bahwa Majelis Hakim berkesimpulan bahwa keterangan saksi- saksi tersebut di atas adalah berdasarkan dari kesimpulan sepihak saksi-saksi sendiri yang mendengar pernyataan-pernyataan terdakwa pada saat acara obrolan Karebosi dengan tema NONE vs SUKA yang disiarkan langsung di

  Dalam konsideran menimbang unsur Dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama

  baik seseorang, Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks, h. 42

  Celebes TV pada hari Senin tanggal 24 Juni 2013 pada jam 19.00 WITA di Jl. Jend. Sudirman Menara Bosowa Lantai 15;” 141

  Selanjutnya :

  “Menimbang, bahwa demikian juga JaksaPenuntut Umun tidak dapat membuktikan siapa yang membuat dan menyebarkan barang bukti 20 (dua

  puluh) lembar poster bergambar karikatur;” 142 Pada ketiga konsiderans diatas, tampak jelas bahwa Majelis Hakim dengan teliti

  memeriksa barang bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Valid atau tidaknya barang bukti yang diajukan, dipertimbangkan kembali oleh Majelis Hakim. Pertimbangan Majelis hakim terkait validasi bukti elektronik ini didasarkan pada kesaksian dari saksi ahli Deden Imanudin Soleh. SH yang menyatakan :

  “Bahwa untuk memastikan apakah seseorang adalah pemilik dari akun BBM dengan nomor Pin. Orang yang dituduhkan, maka dapat dibuktikan dengan melalui cara yaitu menghadirkan 2 (dua) orang atau lebih saksi yang berteman cantact BBM dengan nomor Pin. Orang yang dituhkan guna menerangkan bahwa seseorang tersebut adalah sebagai pemilik dari Nomor Pin orang yang dituduhkan tersebut serta 2 (dua) orang atau lebih saksi tersebut harus memperlihatkan fisik smartphon Black Berry miliknya yang

  berteman con dengan Nomor Pin. Orang yang dituduhkan tersebut;” 143 Selanjutnya :

  “Bahwa bilamana tidak dapat dibuktikan akan hasil seperti 2 (dua) orang saksi atau lebih yang berteman contact BBM dengan orang yang ditudukan tersebut, maka harus dilakukan melalui pemeriksaan digital forensic ahli ITE untuk memastikan siapakah pemilik akun BBM dan nomor Pin. Orang yang dituduhkan itu dan memastikan apakah rangkaian kata-kata yang tertulis dalam status BBM tersebut adalah berasal dari Smartphon Black Berry akun BBM dan Nomor Pin orang yang dituduhkan itu;” 144

  Ketelitian dari Majelis Hakim dalam memeriksa bukti, juga dapat ditemukan pada Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jkt.Sel (Jakarta Selatan). Adapun dalam Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jkt,Sel (Jaksel), majelis hakim menyatakan:

  141 Ibid. 142 Ibid.

  143 Konsideran menimbang

  Putusan Nomor

  390Pid.B2014PN.Mks, h. 25

  144 Ibid., h. 26

  “Menimbang, bahwa dari uraian saksi-saksi sebagaimana diuraikan di atas, tidak ada saksi-saksi yang mengetahui dan melihat pemilik akun twitter

  tersebut dan tidak tahu yang merilisnya;” 145 Lebih lanjut :

  “Menimbang, bahwa keterangan saksi-saksi yang menyatakan bahwa dalam twitter tersebut adalah milik Terdakwa oleh karena tertulis fajriska yaitu nama Terdakwa akan tetapi tidak ada satu orang saksi pun yang mengetahui bahwa akun twitter fajriska adalah milik Terdakwa;” 146 Selanjutnya :

  “Menimbang, bahwa menurut Majelis nama pada suatu akun twitter bisa saja dibuat oleh orang lain dengan membuat nama orang tertentu maka dalam hal ini Majelis sependapat dengan tim Penasihat Hukum Terdakwa dalam Pledoinya yang menyatakan bahwa tidak terbukti akun twitter fajriska adalah milik terdakwa sehingga tidak terbukti pula bahwa terdakwa telah sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau dapat dibuat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen

  elektronik.” 147 Dan kemudian :

  “Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan di atas majelis berpendapat bahwa tidak terbukti bahwa akun twitter fajriska adalah akun milik terdakwa sehingga unsur kedua dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danataudapat dibuat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik tidak terbukti pada Terdakwa;” 148 Bila

  dikaitkan antara

  konsiderans-konsiderans

  dari

  putusan Nomor

  390Pid.B2014PN.Mks (Makassar) dan Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jkt.Sel (Jakarta Selatan) yang telah penulis paparkan diatas dengan Putusan Nomor 23Pid.B2011PN.JTH (Jantho), maka didapati bahwa kerancuan yang terjadi dalam Putusan Nomor 23Pid.B2011PN.JTH (Jantho) terletak pada validasi bukti elektronik. Dengan kata lain, valid atau tidaknya bukti yang dapat menerangkan suatu perbuatan tentang apakah benar terdakwa lah yang menyebarkan SMS tersebut bukanlah terletak pada buku transaksi pembelian dan Handphone miliki terdakwa, melainkan terletak pada simcard yang dimiliki

  145 Konsideran menimbang pada unsur Unsur Dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau

  Dokumen Elektronik, Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jkt.Sel, h. 141

  146 Ibid. 147 Ibid. 148 Ibid., h. 142 146 Ibid. 147 Ibid. 148 Ibid., h. 142

  Sifat Informasi Elektronik (Putusan Nomor 324Pid.B2014PN.SGM, Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl, Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks, Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jkt.Sel )

  Pasal 1 angka (1) UU ITE, mendefenisikan, Informasi Elektronik adalah “salah satu sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, elektronik data interchange (EDI), surat elektronik (electronic email), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu

  memahaminya;” 149 dan Pasal 1 angka 4 UU ITE, mengartikan Dokumen Elektronik adalah “setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan

  dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, danatau didengar melalui computer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol, atau perforasi yang memiliki makna atau arti dapat

  dipahami oleh orang yang mampu memahaminya;” 150

  Berdasarkan pengertian tersebut, maka menurut penulis tidak ada perbedaan antara informasi dan dokumen elektronik sebab dokumen elektronik merupakan informasi elektronik (sekumpulan data elektronik), seperti yang dikatakan Aloysius Wisnubroto, SH., M.Hum, bahwa “perbedaan informasi elektronik dan dokumen elektronik terletak pada

  Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

  Elektronik, Penerbit New Merah Putih, Yogyakarta, 2009, h. 11

  150 Ibid.

  masalah bentuknya saja yang berbeda karena keduanya termasuk dalam dokumen elektronik dan dokumen elektronik sebagai dunia nyata dialihkan ke dunia elektronik”. 151

  Dalam Putusan Nomor 390Pid.B2014PN.Mks (Makassar), Putusan Nomor 1832Pid.B2012PN.Jkt.Sel (Jakarta Selatan) dan Putusan Nomor 196Pid.Sus2014PN.Btl (Bantul), media elektronik yang digunakan adalah Tv Celebes, Twitter, dan Facebook. Sedangkan dalam Putusan Nomor 324Pid.B2014PN.SGM (Sungguminasa) media elektronik yang digunakan adalah grup line. Perbedaan mendasar dari putusan-putusan yang penulis coba bandingkan terletak pada sifat dari informasi danatau dokumen elektronik yang ditransmisikan danatau didistribusikan melalui media elektronik. Pada media elektronik TV Celebes, Twitter dan Facebook, informasi danatau dokumen elektronik yang ditransmisikan danatau didistribusikan bersifat terbuka. Artinya, informasi danatau dokumen elektronik yang ditransmisikan danatau didistribusikan tersebut dapat diakses oleh semua orang (publik). Sedangkan informasi danatau dokumen elektronik yang ditransmisikan danatau didistribusikan melalui media elektronik grup line bersifat tertutup. Artinya, informasi danatau dokumen elektronik yang ditransmisikan danatau didistribusikan tersebut hanya dapat diakses oleh angggota yang tergabung dalam grup line (privat).

  Oleh karena bersifat tertutup (privat), maka menurut penulis, Informasi danatau dokumen elektronik yang ada di grup line haruslah diartikan sebagai informasi danatau dokumen elektronik yang tidak dapat diakses oleh semua orang (publik). Selain itu, informasi danatau dokumen elektronik tersebut harus pula dimaknai sebagai informasi danatau dokumen elektronik yang ditransmisikan oleh pengirim (terdakwa) kepada penerima (anggota grup).

  Adapun UU ITE Pasal 1 Angka (18) dan Pasal 1 Angka (19) mendefenisikan “Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan informasi elektronik danatau dokumen

  151 Dalam konsideran meinimbang pada keterangan saksi ahli dalam poin 21, Putusan Nomor 232Pid.B2010PN.Kdl, h. 32 151 Dalam konsideran meinimbang pada keterangan saksi ahli dalam poin 21, Putusan Nomor 232Pid.B2010PN.Kdl, h. 32

  Dalam grup line IKASALIS 99, hanya terdapat 7 anggota yang didalamnya tidak terdapat korban. Mengingat korban bukanlah angggota line, maka pertanyaan yang muncul adalah bagaimana mungkin informasi yang bersifat tertutup, yang hanya dapat diakses oleh anggota dapat diketahui oleh orang (korban) yang bukan termasuk anggota grup line? Menurut penulis ada sebab musabab yang seharusnya dipertimbangkan Majelis Hakim.

  Dalam ilmu pidana, dikenal dengan adanya teori Conditio sine qua non. Moeljatno, mengatakan “Teori ini dalam hukum pidana diajukan oleh Von Buri dan dinamakan teori Conditio sine qua non (syarat-syarat tanpa mana tidak). Menurut beliau, musabab adalah tiap- tiap syarat yang tak dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat. Teori ini juga dinamakan teori ekuivalensi, yaitu karena menurut pendiriannya, tiap-tiap syarat adalah sama nilainya (equivalent). Juga dinamakan Bedingungstheorie, karena baginya tidak ada perbedaan antara syarat (Bedingung) dan musabab. Orang yang mengisi pelita dengan minyak, orang yang membuat korek api, orang yang menanam kapas untuk dibiking sumbuh pelita itu misalnya, semuanya adalah sama nilainya dengan yang menyalakan pelita, sebab sama-sama merupakan syarat atau musabab untuk nyalanya pelita.” 153

  Berdasarkan pada teori tersebut, Maka menurut penulis, korban yang merasa dihina sebagai akibat dari menyebarnya informasi yang bersifat tertutup tersebut disebabkan oleh adanya orang yang menyebarkan informasi danatau dokumen elektronik. Menurut hemat penulis, jika dikaitkan dengan informasi danatau dokumen elektronik yang ada di grup line yang sifatnya tertutup maka pengirim (terdakwa) dan penyebar (salah satu anggota grup) memiliki sama nilainya. Dengan kata lain apabila terdakwa terbukti melakukan perbuatan pada Pasal 27 Ayat 3, pertimbangan yang harus dilihat hakim juga adalah pada bagaimana

  152 Pasal 1 angka 18 Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Penerbit New Merah Putih, Yogyakarta, 2009, h. 13

  153 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 92 153 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002, h. 92

  

  154

  Dalam konsideran menimbang pada pendapat ahli dalam poin 10, Putusan Nomor

  23Pid.B2011PN.JTH, h. 21

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24