LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 PERCOBAAN 5 LAJU REAKSI DISUSUN OLEH :

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 PERCOBAAN 5 LAJU REAKSI DISUSUN OLEH :

  FAUZIAH ASTARI

  JEFFREY YOSUA SITINJAK

  RIKE DOMINTA APRIANTI MANIK

  SAFRIDAH HANNUM N

  Samarinda, 6 Desember 2014

  Mengetahui, Dosen pengajar,

  Asisten Praktikum

  Prof. Dr. Daniel Tarigan M.Si

  Bayu Iskandar

  NIP: 19661211 200012 1 001

  NIM: 1307035013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Dalam kehidupan ini, banyak sekali dijumpai perubahan–perubahan yang terjadi, baik secara cepat maupun lambat. Banyak sekali contoh perubahan dalam kimia. Reaksi kimia merupakan proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Bahan bakar roket dirancang untuk menghasilkan lepasan cepat produk gas dan energi untuk memberikan dorongan maksimum pada roket. Susu disimpan dalam lemari pendingin untuk memperlambat proses basi, merupakan contoh dari reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada pula yang berlangsung lambat. Contoh reaksi yang berlangsung dengan cepat adalah pembakaran kertas. Sedangkan contoh reaksi yang berlangsung dengan sangat lambat adalah perkaratan logam.

  Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada yang beralangsung dengan sangat lambat, karena adanya perbedaan laju reaksi kimia antara suatu reaksi dan reaksi lainnya. Laju reaksi kimia didefinisikan sebagai laju perubahan konsentrasi per satuan waktu. Saat terjadinya suatu reaksi kimia, maka seiring waktu jumlah pereaksi akan semakin berkurang dan jumlah produk akan semakin bertambah. Perbedaan lama dan cepatnya suatu reaksi kimia disebabkan oleh berbagai faktor. Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksiberguna dalam mengontrol kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan. Kadang–kadang kita ingin reaksi tersebut berlangsung cepat, contohnya adalah seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen. Atau dalam pabrik yang menghasilkan zat tertentu. Tentu saja dalam proses produksinya, produsen ingin hal yang cepat. Akan tetapi kadang kala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti pada masalah proses perkaratan besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan lain sebagainya. Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi laju reaksi ini. Faktor– faktor tersebut adalah konsentrasi dari pereaksi tersebut, suhu dari pereaksi pada saat reaksi sedang berlangsung, luas permukaan dari partikel–partikel zat yang menyusun pereaksi, serta katalis yang merupakan zat yang dapat mempengaruhi Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat dan ada yang beralangsung dengan sangat lambat, karena adanya perbedaan laju reaksi kimia antara suatu reaksi dan reaksi lainnya. Laju reaksi kimia didefinisikan sebagai laju perubahan konsentrasi per satuan waktu. Saat terjadinya suatu reaksi kimia, maka seiring waktu jumlah pereaksi akan semakin berkurang dan jumlah produk akan semakin bertambah. Perbedaan lama dan cepatnya suatu reaksi kimia disebabkan oleh berbagai faktor. Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksiberguna dalam mengontrol kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan. Kadang–kadang kita ingin reaksi tersebut berlangsung cepat, contohnya adalah seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen. Atau dalam pabrik yang menghasilkan zat tertentu. Tentu saja dalam proses produksinya, produsen ingin hal yang cepat. Akan tetapi kadang kala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti pada masalah proses perkaratan besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan lain sebagainya. Ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi laju reaksi ini. Faktor– faktor tersebut adalah konsentrasi dari pereaksi tersebut, suhu dari pereaksi pada saat reaksi sedang berlangsung, luas permukaan dari partikel–partikel zat yang menyusun pereaksi, serta katalis yang merupakan zat yang dapat mempengaruhi

  Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui laju reaksi kimia pada beberapa bahan kimia. Dalam hal ini, yang dianalisa adalah laju reaksi pada

  zat HNO 3 dengan konsentrasi 1 M dan juga HNO 3 2M. Serta untuk mengetahui laju reaksi pada Na 2 S 2 O 3 dengan konsentrasi 0,1 M serta Na 2 S 2 O 3 0,2 M. Serta untuk

  mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap nilai laju reaksi kimianya.

  Selain itu, untuk mengetahui orde reaksi dan orde reaksi total Na 2 S 2 O 3 terhadap

  HNO 3 dan sebaliknya HNO 3 terhadap Na 2 S 2 O 3 .

1.2 Tujuan Percobaan

   Mengetahui orde reaksi Na 2 S 2 O 3 terhadap HNO 3 dan HNO 3 terhadap Na 2 S 2 O 3 pada

  percobaan pengaruh konsentrasi.

   Mengetahui orde reaksi Na 2 S 2 O 3 terhadap HNO 3 dan HNO 3 terhadap Na 2 S 2 O 3 pada

  percobaan pengaruh suhu.

   Mengetahui orde reaksi total Na 2 S 2 O 3 dan HNO 3 pada percobaan pengaruh

  konsentrasi dan pengaruh suhu.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Kimia

  Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang cepat dan ada yang lambat, contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan ada yang sangat lambat, seperti besi berkarat. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor–faktor yang mempengaruhinya (Syukri, 1999).

  Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam mengontrol kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan. Kadang–kadang kita ingin reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik yang menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi ada 4, yaitu :

   Sifat Pereaksi

  Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan ada yang kurang reaktif, misalnya bensin lebih cepat terbakar daripada minyak tanah. Demikian juga logam natrium bereaksi cepat dengan air, sedangkan logam magnesium lambat.

   Konsentrasi Pereaksi

  Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kecepatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi. Akan tetapi harus diingat bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju reaksi, karena laju reaksi dipengaruhi juga oleh faktor lain.

   Suhu

  Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik pertikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan energi tabrakan akan menjadi bertambah besar.

   Katalis

  Laju reaksi dapat diubah (umumnya dipercepat) dengan menambah zat yang disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik, termasuk dalam organisme. Katalis dalam organisme disebut enzim dan dapat mempercepat reaksi ratusan sampai puluhan ribu kali (Syukri,1999).

2.2 Laju Reaksi

  Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap perubahan waktu. Jadi, laju reaksi dirumuskan sebagai berikut.

  Perubahan konsentrasi

  Laju reaksi =

  ( HAM, 2006).

  waktu

  Apabila persamaan reaksi :

  A  B

  Maka laju reaksinya V = [A] x dengan x adalah orde (tingkat) reaksi yang dapat merupakan bilangan bulat atau pecahan. Harga x hanya dapat ditentukan secara

  eksperimen dan tidak ada hubungannya dengan koefisien. Persamaan reaksi :

  V = k . [A] x , k = ketetapan laju reaksi (Tamrin, 2003).

  Untuk reaksi A 

  B, pereaksi (A) berkurang, dan pada saat yang sama hasil

  reaksi (B) bertambah. Dengan demikian, laju reaksi rata–rata dapat diungkapkan dari pengurangan peraksi atau penambahan konsentrasi hasil reaksi dalam selang

  waktu ∆t = t 2 - t 1 (Syukri, 1999).

  Gambar 2.1 perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi dalam reaksi A  B

  −∆[ ]

  ∆[]

  r =

  ∆

  ∆

2.3 Mengukur laju reaksi

  2.3.1 Mengikuti Reaksi Kimia

  Larutan berair 3 hidrogen peroksida adalah antiseptik yang umum. Kerja

  antiseptiknya adalah hasil dari pelepasan O 2 sewaktu H 2 O 2 terurai. O 2(g) melepaskan

  diri dari H 2 O 2(aq) dan akhirnya reaksi berjalan sampai selesai.

  H 1

  2 O 2(aq)  H 2 O (l) + O 2(g)

  Kita dapat mengikuti jalannya reaksi dengan memfokuskan pada pembentukan O 2(g) yang diproduksi pada waktu berbeda dan mengaitkan volume ini dengan penurunan

  konsentrasi H 2 O 2 (Petrucci, 2011).

  2.3.2 Laju Awal Reaksi Adakalanya kita hanya ingin mengetahui laju reaksi ketika reaktan mula– mula dicampurkan. Laju ini dapat diperoleh dari garis tangan pada kurva konsentrasi–waktu pada t = 0. Cara lain adalah dengan mengukur konsentrasi reaktan yang dipilih segera setelah pencampuran. Dengan cara ini, diperoleh ∆ [ reaktan] dalam interval waktu yang sangat singkat ( ∆ ), yaitu t = 0. Dua pendekatan ini memberikan hasil yang sama jika interval waktu yang digunakan dibatasi pada waktu ketika garis tangen dan kurva konsentrasi–waktu berimpitan (Petrucci, 2011).

2.4 Hukum Laju

  Salah satu tujuan dalam kegiatan kinetika kimia adalah menurunkan persamaan yang dapat digunakan untuk memprediksi hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi reaktan. Persamaan yang ditetapkan secara percobaan ini disebut hukum laju atau persamaan laju.

  a Laju reaksi = k [A] b [B]

  Suku [A], [B] menyatakan molaritas reaktan. Eksponen yang diperlukan, m, n,..... biasanya berupa angka bulat, positif, kecil, meskipun dalam beberapa kasus dapat nol, pecahan, danatau negatif. Eksponen harus ditentukan secara percobaan dan biasanya tidak sama dengan koefisien stoikiometrinya (Petrucci, 2011).

  Istilah orde dikaitkan dengan eksponen dalam hukum laju dan digunakan dalam 2 cara. (1) jika m = 1, kita mengatakan reaksi berorde pertama untuk A. Jika m = 2, reaksi berorde kedua untuk B, dan seterusnya. (2) orde reaksi keseluruhan adalah jumlah semua eksponen. Konstanta proporsiolitas dan menghubungkan laju reaksi dengan konsentrasi reaktan dan dinamakan konstanta laju reaksi tersebut. Nilainya bergantung pada reaksi spesifik, keberadaan katalis dan suhu. Semakin besar nilai k, semakin besar reaksi berjalan. Orde reaksi menentukan bentuk umum laju dan satuan k yang benar. Dengan hukum laju untuk suatu reaksi kita dapat,

   Menghitung laju reaksi untuk konsentrasi reaktan yang diketahui  Menurunkan persamaan yang menyatakan konsentrasi reaktan sebagai fungsi

  waktu (Petrucci, 2011).

2.5 Metode Laju Awal

  Seperti tersirat pada namanya, metode ini mensyaratkan kita bekerja dengan laju awal reaksi. Contohnya, mari kita melihat reaksi spesifik antara merkuri (II) klorida dan ion oksalat.

  2HgCl 2(aq) +C 2 O 4 2- (aq)  2Cl 2- (aq) + 2CO 2(g) + Hg 2 Cl 2(g) Hukum laju tentatif yang dapat kita tulis untuk reaksi ini adalah, v = k [HgCl 2 ] m

  [C 2 O 4 2- ] n . Kita dapat mengikuti reaksi dengan mengukur kuantitas HgCl 2(s) yang terbentuk sebagai fungsi waktu. Seperti telah dikemukakan, orde reaksi sebagaimana diinginkan melalui hukum laju, menentukan satuan konstanta laju k. Artinya, jika pada sisi kiri hukum laju reaksi mempunyai satuam M (waktu) -1 , [C 2 O 4 2- ] n . Kita dapat mengikuti reaksi dengan mengukur kuantitas HgCl 2(s) yang terbentuk sebagai fungsi waktu. Seperti telah dikemukakan, orde reaksi sebagaimana diinginkan melalui hukum laju, menentukan satuan konstanta laju k. Artinya, jika pada sisi kiri hukum laju reaksi mempunyai satuam M (waktu) -1 ,

2.6 Reaksi Orde ke Nol

  Reaksi orde ke-nol keseluruhan mempunyai hukum laju yang jumlah eksponennya m+n+.... sama dengan 0. Sebagai contoh, kita ambil reaksi dengan reaktan tunggal A yang terdekomposisi menjadi produk.

  A  produk Jika reaksi mempunyai orde ke-nol, hukum lajunya, v = k [A]  = k = konstan. Ciri-ciri reaksi orde ke-nol adalah :

   Grafik konsentrasi-waktu merupakan garis lurus dengan kemiringan negatif

  (gambar 2.2).  Laju reaksi yang sama dengan k dan tetap konstan di sepanjang reaksi adalah

  negatif dan kemiringan garis ini.  Satuan k sama dengan satuan laju reaksi.

  Persamaan lain yang berguna, yang disebut hukum laju terintegrasi menyatakan konsentrasi reaktan sebagai fungsi waktu (Petrucci, 2011).

  Gambar 2.2 laju reaksi orde ke-0

2.7 Reaksi Orde Pertama

  Suatu reaksi orde pertama keseluruhan memiliki hukum laju dengan jumlah eksponen m+n sama dengan 1. Jenis yang sangat umum dari reaksi orde pertama, adalah reaksi dengan satu reaktan terdekomposisi menjadi beberapa produk. Laju

  reaksi orde ke-1, V = k [A] 1 (Petrucci, 2011).

  Grafik laju reaksi orde ke-1 sebagai berikut.

2.8 Syarat terjadinya reaksi

  Disamping syarat termodinamika (yaitu ∆ ≤ 0), reaksi dapat berlangsung bila terjadi tumbukan langsung antara molekul pereaksi. Tumbukan itu harus memenuhi dua syarat, yaitu posisinya efektif dan energinya mencukupi.

  2.8.1 Tumbukan Efektif Tumbukan yang efektif adalah keadaan molekul sedemikian rupa sehingga antara A dan B saling bertabrakan. Tumbukan tidak efektif jika yang bertabrakan adalah atom-atom yang berbeda, yaitu A dengan B.

  2.8.2 Energi Tumbukan Cukup

  Tabrakan molekul pereaksi, walaupun sudah bertabrakan langsung dengan posisi yang efektif, tetapi bila energi kurang tidak akan menimbulkan reaksi. Besarnya energi yang diperlukan untuk melawan gaya tolak elektron disebut energi aktivasi (Syukri, 1999).

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

  3.1.1 Alat

   Gelas kimia  Gelas ukur  Thermometer  Stopwatch  Hot plate  Pipet tetes  Penjepit tabung reaksi  Tabung reaksi

  3.1.2 Bahan

   Larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 M  Larutan Na 2 S 2 O 3 0,2 M

   Larutan HNO 3 1M  Larutan HNO 3 2M

   Kertas label  Aquades

   Kertas bertanda ‘x’

3.2 Prosedur Percobaan

  3.2.1 Pengaruh Konsentrasi

  a. Percobaan pertama (Na 2 S 2 O 3 0,1 M + HNO 3 1 M)

   Dimasukkan 5 ml Na 2 S 2 O 3 0,1 M ke dalam gelas kimia  Dimasukkan 5 ml HNO 3 1 M ke dalam gelas ukur

   Diletakkan gelas kimia berisi Na 2 S 2 O 3 di atas kertas bertanda ‘x’

   Dituang HNO 3 kedalam gelas kimia berisi Na 2 S 2 O 3

   Dicatat waktu terjadinya reaksi sampai tanda ‘x’ pada kertas tidak terlihat

  b. Percobaan kedua (Na 2 S 2 O 3 0,2 M + HNO 3 1 M)

   Dimasukkan 5 ml Na 2 S 2 O 3 0,2 M ke dalam gelas kimia  Dimasukkan 5 ml HNO 3 1 M ke dalam gelas ukur

   Diletakkan gelas kimia berisi Na 2 S 2 O 3 di atas kertas bertanda ‘x’

   Dituang HNO 3 kedalam gelas kimia berisi Na 2 S 2 O 3

   Dicatat waktu terjadinya reaksi sampai tanda ‘x’ pada kertas tidak terlihat

  c. Percobaan ketiga (Na 2 S 2 O 3 0,2 M + HNO 3 2 M)  Dimasukkan 5 ml Na 2 S 2 O 3 0,2 M ke dalam gelas kimia  Dimasukkan 5 ml HNO 3 2 M ke dalam gelas ukur

   Diletakkan gelas kimia berisi Na 2 S 2 O 3 di atas kertas bertanda ‘x’

   Dituang HNO 3 kedalam gelas kimia berisi Na 2 S 2 O 3

   Dicatat waktu terjadinya reaksi sampai tanda ‘x’ pada kertas tidak terlihat

  3.2.2 Pengaruh Suhu

  a. Percobaan pertama (Na 2 S 2 O 3 0,1 M + HNO 3 1 M)  Disiapkan gelas kimia yang diisi 5 ml Na 2 S 2 O 3 0,1 M

   Dipanaskan hingga suhu 40  C  Diletakkan di atas kertas yang telah diberikan tanda ‘x’

   Dimasukkan 5 ml larutan HNO 3 1 M kedalam larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 M yang telah

  dipanaskan  Dicatat waktu yang dibutuhkan hingga tanda ‘x’ tidak terlihat

  b. Percobaan kedua (Na 2 S 2 O 3 0,2 M + HNO 3 1 M)  Disiapkan gelas kimia yang diisi 5 ml Na 2 S 2 O 3 0,2 M

   Dipanaskan hingga suhu 40  C

   Diletakkan di atas kertas yang telah diberikan tanda ‘x’

   Dimasukkan 5 ml larutan HNO 3 1 M kedalam larutan Na 2 S 2 O 3 0,2 M yang telah

  dipanaskan  Dicatat waktu yang dibutuhkan hingga tanda ‘x’ tidak terlihat

  c. Percobaan ketiga (Na 2 S 2 O 3 0,2 M + HNO 3 2 M)  Disiapkan gelas kimia yang diisi 5 ml Na 2 S 2 O 3 0,2 M

   Dipanaskan hingga suhu 40  C

   Diletakkan di atas kertas yang telah diberikan tanda ‘x’

   Dimasukkan 5 ml larutan HNO 3 2 M kedalam larutan Na 2 S 2 O 3 0,2 M yang telah

  dipanaskan  Dicatat waktu yang dibutuhkan hingga tanda ‘x’ tidak terlihat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

  4.1.1 Pengaruh Konsentrasi No.

  4.1.2 Pengaruh Suhu No.

  40  C 0,003

  40  C 0,833

  40  C 0,05

4.2 Reaksi

   2HNO 3 + Na 2 S 2 O 3  2NaNO 3 + SO 2 +S+H 2 O

4.3 Perhitungan

  4.3.1 Pengaruh Konsentrasi

   Orde reaksi Na 2 S 2 O 3

  V y

  x

  1 k [Na 2 S 2 O 3 ] 1 [HNO 3 ] 1

  y

  x

  V 2 k [Na 2 S 2 O 3 ] 2 [HNO 3 ] 2

  0,0156 y k [0,1]

  x

  y

  x

  0,0086 k [0,2] 2 [1] 2

  1,8097 = (0,5) x Log 1,8097 = log (0,5) x 1,8097 = (0,5) x Log 1,8097 = log (0,5) x

  x =

  log 0,5

  = -0,85

   Orde Reaksi HNO 3

  V y

  x

  2 k [Na 2 S 2 O 3 ] 1 [HNO 3 ] 1

  y

  x

  V 3 k [Na 2 S 2 O 3 ] 2 [HNO 3 ] 2

  0,0086 y k [0,2]

  x

  y

  k [0,2] x 2 [2] 2

  0,2155 = (0,5) y Log 0,2155 = log (0,5) y

  log 0,2155

  y =

  log 0,5

   Orde Reaksi Total

  x + y = -0,85 + 2,21

   Persamaan Laju Reaksi

  v = k [Na 2 S 2 O 3 ] -0,85 [HNO 2,2142 3 ]

   Nilai k

  = 2,1748 × 10 -3

  4.3.2 Pengaruh Suhu

   Orde reaksi Na 2 S 2 O 3

  V y

  x

  1 k [Na 2 S 2 O 3 ] 1 [HNO 3 ] 1

  y

  x

  V 2 k [Na 2 S 2 O 3 ] 2 [HNO 3 ] 2

  0,003 y k [0,1]

  x

  y

  x

  0,0833 k [0,2] 2 [1] 2

  0,0371 = (0,5) x Log 0,0371= log (0,5) x

  log 0,0371

  x =

  log 0,5

   Orde Reaksi HNO 3

  V y

  x

  2 k [Na 2 S 2 O 3 ] 1 [HNO 3 ] 1

  y

  x

  V 3 k [Na 2 S 2 O 3 ] 2 [HNO 3 ] 2

  0,0833 y k [0,2]

  x

  y

  1,5145 = (0,5) y Log 1,5145 = log (0,5) y

  log 1,5145

  y =

  log 0,5

  = -0,5987

   Orde Reaksi Total

  x + y = 4,7524 + (-0,5987)

   Persamaan Laju Reaksi

  v = k [Na 4,7524 2 S 2 O 3 ] -0,5987 [HNO

   Nilai k

  k =

  [0,1] 4,7524 [1] −0,5987

4.4 Grafik

  4.4.1 Pengaruh konsentrasi pada laju reaksi

Grafik Pengaruh Konsentrasi

  se Na2S2O3 n 1 ko

  waktu (s)

  4.4.2 Pengaruh suhu pada lajau reaksi

Chart Title

  Na2S2O3

  Laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi tiap satuan waktu. Laju reaksi mengukur seberapa cepat reaktan habis bereaksi atau seberapa cepat produk terbentuk. Laju dinyatakan sebagai perbandingan perubahan konsentrasi terhadap Laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi tiap satuan waktu. Laju reaksi mengukur seberapa cepat reaktan habis bereaksi atau seberapa cepat produk terbentuk. Laju dinyatakan sebagai perbandingan perubahan konsentrasi terhadap

  Tetapan laju reaksi disebut juga koefisien laju atau laju reaksi jenis, dengan lambang k (konstanta). Tetapan laju adalah tetapan perbandingan antara laju reaksi dan hasil kali konsentrasi spesi yang mempengaruhi laju reaksi. Tetapan laju juga merupakan perubahan konsentrasi pereaktan atau produk reaksi per satuan waktu dalam suatu rekasi jika konsentrasi semua pereaksi sama dengan satu.

  Energi aktivasi yaitu jumlah minimum energi yang diperlukan untuk mengawali reaksi kimia. Apabila energinya lebih kecil daripada energi aktivasi, molekul tetap utuh, dan tidak ada perubahan akibat tumbukan.

  Jenis–jenis orde reaksi dibedakan menjadi 4, yaitu orde reaksi nol, orde reaksi satu, orde reaksi dua, dan orde reaksi negatif. Berikut grafiknya.  Orde reaksi nol

  V 0

  r = k [A]

   Orde reaksi satu

  V r = k [A]

   Orde reaksi dua

  V 2

  r = k [A]

   Orde reaksi negatif

  Vr

  [A]

  Faktor–faktor yang mempengaruhi laju reaksi ialah konsentrasi, makin banyak zat–zat yang bereaksi sehingga makin besar pula kemungkinan terjadi tumbukan, dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi. Luas permukaan zat juga merupakan faktor yang memepengaruhi laju reaksi. Syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat–zat pereaksi harus bercampur atau bersentuhan dengan pereaksi yang heterogen. Reaksi hanya berlangsung pada bidang batas campuran inilah yang disebut bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan berlangusung lebih cepat.

  Pada suhu tinggi, energi molekul–molekul bertambah sehingga laju molekul–molekul juga bertambah dengan demikian laju molekul juga bertambah.

  Biasanya kenaikan suhu sebesar 10 

  C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi

  sebesar dua atau tiga kali. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu reaksi disebut energi pengaktifan kinetik.

  Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan jalan menurunkan energi pengaktifan suatu reaksi. Katalis adalah zat kimia yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia secara permanen. Katalis dibagi menjadi tiga macam, yaitu katalis homogen, katalis heterogen dan katalis enzim.

  Pada percobaan praktikum laju reaksi, pada percobaan diamati pengaruh perubahan konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi kimia. Pada percobaan pertama

  dimasukkan 5 ml larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 M ke dalam gelas kimia dan diletakkan di

  atas kertas yang diberi tanda ‘x’ dan dicampur dengan larutan HNO 3 1 M sebanyak

  5 ml hingga tanda ‘x’ perlahan–lahan menghilang. Dilakukan cara yang sama pada percobaan kedua dan ketiga tetapi dengan konsentrasi yang berbeda. Dari hasil percobaan didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori dimana bahwa semakin besar konsentrasi maka reaksi berlangsung semakin cepat pula. Pada percobaan

  kedua dengan HNO 3 sebesar 1 M dicampurkan dengan Na 2 S 2 O 3 0,2 M waktu yang didapatkan ialah 116 s hal ini dikarenakan larutan HNO 3 tidak tercampur merata

  dengan larutan Na 2 S 2 O 3 sehingga didapatkan hasil yang tidak sesuai. Alat–alat yang

  digunakan ialah gelas ukur yang berfungsi untuk mengukur volume bahanlarutan yang digunakan, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil dan memindahkan larutan, gelas kimia yang berfungsi untuk wadah yang digunakan untuk digunakan ialah gelas ukur yang berfungsi untuk mengukur volume bahanlarutan yang digunakan, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil dan memindahkan larutan, gelas kimia yang berfungsi untuk wadah yang digunakan untuk

  mengukur suhu, hot plate yang digunakan untuk memanaskan larutan agar suhunya mencapai 40 

  C dan stopwatch yang berfungsi untuk mengukur waktu yang

  dibutuhkan. Bahan–bahan yang digunakan ialah 5 ml larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 M dan

  0,2 M dan 5 ml larutan HNO 3 1 M dan 2 M. Kedua bahan tersebut digunakan untuk

  mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi. Fungsi pemanasan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

  Pada praktikum kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan, faktor kesalahan tersebut antara lain sebagai berikut.  Praktikan kurang teliti dalam mengukur volume

   Pada pencampuran larutan Na 2 S 2 O 3 dan HNO 3 yang kurang merata

   Ketidaktepatan dalam pengukuran waktu  Perbedaan persepsi dalam menentukan tanda silang yang sudah tidak terlihat atau

  belum

  Aplikasi–aplikasi laju reaksi dalam kehidupan sehari – hari adalah sebagai berikut.

   Penggunaan katalis pada industri pembuatan amonia  Ibu rumah tangga yang mengiris terlebih dahulu gula merah yang akan dimasak  Membersihkan kolam renang dengan menggunakan kaporit  Memperlambat proses pembusukan ikan atau makanan dengan menurunkan

  temperatur

  Adapun manfaat laju reaksi dalam bidang industri perminyakan adalah sebagai berikut.  Metode distilasi yang menghasilkan bensin  Metode katalis dan alkilasi, katalis yang digunakan adalah asam oksida,

  alumunium, silikon dan krom Prinsip percobaan laju reaksi adalah sebagai berikut.

   Memahami kinetika reaksi  Memahami kesetimbangan kimia  Memahami faktor–faktor yang mempengaruhi laju reaksi

   Memahami teori tumbukan  Menjelaskan pengaruh konsentrasi dan suhu  Memahami luas permukaan dan katalis

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

   Orde reaksi Na 2 S 2 O 3 terhadap HNO 3 dalam percobaan pengaruh konsentrasi sebesar -0,85. Sedangkan orde reaksi HNO 3 terhadap Na 2 S 2 O 3 dalam

  percobaan pengaruh konsentrasi sebesar 2,2142.

   Orde reaksi Na 2 S 2 O 3 terhadap HNO 3 dalam percobaan pengaruh suhu sebesar 4,7524. Sedangkan orde reaksi HNO 3 terhadap Na 2 S 2 O 3 dalam percobaan

  pengaruh suhu sebesar -0,5987.  Orde reaksi total pada percobaan pengaruh konsentrasi sebesar 1,36.

  Sedangkan orde reaksi total pada percobaan pengaruh suhu sebesar 4,1537.

5.2 Saran

  Diharapkan, untuk praktikum yang akan datang digunakan larutan dengan

  konsentrasi yang lebih bervariasi misalnya Na 2 S 2 O 3 1 M, HNO 3 0,2 M, dan lain

  sebagainya. Sehingga dapat membandingkan hasil yang didapatkan dengan konsentrasi yang berbeda.