LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 PERCOBAAN 4 STOIKIOMETRI DISUSUN OLEH :
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 PERCOBAAN 4 STOIKIOMETRI DISUSUN OLEH :
FAUZIAH ASTARI
JEFFREY YOSUA SITINJAK
RIKE DOMINTA APRIANTI MANIK
SAFRIDAH HANNUM N
Samarinda, 6 Desember 2014
Mengetahui, Dosen pengajar,
Asisten Praktikum
Prof. Dr. Daniel Tarigan M.Si
Bayu Iskandar
NIP: 19661211 200012 1 001
NIM: 1307035013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali selalu menjumpai hal-hal yang berkaitan dengan stoikiometri, baik yang terdapat di dalam laboratorium, industri atau pabrik, maupun di lingkungan sekitar kita, misalnya makanan yang kita konsumsi setiap hari setelah dicerna dan diubah menjadi tenaga bagi tubuh. Contoh lain misalnya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai hobi menanam bunga anggrek dan tanaman hias lainnya. Dia ingin menyemprot tanaman kesayangannya dengan pupuk langsung ke daunnya, hal ini membuat dia harus membuat larutan dengan konsentrasi tertentu. Adapun yang dapat kita temukan di alam, misalnya nitrogen dan hidrogen bergabung membentuk amonia yang digunakan sebagai pupuk dan bahan yang diperlukan jika kita ingin memperoleh jumlah atau hasil tertentu. Contoh pada industri atau pabrik pertambangan yang dapat menjelaskan kualitas bijih, karena persen komposisi massa dari unsur-unsur dalam senyawa dapat dihitung dengan cepat.
Perhitungan kimia sangat penting dilaboratorium, dipabrik, tetapi juga tidak jarang dirumah dan untuk kebutuhan-kebutuhan lain. Perhitungan ini meliputi misalnya berapa banyak bahan baku yang diperlukan bila ingin memperoleh sejumlah hasil tertentu. Atau sebaliknya bila tersedia bahan baku, berapa paling banyak hasil yang dapat diperoleh. Contoh lain adalah perhitungan yang berkaitan dengan banyaknya gas, terdapat dalam gas dengan volume, tekanan dan suhu tertentu.
Stoikiometri sendiri adalah hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terkait dalam suatu reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceion (unsur) dan metrein (pengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia yang didasarkan pada hukum dasar.
Oleh karena itu, percobaan ini sendiri dilakukan untuk menentukan titik
maksimum dan titik minimum stoikiometri pada sistem NaOH 2 M–HNO 3 2 M dan
pada sistem NaOH 2 M–H 2 SO 4 1 M. Selain itu kita melakukan percobaan ini untuk
mengetahui dan dapat menerapkan jika NaOH dihomogenkan atau dicampur
dengan H 2 SO 4 ataupun HNO 3 , apa yang terjadi dan termasuk jenis reaksi
stoikiometri atau reaksi non stoikiometri.
1.2 Tujuan Percobaan
- Untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum pada stoikiometri
sistem NaOH 2 M – HNO 3 2M
- Untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum pada stoikiometri
sistem NaOH 2 M – H 2 SO 4 1M
- Untuk mengetahui mana yang termasuk reaksi stoikiometri dan reaks non
stoikiometri pada sistem NaOH 2 M – HNO 3 2M
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stoikiometri
Stoikiometri adalah cabang ilmu kimia yang membahas hubungan bobot unsur-unsur dan senyawa dalam reaksi kimia. Karena air begitu lazim digunakan dalam bidang kuantitatif (Underwood, 1986).
Mol didefinisikan sebagai banyaknya zat yang mengandung satuan-satuan
nyata (entitas) sebanyak atom dalam 12 gram nuklida, karbon-12, isotop, C 12 6 .
Satuan nyata ini dapat berupa atom, molekul, ion, ataupun elektron. Karena 12 gram karbon-12 mengandung atom sebanyak bilangan Avogadro, maka 1 mol zat apa saja
mengandung 6,023. 10 23 partikel elementer. Jika partikel itu molekul, bobot dalam
gram dari satu mol zat disebut bobot gram-molekul (biasanya disebut dengan bobot
atom). Bobot gram-atom tembaga adalah 65,54 gram dan mengandung 6,023. 10 23
atom Cu (Underwood, 1986).
Istilah bobot gram-rumus (atau bobot rumus) adalah penjumlahan dari bobot- botot atom semua atom dalam rumus kimia suatu zat dan normalnya sama dengan bobot molekul. Beberapa ahli kimia menggunakan bobot rumus buaknnya bobot molekul dalam kasus-kasus dimana kurang benar untuk berbicara mengenal “molekul” suatu zat, terutama senyawa ion. Dalam natrium klorida (NaCl) misalnya, satuan terkecil dalam zat padat ialah ion-ion Na + dan Cl − molekul NaCl itu tidak ada. Karena mol seperti didefinisikan di atas, menunjuk ke ensitas lain maupun ke molekul. Istilah “bobot” molekul akan digunakan sebagai sinonim dengan “bobot rumus” dalam kasus-kasus semacam itu. Dipahami bahwa penggunaan ini tidaklah menyiratkan apapun mengenai struktur senyawa. Dalam situasi dimana terjadi disosiasi ataupun pembentukan kompleks, yang mengakibatkan kuantitas yang cukup dari molekul maupun ion dalam suatu larutan akan digunakan normalitas sebagai sistem konsentrasi untuk menyatakan banyaknya total suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu larutan, dan molaritas untuk menyatakan konsentrasi keseimbangan dari masing-masing spesies
(Underwood, 1986).
Bobot ekuivalen suatu zat yang terlibat dalam suatu reaksi, yang digunakan sebagai dasar untuk suatu titrasi, didefinisikan sebagai berikut:
- Asam basa, bobot gram-ekuivalen adalah bobot dalam gram dari suatu zat yang
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol (1,008 gram) H + . - Redoks, bobot gram-ekuivalen adalah bobot dalam gram dari suatu zat yang
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol elektron. - Pengendapan atau pembentukan kompleks, bobot gram-ekuivalen adalah bobot
dalam gram dari zat itu yang diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan
1 mol kation univalen, ½ mol divalen, 13 mol kation trivalen, dan seterusnya (Underwood, 1986). Bobot ekuivalen suatu zat disebut ekuivalen, tepat sama seperti bobot molekul disebut mol. Bobot ekuivalen dan bobot molekul dihubungkan dengan persamaan:
µ =
Dengan n adalah jumlah mol ion hidrogen, elektron atau kation univalen yang diberikan atau diikat oleh zat yang bereaksi itu meluas penggunaannya dan tidak bijaksana (Underwood, 1986).
Reaksi kimia adalah proses yang mengonversi sekelompok zat, yang disebut reaktan (reactant), menjadi sekelompok zat baru yang dinamakan dengan istilah produk (product). Koefisien yang diperlukan dalam menyatakan kimia dinamakan koefisien stoikiometri (stoichiometric coefficient), koefisien ini penting dalam mengaitkan banyaknya reaktan yang digunakan dan juga banyaknya produk yang terbentuk dalam reaksi kimia, melalui berbagai perhitungan (Underwood, 1986).
Suatu persamaan dapat disertakan hanya dengan menyesuaikan koefisien pada rumus. Dalam menyetarakan reaksi kimia ingatlah butir-butir berikut:
- Persamaan hanya meliputi reaktan dan produk yang terlibat dalam sebuah reaksi.
Contoh reaksi yang salah:
NO + O 2 ⟶ NO 2 + O
Meskipun setara, persamaan ini adalah salah. Dari deskripsi reaksi yang diketahui,
tidak ada atom oksigen yang dihasilkan: NO 2 adalah satu-satunya produk.
- Jangan menhetarakan persamaan dengan merubah rumus. Contoh reaksi yang
salah:
NO + O 2 ⟶ NO 3
Sekali lagi, persamaan sudah setara tetapi salah. Rumus untuk nitrogen dioksida, satu-satunya produk reaksi, hanya dapat ditulis NO2. NO2 tidak boleh diganti
menjadi NO 3 untuk menyetarakan reaksi (Underwood, 1986). Dalam bahasa Yunani, kata Stoiceion berarti unsur. Istilah stoikiometri (stoichiometry) secara harfiah berarti mengukur unsur tetapi dari sudut pandang praktis, geometri meliputi semua hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom dan massa rumus, rumus kimia dan persamaan kimia (Underwood, 1986). Koefisien dalam persamaan kimia :
2 2( ) + 2 ⟶ 2 2 ()
Berarti, 2 molekul 2( ) + 1 molekul 2 ⟶ 2 molekul H 2 O. Koefisien pada
persamaan reaksi kimia memungkinkan kita membuat pernyataan, seperti berikut:
- Dua mol H 2 O dihasilkan untuk setiap dua mol H 2 yang terpakai - Dua mol H 2 terpakai untuk setiap satu mol O 2 yang terpakai (Underwood, 1986).
Lebih jauh lagi kita dapat mengubah pernyataan itu, menjadi faktor konvers yang dinamakan faktor stoikiometri (stoichiometric factor). Faktor stoikiometri mengaitkan jumlah dua zat yang terlibat dalam reaksi kimia, berdasarkan mol (Underwood, 1986).
Konsentrasi atau molaritas (molarity) adalah sifat larutan yang didefinisikan sebagai banyaknya mol zat terlarut per liter larutan, atau:
banyaknya zat terlarut (dalam mol)
Molaritas (M) =
(Syukri, 1999).
Ilmu kimia mempelajari tentang peristiwa kimia yang ditandai dengan berubahnya suatu zat menjadi zat lain. Contohnya saja pada pembakaran etanol. Setelah diselidiki, etanol dan oksigen berubah menjadi pereduksi, sedangkan karbondioksida dan air sebagai hasil reaksi. Keterangan diatas belumlah cukup, karena tidak menggambarkan hubungan antara jumlah pereaksi dengan hasil reaksi.
Jika dipakai 100 gram etanol, berapakah jumlah oksigen yang diperlukan serta karbondioksida dan juga air yang terbentuk? Untuk itu perlu diketahui unsur-unsur yang terdapat dalam etanol, karbondioksida, dan air serta perbandingannya secara kuantitatif (Syukri, 1999).
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu senyawa atau reaksi disebut stoikiometri (bahasa Yunani, stoiceion = unsur, metrain = mengukur). Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Penelitian yang cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi dalam kimia telah melahirkan hukum- hukum dasar kima yang menunjukkan hubungan kuantitatif itu. Hukum tersebut adalah hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan ganda (Syukri, 1999).
Pada tahun 1774, Lavoiser memanaskan timah dalam oksigen dan juga dalam wadah tertutup. Dengan menimbang secara teliti ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi kimia itu tidak terjaid perubahan massa. Ia dapat mengemukakan penyataan yang disebut hukum kekekalan massa yang jika diuraikan berbunyi demikian:
“Pada reaksi kimia, massa zat pereaksi sama dengan zat hasil dari reaksi. Materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan” (Syukri, 1999).
Pada mulanya para ahli menyakini kebenaran hukum ini karena berdasarkan percobaan. Akan tetapi kemudian timbul masalah pada reaksi yang eksotermik dan endodermik, karena menurut Einstein massa itu adalah setara dengan energi, yaitu:
E = mc 2
Dengan : E = energi (J)
M = massa (kg)
C = kecepatan cahaya (3.10 8 −1 )
Artinya energi timbul dalam suatu peristiwa mengakibatkan hilangnya sejumlah dari massa. Sebaliknya energi yang timbul dalam suatu peristiwa akan disertai dengan terciptanya sejumlah materi. Namun demikian, perhitungan menunjukkan bahwa perubahan massa dalam reaksi sangat kecil, sehingga dapat saja kita abaikan. Jadi, hukum kekekalan massa masih tetap berlaku, dan di dalam versi modern Artinya energi timbul dalam suatu peristiwa mengakibatkan hilangnya sejumlah dari massa. Sebaliknya energi yang timbul dalam suatu peristiwa akan disertai dengan terciptanya sejumlah materi. Namun demikian, perhitungan menunjukkan bahwa perubahan massa dalam reaksi sangat kecil, sehingga dapat saja kita abaikan. Jadi, hukum kekekalan massa masih tetap berlaku, dan di dalam versi modern
“Dalam reaksi kimia tidak dapat dideteksi perubahan massa” Jika Lavoiser meneliti zat, Proust mempelajari unsur-unsur dalam suatu senyawa. Yang menjadi pertanyaan Proust adalah perbandingan massa dari Hidrogen dan juga Oksigen? Bila direaksikan 10 gram oksigen ternyata diperlukan 0,125 gram hidrogen. Sesuai dengan hukum Lavoiser akan terbentuk 10,125 gram air.
Oksigen + Hidrogen ⟶ air
Sebaliknya, jika 100 gram air diuraikan ternyata menghasilkan 88,9 gram oksigen dan 11,1 gram hidrogen, atau:
Air ⟶ Oksigen + Hidrogen
(Petrucci, 1985) Percobaan diatas menunjukkan bahwa untuk membentuk air dibutuhkan
oksigen dan hidrogen dengan perbandingan yang tetap, yaitu 8:1. Dengan kata lain, air mengandung hidrogen dan oksigen dengan adanya perbandingan 8:1. Dengan kaata lain air mengandung oksigen dan hidrogen dengan perbandingan yang selalu tetap. Demikian juga jika direaksikan 28 gram besi (Fe) akan diperlukan 6 gram belerang dan akan terbentuk 44 gram besi belerang atau:
Besi + belerang → Besi Belerang
Dengan mengetahui beberapa reaksi dan sifat reaksi, kita dapat pula menerangkan reaksi-reaksi kimia lebih mudah dan mungkin reaksi menjadi lebih muah untuk dipahami. Salah satu skema skema klasisifikasi yang menerangkan semua reaksi kimia: - Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung
dengan oksigen pembentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.
Misalnya CO 2 ,H 2 O dan SO 4
- Penggabungan atau sintetis adalah suatu reaksi kimia dimana sebuah zat yang
lebih dulu kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).
- Penguraian adalah suatu reaksi kimia dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat
yang lebih sederhana.
- Penggantian (perpindahan tunggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur
memindahkan unsur lain dalam suatu senyawa. - Metatesis (perpindahan ganda) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran
antara dua pereaksi
(Brady, 1999).
Berdasarkan perjanjian Internasional, satu atom dari isotop karbon (disebut carbon 12) yang mempunyai enam proton ini dipakai sebagai standar suatu ayunan massa atom yang didefinisikan sebagai suatu massa yang besarnya tepat sama dengan seperduabelas massa dari satu atom karbon-12. Massa satu atom karbon 12=12 sma (Chang, 2005).
Hubungan kuantitatif suatu reaksi dalam larutan dapat terjadi sama dengan reaksi ini dan dapat terjadi dimana saja. Koefisien dalam persamaan reaksi merupakan perbandingan mol yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah stoikiometri. Perbedaannya jika ada satuan laboratorium yang digunakan untuk menghitung jumlah reaktan. Perhatikan reaksi dari larutan natrium karbonat,
NaCr 2 O 4 yang ditambahkan kedalam larutan timbel nitrat (Pb(NO 3 )). Terbentuknya
endapan PbCrO 4 yang bewarna kuning, suatu senyawa yang bisa digunakan untuk
berbagai keperluan. Stoikiometri berguna untuk memberi pemahaman dan analisa secara kuantitatif (Brady, 1999).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat - Gelas kimia - Gelas ukur - Pipet tetes - Termometer - Botol reagen - Botol semprot
3.1.2 Bahan - Akuades - Tisu - Kertas label - Larutan NaOH 2 M
- Larutan HNO 3 2M - Larutan H 2 SO 4 1M
- Sunlight
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Stoikiometri NaOH 2 M – HNO 3 2M
3.2.1.1 2 mL NaOH – 6 mL HNO 3
- Diambil larutan NaOH 2 ml - Diukur suhunya
- Diambil larutan HNO 3 6 mL
- Diukur suhunya
- Dicampurkan 2 mL NaOH dengan 6 mL HNO 3
- Diukur suhu campurannya
3.2.1.2 4 mL NaOH – 4 mL HNO 3
Diambil larutan NaOH 2 ml
Diukur suhunya
Diambil larutan HNO 3 6 mL
Diukur suhunya
Dicampurkan 2 mL NaOH dengan 6 mL HNO 3
Diukur suhu campurannya
3.2.1.3 4 mL NaOH – 4 mL HNO 3
Diambil larutan NaOH 2 ml
Diukur suhunya
Diambil larutan HNO 3 6 mL
Diukur suhunya
Dicampurkan 2 mL NaOH dengan 6 mL HNO 3
Diukur suhu campurannya
3.2.2 Stoikiometri NaOH 2 M – H 2 SO 4 1M
3.2.2.1 2 mL NaOH 2 M – 6 mL H 2 SO 4 1M
- Diambil larutan NaOH 2 ml - Diukur suhunya
- Diambil larutan H 2 SO 4 6 mL
- Diukur suhunya
- Dicampurkan 2 mL NaOH dengan 6 mL H 2 SO 4
- Diukur suhu campurannya
3.2.2.2 4 mL NaOH 2 M – 4 mL H 2 SO 4 1M
- Diambil larutan NaOH 4 ml - Diukur suhunya
- Diambil larutan H 2 SO 4 4 mL
- Diukur suhunya
- Dicampurkan 4 mL NaOH dengan 4 mL H 2 SO 4
- Diukur suhu campurannya
3.2.2.3 6 mL NaOH 2 M – 2 mL H 2 SO 4 1M
- Diambil larutan NaOH 4 ml - Diukur suhunya
- Diambil larutan H 2 SO 4 4 mL
- Diukur suhunya
- Dicampurkan 4 mL NaOH dengan 4 mL H 2 SO 4
- Diukur suhu campurannya
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
4.1.1 Sistem NaOH 2 M – HNO 3 2M
V NaOH T NaOH V HNO3 T HNO3 T camp
4.1.2 Sistem NaOH 2 M – H 2 SO 4 1M
V NaOH T NaOH V HNO3 T HNO3 T camp
4.2.1 NaOH dengan HNO 3 NaOH + HNO 3 → NaNO 3 +H 2 O
4.2.2 NaOH dengan H 2 SO 4
2NaOH + H 2 SO 4 → Na 2 SO 4 + 2H 2 O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Stoikiometri sistem 2 mL NaOH 2 M – 6 mL HNO 3 2M NaOH + HNO 3 → NaNO 3 + H 2 O
m : 4 mmol
12 mmol
r : 4 mmol
- Termasuk reaksi
non stoikiometri
- Pereaksi pembatas = NaOH
- Pereaksi sisa = HNO 3 - Berat garam (NaNO 3 ) = n.Mr
= 4.85 = 340 mg = 0,34 gram
4.3.2 Stoikiometri sistem 4 mL NaOH 2 M – 4 mL HNO 3 2M NaOH + HNO 3 → NaNO 3 + H 2 O
m : 8 mmol
8 mmol
r : 8 mmol
- Termasuk reaksi stoikiometri - Pereaksi pembatas = tidak ada - Pereaksi sisa = tidak ada
- Berat garam (NaNO 3 ) = n.Mr = 8.85 = 680 mg = 0,68 gram
4.3.3 Stoikiometri sistem 6 mL NaOH 2 M – 2 mL HNO 3 2M NaOH + HNO 3 → NaNO 3 + H 2 O
m : 12 mmol
4 mmol
r : 4 mmol
4 mmol
s : 8 mmol
4 mmol
- Termasuk reaksi non stoikiometri
- Pereaksi pembatas = HNO 3
- Pereaksi sisa = NaOH
- Berat garam (NaNO 3 ) = n.Mr = 4.85 = 340 mg = 0,34 gram
4.3.4 Stoikiometri sistem 2 mL NaOH 2 M – 6 mL HNO 3 2M NaOH + HNO 3 → NaNO 3 + H 2 O
m : 4 mmol
6 mmol
r : 4 mmol
- Termasuk reaksi
non stoikiometri
- Pereaksi pembatas = NaOH
- Pereaksi sisa = H 2 SO 4 - Berat garam (Na 2 SO 4 ) = n.Mr = 2.142 = 284 mg = 0,284 gram
4.3.5 Stoikiometri sistem 2 mL NaOH 2 M – 6 mL HNO 3 2M NaOH + HNO 3 → NaNO 3 + H 2 O
m : 8 mmol
4 mmol
r : 8 mmol
- Termasuk reaksi stoikiometri - Pereaksi pembatas = tidak ada - Pereaksi sisa = tidak ada
- Berat garam (Na 2 SO 4 ) = n.Mr = 4.142 = 586 mg = 0,586 gram
4.3.6 Stoikiometri sistem 6 mL NaOH 2 M – 2 mL HNO 3 2M NaOH + HNO 3 → NaNO 3 + H 2 O
m : 12 mmol
2 mmol
r : 4 mmol
2 mmol
4 mmol
s : 8 mmol
- Termasuk reaksi
non stoikiometri
- Pereaksi pembatas = H 2 SO 4
- Pereaksi sisa = NaOH
- Berat garam (Na 2 SO 4 ) = n.Mr = 2.142 = 284 mg = 0,284 gram
4.4 Grafik
4.4.1 Stoikiometri sistem NaOH + HNO 3
Stoikiometri sistem NaOH + HNO 3
Volume NaOH + HNO3 (mL)
4.4.2 Stoikiometri sistem NaOH + H 2 SO 4
Stoikiometri sistem NaOH + H 2 SO 4
n 34 ra 33.5
h 31.5 Su 31
Volume NaOH + H2SO4 (mL)
4.5 Pembahasan
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Kata stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceion yang berarti elemenunsur dan metria yang berarti ukuran. Stoikiometri dilakukan untuk menentukan titik maksimum dan titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem. Dimana suhu berpengaruh. Hubungan antara suhu dan reaksi stoikiometri adalah suhu akan mencapai titik maksimum bila reaksi tersebut adalah reaksi stoikiometri dan titik minimum bila reaksi tersebut adalah reaksi non stoikiometri. Reaksi stoikiometri adalah reaksi dimana suatu pereaksi yang jika direaksikan akan habis tanpa sisa. Sedangkan reaksi non stoikiometri adalah suatu pereaksi yang jika direaksikan maka akan bersisa. Reaktan yang habis terlebih dahulu pada saat zat-zat tersebut direaksikan disebut pereaksi pembatas. Pereaksi sisa adalah reaktan yang tidak habis bereaksi atau masih bersisa.
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang terdispersi menjadi molekul maupun ion yang komposisinya bervariasi. Campuran homogen adalah campuran dua zat atau lebih yang terdiri dari dasa yang sama sehingga sudah tidak dapat terlihat lagi batasan antara zat-zat yang dicampurkannya. Campuran heterogen adalah campuran dua zat atau lebih dengan fasa yang berbeda yang masih terlihat bidang batas di campuran tersebut.
Dalam suatu reaksi, terdapat reaksi eksoterm dan reaksi endoderm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi eksoterm selalu ditandai dengan adanya kenaikan suhu sistem saat reaksi berlangsung. Perubahan entalpi bertanda negatif (ΔH < 0). Hal ini dikarenakan energi yang dilepaskan lebih besar daripada energi yang digunakan untuk reaksi.
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi endoterm ditandai dengan adanya penurunan suhu sistem. Reaksi endoterm mempunyai entalpi bernilai positif (ΔH > 0). Energi Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyebabkan adanya transfer kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi endoterm ditandai dengan adanya penurunan suhu sistem. Reaksi endoterm mempunyai entalpi bernilai positif (ΔH > 0). Energi
Jenis-jenis reaksi kimia antara lain: - Reaksi pembakaran adlah suatu reaksi dimana unsur atau senawa bergabung
dengan oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.
Misalnya CO 2 dan H 2 O
- Reaksi penggabungan adalah suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih
kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana - Reaksi penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipisah menjadi zat-zat
yang lebih sederhana. - Reaksi penggantian adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur memindahkan
unsur lain dalam suatu senyawa. Persamaan reaksi setara adalah peraamaan yang menunjukkan jumlah atom yang sama antara reaktan maupun produk. Hukum-hukum yang mendasari suatu reaksi antar lain: - Hukum Boyle yang berbunyi “Pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka hasil
kali tekanan dan volume selalu sama” - Hukum Boyle-Gay Lussac yang berbunyi “Untuk gas dengan massa tertentu,
massa hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dan Kelvin adalah tetap.
- Hukum Dalton yang berbunyi “Tekanan total dari campuran berbagai macam
gas sama dengan jumlah tekanan parsial dan gas-gas yang saling bercampur tersebut.
Pada percobaan ini dilakukan dua percobaan, yaitu mencampurkan NaOH 2
M dengan HNO 3 2 M dan mencampurkan NaOH 2 M dengan H 2 SO 4 1 M. Pada
percobaan pertama dilakukan dengan 3 perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang
pertama yaitu dengan mencampurkan 2 mL NaOH 2 M dan 6 mL HNO 3 2 M.
Masing-masing reagen diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan
suhu NaOH 29 ℃ dan suhu HNO 3 30 ℃. Setelah itu dicampurkan kedua bahan dan
diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu campuran 31 ℃. Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena NaOH telah habis bereaksi dan
HNO 3 masih bersisa sebanyak 8 mmol. Pada perlakuan yang kedua yaitu dengan
mencampurkan 4 mL NaOH 2 M dan 4 mL HNO 3 2 M. Masing-masing reagen
diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu NaOH 28 ℃ dan
suhu HNO 3 31 ℃. Setelah itu dicampurkan kedua bahan dan diukur suhunya
menggunakan termometer dan didapatkan suhu campuran 31 ℃. Reaksi ini
termasuk reaksi stoikiometri karena kedua reaktan yaitu NaOH 2 M dan HNO 3 2M
habis bereaksi. Pada perlakuan yang ketiga yaitu dengan mencampurkan 6 mL
NaOH 2 M dan 2 mL HNO 3 2 M. Masing-masing reagen diukur suhunya
menggunakan termometer dan didapatkan suhu NaOH 29 ℃ dan suhu HNO 3 31 ℃.
Setelah itu dicampurkan kedua bahan dan diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu campuran 32 ℃. Reaksi ini termasuk reaksi non
stoikiometri karena HNO 3 telah habis bereaksi dan NaOH masih bersisa sebanyak
8 mmol. Dari tiga perlakuan diatas dapat disimpulkan bahwa titik maksimumnya
adalah pada saat pencampuran 4 mL NaOH 2 M dengan 4 mL HNO 3 2 M, karena
merupakan reaksi stoikiometri.
Percobaan kedua menggunakan reagen NaOH 2 M yang bersifat basa dan
H 2 SO 4 yang bersifat asam. Percobaan kedua ini dilakukan 3 perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu dengan mencampurkan 2 mL NaOH 2 M dan 6 mL H2SO4 1 M. Masing-masing reagen diukur suhunya menggunakan termometer
dan didapatkan suhu NaOH 30 ℃ dan suhu HNO 3 30 ℃. Setelah itu dicampurkan
kedua bahan dan diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu campuran 31 ℃. Reaksi ini termasuk reaksi non stoikiometri karena NaOH telah
habis bereaksi dan H 2 SO 4 masih bersisa sebanyak 4 mmol. Perlakuan kedua yaitu
dengan dengan mencampurkan 4 mL NaOH 2 M dan 4 mL H 2 SO 4 1 M. Masing-
masing reagen diukur suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu
NaOH 29 ℃ dan suhu HNO 3 31 ℃. Setelah itu dicampurkan kedua bahan dan diukur
suhunya menggunakan termometer dan didapatkan suhu campuran 30 ℃. Reaksi ini termasuk reaksi stoikiometri karena kedua reaktan telah habis bereaksi. Pada perlakuan ketiga yaitu dengan dengan mencampurkan 6 mL NaOH 2 M dan 2 mL
H 2 SO 4 1 M. Masing-masing reagen diukur suhunya menggunakan termometer dan
didapatkan suhu NaOH 28 ℃ dan suhu HNO 3 30 ℃. Setelah itu dicampurkan kedua didapatkan suhu NaOH 28 ℃ dan suhu HNO 3 30 ℃. Setelah itu dicampurkan kedua
habis bereaksi dan H 2 SO 4 masih bersisa sebanyak 8 mmol. Dari ketiga perlakuan
diatas dapat disimpulkan bahwa titik maksimumnya adalah pada pencampuran 4
mL NaOH 2 M dengan 4 mL H 2 SO 4 1 M karena merupakan reaksi stoikiometri.
Terdapat beberapa perlakuan didalam percobaan ini, antara lain: - Volume reaktan yang diberikan berbeda-beda agar dapat diketahui titik
maksimum dan minimum pada sistem - Pencampuran kedua larutan agar tejadi reaksi - Pengukuran volume, hal ini dilakukan agar didapatkan volume larutan sesuai
yang diinginkan. - Pengukuran suhu, agar dapat diketahui suhu sebelum bercampur dan setelah
dicampurkan.
Fungsi alat-alat yang digunakan yaitu: - Gelas kimia berfungsi sebagai tempat reagen dicampurkan. - Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume reagen yang akan direaksikan. - Termometer berfungsi untuk mengukur suhu reagen sebelum dicampur dan
setelah dicampurkan. - Pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah yang sedikit
Fungsi bahan yang digunakan yaitu: - Kertas label berfungsi untuk menamai alat-alat dan bahan yang digunakan agar
tidak tertukar - Tisu berfungsi untuk membersihkan alat-alat yang telah digunakan - Akuades berfungsi untuk mencuci alat yang telah digunakan untuk proses reaksi
Fungsi reagen adalah: - Larutan NaOH 2 M berfungsi sebagai reagen yang digunakan untuk proses
reaksi, NaOH bersifat basa
- Larutan HNO 3 2 M berfungsi sebagai reagen yang digunakan untuk proses
reaksi, NaOH bersifat asam
- Larutan H 2 SO 4 1 M berfungsi sebagai reagen yang digunakan untuk proses reaksi, H 2 SO 4 bersifat asam
Dalam praktikum ini terdapat beberapa faktor kesalahan yaitu: - Kurang teliti dalam pengukuran suhu menggunakan termometer sehingga hasil
yang didapatkan kurang akurat - Pengukuran volume larutan yang tidak teliti
Sifat fisik NaOH yaitu: - Rumus molekul : NaOH
- Massa molar
- Titik lebur
: 318 ℃
- Titik didih
- Penampilan
: putih, solid, hidroskopis
Sifat kimia NaOH, yaitu: - Bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab - Mudah larut dalam air dan etanol - Tidak larut dalam eter - Mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida - Merupakan basa kuat bila dilarutkan dalam air
Sifta fisik HNO 3 , yaitu:
- Rumus molekul
- Berat molekul
: 63,012 gmol
- Titik didih
: 121 ℃
- Titik lebur
: -32 ℃
- Tidak berwarna
Sifat kimia HNO 3 , yaitu:
- HNO 3 tidak stabil terhadap panas dan matahari - Larutan asam kuat - Dalam larutan pekatnya, asam sulfat mengalami ionisasi
Sifat fisika H 2 SO 4 yaitu: - Rumus molekul :H 2 SO 4
- Titik leleh
: 10 ℃
- Titik didih
: 298 ℃
- Tekanan uap : 146 ℃ - Tidak berwarna
Sifat kimia H 2 SO 4 , yaitu:
- Dengan basa membentuk garam dan air - Dengan alkohol membentuk eter dengan air - Merupakan asam kuat
Aplikasi stoikiometri antara lain: - Digunakan dalam proses titrasi - Reaksi pembakaran - Pembuatan obat-obatan - Reaksi pencernaan didalam tubuh makhluk hidup - Pembuatan larutan dalam proses industri - Pembuatan pupuk - Penentuan kadar dalam suatu zat atau senyawa - Pembuatan kembang api - Reaksi fotosintesis pda tumbuhan - Pembuatan zat-zat kimia di laboratorium
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Titik maksimum dari campuran NaOH – HNO 3 adalah 32 ℃ dan titik minimum
31 ℃
- Titik maksimum dari campuran NaOH – H 2 SO 4 adalah 34 ℃ dan titik
minimum 31 ℃
- Pada NaOH 2 M 6 mL – HNO 3 2 M 2 mL dan NaOH 2 M 6 mL – HNO 3 2M
2 mL merupakan reakis non stoikiometri, sedangkan pada NaOH 2 M 4 mL –
HNO 3 2 M 4 mL merpakan reaksi stoikiometri, karena reaktan sama-sama
habis bereaksi
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum stoikiometri selanjutnya larutan yang digunakan
dapat divariasikan lagi. Misalnya, larutan HNO 3 dapat diganti dengan larutan HCl
atau yang lainnya agar didapatkan hasil yang berbeda.