Laporan Resmi Kimia Dasar 1
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
Disusun Oleh Kelompok 4 :
NAMA
NIM
Fauziah Astari
Jeffrey Yosua Sitinjak
Rike Dominta Aprianti Manik
Safridah Hannum Nasution
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2014
LEMBAR PENGESAHAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
1. Pemisahan dan pemurnian
2. Pembuatan larutan
3. Kromatografi
4. Stoikiometri
5. Laju Reaksi
6. Sifat-Sifat Unsur
Disusun Oleh : Kelompok 4 :
NAMA
NIM
Fauziah Astari
Jeffrey Yosua Sitinjak
Rike Dominta Aprianti Manik
Safridah Hannum Nasution
Samarinda, 6 Desember 2014
Pembimbing Praktikum
Koordinator Asisten
Prof.Dr.Daniel Tarigan M.Si
Ana Fakhrunnisa
NIP.19661211 200012 1 001
NIM.1107035027
Mengetahui, Kepala Laboratorium Kimia Analitik
Dr. Saibun Sitorus,M.si NIP.196610101991021004
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya “Laporan Resmi Praktikum Kimia Dasar 1” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan “Laporan Resmi Kimia Dasar 1” ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mengikuti ujian praktikum Kimia Dasar 1. Selain itu, semoga laporan ini dapat membantu rekan-rekan mahasiswa lain untuk dapat digunakan sebagai literatur tambahan.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu selama praktikum hingga tersusunnya laporan ini khususnya kepada dosen pembimbing, koordinator praktikum, dan asisten praktikum yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum serta dalam penulisan laporan ini.
Apabila dalam penyajian laporan ini masih ada kekurangan, kritik dan saran yang membantu dari pembaca sekalian akan sangat diharapkan untuk perbaikan dalam pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.
Samarinda, 6 Desember 2014
Penyusun
PERCOBAAN 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 PERCOBAAN 1 PEMISAHAN DAN PEMURNIAN DISUSUN OLEH :
Fauziah Astari
Jeffrey Yosua Sitinjak
Rike Dominta Aprianti Manik
Safridah Hannum Nasution
Samarinda, 6 Desember 2014
Mengetahui, Dosen pengajar,
Asisten Praktikum
Dr. Rudi Kartika, M.Si
Bayu Iskandar
NIP.19670205 199404 1 002
NIM: 1307035013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biasanya zat murni telah tercemar dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang bersifat homogen dan heterogen yang bergantung pada jenis komponen yang tergantung didalamnya.
Zat murni ada dua, yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran merupakan gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarang zat murni yang telah tercemar mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair ataupun padatan.
Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni, melainkan dalam bentuk campuran. Contohnya air laut terdiri dari air dan berbagai zat yang tercampur didalamnya. Misalnya garam. Tanah terdiri atas berbagai senyawa dan unsur, baik dalam wujud padat, cair atau gas. Udara yang kita hirup setiap hari mengandung bermacam-macam unsur dan senyawa seperti oksigen, nitrogen, uap air dan sebaginya.
Untuk memperoleh zat murni kita harus memisahkannya dari bahan-bahan pencemar atau pencampran lainnya pada suatu campuran dengan sistem pemisahan ataupun sistem pemurnian.
Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan keterampilan terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang sangat kecil. Utnuk tujuan itu, dalam kimia dikembangkan berbagai cara pemisahan dan pemurnian sederhana yang telah dilakukan sehari-hari sampai metode pemisahan dan pemurnian yang kompleks atau tidak sederhana.
Banyak cara atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran. Hal tersebut bergantung pada jenis wujud dan sifat komponen yang terkandung didalamnya, seperti pemisahan zat padat dan suspensi, pemisahan zat padat dari larutan, pemisahan campuran zat cair , pemisahan campuran dua jenis padatan.
Oleh karena itu dilakukan praktikum kimia dasar tentang pemisahan dan pemurnian ini agar kita dapat mengetahui berbagai cara pemisahan dan pemurnian larutan. Dalam proses pemisahan dan pemurnian ini juga, kita dapat mempelajari Oleh karena itu dilakukan praktikum kimia dasar tentang pemisahan dan pemurnian ini agar kita dapat mengetahui berbagai cara pemisahan dan pemurnian larutan. Dalam proses pemisahan dan pemurnian ini juga, kita dapat mempelajari
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui perubahan warna sirup setelah disaring menggunakan kertas
saring dan norit yang telah dihaluskan dengan metode adsorbsi Untuk mengetahui hasil dari naftalena dengan garam dalam proses sublimasi Untuk mengetahui hasil yang didapatkan pada proses pemisahan dan
pemurnian dengan metode dekantasi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Ada tiga istilah yang harus dipahami dan diingat dalam ilmu kimia yaitu unsur, senyawa, dan campuran. Unsur adalah materi yang tidak dapat diuraikan dengan reaksi kimia menjadi zat yang lebih sederhana, contohnya adalah hydrogen, oksigen, besi, tembaga, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua zat atau lebih dengan perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur
pembentukannya. Contohnya adalah air (H 2 O = hydrogen dan oksigen). Unsur dan
senyawa disebut zat tunggal karena partikel terkecilnya satu macam (Syukri, 1999).
Berbeda dengan unsur dan senyawa, campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Contohnya adalah campuran antara unsur nitrogen dan oksigen, dan antara besi dan belerang (Chang, 1998).
Suatu campuran diklasifikasikan sebagai homogen dan heterogen. Campuran heterogen terdiri atas fasa-fasa tersendiri, dan sifat-sifat yan teramati adalah merupakan gabungan dari pada fasa-fasa tunggal. Campuran homogen terdiri atas fasa tunggal yang mempunyai sifat-sifat yang sama (Sastrohamidjojo, 2001).
Larutan didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa gas, cairan atau padatan. Dua pengertian yang penting dalam larutan adalah solute (zat yang dilarutkan) dan solven ( zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih besar maka disebut solven dan untuk senyawa yang berada dalam jumlah yang kecil disebut solute. Meskipun demikian, pernyataan ini dapat dibalik bila ia lebih tepat. Sebagai contoh, larutan asam sulfat dan air. Asam sulfat seringkali dinyatakan sebagai solute dan air sebagai solven untuk senyawa yang lebih kecil (Sastrohamidjojo, 2001).
Contoh dari campuran homogen adalah gula dan air. Partikel gula menyebar merata di dalam air karena begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak dapat dilihat walaupun dengan mikroskop. Sedangkan contoh dari campuran heterogen adalah campuran dari air dan minyak tanah (Sastrohamidjojo, 2001).
Pada mulanya kedua zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok dengan kuat, minyak akan menyebar ke dalam air berupa gelembung-gelembung kecil. Pada gelembung hanya tedapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Dengan kata lain, adalah campuran heterogen yang masih ada batas antara kedua komponen atau lebih dari satu fasa (Klainfelter, 1991).
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa materi dapat dibagi atas zat murni (tunggal) dan campuran (majemuk). Ada dua zat murni yaitu unsur dan senyawa. Senyawa terbentuk dari dua unsur atau lebih dengan komposisi tertentu, sedangkan campuran adalah gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarang. Campuran dapat diubah menjadi zat murni atau sebaliknya, zat murni dapat menjadi campuran. Kedua proses ini termasuk peristiwa fisika, demikian juga beberapa unsur dapat bersatu membentuk senyawa dan sebaliknya, senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya. Perubahan ini termasuk perubahan kimia (Sastrohamidjojo, 2001).
Setiap zat murni baik unsur maupun senyawa terbentuk dari partikel kecil yang sama ukuran dan massanya. Partikel suatu unsur disebut atom dan partikel senyawa disebut molekul (Syukri, 1999).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan. Sedangkan secara kimia, suatu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan (Syukri, 1999).
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan zat serta sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dan air, maka dapat dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari yang berpori halus contohnya kertas saring dan selaput semi perbal. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semi perbal dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya (Chang, 1998).
Campuran homogen seperti alkohol dalam air tidak dapat dipisahkan dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan selaput semi permeable. Campuran seperti itu dapat dipisahkan dengan cara fisika yaitu destilasi, rekristalisasi, ekstraksi, dan kromotofografi (Chang, 1998).
Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat, kita dapat menguapkan air ke tabung pendingin (Syukri, 1999).
Bila campuran mengandung komponen lebih dari dua, maka penguapan dan pengembunan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu. Dimulai dari titik didih yang paling rendah. Akan tetapi pemisahan campuran ini sulit dan biasanya hasil yang didapat sedikit tercampur komponen lain yang titik didihnya berdekatan (Klainfelter, 1991).
Yang dimaksud dengan filtrsi adalah pemisahan bahan secara mekanis berdasarkan ukuran partikelnya yang berbeda-beda. Filtrasi dilakukan dengan media filter dan beda tekanan. Molekul-molekul cairan atau gas dibiarkan menerobos lubang pada media filter, sedangkan partikel-partikel padat yang lebih besar akan tertahan oleh filter (Bernasconi, 1995).
Pada filtrasi cairan, di suatu pihak diharapkan agar filtrate (hasil filtrasi) yang diperoleh sedapat mungkin bebas dari bahan padat. Di lain pihak filter yang dapat diharapkan sekering mungkin. Namun biasanya masih mengandung banyak cairan, yang masih harus dihilangkan dengan pengeringan pada filtrat gas, diinginkan memperoleh gas yang dapat mungkin bebas dari debu (Chang, 1998).
Mekanisme pemisahan terutama ditentukan oleh difat media filter. Berdasarkan jenis, mekanisme, terdapat tiga jenis filtrasi yang berbeda. Ketiga jenis filtrasi ini digunakan sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam sebuah filter. - Filtrasi ayak (Sieve filtration)
Filtrasi ayak mempunyai prinsip kerja seperti ayakan. Media filter menahan semua partikel yang ukurannya lebih besar daripada lubang-lubang.
- Filtrasi nnggin dalam (Deep bed filtration)
Partikel-partikel padat masuk ke dalam pori-pori menjadi lebih kecil. Dengan cara ini partikel-partikel yang sangat halus dapat dipisahkan juga dengan menggunakan media filter yang menggunakan pori-pori relative besar namun pada awal filter pemisahan belum sempurna sehingga cairan yang keruh atau juga gas harus disirkulasi kembali selama beberapa waktu.
- Filtrasi kue
Pemisahan terjadi oleh kue filtrasi berpori yang terbentuk selam proses filtrasi berlangsung. Cairan yang dihasilkan mula-mula biasanya juga keruh. Contoh filter hisap (suction filter), press filter (filter press) (Bernasconi, 1995).
Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu) bergantung pada sejumlah factor antara lain: - Luas penampang filter - Beda tekanan antara kedua sisi media filter - Tekan media filter - Viskositas cairan
(Syukri, 1999).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda-beda dari komponen-komponen dalam larutsn (Chang, 1998).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh factor-faktor berikut ini
yaitu: - Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang didinginkan, bukan komponen- komponen lain daru bahasan ekstraksi.
- Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin dapat melarutkan ekstrak yang besar. - Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstrak cair-cair , pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstrasi. - Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat bahan kerapatan yang besar antara pelarut-pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran.
- Reaktifitas - Titik didih - Pelarut harus murah, mudah, tidak beracun, tidak dapat terbakan, tidak korosif
dan lain-lain (Syukri, 1997).
Perubahan dari cair menjadi padat disebut pembekuan, dan proses kebalikannya disebut pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan adalah suhu pada saat fasa padat dan cair berada dalam kesetimbangan. Titik leleh normal suatu zat adalah titik leleh yang diukur pada tekanan 1 atm. Kesetimbangan cair- padat yang sangat dikenal adalah kesetimbangan air dan es. Energy yang dibutuhkan untuk melelehkan 1 mol padatan disebut kalor peleburan molar (∆H fus ) (Sastrohamidjojo, 2001).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud baik padat, cair, maupun gas. Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat dipisahkan dengan cara yang lain. Dasar kromatografi adalah perbedaan daya serap suatu zat dengan zat lainnya. Jika komponen campuran (misalnya A, B, C) dialirkan dengan suatu pelarut melalui padatan tertentu, maka A, B, dan C akan bergerak dengan kecepatan berbeda karena daya serap padatan itu terhadap komponen tidak sama. Cairan atau pelarut yang membawa komponen bergerak disebut fasa bergerak, sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorbsen atau fase tetap. Syarat fase bergerak harus dapat melarutkan semua komponen dan dapat mengalir, maka hasil akhir berupa cairan atau gas. Berdasarkan jenis fase bergerak dan adsorbsennya, kromatografi dapat dibagi menjadi empat yaitu: - Kromatografi kolom - Kromatografi kertas - Kromatografi tempeng tipis - Kromatografi gas
(Syukri, 1997).
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat Gelas kimia atau gelas beker
Corong gelas Corong pisah Cawan penguap Batang Pengaduk Hot plate Spatula Neraca ohaus Sikat tabung Lumpang Alu Tabung reaksi Pipet tetes Penjepit tabung Labu erlenmeyer
3.1.2 Bahan Garam dapur
Kapur tulis Pasir Naftalena Minyak goreng
CuSO 4 .5H 2 O
Norit Sirup Aquades
Tissue Kertas saring Kertas label
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Dekantasi Dimasukkan pasir dalam gelas beaker Ditambahkan aquadest 50 ml Diaduk Diamkan, hingga pasir mengendap Diamati
3.2.2 Filtrasi
Dimasukkan kapur tulis kedalam gelas kimia Ditambahkan aquadest 50 ml Diaduk, disiapkan corong dan kertas saring Disaring larutan Diamati
3.2.3 Adsorbsi
Dimasukkan sirup kedalam gelas kimia Disiapkan corong kaca dan gelas saring yang diatasnya telah ditaburi
bubuk norit Disaring sirup hingga habis Diamati
3.2.4 Ekstraksi
Dimasukkan aquadest 50 ml kedalam corong pisah Ditambahkan 25 ml minyak goreng Dikocok hingga tercampur Diamkan hingga campuran terpisah Diamati
3.2.5 Rekristalisasi
Dimasukkan CuSO 4. 5H 2 O secukupnya kedalam gelas beker
Ditambahkan aquades secukupnya Diaduk menggunakan batang pengaduk Dipanaskan diatas hot plate hingga air habis Didinginkan, setelah itu diamati
3.2.6 Sublimasi Dimasukkan 2 gram bubuk naftalena kedalam cawan penguap Ditambahkan satu gram sendok garam Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-
kecil dan ditutup lagi dengan menggunakan corong kaca dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat dengan tissu
Dipanaskan diatas hot plate Diamati
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
- Dimasukkan satu sendok
- Pasir berwarna coklat
pasir - Diberi aquades dan diaduk
- Aquades berwujud bening
hingga larut - Dibiarkan sampai pasir
mengendap - Diamati
- Pasir tidak terlarut
(mengendap) di air dan air berwarna keruh
2 Rekristalisasi
- Dimasukkan kristal
- Kristal CuSO 4 .5H 2 O
CuSO 4 .5H 2 O secukupnya
berwarna biru
kedalam beaker glass - Ditambahkan aquades
- Kristal CuSO 4 .5H 2 O menjadi larutan yang berwarna biru
- Dipanaskan - Diamati
- Aquades mengalami
penguapan sehingga CuSO 4 mengalami kristalisasi dan berwarna biru
3 Sublimasi
- Garam terbentuk kristal dan naftalena berwujud serbuk
- Dimasukkan garam dan
naftalena kedalam cawan penguap
- Ditutup cawan penguap
dengan kertas saring yang dilubangi kecil-kecil
- Ditutup lagi dengan corong
kaca diatas kertas saring dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat kertas
- Terbentuk kristal naftalena
- Dibiarkan dan dipanaskan
karena naftalena memiliki
sampai menguap
titik didih yang lebih rendah
- Diamati
4 Adsorpsi
- Diamati satu sendok norit
- Norit berbentuk serbuk,
yang telah dihaluskan dalam
filtratnya perlahan-lahan
kertas saring dan corong
turun kedasar corong kaca
kaca - Dialirkan sedikit demi
- Residu serbuk norit yang
sedikit sirup
tertahan pada kertas saring
- Diamati filtrat dan
- Filtrat berwarna orange
penyaringan tersebut
kekuning-kuningan
5 Filtrasi
- Diambil satu sendok kapur
- Bubuk kapur berupa serbuk
tulis lalu dimasukkan kedalam gelas kimia
- Ditambahkan aquades
- Aquades berwujud bening
- Diaduk hingga larut
- Campuran menyatu karena
bersifat homogen
- Disaring dengan kertas
- Didapatkan residu berupa
saring dan corong kaca
kapur
kedalam sebuah tabung reaksi
- Didapatkan filtrat bening
- Diamati
6 Ekstraksi
- Dimasukkan aquades
- Aquades berwujud bening
kedalam corong pisah - Ditambahkan minyak
- Air dan minyak keruh
goreng dan dikocok larutannya dan dibalik
- Diamkan dan amati
- Terdapat fase diatas minyak goreng dan fase dibawah aquades, karena massa jenis minyak lebih rendah dibandingkan air
4.2 Reaksi
4.2.1 Struktur Naftalena
H H
C C
H C C C H
H C C C H
C C
H H
4.2.2 Struktur Minyak Goreng
4.2.3 Struktur Air
O
H H
4.3 Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang pemisahan dan pemurnian dalam berbagai metode.
Unsur adalah zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat lain yang lebih sederhana. Contohnya yaitu, hidrogen dan oksigen karena jenis gas tersebut tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih sederhana, lain halnya jika air dapat diuraikan oleh listrik menjadi dua jenis gas yaitu hidrogen dan oksigen. Beberapa contoh unsur dalam kehidupan adalah besi, alumuniun, timah, emas, tembaga, perak, oksigen, niitrogen, belerang dan juga karbon. Unsur berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Unsur-unsur logam
2. Unsur-unsur nonlogam
3. Unsur-unsur semi logam Senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia 3. Unsur-unsur semi logam Senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia
terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen. Umumnya, perbandingan ini harus tetap karena sifat fisiknya, bukan perbandingan yang dibuat manusia. Ciri- ciri yang membedakan senyawa adalah adanya rumus-rumus kimia. Rumus kimia memberikan perbandingan atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul
tunggalnya (oleh karena itu rumus etena adalah C 2 H 4 dan bukan CH 2 ). Rumus kimia
tidak menyebutkan apakan senyawa tersebut terdiri atas molekul; contohnya natrium klorida (garam dapu, NaCl) adalah senyawa ionik. Senyawa dapat terwujud dalam beberapa fase. Kenyakan senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa molekuler dapat juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai menjadi senyawa yang lebih kecil atau atom-atom individual bila dipanaskan sampai suhu tertentu.
Campuran adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi, dan sifat-sifat asal dari zat tersebut masih dapat terlihat. Sementara tak ada perubahan fisik dalam suatu campuran, campuran dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen aslinya secara mekanis, campuran dapat bersifat homogen dan heterogen. Campuran adalah hasil pencampuran mekanis atau pencampuran zat kimia seperti elemen dan senyawa, tanpa penyatuan kimia atau perubahan kimia lainnya, sehingga masing- masing zat mempertahankan properti dan karakteristik kimianya. Campuran homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan atau lebih dalam fase yang sama. Sebagai contoh, sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan kedalam air, garam perlahan-lahan akan menghilang. Garam yang telah dimasukkan larut dalam air dan karena larutnya garam, air dan garam pun membentutk suatu zat baru yang memiliki sifat yang berbeda dengan zat murninya. Air pada saat murni tidak memiliki rasa asin, begitupula dengan garam. Garam pada saat murni selalu berbentuk padatan, namun setelah dimasukkan kedalam air garam berubah menjadi cair. Karena larutan adalah campuran molekul, biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Campuran heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang memiliki fase yang berbeda. Contohnya adalah pasir dimasukkan kedalam air, campuran ini Campuran adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi, dan sifat-sifat asal dari zat tersebut masih dapat terlihat. Sementara tak ada perubahan fisik dalam suatu campuran, campuran dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen aslinya secara mekanis, campuran dapat bersifat homogen dan heterogen. Campuran adalah hasil pencampuran mekanis atau pencampuran zat kimia seperti elemen dan senyawa, tanpa penyatuan kimia atau perubahan kimia lainnya, sehingga masing- masing zat mempertahankan properti dan karakteristik kimianya. Campuran homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari 2 bahan atau lebih dalam fase yang sama. Sebagai contoh, sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan kedalam air, garam perlahan-lahan akan menghilang. Garam yang telah dimasukkan larut dalam air dan karena larutnya garam, air dan garam pun membentutk suatu zat baru yang memiliki sifat yang berbeda dengan zat murninya. Air pada saat murni tidak memiliki rasa asin, begitupula dengan garam. Garam pada saat murni selalu berbentuk padatan, namun setelah dimasukkan kedalam air garam berubah menjadi cair. Karena larutan adalah campuran molekul, biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Campuran heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang memiliki fase yang berbeda. Contohnya adalah pasir dimasukkan kedalam air, campuran ini
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasi), larutan dibedakan menjadi lautan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik, karena zat terlarutnya didalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion. Suspensi adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi umumnya lebih besar 1 mikrometer sehingga cukup besar untuk memungkinkan terjadinya sedimentasi. Singkatnya, suspensi merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat yang dilarutkan. Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen , dimana suatu zat “didispersikan” ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan cukup besar, yaitu berkisar 1-100 nm sehingga terkena efek Tyndall. Koloid merupakan campuran dua zat atau lebih yang bersifat homogen, artinya partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak dijumpai pengendapan.
Zat murni adalah zat-zat yang memiliki komposisi kimia yang tetap dan senyawa di seluruh bagiannya, seperti air, udara, nitrogen, dan karbon dioksida. Zat yang memiliki kompisisi kimia yang seragam bukan merupakan zat murni.
Ada beberapa metode pemisahan dan pemurnian campuran, diantaranya: Filtrasi adalah metode pemisahan campuran yang digunakan untuk
memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan penyaring (filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel
Dekantasi adalah pemisahan campuran berdasarkan prinsip pengendapan.
Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan perlahan-lahan, dengan demikian padatan akan tertinggal didalam wadah tersebut
Rekristalisasi adalah pemisahan campuran dengan cara melarutkan material
padatan dalam pelarut yang cocok untuk mendapatkan larutan yang jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan menurun bila suhu diturunkan. Dari proses ini diharapkan kristal dapat bebas dari pengotor
Adsorpsi adalah pemisahan campuran dimana partikel zat yang akan
dipisahkan hanya terjadi dipermkaan zat Sublimasi adalah pemisahan campuran yang didasarkan pada adanya
partikel padatan yang bercampur yang dapat berubah dari fase padat ke fase gas
Ekstrasi ada dua jenis yaitu ekstraksi padat dan ekstraksi zat cair. Ekstraksi
padat didasarkan pada keadaan bahwa salah satu komponen campuran tersebut larut kepada pelarut. Ekstraksi zat cair didasarkan pada salah satu komponen zat cairan dari campuran tersebut larut dalam pelarut.
Pada praktikum kali ini, ada beberapa percobaan yang dilakukan. Yang pertama adalah dekantasi. Pasir dimasukkan kedalam gelas beker berisi air. Gelas beker berfungsi sebagai wadah air dan juga pasir yang dicampurkan. Lalu setelah pasir dimasukkan, campuran diaduk dan didiamkan. Yang terbentuk berdasarkan pengamatan adalah endapan pasir dibagian bawah dan air ada dibagian atas. Pasir dapat mengendap karena adanya perbedaan massa jenis, dalam hal ini massa jenis pasir lebih besar dibandingkan massa jenis air. Pada percobaan ini digunakan pula alat batang pengaduk yang digunakan untuk mengaduk campuran. Dari proses ini, dapat diketahui bahwa dekantasi adalah untuk memisahkan zat padat yang tidak larut dalam zat cair. Dalam hal ini untuk memisahkan pasir dari air.
Pada percobaan selanjutnya, dilakukan rekristalisasi CuSO 4 .5H 2 O dilarutkan
kedalam aquades sehingga terbentuk campuran homogen yang tidak bisa dipisah
secara mekanis. Sehingga untuk memisahkan CuSO 4 .5H 2 O dengan aquades
dilakukan kristalisasi dengan cara memanaskan campuran tersebut. Cara ini digunakan karena titik didih air lebih kecil, sehingga saat dipanaskan air akan menguap. Hal ini digunakan untuk mengurangi kadar air sehingga larutan lewat jenuh akan kembali mengkristal.
Selanjutnya adalah proses pemurnian naftalena yang telah tercemar oleh garam. Naftalena jika dalam bentuk cair dapat menguap, dan juga dalam bentuk padat dapat menyublim. Dalam percobaan ini, garam dan naftalena diletakkan dalam cawan penguap, lalu ditutup dengan kertas saring yang dilubangi kecil-kecil, dan ditutup dengan corong kaca yang telah diletakkan terbalik dengan ujung corong disumbang dengan kertas. Kertas saring yang digunakan untuk menutup cawan penguap dilubangi kecil-kecil agar memberi jalan bagi uap naftalen keluar naik keatas corong. Ujung corong kaca disumbat dengan kertas, agar uap dari naftalena tidak keluar dari corong, sehingga uap tertahan dan melekat di corong, lalu saat dingin dapat berubah kembali menjadi padatan. Proses ini dilakukan untuk memurnikan naftalen yang telah tercemar oleh garam. Metode sublimasi dipilih karena dalam bentuk padatan, naftalen dapat menyublim dan dapat pula kembali ke betuk asalnya. Pada saat praktikum, ditemukan bahwa uap naftalena yang menempel di corong kaca berubah menjadi kristal-kristal putih yang merupakan naftalena itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena naftalena memiliki titik didih lebih rendah daripada garam, sehingga dapat menguap terlebih dahulu. Dengan cara itu, naftalena dapat dipisahkan dari garam.
Selanjutnya ada percobaan adsorbsi. Pada percobaan ini, norit yang telah digerus diletakkan ke dalam kertas saring dan corong kaca. Lalu digunakan untuk menyaring sirup. Setelah dilakukan penyaringan, diperoleh warna filtrat yang lebih muda. Hal ini dikarenakan sifat dari norit yang merupakan karbon yang dapat menyerap zat warna sehingga dengan cara ini dapat dipisahkan antara zat warna dan sirup.
Lalu dilakukan percobaan filtrasi. Pada filtrasi ini, dilakukan pemisahan kapur tulis yang larut dalam air. Awalnya kapur tulis dihaluskan, lalu kapur tersebut dilarutkan di dalam air. Larutan kemudian disaring menggunakan kertas saring. Setelah disaring, tampak bahwa residu berupa kapur tulis tertahan di kertas saring. Sedangkan air lolos dari kertas saring. Proses ini dinamakan filtrasi. Kapur tulis dapat tertahan di kertas saring karena adanya perbedaan ukuran partikel antara kapur dan air. Air memiliki ukuran partikel lebih kecil dibanding pori-pori kertas saring, sehingga air tidak tertahan di kertas saring. Kapur tulis memiliki ukuran Lalu dilakukan percobaan filtrasi. Pada filtrasi ini, dilakukan pemisahan kapur tulis yang larut dalam air. Awalnya kapur tulis dihaluskan, lalu kapur tersebut dilarutkan di dalam air. Larutan kemudian disaring menggunakan kertas saring. Setelah disaring, tampak bahwa residu berupa kapur tulis tertahan di kertas saring. Sedangkan air lolos dari kertas saring. Proses ini dinamakan filtrasi. Kapur tulis dapat tertahan di kertas saring karena adanya perbedaan ukuran partikel antara kapur dan air. Air memiliki ukuran partikel lebih kecil dibanding pori-pori kertas saring, sehingga air tidak tertahan di kertas saring. Kapur tulis memiliki ukuran
Lalu yang terakhir adalah ekstraksi, dimana minyak dan air dimasukkan ke dalam corong pisah. Saat dikocok dan didiamkan, terbentuk dua fase dimana air berada di bagian bawah dan minyak berada di bagian atas. Ini terjadi karena air memiliki massa jenis yang lebih besar dibandingkan minyak. Saat diamati, minyak tidak bercampur denga air karena air bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar sehingga air dan minyak tidak menyatu.
Adapun fungsi beberapa perlakuan dengan praktikum ini:
Pegadukan, untuk mencampurkan zat terlarut dan zat pelarut agar menjadi
suatu campuran Pengocokan, pada ekstraksi untuk mencampurkan minyak dan air Mendiamkan campuran setelahdiaduk saat dekantasi adalah utnuk
menunggu zat terlarut pada campuran menegendap Pemanasan pada percobaan rekristalisasi adalah untuk menguapkan air
yang ada Penyaringan pada filtrasi berguna untuk menyaring padatan yang ada pada
larutan Pemanasan yang dilakukan pada percobaan sublimasi digunkaan untuk
memisahkan campuran garam dan naftalena. Fungsi bahan-bahan ada percobaan ini adalah: Garam dapur digunakan untuk percobaan sublimasi. Garam dapur dipilih
karena untuk menguji antara naftalena dan garam, bahan apa yang dapat meyublim
CuSO 4 .5H 2 O digunakan pada proses rekristalisasi, sebab bahan ini dapat
bercampur secara homogen dengan air dan dapat mengkristal kembali setelah dipanaskan.
Sirup digunakan pada percobaan adsorpsi karena ingin dipisahkan dengan
zat warnanya,.
Air dan minyak digunakan pada percobaan ekstraksi. Sebab minyak dan air
tidak dapat menyatu sehingga dapat dipisahkan dengan mudah menggunakan corong pisah.
Fungsi alat-alat pada percobaan ini:
Spatula digunakan untuk mengambil bahan padatan yaitu CuSO 4 .5H 2 O,
serbuk kapur tulis dan bahan bahan lain yang digunakan Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk campuran pasir dan air Gelas beker berfungsi untuk menampung filtrat saat filtrasi, adsorbsi dan
untuk wadah mencampur air dan pasir
Hot plate digunakan untuuk memanaskan larutan CuSO 4 .5H 2 O dan juga
untuk pemanasan saat sublimasi Cawan penguap digunakan untuk wadah naftalena dan garam Corong kaca digunakan untuk menyaring saat filtrasi, adsorbsi untuk
menutup cawan penguap pada sublimasi Lumpang dan alu digunakan untuk menghaluskan norit dan kapur tulis Penjepit tabung reaksi digunakan untuk membantu mengangkat gelas beker
saat dianaskan di hot plate Tabung reaksi digunakan untuk menampung hasil penyaringan antara air
dan kapur tulis Corong pisah digunakan untuk memisahkan air dan minyak pada saat
ekstraksi Aplikasi proses pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan sehari-hari adalah:
Pembuatan garam (kristalisasi) Proses terjadinya asam (sublimasi) Penjernihan air menggunakan tawas ( dekantasi) Pembuatan gula (kristalisasi) Pembutan minyak kayu putih (penyulingan)
Ada beberapa faktor kesalahan dalam praktikum ini, yaitu:
Pada sublimasi ujung corong tidak ditutup dengan rapat sehingga uap dari
naftalena menyebar Pada saat adsorbsi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada
sirup yang tidak tersaring melalui norit, tetapi tembus melalui bagian samping kertas saring
Pada saat filtrasi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada
bagian kapur tulis yang masih ikut bersama dengan filtrat setelah disaring Perbedaan adsorbsi dengan absorbsi adalah terletak di penyerapannya. Adsorbsi didefinisikan sebagai penyerapan partikel dipermukaan zat, sedangkan absorbsi merupakan penyerapan partikel sampai kebawah permukaan zat. Pada perbedaan kristalisasi dan rekristalisasi terletak pada tujuannya. Kristalisasi bertujuan untuk memurnikan zat dengan pelarut, dan kemudian dilanjutkan dengan pengendapan. Sedangkan rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotor dengan cara mengkristalkan kembali setelah dilarutan dengan pelarut yang cocok.
Prinsip-prinsip percobaan ini adalah:
Rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan pencemarnya Filtrasi adalah perbedaan ukuran partikel dari suatu zat dengan zat yang ingin dipisahkan Adsorbsi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap zat yang ingin dipisahkan Ekstraksi adalah berdasarkan kemampuan zat untuk terlarut dengan suatu pelarut Dekantasi adalah perbedaan kelarutan zat dengan zat yang ingin dipisahkan Sublimasi adalah perbedaan titip uap antara zat dengan pencemarnya
Struktur Naftalena
Struktur Air
O
H H
Struktur Minyak Goreng
O
2 CH O C (CH 2 ) 7 CH CH (CH 2 ) 7 CH 3
O
CH O C (CH 2 ) 7 CH CH (CH 2 ) 7 CH 3
O
2 CH O C (CH 2 ) 7 CH CH (CH 2 ) 7 CH 3
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah disaring dengan kertas saring yang dilapisi dengan norit, warna sirup
menjadi warna kuning kecoklatan, ini disebabkan karena partikel norit terlalu kecil dan juga norit merupakan zat karbonaktif yang berfungsi untuk menyerap zat yaitu sirup
Hasil yang didapatkan dalam proses sublimasi yang menggunakan daram dapur
dan naftalena adalah naftalena lebih cepat menyublim dibandingkan dengan garam, sehingga didapatkan kristal-kristal naftalena yang menempel pada kertas saring
Hasil yang didapat pada percobaaan pemisahan dan pemurnian dengan metode
dekantasi adalah terdapat endapan dan air menjadi keruh
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya dalam percobaan pemisahan dan pemurnian pada metode rekristalisasi, bahan yang digunakan sebaiknya harus lebih bervariasi lagi, contohnya digunakan garam NaCl agar hasil yang didapatkan bisa
dibandingkan dengan garan CuSO 4 yang dipakai dalam percobaan
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Bandung: Bumi Aksara. Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa Aksara.
Klienfleiter, Keenan. 1991. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
PERCOBAAN 2 PEMBUATAN LARUTAN
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 PERCOBAAN 2 PEMBUATAN LARUTAN DISUSUN OLEH :
Fauziah Astari
1407035007
Jeffrey Yosua Sitinjak
1407035056
Rike Dominta Aprianti Manik
1407035021
Safridah Hannum Nasution
1407035018
Samarinda, 6 Desember 2014
Mengetahui, Dosen pengajar,
Asisten Praktikum
Dr. Rudi Kartika, M.Si
Bayu Iskandar
NIP.19670205 199404 1 002
NIM: 1307035013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari larutan. Banyak sekali makanan maupun minuman yang kita konsumsi merupakan sebuah larutan. Dalam ilmu kimia, larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Contoh yang sederhana dari larutan dalam kehidupan sederhana adalah pada saat kita mencampurkan gula dengan air, maka campuran tersebut disebut larutan.
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat ataupun lebih yang terdispersi menjadi molekul maupun ion-ion yang komposisinya bervariasi. Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut komponen- komponn penyusunnya tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut dengan pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas, dan sebagainnya. Larutan terbagi dua, yaitu larutan homogen dan larutan heterogen. Larutan homogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih dalam fase yang sama. Larutan heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan ataupun lebih dalam fase yang berbeda.dalam pembuatan larutan, harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan perhiutngan yang tepat sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu percobaan tentang pembuatan larutan ini dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari larutan NaOH dengan menggunakan larutan HCl, bagaimana cara dalam pengenceran suatu larutan yang pekat, mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan melalui standarisasi. Sehingga, dalam praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui Oleh karena itu percobaan tentang pembuatan larutan ini dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari larutan NaOH dengan menggunakan larutan HCl, bagaimana cara dalam pengenceran suatu larutan yang pekat, mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan melalui standarisasi. Sehingga, dalam praktikum ini diharapkan kita dapat mengetahui
1.2 Tujuan Percobaan
- Menentukan konsentrasi NaOH setelah dilakukan titrasi - Mengetahui reaksi yang terjadi pada larutan NaOH - Menentukan volume NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi HCl 10 mL.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdipersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelrut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam dimana solute terlarut (Gunawan, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H 2 O), selain
air yang berfungsi sebagai adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan. Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen. Larutan cair dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam dimana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya (Syukri, 1999).
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh. Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh (Syukri, 1999).
Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut
Contoh larutan biner Zat terlarut
Udara, semua campuran gas
Gas
Cair
Karbon dioksida dalam air
Gas
Padat
Hydrogen dalam platina
Cair
Alcohol dalam air
Cair
Padat
Raksa dalam tembaga
Padat
Perak dalam platina
Padat
Cair
Garam dalam air
Faktor-faktor yang memperngaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, plt, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khokar, 1990).
Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya ketika kita ingin membuat teh manis. Kita menambahkan gula ke dalam air dan kemudian tambahkan teh serta mengaduknya. Ternyata air teh tersebut masih terasa manis, kemudian kita menambahkan lagi air ke dalamnya. Sehingga air teh yang tadinya kental atau pekat dan manis sekali menjadi lebih encer dan rasa manisnya sedang. Itu semua adalah kegiatan dalam pembuatan larutan. Mencampurkan air , teh dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan campuran itu disebut larutan sedangkan penambahan air ke dalam teh yang manis dinamakan pengenceran. Dan kekentalan atau kepekatanya disebut konsentrasi atau molaritas. Jadi, larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, molekul atom dari suatu zat semuanya terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut solute dan pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya ketika kita ingin membuat teh manis. Kita menambahkan gula ke dalam air dan kemudian tambahkan teh serta mengaduknya. Ternyata air teh tersebut masih terasa manis, kemudian kita menambahkan lagi air ke dalamnya. Sehingga air teh yang tadinya kental atau pekat dan manis sekali menjadi lebih encer dan rasa manisnya sedang. Itu semua adalah kegiatan dalam pembuatan larutan. Mencampurkan air , teh dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan campuran itu disebut larutan sedangkan penambahan air ke dalam teh yang manis dinamakan pengenceran. Dan kekentalan atau kepekatanya disebut konsentrasi atau molaritas. Jadi, larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, molekul atom dari suatu zat semuanya terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut solute dan pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau
Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Sebagai contoh, rasa asin dari larutan garam bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel garam yang larut. Demikian pula rasa manis dari larutan gula akan bertambah seiring bertambahnya jumlah partikel gula yang larut. Namun demikian, ada beberapa sifat larutan yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut. Ke dalam dua wadah yang masing-masing berisi 1 L air ditambahkan gula ke wadah yang satu dan garam ke wadah yang lainnya jumlah partikel yang sama. Hasil pengukuran dari masing-masing larutan menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut ternyata memiliki nilai penurunan tekanan uap, kenaikkan titik didih, dan penurunan titik beku yang sama relatif terhadap pelarut air. Pengukuran dengan osmometer menunjukkan bahwa kedua larutan tersebut yaitu larutan garam dan gula terseut yaitu larutan garam dan gula tersebut juga mempunyai tekanan osmosis yang sama. Sifat larutan yaitu penurunan tekanan uap ( △P), kenaikan titik didih (△Pb), penurunan titik bekiu (△Tf), dan tekanan osmotik ( π) yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarutnya dikelompokkan bersama dan disebut sebagai sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan bukan pada jenis zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yanng bergantung pada jumlah partikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan dibedakan untuk larutan elektrolit dan non elektrolit. Hal ini dikarenakan kemampuan elektrolit unutk n bergantung terlarutnya menjadi lebih besar (Achmad, 2001).
Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur,campuran yang terjadi jadi 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar,dispersi koloid, dan larutan sejati. Dua jenis campuaran pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini laruran campuran didefinisikan sebagai campuran homogen antara du zat atau lebih. Keadaan fisika larutan dapat berupa gas, cair, dan padat dengan perbandingan yan berubah-ubah pada jarak yang luas. Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yiatu pelarut dan zat pelarut yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut (solute). Larutan yang Bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur,campuran yang terjadi jadi 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar,dispersi koloid, dan larutan sejati. Dua jenis campuaran pertama bersifat heterogen dan dapat dipisahkan secara mekanis. Atas dasar ini laruran campuran didefinisikan sebagai campuran homogen antara du zat atau lebih. Keadaan fisika larutan dapat berupa gas, cair, dan padat dengan perbandingan yan berubah-ubah pada jarak yang luas. Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutan yiatu pelarut dan zat pelarut yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut (solute). Larutan yang
Kenormalan (N) dalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter satuan larutan. Ekivalen zat dalam larutam bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi. Ekivalen suatu zat ada hubunganya dengan molarnya, dan hubngan itu bergantung pada jenis reaksi, apakah asam-basa, atau redoks. Dalam reaksi ini asam basa, ekuivalen asam
dan basa bergantug pada jumlah H - dan OH yang dilepaskan (Syukri. 1999)
Larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran homogen antara dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent) (Mulyono, 2006).
Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa padat bergantung pada sifat kedua komponen pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuknya sama, zat yang berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat lainnya sebagai zat terlarutnya (Mulyono,2006).
Jenis Larutan
Zat Penyusun
1. Larutan gas
Campuran antara gas atau antara uap (dalam semua perbandingan)
2. Larutan cair
Contoh :”udara” dengan N 2 sebagai
pelarut. Zat padat, zat cair, atau gas melarut ke dalam pelarut cair.
3. Larutan Padat
a. Zat terlarut dalam zat padat
Gas H 2 dalam logam paladium, gas N 2
dalam titanium.
b. Zat cair terlarut dalam zat padat
Raksa dalam logam emas (smalgam) Seng dalam