ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konflik kepentingan, risiko litigasi dan kontrak hutang terhadap konservatisme laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan www.idx.co.id. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel

Kriteria Sampel

Jumlah

Perusahaan dengan data valid dan lengkap untuk tahun 2004

Perusahaan dengan data valid dan lengkap untuk tahun 2005

Perusahaan dengan data valid dan lengkap untuk tahun 2006

Perusahaan dengan data valid dan lengkap untuk tahun 2007

Jumlah perusahaan yang valid dan lengkap sebagai sampel

127 Sumber : Hasil Pengolahan Data Data dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan auditan yang dipublikasikan di internet. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS 15.0 for windows .

Statistik deskriptif digunakan untuk melihat distribusi data dari data keuangan perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitian. Berikut ini statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian :

Tabel IV.2 Statistik Deskriptif

Minimum

Maximum

Mean Std. Deviation ROA

42415.7323 917347.41458 Valid N (listwise)

* dalam jutaan rupiah

Keterangan Notasi : ROA

= Return on Assets

DPR

= Dividend Payout Ratio AG = Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

SIZE

= Ukuran Perusahaan

CASH

= Cash ratio

CR

= Current Ratio

LEV

= Leverage

KONSERV = Konservatisme laporan keuangan Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan bahwa variabel return on asset (ROA) memiliki nilai minimum sebesar -0.01 dengan nilai maksimum 4.35 Nilai rata-rata ROA 0.229 dengan standar deviasi sebesar 0.404. variabel dividend payout ratio memiliki nilai minimum sebesar 0.01 dengan nilai maksimum 3.48. Nilai rata-rata dividend payout ratio 0.507 dengan standar deviasi sebesar 0.526.

nilai maksimum 0.88. Nilai rata-rata asset growth 0.235 dengan standar deviasi sebesar 0.968. Variabel size memiliki nilai minimum 42748 dengan nilai maximum 57929290. Nilai rata-rata size 3772553.7 dengan standar deviasi 8455948.

Variabel cash ratio memiliki nilai minimum sebesar 0.11 dengan nilai maksimum 2.90. Nilai rata-rata cash ratio 0.491 dengan standar deviasi sebesar 0.586. Variabel current ratio memiliki nilai minimum sebesar 0.11 dengan nilai maksimum 3.22. Nilai rata-rata current ratio 0.604 dengan standar deviasi sebesar 0.400.

Variabel leverage memiliki nilai minimum sebesar 0.11 dengan nilai maksimum 2.93. Nilai rata-rata leverage 1.003 dengan standar deviasi sebesar 0.707. Variabel konservatisme akuntansi memiliki nilai minimum sebesar - 5876531 dengan nilai maksimum 7457447. Nilai rata-rata konservatisme akuntansi 42415.7 dengan standar deviasi sebesar 917347.4.

C. Uji Asumsi Klasik

1). Uji Normalitas Data Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian terdistribusi dengan normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov . Sebuah variabel dikatakan terdistribusi dengan normal 1). Uji Normalitas Data Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian terdistribusi dengan normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov . Sebuah variabel dikatakan terdistribusi dengan normal

Tabel IV.3 Uji Normalitas Data

Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil uji normalitas data menunjukan bahwa semua proksi memiliki

nilai signifikansi di bawah 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi dengan normal. Untuk menormalkan data kita lakukan transformasi data dengan menggunakan log natural. Hasil uji normalitas setelah transformasi data tersaji pada tabel berikut ini.

Tabel IV.3 Uji Normalitas Data

Sumber : Hasil Pengolahan data Sumber : Hasil Pengolahan data

2). Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel independennya rendah. Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan Varians Inflating Factor (VIF) dan Tolerance. Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel berikut ini :

Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinieritas

Keterangan ROA

Tidak terdapat multikolinieritas DER

Tidak terdapat multikolinieritas

AG 0.892

Tidak terdapat multikolinieritas SIZE

Tidak terdapat multikolinieritas CASH

Tidak terdapat multikolinieritas CR

Tidak terdapat multikolinieritas LEV

Tidak terdapat multikolinieritas

Sumber : Hasil Pengolahan data

Hasil uji VIF dan Tolerance menunjukan bahwa semua variabel dalam penelitian ini menunjukan bahwa semua nilai tolerance di atas 10% dan Hasil uji VIF dan Tolerance menunjukan bahwa semua variabel dalam penelitian ini menunjukan bahwa semua nilai tolerance di atas 10% dan

3). Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah didalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson. Autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson, mengacu pada Santoso (2000) keberadaan autokorelasi dapat dilihat dari :

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi

3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi.

Tabel IV. 5 Hasil Uji Durbin Watson

D-W Hitung

Tidak terdapat autokorelasi

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson menunjukan bahwa nilai D- W hitung sebesar 2.054. Kita tidak bisa menggunakan pendekatan du karena nilai tabel dengan jumlah sampel 127 tidak diketahui. Meskipun demikian

Regression Standardized Predicted Value

Dependent Variable: LNKONSRV

model regresi tidak terjadi autokorelasi.

4). Uji Heterokesdaktisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Uji heterokesdaksitas dalam penelitian ini diuji dengan scaterplots. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar IV.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sumber : Hasil Pengolahan Data

D. Uji Hipotesis

1. Adjusted R 2

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai yang kecil menunjukan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah rendah. Begitu juga

sebaliknya. Nilai koefisien determinasi dapat kita lihat dari nilai adjusted R 2

pada model summary pada hasil analisis regresi linier berganda.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konflik kepentingan, risiko litigasi dan kontrak hutang terhadap konservatisme laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengujian dengan regresi linier berganda

menunjukan nilai adjusted R 2 pada model summary menunjukan nilai 0.530 atau 53 %. Hal ini menunjukan bahwa 53 % konservatisme akuntansi dipengaruhi oleh konflik kepentingan, risiko litigasi dan kontrak hutang. Sedangkan sisanya 47% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian.

Nilai F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil Nilai F dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel IV.6 Hasil Nilai F

Sumber : Hasil Pengolahan Data Pengujian nilai F menunjukan hasil yang signifikan. Hal tersebut menunjukan bahwa kepemilikan konflik kepentingan, risiko litigasi dan kontrak hutang berpengaruh secara bersama-sama atau secara simultan terhadap konservatisme laporan keuangan perusahaan.

3. Nilai t Nilai t digunakan untuk mengatahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil Nilai t persamaan regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Hasil Nilai t

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pembahasan Hipotesis ke-1

Hipotesis 1 bertujuan untuk menguji pengaruh konflik kepentingan terhadap konservatisme akuntansi. Hasil pengujian terhadap nilai t menunjukan bahwa dividen payout ratio (DPR), return on assets (ROA) dan asset growth (AG) sebagai proksi dari konflik kepentingan memiliki hasil yang tidak signifikan. Pengujian terhadap variabel return on assets diperoleh koefisien regresi sebesar 0.328 dengan signifikansi sebesar 0.146. Variabel return on assets sebagai proksi dari konflik kepentingan tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Pengujian terhadap variabel dividen payout ratio memberikan nilai koefisien regresi sebesar 0.165 dengan signifikansi sebesar 0.388. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividen payout ratio sebagai proksi dari konflik kepentingan tidak berpengaruh terhadap konservatisme laporan keuangan perusahaan. Sedangkan pengujian terhadap variabel asset growth diperoleh koefisien sebesar -0.111 dengan signifikansi sebesar 0.510.

disimpulkan bahwa asset growth sebagai proksi dari konflik kepentingan tidak berpengaruh terhadap konservatisme laporan keuangan perusahaan. Tiga variabel yang digunakan sebagai proksi konflik kepentingan memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga hipotesis 1 yang menyatakan bahwa konflik kepentingan berpengaruh terhadap penerapan akuntansi konservatif ditolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Juanda (2007) yang menyatakan bahwa salah satu upaya untuk mengatasi konflik kepentingan dalam perusahaan adalah dengan menerapkan akuntansi yang konservatif. Sebagian perusahaan di Indonesia memiliki struktur kepemilikan terpusat sehingga dalam sebuah perusahaan sering sekali dijumpai pemegang saham yang memiliki saham secara mayoritas. Karena struktur kepemilikan yang terpusat maka sebagian besar keputusan perusahaan terdapat pada pemegang saham mayoritas. Hal tersebut menjadikan konflik yang terjadi antara pemegang saham dengan manajer atau dengan kreditur akan terbentur dengan hak pemegang saham mayoritas. Hal tersebut menyebabkan adanya konflik kepentingan tidak dapat berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan termasuk dalam menentukan kebijakan akuntansi konservatif perusahaan.

Pembahasan Hipotesis ke-2

Hipotesis kedua bertujuan untuk menguji pengaruh risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi. Hasil pengujian terhadap variabel SIZE, cash ratio dan current ratio sebagai proksi dari risiko litigasi menunjukan

koefisien regresi sebesar 0.760 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hasil pengujian memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SIZE sebagai proksi dari litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Pengujian terhadap variabel cash ratio diperoleh koefisien regresi sebesar 0.479 dengan nilai signifikasi sebesar 0.001. Pengujian memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cash ratio sebagai proksi dari litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan pengujian terhadap variabel current ratio , diperoleh koefisien regresi sebesar 0.479 dengan nilai signifikasi sebesar 0.062. Variabel current ratio sebagai proksi dari risiko litigasi berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi pada tingkat signifikansi 10%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa current ratio sebagai proksi dari litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Tiga variabel yang digunakan sebagai proksi risiko litigasi memberikan hasil yang signifikan sehingga hipotesis 2 yang menyatakan risiko litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi didukung. Hasil ini mendukung hasil penelitian Watts (2003) yang menyatakan bahwa risiko litigasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan manajemen menerapkan akuntansi yang konservatif. Hasil ini juga mendukung apa yang disampaikan oleh Juanda (2007) yang menyatakan bahwa lingkungan hukum yang berlaku pada suatu wilayah tertentu mempunyai dampak yang signifikan terhadap kebijakan diskresioner manajer dalam melaporkan keuangannya. Manajer akan koefisien regresi sebesar 0.760 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hasil pengujian memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SIZE sebagai proksi dari litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Pengujian terhadap variabel cash ratio diperoleh koefisien regresi sebesar 0.479 dengan nilai signifikasi sebesar 0.001. Pengujian memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cash ratio sebagai proksi dari litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan pengujian terhadap variabel current ratio , diperoleh koefisien regresi sebesar 0.479 dengan nilai signifikasi sebesar 0.062. Variabel current ratio sebagai proksi dari risiko litigasi berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi pada tingkat signifikansi 10%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa current ratio sebagai proksi dari litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Tiga variabel yang digunakan sebagai proksi risiko litigasi memberikan hasil yang signifikan sehingga hipotesis 2 yang menyatakan risiko litigasi berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi didukung. Hasil ini mendukung hasil penelitian Watts (2003) yang menyatakan bahwa risiko litigasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan manajemen menerapkan akuntansi yang konservatif. Hasil ini juga mendukung apa yang disampaikan oleh Juanda (2007) yang menyatakan bahwa lingkungan hukum yang berlaku pada suatu wilayah tertentu mempunyai dampak yang signifikan terhadap kebijakan diskresioner manajer dalam melaporkan keuangannya. Manajer akan

Pembahasan Hipotesis ke-3

Hipotesis 3 bertujuan untuk menguji pengaruh kontrak hutang terhadap konservatisme akuntansi. Hasil pengujian terhadap leverage sebagai proksi dari kontrak hutang menunjukan koefisien regresi sebesar 0.507 dengan signifikansi 0.110. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga hipotesis 3 yang menyatakan bahwa kontrak hutang berpengaruh terhadap konservatisme laporan keuangan di tolak. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Lasdi (2008) yang menyatakan bahwa semakin besar tingkat leverage maka semakin berkurang tingkat konservatisme akuntansi perusahaan. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis debt covenant yang memprediksi bahwa manajer cenderung untuk menyatakan secara berlebihan laba dan aset untuk mengurangi negosiasi ulang biaya kontrak hutang ketika perusahaan berusaha melanggar kontrak hutangnya. Menurut Lo (2005), pada perusahaan yang mempunyai utang relatif tinggi, kreditur mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan. Hak lebih besar yang dimiliki kreditur akan mengurangi asimetri informasi diantara kreditur dengan manajer perusahaan. Namun dalam kenyataannya praktik corporate governance yang lemah akan membuat kreditur kurang aktif memberdayakan diri, sehingga daya tawarnya Hipotesis 3 bertujuan untuk menguji pengaruh kontrak hutang terhadap konservatisme akuntansi. Hasil pengujian terhadap leverage sebagai proksi dari kontrak hutang menunjukan koefisien regresi sebesar 0.507 dengan signifikansi 0.110. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga hipotesis 3 yang menyatakan bahwa kontrak hutang berpengaruh terhadap konservatisme laporan keuangan di tolak. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Lasdi (2008) yang menyatakan bahwa semakin besar tingkat leverage maka semakin berkurang tingkat konservatisme akuntansi perusahaan. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis debt covenant yang memprediksi bahwa manajer cenderung untuk menyatakan secara berlebihan laba dan aset untuk mengurangi negosiasi ulang biaya kontrak hutang ketika perusahaan berusaha melanggar kontrak hutangnya. Menurut Lo (2005), pada perusahaan yang mempunyai utang relatif tinggi, kreditur mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan. Hak lebih besar yang dimiliki kreditur akan mengurangi asimetri informasi diantara kreditur dengan manajer perusahaan. Namun dalam kenyataannya praktik corporate governance yang lemah akan membuat kreditur kurang aktif memberdayakan diri, sehingga daya tawarnya