Lingkungan Kesehatan Kota Pekalongan

5. Faktor Produk Substitusi

Produk substitusi pelayanan kesehatan, yang biasaya berupa pelayanan kesehatan alternatif, juga berpengaruh terhadap perlu tidaknya sebuah RS mengembangkan produk baru. Sebuah RS di Yogyakarta bahkan mencoba mengakomodasi pelayanan kesehatan alternatif ini sebagai salah satu produknya. Pelayanan kesehatan alternatif memang mempunyai pasar yang cukup luas. Dengan mengakomodasinya dalam produk, RS tersebut berharap dapat meraih pangsa pasar yang selama ini lebih banyak dikuasai oleh profesional non medis seperti shinse, paranormal dan lain sebagainya. Sekaligus RS tersebut berusaha meningkatkan posisi persaingannya karena dengan demikian konsumen yang tertarik untuk mencoba pelayanan alternatif tersebut dapat mengenal RS secara lebih baik dan ini dapat merupakan pasar baru yang potensial untuk pelayanan medik konvensional.

Di Pekalongan, saat ini terdapat sebuah klinik alternatif yang secara mencolok mengiklankan pelayanan medik di sebuah Rumah Toko (Ruko) di pinggir jalan protokol. Memang berdasarkan pengamatan, jumlah pasien tidak terlalu banyak dan kebanyakan merupakan mereka yang sebenarnya menderita gangguan psikosomatis. Namun demikian, bila tidak diwaspadai, pelayanan seperti ini dapat menipu masyarakat, selain dapat merebut pasar rawat jalan Rumahsakit.

6. Proyeksi Pangsa Pasar Pendirian Rumahsakit kota Pekalongan

Proyeksi terhadap pangsa pasar yang kemungkinan dicapai oleh Rumahsakit baru nantinya di kota Pekalongan, berguna terutama untuk mengantisipasi kapasitas dan jenis layanan yang perlu disiapkan. Berikut ini akan disajikan hasil proyeksi kinerja (BOR, hari perawatan, dan jumlah pasien).

6.1. PROYEKSI PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP

Pada prinsipnya output (volume) di rawat inap dapat berupa Lenght of Stay (LOS), jumlah pasien, dan Bed Occupancy Ratio (BOR). Proyeksi kinerja instalasi rawat inap berbasis pada ketiga item tersebut. Proyeksi jumlah tempat Tidur(TT) Rumahsakit yang nantinya akan didirikan, berbasis data jumlah penduduk kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kota Pekalongan. Disamping itu data jumlah tempat tidur yang tersedia di berbagai Rumahsakit di 3 kabupaten tersebut juga diperhitungkan. Hasil analisis kemudian diperbandingkan dengan standar WHO.

Proses analisis kebutuhan tempat tidur adalah sebagai berikut: Jumlah penduduk: § Kota Pekalongan

= 263.540 jiwa,

§ Kab Batang

= 665.426 jiwa ,

§ Kab Pekalongan

Jumlah TT: 475, 238, 150. = 863 TT

Perbandingan jumlah penduduk dgn TT 1 TT = 2.012penduduk. Standar: 500-1000 penduduk = 1TT

Berdasarkan analisis perbandingan jumlah penduduk dengan TT dan standar WHO maka terlihat masih ada kemungkinan penambahan TT untuk pasar kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan Kabupaten Batang. Kapasitas TT yang dibutuhkan ± 100TT ditambah dengan 10TT untuk ICU/ICCU. Karena itu, proyeksi proporsi TT untuk Rumahsakit yang akan didirikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Proyeksi Proporsi Tempat Tidur

NO KELAS

5 ICU/ICCU

Sumber: data proyeksi

Berdasarkan kajian terdahulu terlihat bahwa untuk kelas atas (VIP) selalu penuh. Sedangkan untuk kelas menengah ke bawah relatif sedang. Karena itu BOR untuk tahun pertama diproyeksikan masing-masing; VIP 50%, kelas I 20%, kelas II 20%, kelas III 30%, dan ICU/ICCU 30%. Peningkatan BOR diproyeksikan 20% pertahun hingga BOR mencapai kapasitas maksimal, yaitu untuk VIP 100%, untuk kelas I dan II 86%, kelas III 90%, dan ICU/ICCU 100%. Pada tingkatan kapasitas Berdasarkan kajian terdahulu terlihat bahwa untuk kelas atas (VIP) selalu penuh. Sedangkan untuk kelas menengah ke bawah relatif sedang. Karena itu BOR untuk tahun pertama diproyeksikan masing-masing; VIP 50%, kelas I 20%, kelas II 20%, kelas III 30%, dan ICU/ICCU 30%. Peningkatan BOR diproyeksikan 20% pertahun hingga BOR mencapai kapasitas maksimal, yaitu untuk VIP 100%, untuk kelas I dan II 86%, kelas III 90%, dan ICU/ICCU 100%. Pada tingkatan kapasitas

Tabel 14. Proyeksi BOR Rawat Inap selama 10 tahun

PROYEKSI BOR

NO TAHUN VIP

KELAS I KELAS II KELAS III ICU/ICCU

Sumber: data proyeksi

LOS rata-rata untuk kelas I hingga VIP berdasarkan data kinerja Rumahsakit disekitar kota Pekalongan sekitar 4 hari. Sedangkan rata-rata LOS pasien ICU/ICCU sekitar 7 hari. Dengan proyeksi LOS tersebut, maka jumlah pasien diperoleh dengan cari membagi jumlah hari dalam setahun dengan LOS yang dikalikan dengan jumlah Tempat Tidur dan BOR. Hasil perhitungan tersebut, selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Proyeksi Jumlah Pasien Rawat Inap

PROYEKSI JUMLAH PASIEN

NO TAHUN VIP

KELAS I

KELAS II

KELAS III

ICU/ICCU

Sumber: data proyeksi

Mengacu pada berbagai data proyeksi, selanjutnya dilakukan diproyeksi terhadap jumlah hari perawatan (JHR). Gambar berikut adalah proyeksi JHR untuk tahun I.

Gambar 10. Proyeksi JHR tahun I

w a ta 2,500

ra e 2,000

KELAS I

KELAS II

KELAS III

ICU/ICCU

Kelas Perawatan

Sumber: data proyeksi

6.2. PROYEKSI PASIEN RAWAT JALAN

Proyeksi pasien rawat jalan didasarkan pada jumlah penduduk yang kemungkinan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan penduduk kota Pekalongan sebanyak 263.540 jiwa dan diasumsikan tiap orang rata-rata sakit 4 bulan sekali akan diperoleh pasar pelayanan kesehatan di kota Pekalongan. Apabila untuk Rumahsakit kota Pekalongan yang rencananya akan dibangun, diproyeksikan mengambil pangsa pasar sebesar 1,5% dari pasar pelayanan kesehatan yang ada maka proyeksi jumlah pasien rawat jalan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Proyeksi Jumlah Pasien Rawat Jalan

NO TAHUN JUMLAH PASIEN Pertahun

Per hari

Sumber: data proyeksi

Jumlah pasien rawat jalan pada tabel diatas selanjutnya tiap tahun meningkat 20% seiring dengan perkembangan dan cakupan pelayanan yang ada. Selanjutnya, berdasarkan kajian pola dan jenis penyakit dalam bab terdahulu, maka direncanakan pendirian Rumahsakit kota Pekalongan ini akan menyediakan Jumlah pasien rawat jalan pada tabel diatas selanjutnya tiap tahun meningkat 20% seiring dengan perkembangan dan cakupan pelayanan yang ada. Selanjutnya, berdasarkan kajian pola dan jenis penyakit dalam bab terdahulu, maka direncanakan pendirian Rumahsakit kota Pekalongan ini akan menyediakan

1. Poli penyakit dalam,

2. poli anak,

3. poli mata,

4. poli kebidanan dan kandungan,

5. poli syaraf,

6. poli bedah, dan

7. poli THT.

Dari total pasien rawat jalan pada tabel diatas, selanjutnya akan diproyeksi kedalam setiap poli dengan asumsi sbb:

1. Jumlah pasien poli umum sebesar 25% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan,

2. Jumlah pasien poli penyakit dalam sebesar 20% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan,

3. Jumlah pasien poli bedah bedah, mata, THT dan poli Syaraf masing-masing sebesar 5% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan,

4. Jumlah pasien poli kebidanan dan kandungan sebesar 15% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan,

5. Jumlah pasien poli syaraf sebesar 10% dari total proyeksi jumlah pasien rawat jalan.

Berdasarkan dasar asumsi tersebut, kemudian dilakukan proyeksi jumlah pasien untuk setiap poli seperti pada tabel berikut.

Tabel 17. Proyeksi Jumlah Pasien Setiap Poli di Rawat Jalan Tahun I - X

No Tahun

Kebidanan Mata

THT

Syaraf Gigi

Sumber: data proyeksi

Tabel 17 diatas menunjukkan jumlah pasien dengan pelayanan periksa dokter. Sedangkan untuk pelayanan tindakan untuk poli spesialist seperti; tindakan sederhana, tindakan kecil, tindakan sedang, dan tindakan besar diproyeksi masing-masing sebesar 40%, 30%, 20% dan 10% dari proyeksi jumlah pasien.

6.3. PROYEKSI JUMLAH PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Pasien radiologi dapat berasal dari rawat jalan maupun rawat inap. Karena itu, jumlah pasien radiologi diasumsikan berasal dari 25% pasien rawat jalan dan 50% pasien rawat inap. Proyeksi jumlah pasien radiologi selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18. Proyeksi Jumlah pasien radiologi Tahun I - X

No Tahun Proyeksi

Sumber: data proyeksi

6.4 . PROYEKSI JUMLAH PASIEN KAMAR BEDAH

Proyeksi jumlah pasien kamar Bedah berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien bedah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I – X

NO TAHUN

PROYEKSI Pertahun

Per hari

Sumber: data proyeksi

6.5. PROYEKSI JUMLAH PEMERIKSAAN LAB

Seperti halnya pasien radiologi, pasien lab juga dapat berasal dari rawat jalan maupun rawat inap. Karena itu, jumlah pasien lab diasumsikan berasal dari 50% pasien rawat jalan dan 100% pasien rawat inap. Berikut adalah gambar proyeksi jumlah pasien lab.

Gambar 11. Proyeksi Jumlah pasien lab mulai tahun I – X.

Sumber: data proyeksi

6.6 . PROYEKSI JUMLAH PASIEN REHAB MEDIK

Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 2 pasien per hari. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien Rehab Medik dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Proyeksi Jumlah pasien Bedah Tahun I – X

NO TAHUN

PROYEKSI Pertahun

Per hari

Sumber: data proyeksi

6.7. PROYEKSI JUMLAH PASIEN IGD

Proyeksi jumlah pasien Rehab Medik berbasis asumsi bahwa minimal 10 pasien per hari untuk tahun I. Setiap tahun meningkat 20%. Selanjutnya, proyeksi pasien IGD dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Proyeksi Jumlah pasien IGD Tahun I – X

NO TAHUN

PROYEKSI Pertahun

Per hari

2 II

3 III

4 IV

6 VI

7 VII

8 VIII

9 IX

10 X

BAB V KAJIAN ASPEK TEKNIS & TEKHNOLOGI SERTA KEBUTUHAN PERALATAN

Kajian kedua aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk melihat sampai berapa besar kebutuhan dana pendirian Rumahsakit baru tersebut. Karena itu, mengacu pada kajian pasar dan kebutuhan pelayanan kesehatan maka direncanakan pendirian Rumahsakit kota pekalongan mengacu pada standar Rumahsakit tipe C. Rumahsakit tipe C adalah Rumahsakit yang menyediakan pelayanan rujukan tingkat pertama yang dilengkapi dengan 4 spesialis besar yaitu; spesialis penyakit dalam, bedah, Obgyn, dan spesialis anak dan 4 spesialis lain yang sifatnya “on call”. Spesifikasi Rumahsakit yang rencananya akan didirikan adalah sebagai berikut:

INSTALASI RAWAT INAP

Fasilitas kamar di instalasi rawat inap terdiri dari VIP (20 TT), Kelas I (30 TT), Kelas II (20 TT), dan kelas III (30 TT), ditambah dengan 10 TT untuk ICU/ICCU. Pada instalasi ini tentunya membutuhkan berbagai fasilitas mulai dari kamar, hingga peralatan medis dan non medis. Rincian kebutuhan peralatan medis dan non medis selanjutnya dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan untuk kebutuhan fisik akan dibahas kemudian.

INSTALASI RAWAT JALAN & IGD

Selain fasilitas ruang poli dan IGD, di instalasi ini juga membutuhkan investasi alat medis dan non medis. Rincian kebutuhan peralatan medis dan non medis selanjutnya dapat dilihat pada lampiran.

INSTALASI PENUNJANG MEDIS

Instalasi penunjang medis seperti lab, Radiologi, Rehab Medik dan lain-lain lebih banyak membutuhkan investasi peralatan medis dan non medis dari pada bangunan.

FASILITAS & SARANA PENDUKUNG RUMAHSAKIT

Fasilitas pendukung Rumahsakit seperti unit gizi, londry, dan unit lainnya juga diperlukan dana untuk investasi. Tapi penekanannya lebih banyak pada peralatan non medis dan bangunan.

LAIN-LAIN.

Yang dimaksud dengan lain-lain adalah sarana umum yang ada di Rumahsakit, seperti masjid, wartel, dll.

Pembangunan berbagai fasilitas fisik serta kebutuhan peralatan sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai kemmampuan dan melihat kondisi pasar. Dari kelima item yang rencananya ada untuk pendirian Rumahsakit Pekalongan, diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp. 37,065,900,000 (Tiga puluh tujuh Pembangunan berbagai fasilitas fisik serta kebutuhan peralatan sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai kemmampuan dan melihat kondisi pasar. Dari kelima item yang rencananya ada untuk pendirian Rumahsakit Pekalongan, diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp. 37,065,900,000 (Tiga puluh tujuh

Tabel 22. Rekapitulasi Biaya Inventarisasi Aset Rsud Pekalongan

No Kegiatan

Nilai (Rp.)

1 Bangunan

2 Alat Medis dan Non Medis

Penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran I mengenai daftar inventarisasi Aset.

1. Aspek Teknis & Teknologi

Secara umum apabila ditinjau dari berbagai aspek, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi:

a. Mendukung produk unggulan Rumahsakit yaitu Trauma Center (IGD), dimana letak tanah tersebut cukup strategis, berada dipinggir jalan dan mudah diakses dari segala arah,

b. Luas tanah minimal 1 hektar,

c. Apabila lokasi yang tersedia berada di tempat yang “tidak strategis”, dalam jangka panjang perlu disiapkan infrastruktur, misalnya; jalan menuju lokasi diperlebar, dibuat aturan agar angkutan umum melewati lokasi yang dipilih, dll.

Pertimbangan diatas apabila dihubungkan dengan rencana yang pernah di buat pada tahun 2002 untuk pengembangan Puskesmas Bendan menjadi Rumahsakit, maka hal tersebut kurang mendukung produk unggulan yang diusulkan. Secara umum, beberapa alasan yang tidak mendukung Puskesmas Bendan menjadi Rumahsakit adalah sbb:

a. Luas tanah hanya ± 3.500m 2 . Dengan tanah seluas itu, apabila dibangun Rumahsakit maka luas bangunan menjadi sempit karena harus menyediakan

lahan parkir. Kalaupun mau dikembangkan harus memperluas lahan, sedangkan kondisi saat ini sangat tidak mungkin karena disamping sudah dikelilingi jalan, juga dibelakang Puskesmas tersebut ada bangunan Sekolah Menengah.Pertama (SMP),

b. Bangunan yang ada sekarang maupun yang direncanakan lebih tepat sebagai Puskesmas dengan rawat inap karena konsep denahnya tidak mendukung produk unggulan yang diusulkan. Misalnya UGD terletak di belakang, tidak ada kamar VIP, dan lahan parkir yang sempit,

c. Akses dari jalan besar kurang lancar, karena lokasi yang agak jauh dari jalan PANTURA. Kalaupun Puskesmas Bendan akan didirikan menjadi Rumahsakit dengan unggulan IGD(Trauma Center) dan VIP, maka pasien Gawat Darurat akan lebih mudah aksesnya ke beberapa Rumahsakit swasta lain yang letaknya lebih dekat dengan PANTURA,

d. Rumahsakit yang baik harus dirancang secara sistematis sejak awal dan sebaiknya tidak tambal sulam. Oleh karena itu, seandainya lokasi Puskesmas Bendan di pilih maka seluruh bangunan yang ada harus di robohkan terlebih d. Rumahsakit yang baik harus dirancang secara sistematis sejak awal dan sebaiknya tidak tambal sulam. Oleh karena itu, seandainya lokasi Puskesmas Bendan di pilih maka seluruh bangunan yang ada harus di robohkan terlebih

Persyaratan teknis selanjutnya dijelaskan di bawah ini.

1.1. Persyaratan Lokasi

1.1.1 Umum

Pada dasarnya lokasi ideal yang diharapkan dapat dibangun Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan hendaknya mengacu pada Strategi Kebijakan Pemerintah baik dari Rencana Tata Ruang Kota Pekalongan untuk Renstra maupun Zona Pemerintahan Wilayah Pembangunan Kota yang bisa memberikan dukungan baik dari segi perdagangan (pemasaran), ekonomi, pendidikan, lingkungan hidup, pariwisata, dll sehingga diupayakan bisa mendapatkan keuntungan secara komprehensif dari segala kebijakan Pemerintah Pekalongan secara optimal. Perlu diingat bahwa lokasi yang ada memberikan suatu kemungkinan pengembangan di masa mendatang dari segi perkembangan lokasi proyek yang memiliki potensi lokasi yang dapat dikembangkan di masa mendatang di mana dapat kita ketahui dari potensi lahan disekitar lokasi yang memiliki mayoritas masih merupakan tanah kosong disisi lokasi maupun disisi seberang jalan raya di depan lokasi. Disamping itu tidak kalah penting adalah adanya faktor pendukung dari Puskesmas-Puskesmas yang telah ada sebelumnya dengan harapan dapat mendukung Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan yang akan berdiri seoptimal mungkin.

1.1.2. Khusus

Lokasi yang disyaratkan untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan diharapkan memiliki luas lahan minimal 10.000 m 2 / 1 Ha dengan

ukuran panjang x lebar ideal dan terletak di sepanjang jalan raya Pantura dengan kontur tanah yang relatif rata sehingga mengakomodasi segala kepentingan dengan harapan memberikan kenyamanan dan keamanan pasien Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan.

1.2. Persyaratan Pendukung Lokasi

Untuk mendukung tercapainya lokasi yang ideal perlu ada tinjauan untuk mempertajam persyaratan lokasi

1.2.1. Faktor Primer

SDM di bidang Kesehatan SDM yang memadai sangat dibutuhkan untuk penyelenggaraan sebuah Rumah Sakit yang baik. Meskipun pada dasarnya Rumah Sakit Umum merupakan usaha yang banyak memberikan pelayanan berupa produk jasa. Namun kebutuhan dokter spesialis, tenaga medis & manajemen kesehatan tidak bisa dianggap sepele begitu saja baik kuantitas maupun kualitas akan sangat berpengaruh terhadap terselenggaranya sebuah Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan yang unggul dalam segala hal terutama pelayanan, peralatan yang memadai.

Sarana Transportasi Sarana transportasi untuk akses ke arah lokasi harus memadai baik angkutan kota, bus maupun kereta api dimana dapat dicapai dengan mudah sehingga membantu terhadap pasien dari segala penjuru baik dari Kota Pekalongan maupun dari luar Pekalongan seperti Batang, Pemalang, Tegal bahkan Semarang.

Adapun untuk lokasi juga tidak kalah penting dari segi parkir sehingga tidak menyebabkan kemacetan yang akan mengganggu kenyamanan penghuni Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan. Maka diperlukan sistem sirkulasi baik dari luar ke dalam maupun sebaliknya secara efisien dan efektif.

Sarana Pendukung Lain Beberapa sarana lain yang dibutuhkan berkaitan dengan proyek untuk mendukung kelancaran operasional proyek baik pada saat persiapan maupun saat proyek sudah berjalan adalah : § Sarana Listrik

Sarana listrik harus tersedia untuk menunjang berjalannya proyek baik dari persiapan maupun opersionalnya bangunan ditambah dengan kapasitas listrik dan jarak yang dekat dengan gardu induk akan sangat membantu terselenggaranya proses pembangunan Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan, juga tidak lupa adanya kebutuhan darurat listrik dengan penyediaan listrik cadangan secara prima dan bisa dipertanggungjawabkan

baik untuk bangunan itu sendiri maupun alat-alat medis perangkat pendukung lainnya.

§ Sarana Air Sarana air merupakan unsur utama dalam pelaksanaan proyek dimana sarana air harus tersedia baik dalam kapasitas sebagai persediaan sementara maupun setelah bangunan Rumah Sakit Umum berlangsung. Ada beberapa sumber air yang bisa didapatkan yaitu sumur biasa dengan buis beton , sumur bor maupun sumur dari PDAM. Ada baiknya sumber air menggunakan ketiganya sehingga bisa dijadikan cadangan sewaktu-waktu sumber air tersebut berkurang sehingga kelangsungan operasional Rumah Sakit Umum bisa berlangsung tanpa mengurangi kenyamanan penghuni RSU tersebut.(untuk efisiensi penyimpanan dibutuhkan sarana water torn secara terpadu). Perlu diingat bahwa jarak antara sumber air bersih dengan sanitasi khususnya air kotor bisa diatur dengan peraturan yang berlaku sehingga mengurangi pencemaran dari sumber air kotor yang nantinya dikaji bersama-sama dengan pengolahan limbah dengan analisa dampak lingkungan ( AMDAL ) secara terpadu.

§ Sarana Telekomunikasi Guna menunjang kegiatan pelayanan Rumah Sakit Umum, telekomunikasi juga merupakan sarana pendukung yang penting dimana dapat berfungsi sebagai :

- Komunikasi dari dalam atau ke luar bangunan (Telkom) - Antar ruang dalam bangunan (PABX) - Komunikasi dari bangunan ke unit-unit mobile yang bergerak

(HT/Selular)

Untuk itu daerah tersebut harus tersedia jalur telekomunikasi yang cukup memadai baik jalur Telkom maupun jalur telpon selular ataupun satelit.

1.2.2. Faktor Sekunder

1. Strategi Kebijakan Pemerintah ( RENSTRA, RTURK )

2. Pengembangan di masa datang. Berbagai hal di masa mendatang bisa terjadi baik hal positif maupun negatif, namun demikian kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa kita prediksikan secara ilmiah dengan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada analisa-analisa terpadu dari beberapa aspek-aspek pendukung antara lain:

a. Potensi lahan untuk lokasi masih memungkinkan untuk dikembangkan secara maksimal.

b. Potensi disekeliling lokasi yang memungkinkan mendukung berkembangnya Rumah Sakit Umum ini.

c. Akses dari segala penjuru yang mudah dicapai.

d. Kontur tanah yang relatif stabil dan rata untuk menjaga kekuatan struktur bangunan secara berkala.

3. Persyaratan teknis dan non teknis rancang bangun

a. Faktor Teknis Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam persyaratan teknis adalah pelayanan, untuk itu jenis aktifitas, sirkulasi dan pengelompokan zona kegiatan memberikan andil yang cukup besar dalam terselenggaranya sebuah bangunan yang memiliki pelayanan optimal.

Persyaratan teknis dan normatif pada Rancang Bangun Rumahsakit sangat spesifik dan bervariasi sehingga kesalahan Rancang Bangun dapat berakibat rendahnya nilai fungsi bangunan atau bahkan tidak berfungsinya suatu fasilitas pelayanan. Persyaratan yang ada dan berlaku bisa berupa ketentuan dari Pemerintah maupun standar yang diterbitkan oleh para ahli yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun hal penting yang terkandung dan membentuk fisik Rumahsakit mencakup landasan pemikiran mengenai :

Fokus pemikiran terhadap prosedur medis dan prosedur non medis termasuk manajemen Rumah Sakit yang kemudian akan membentuk kemampuan dan kelengkapan fasilitas Rumahsakit, pengaturan fungsi ruang dan program ulang baik berlangsungnya kegiatan maupun pasca huni.

Faktor pemikiran terhadap prosedur sanitasi dan utilitas dan limbah yang akan membentuk lay out (tata letak) Rancang Bangun yang mencerminkan suatau kualitas dan hirearki ruang dengan prosedur sebagai berikut : - Persyaratan teknis terdiri dari konstruksi ruang, instalasi medis

dan pendukung lainnya. - Pencegahan adanya pencemaran lingkungan terdiri dari

penyebaran infeksi dan limbah. - Pemeliharaan baik bangunan maupun alat-alat medis

Untuk lebih jelasnya akan kita tinjau ulang faktor-faktor tersebut dengan faktor-faktor lain yang mendukung terselenggaranya Rumah Sakit Umum yang optimal, yaitu :

Keamanan dan kenyamanan Hal ini sangat berkaitan dengan jasa maupun produk yang akan diberikan kepada konsumen berupa pelayanan kesehatan, maka faktor keamanan dan kenyamanan menjadi faktor pertimbangan yang penting, dimana faktor pengenaan tarif serta bentuk lay out bangunan akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan Rumah Sakit yang optimal.

b. Struktur Bangunan Struktur bangunan hendaknya dapat menjamin terselenggaranya kegiatan Rumah Sakit secara maksimal dengan syarat sebagai berikut :

Dapat secara baik berfungsi minimal 20 th sesuai standar yang berlaku.

Dapat secara kuat menahan semua beban dan gaya yang bekerja pada bangunan sesuai dengan fungsinya.

Dapat secara baik melindungi dari berbagai kekuatan perusak bangunan.

Dapat menahan struktur terhadap kebakaran minimal satu jam dari terjadinya kebakaran.

c. Bahan Bangunan Untuk menjamin keawetan bangunan dan efisiensi pemakaian bahan bangunan perlu diperhatikan syarat sebagai berikut :

Memenuhi standar dan norma yang berlaku mengenai bahan bangunan.

Penggunaan bahan bangunan harus sesuai dengan fungsinya. Memiliki ketahanan minimal 5 tahun untuk susunan bahan bangunan

non struktur dan minimal 20 tahun untuk susunan bahan bangunan struktur bila digunakan sesuai aturan yang berlaku.

Terlindungi dari berbagai kekuatan perusak bahan bangunan. Dapat menahan semua beban dan gaya yang bekerja pada struktur

bangunan.

d. Tenaga Listrik Berdasarkan pada jenis tindakan pengamanan terhadap bahaya karena gangguan tenaga listrik bisa dibagi dalam ruang fasilitas pelayanan kelompok 1., 1.E dan 2E yaitu :

Dalam kelompok 1 terputusnya aliran listrik karena gangguan tidak berbahaya dan pelayanan yang diberikan dapat dihentikan atau diulang.

Dalam kelompok 1.E dimana penghentian pelayanan masih bisa terganggu dengan batas toleransi tertentu, jika ada gangguan atas tenaga listrik maka diperlukan catu daya pengganti khusus yang dapat mengganti tugas jaringan listrik umum dalam beberapa saat secara otomatis.

Untuk kelompok 2.E pelayanan yang diberikan tidak boleh terhenti, maka diperlukan catu daya pengganti khusus yang bersifat back up penuh tanpa jeda jika terjadi gangguan listrik.

e. Jaringan Listrik

Jaringan listrik adalah sistem listrik yang terdiri dari hantaran dan peralatan listrik yang terhubung satu sama lain untuk menyalurkan tenaga listrik. Komponen-komponen pokok dari jaringan listrik dalam bangunan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu :

i. Saluran listrik

ii. Peralatan listrik

iii. Peralatan pemakaian aliran listrik

f. Penerangan Darurat (Emergency Lighting) Penerangan darurat merupakan jenis penerangan yang diperlukan pada saat aliran listrik pada bangunan atau komplek bangunan padam. Dalam kondisi tersebut diperlukan catu daya yang memenuhi syarat paling tidak diperlukan untuk penerangan pada ruang-ruang yang memerlukannya.

g. Air Bersih Sistem pengaliran air bersih harus dapat memenuhi persyaratan plumbing dalam bangunan sehingga tidak terjadi pengaliran kembali air bekas ke jaringan air bersih serta mencegah kemungkinan terjadinya water hammer. Selain itu jika sistem menggunakan air tanah maka sistem ini harus terpisah dari sistem pemadam kebakaran menggunakan air tanah maka sistem ini harus terpisah dari sistem air untuk pelayanan. Apabila tekanan air kota dapat menjangkau fixture unit didalam bangunan maka diperlukan tandon air bawah tanah dengan kapasitas

2/3 kebutuhan cadangan air total kemudian langsung dipompa ke sistem air bersih dalam bangunan. Selanjutnya agar kerja pompa tidak terlalu berat perlu juga direncanakan adanya Tandon air atap dengan kapasitas 1/3 dari kebutuhan cadangan air total, jika tandon atap juga di gunakan untuk masalah kebakaran maka kapasitasnnya juga harus di tambah. Fasilitas air bersih terdiri dari pemasangan pipa baru dan pendistribusiannya

pipa bila

memungkinkan di lengkapi dengan pressure tank. Sesuai dengan ketentuan Pemerintah maka penyediaan air minum untuk memenuhi seluruh kegiatan minimal di rumah sakit adalah 600 liter/ tempat tidur /hari. Disamping itu yang perlu diadakan adalah :

1. Water Treatment dengan menggunakan metode Filtuasi Pasir Lembut, Penurunan kadar besi dan Chlorinasi. Diharapkan air Konsumsi Setelah melalui pengolahan sesuai dengan kriteria dalam PERMENKES No. 416 tahun 1990.

2. Hot Water System dengan Kebutuhan air panas untuk bangunan Rumah Sakit adalah sekitar 130 Liter per hari per pasien.

h. Sistem Sanitasi. Sistem Sanitasi Rumahsakit Umum wajib dilaksanakan oleh pengelola RSU hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 51 / 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang kemudian h. Sistem Sanitasi. Sistem Sanitasi Rumahsakit Umum wajib dilaksanakan oleh pengelola RSU hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 51 / 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang kemudian

1. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan.

2. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan.

3. Memasang alat ukur debit laju air limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut.

Berdasarkan peraturan tersebut diatas, maka Rumahsakit akan membuat suatu instalasi Pengolahan Air Limbah dari Kamar Bedah, Laboratorium, Radiologi dan WC. Air Kotoran dan air hujan yang berasal dari ruang perawatan, bagian cuci dan dari halaman dialirkan melalui saluran terbuka/ tertutup langsung ke parit atau sungai terdekat atau Riol Kota.

Intinya adalah pengolahan limbah cair seefektif dan seefisien mungkin untuk menurunkan zat pencemaran organik dan angka kuman sehingga sifat air limbah cair memerlukan syarat baku mutu limbah.

i. Sarana Drainase. Perencanaan Kota Drainase Rumah Sakit dilaksanakan secara terpadu

j. Sarana Gas

Sarana gas di dalam Rumahsakit hendaknya memikirkan mengenai pasokan sarana gas medis yang cukup dimana pasokan gas medis ini dilayani oleh agen per tabung gas sedangkan pada masa mendatang gas akan didistribusikan melalui stasiun gas di berbagai lokasi yang telah ditentukan menurut kebutuhan masing-masing secara medis.

k. Masalah Kebakaran Penanggulangan bahaya kebakaran sangat berkaitan dengan : - Kelengkapan lingkungan yang disyaratkan agar dilengkapi dengan

sumur kebakaran, komunikasi dan hydrant kebakaran dimana jarak hydrant atau sumur kebakaran ± 500 meter dengan aliran air berkapasitas 100 liter per menit, sedangkan sumber air bisa diperoleh dari berbagai sumber asal berada dalam jangkauan dan tidak beracun.

- Jalan lingkungan yang menuju lokasi Rumah Sakit mudah dicapai dimana harus cukup dilewati mobil pemadam kebakaran dan

petugas pemadam kebakaran, serta harus kuat menahan beban mobil pemadam kebakaran, serta bangunan khususnya yang petugas pemadam kebakaran, serta harus kuat menahan beban mobil pemadam kebakaran, serta bangunan khususnya yang

- Khusus tempat-tempat penting seperti kamar operasi dan kamar inap disediakan tabung pemadam kebakaran yang diletakkan

stasioner pada tempat yang sekiranya mengundang resiko kebakaran seperti : dapur, ruang diesel, laboratorium.

- Sebagai tindakan penanggulangan bahaya kebakaran perlu

dilakukan penanganan secara teknis yaitu : 1). Penanganan secara manual 2). Penanganan secara semi otomatis 3). Penanganan secara otomatis l. Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi berkaitan erat juga dengan pemberian pelayanan yang akan diberikan di bidang kesehatan terdapat masalah kedaruratan yang harus ditangani dengan segera. Untuk ini diperlukan pendukung untuk dapat mempertahankan pemberian pelayanan dan menangani kedaruratan dimana jalur komunikasi menjadi penting sehingga sistem komunikasi yang handal harus tersedia, hal ini juga dapat mendukung peningkatan mutu pelayanan sebagai sarana untuk mencari informasi terbaru mengenai pelayanan kesehatan dari berbagi media. Prinsip utama jaringan internal Rumah Sakit adalah kelancaran hubungan dan komunikasi antar masing-masing bagian dan dalam setiap bagian dapat dilakukan dengan sistem intercom tersentralisir, sedangkan pada tiap bagian juga disediakan nurse call. Kebutuhan intercom dapat Sistem komunikasi berkaitan erat juga dengan pemberian pelayanan yang akan diberikan di bidang kesehatan terdapat masalah kedaruratan yang harus ditangani dengan segera. Untuk ini diperlukan pendukung untuk dapat mempertahankan pemberian pelayanan dan menangani kedaruratan dimana jalur komunikasi menjadi penting sehingga sistem komunikasi yang handal harus tersedia, hal ini juga dapat mendukung peningkatan mutu pelayanan sebagai sarana untuk mencari informasi terbaru mengenai pelayanan kesehatan dari berbagi media. Prinsip utama jaringan internal Rumah Sakit adalah kelancaran hubungan dan komunikasi antar masing-masing bagian dan dalam setiap bagian dapat dilakukan dengan sistem intercom tersentralisir, sedangkan pada tiap bagian juga disediakan nurse call. Kebutuhan intercom dapat

extension namun jumlah ini bisa disesuaikan. Disamping itu perlu juga tersedia adanya komunikasi SSB atau VHF atau UHF untuk komunikasi darurat yang sering disebut radio medik. Untuk mempercepat arus komunikasi juga bisa disediakan satu atau dua fasilitas faximile.

m. Pengaturan Udara (Pengkondisian Ruang )

Pengkondisian Ruang di Rumah Sakit ditujukan untuk kenyamanan, mengurangi laju pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur dan bakteri. Oleh sebab itu ruang ICU, ruang operasi dan ruang poliklinik harus dikondisikan berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan. Porsi energi listrik untuk pengaturan udara berkisar antara 10 – 20 %. Oleh karena itu persyaratan pengaturan udara untuk Rumah Sakit cukup bervariasi maka dibutuhkan perencanaan yang tepat dan teliti dalam pemilihan peralatan. Untuk pengaturan udara digunakan ventilasi alam, kipas angin, air conditioning (AC). Untuk menentukan kapasitas AC yang dipasang dibutuhkan data-data awal sebagai berikut : - Fungsi ruangan

- Suhu dan kelembaban yang diinginkan - Suhu dan kelembaban udara luar - Konstitusi bangunan - Peralatan listrik yang ada di ruangan - Udara ventilasi yang dibutuhkan - Posisi bangunan terhadap matahari

n. Penangkal Petir

Penangkal petir sangat penting untuk mengantisipasi bangunan terhadap gangguan yang mungkin timbul akibat petir. Pada prinsipnya, instalasi penangkal petir merupakan suatu sistem instalasi dengan komponen-komponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkal petir dan menyalurkannya ke dalam tanah sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda- benda disekelilingnya terlindung/terhindar dari bahaya sambaran petir. Sistem jaringan ini biasanya dilewatkan melalui yang tertinggi dari bangunan yang kemudian disalurkan ke bawah melalui sudut-sudut bangunan sampai ke permukaan air tanah Ada tiga bagian-bagian penting dari instalasi penangkal petir : - Penghantar diatas tanah, adalah penghantar yang dipasang diatas

atap sebagai penangkal petir, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar.

- Pengahantar pada dinding atau didalam bangunan, sebagai penyalur arus petir ke tanah yang terbuat dari tembaga, baja

galvanish atau aluminium.

- Elektroda-elektroda tanah berupa : pita (strip), batang (pipa, besi)

dan pelat. Faktor-faktor sebagai pertimbangan sistem penangkal petir : - Keamanan secara teknis - Penampang hantaran - Ketanahan mekanis - Ketahanan terhadap korosi - Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi - Faktor ekonomis

o. Sistem Transportasi dalam bangunan

Sistem transportasi dalam bangunan perlu direncanakan dengan seksama mengingat penggunaannya merupakan seseorang yang memerlukan bantuan dan mencapai ruang tertentu seperti pasien, pengunjung, dokter, perawat dan barang, untuk itu dalam menentukan sistem transportasi perlu diperhatikan sebagai berikut : - Tangga umum - Tangga darurat - Selasar - Ramps - Eskalator (tangga berjalan otomatis), untuk bertingkat dua atau lebih. - Elevator (lift), untuk bertingkat dua atau lebih. - Elevator barang, untuk bertingkat dua atau lebih.

p. Pertamanan dan Perparkiran

Perencanaan untuk pertamanan dibuat dengan tujuan untuk mempertahankan kenyamanan suasana agar udara tetap segar dan bangunan terlindung dari sinar matahari. Perencanaan kawasan perparkiran mempertimbangkan jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan yang terjadi setiap harinya, banyaknya karyawan Rumah Sakit dan banyaknya penghantar pasien.

1.2.3. Faktor Non Teknis

a. Analisa Situasi Umum. Gambaran umum Kota Pekalongan secara geografis terletak di dataran rendah di pantai utara Pulau Jawa dengan ketinggian kurang lebih 1 meter di atas

permukaan laut dengan posisi geografis berada pada 60 o 50’42” sampai 60 55’

4’ Lintang Selatan dan 109 o 37 ‘55” sampai dengan 109 Bujur Timur. Batas-batas wilayah kota pekalongan adalah :

− Sebelah Utara

Laut Jawa

− Sebelah Timur

Kabupaten Batang.

− Sebelah Barat

Kabupaten Pekalongan

Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang. Secara Administrasi Kota Pekalongan terbagi dalam 4 Kecamatan dan terdiri dari

− Sebelah Selatan

46 Kelurahan. Jarak terjauh dari utara ke selatan ± 9 KM dan dari Barat Ke Timur ±

7 KM. Luas Wilayah Kota Pekalongan 45,25 KM2 atau sekitar 4525 Hektar terbagi dalam tanah sawah 33.79 %, tanah Kering 66,21 % dari Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) berjarak sekitar 384 KM.

b. Analisa Situasi Kesehatan Kota Pekalongan. Leading sektor pembangunan Kesehatan di kota pekalongan .Struktur Organisasi Dainas Kesehatan Kota terdiri dari Kepala Dinas, Bagian Tata Usaha dan 5 (Lima) Sub Dinas yaitu :

- Sub Din Pembinaan Pelayanan Kesehatan - Sub Din Kesehatan Keluarga - Sub Din Penyehatan Keluarga - Sub Din Penyehatan Lingkungan - Sub Din Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. - Sub Din Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat.

Sektor Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari 10 (sepuluh) Puskesmas, UPTD Kefarmasian dan UPTK BP Paru-paru.Adapun Sumber Daya tenaga di jajaran Pelayanan Kesehatan seperti Pada tabel Berikut :

Tabel 23. Distribusi Tenaga Kesehatan di Kota Pekalongan.

No Instansi

Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2000

Arah Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kota Pekalongan meliputi.

1. Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia dan Lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, Pencegahan, Penyembuhan,

Pemulihan dan Rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia.

2. Meningkatkan dan memelihara mutu, efisiensi, akuntanbilitas lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana dan prasarana dalam bidang medis, juga mutu dan akreditas termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dari pandangan situasi yang telah kita pelajari diatas maka untuk memenuhi peningkatan kinerja mutu sumber daya dan pelayanan sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Kota Pekalongan perlu segera dibangun Rumah Sakit yang merupakan unggulan di Kota Pekalongan untuk segera memujudkan suatu Rumah Sakit Umum yang representatif dengan pelayanan yang unggul dan memuaskan dengan didukung oleh peralatan medis yang lengkap dan dapat bersaing secara ,kompetitif dengan sektor-sektor terkait lainnya, sehingga arah kebijakan Pembangunan Kesehatan Kota Pekalongan dapat terwujud.

1.3. Persyaratan Tata Letak Bangunan

a. Persyaratan Lay Out Persyaratan Tata Letak bangunan hendaknya diperhitungkan secara seksama dengan pertimbangan-pertimbangan yang berguna untuk menghasilkan suatu tingkat kenyamanan hunian Rumah Sakit secara optimal.

dalam pengorganisasiannya terdapat beberapa pola seperti :

Dalam

proses

operasionalnya

dimana

- Pola tata letak fungsional -

Pola tata letak produk -

Pola tata kelompok -

Pola tata letak posisi Yang kesemuanya dapat diterapkan tetapi perlu diingat bahwa tujuan dari penentuan desain adalah optimalisasi pengaturan operasional sehingga nilai yang diciptakan menjadi maksimal. Khusus untuk Rumah Sakit pengelompok dan desain tata ruang sering dikelompokkan menjadi Blok Bangunan yang mendasarkan fungsi yang meliputi :

- Kelompok Medis : - Ruang Rawat Jalan

- Ruang Gawat Darurat - Ruang Rawat Inap - Ruang Operasi - Ruang untuk melahirkan

- Kelompok Penunjang Medis : - Ruang Radiologi

- Ruang Farmasi - Ruang laboratorium

- Kelompok Penunjang Non Medis : - Ruang Bengkel

- Ruang Dapur - Ruang Cuci - Ruang Pusat Steril - Ruang Mayat. dll

- Kelompok Pelayanan Administrasi

Ada beberapa persyaratan yang yang dapat digunakan dalam penilaian lay out :

1. Konsisten dengan teknologi

2. Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses yang satu ke proses yang lain.

3. Penggunaan ruang yang optimal

4. Terdapat kemudahan dalam penyesuaian dan ekspansi

5. Minimalisasi biaya dan memberikan jaminan keselamatan kerja Dari berbagai aspek tersebut faktor yang penting adalah kenyamanan konsumen lebih lanjut secara aturan baku yang berlaku, berbagai standard sangat berkaitan dengan masalah dimensi fisik Rumah Sakit ada beberapa besaran fisik yang harus dicukupi, berkaitan dengan rasio antara luas lantai dan luas lahan yang tertuang dalam Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik No. HK 00.06.355797.

Pada prinsipnya Perencanaan Rumah Sakit diperhitungkan agar dapat mencukupi kebutuhan dan kapasitas pelayanannya untuk kurun waktu beberapa periode kedepan sehingga titik balik pelayanan baru akan tiba pada tahun impas proyeksi maka dalam perencanaan fisik Rumah Sakit perlu diperhatikan :

- Prosedur Medik, Non Medik, Sanitasi, Utility dan persyaratan normatif rancang bangun Rumah Sakit.

- Prakiraan Matematis beban kerja untuk kurun waktu mendatang. - Analisis Tapak seperti Sirkulasi, Kepadatan lahan dan barang serta

lingkungan.

Persyaratan yang menentukan penekanan karakter fisik setiap instalasi pelayanan di Rumah Sakit adalah sebagai berikut :

Tabel 24.Penekanan Rancang Bangun PENEKANAN PENTING YANG MEMPENGARUHI RANCANG BANGUN PADA BEBERAPA UNIT ATAU INSTALASI PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

Instansi atau No

Karakteristik Penekanan

Unit Pelayanan Unit Gawat

1 Kecepatan Penanganan

Darurat

Pemisahan Sirkulasi Medis dan Umum

2 Rawat Jalan

Prosedur Administrasi Pasien Dimensi Ruang Poli Khusus Pengelolaan ruang Tunggu

3 Rawat Inap

Efektivitas Penanganan Pasien Pengendalian Infeksi Nosokomial

4 Radiologi

Proteksi terhadap Radiasi Prosedur Kamar Gelap Perlistrikan

5 Kamar Operasi Pendaerahan Steril, Semi Streril dan Tidak Streril

Prosedur Pre dan Post Operasi Perlistrikan

6 Laboratorium

Prosedur Pemeriksaan Pencegahan Infeksi Nosokomial Pengelolaan Limbah

7 Farmasi

Prosedur Penanganan Sediaan Farmasi Pengeloaan Limbah Farmasi

8 Gizi

Prosedur Distribusi Bahan dan alat

BAB VI KAJIAN ASPEK SUMBERDAYA MANUSIA & ASPEK LAINNYA

1. Perencanaan SDM

Kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) yang sesuai dan bermutu di organisasi manapun termasuk Rumahsakit sangat diperlukan terutama yang menduduki posisi kunci. SDM yang dimaksud adalah direksi serta stafnya. Kesuksesan suatu perencanaan dan pengoperasionalisasian suatu organisasi Rumahsakit sangat bergantung pada SDM yang solid. Membangun sebuah tim yang efektif merupakan suatu kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan. Karena itu, dalam membangun sebuah tim yang efektif, pertimbangan harus diadakan bukan hanya pada keahlian teknis para manajer atau staf semata, tetapi juga pada peranan penting mereka dan keselarasan mereka dalam bekerja.

Sebagai seorang manajer, direktur Rumahsakit merupakan salah satu anggota terpenting dari suatu organisasi. Orang ini memegang peranan penting dalam perecanaan dan pelaksanaan operasional organisasi. Ada 2 hal penting dalam memilih direktur suatu organisasi termasuk Rumahsakit, yaitu; pemilihan waktu dan kriteria seleksi.

Pemilihan waktu. Pemilhan waktu yang tepat untuk memilih seorang direktur tidak ada patokannya yang dianggap paling benar karena memang sangat beragam sifatnya. Akan tetapi, syarat yang harus diingat, “direktur sebagai Pemilihan waktu. Pemilhan waktu yang tepat untuk memilih seorang direktur tidak ada patokannya yang dianggap paling benar karena memang sangat beragam sifatnya. Akan tetapi, syarat yang harus diingat, “direktur sebagai

Kriteria seleksi. Tujuan utama pemilihan seorang direktur adalah untuk menugaskan seseorang yang berpengalaman, mampu, dan kompeten untuk menghasilkan produk akhir secara tepat waktu, sesuai dengan biaya yang tersedia dan juga sesuai dengan syarat yang diberikan. Untuk itu, seorang pemimpin perlu memiliki karakteristik yang dapat digolongkan dalam lima kategori, yaitu : Latar` Belakang dan Pengalaman; Kepemimpinan dan Keahlian Strategis; Keahlian Teknis; Kemampuan Kehumasan; dan Kemampuan Manajerial. Hal tersebut selanjutnya akan dijelaskan di bawah ini.

Mengingat Rumahsakit ini dibangun dengan dana yang tidak sedikit maka perlu didukung oleh manajemen yang handal. Dengan spesifikasi sbb:

1. Mempunyai wawasan strategik dan visioner,

2. Lebih baik apabila mempunyai latarbelakang pendidikan yang memadai, misalnya; ahli manajemen Rumahsakit,

3. Adaptif terhadap perubahan lingkungan persaingan bisnis maupun lingkungan pemerintahan,

4. Tidak birokratis dan mengedepankan kepentingan pelanggan,

1. Latar Belakang dan Pengalaman. Latar belakang dan keahlian seorang direktur yang prospektif haruslah konsisten dengan keberadaan dan 1. Latar Belakang dan Pengalaman. Latar belakang dan keahlian seorang direktur yang prospektif haruslah konsisten dengan keberadaan dan

2. Kepemimpinan dan Keahlian Strategis. Direktur Rumahsakit sebagai seorang manajer adalah seorang pemimpin yang turut mendesain, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengimplimentasikan rencana yang telah ditetapkan. Pimpinan juga biasanya menetapkan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan operasional dan visi Rumahsakit kedepan. Dalam hal kepemimpinan dan keahlian strategis berarti direktur sebagai manajer harus memiliki visi mengenai pengembangan Rumahsakit kedepan, dimana ia juga mendesain tahapan pencapaian visi yang ada dalam dokumen rencana stratejik.

3. Kemampuan Teknis. Walaupun direktur tidak melakukan semua pekerjaan di Rumahsakit seorang diri, namun kemampuannya untuk mengarahkan, menilai, dan memberikan keputusan akan pilihan teknis alternatif sangat diperlukan. Direktur sebagai seorang manajer haruslah memiliki pengalaman bekerja, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih spesifik, 3. Kemampuan Teknis. Walaupun direktur tidak melakukan semua pekerjaan di Rumahsakit seorang diri, namun kemampuannya untuk mengarahkan, menilai, dan memberikan keputusan akan pilihan teknis alternatif sangat diperlukan. Direktur sebagai seorang manajer haruslah memiliki pengalaman bekerja, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih spesifik,

4. Kemampuan Kehumasan. Direktur hendaknya mampu bertindak dengan berbagai macam keahlian, misalnya bahwa ia harus dapat bertindak sebagai pengayom, pemberi informasi bagi pekerja, sebagai negosiator, mengatasi masalah konflik, dan mampu memecahkan masalah serta mencari jalan keluarnya. Peran penting lainnya adalah sebagai politikus, pramuniaga, fasilitator, pengawas, dan sebagai pembimbing.

5. Kemampuan Manajerial. Kemampuan manajerial sangat diperlukan dalam direktur Rumahsakit dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari maupun dalam kegiatan perencanaan kedepan. Agar dapat melakukan hal tersebut, direktur harus memiliki pengetahuan perihal organisasi: bagaimana mengorganisasikan, menentukan kebutuhan para staf, kebutuhan

manajemen, menghubungkan tujuan dengan visi/misi organisasi, serta mengendalikan karyawan.

2. Proyeksi Kebutuhan SDM di Rumahsakit Kota Pekalongan

Dalam konteks rencana pendirian Rumahsakit di kota Pekalongan ini, kebutuhan SDM mengacu pada standar Rumahsakit tipe C. Hasil analisis secara umum, total SDM yang dibutuhkan berjumlah 300 orang yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 25. Proyeksi Kebutuhan SDM

Tenaga

Jumlah

BAGIAN/INSTALASI

Dokter Umum

5 Rawat darurat dan rawat jalan

Dokter Gigi

3 Rawat jalan

Dokter Spesialis Bedah Umum

1 Poli Bedah

Dokter Spesialis Penyakit Dalam

1 Poli Penyakit Dalam

Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit

1 Poli Obsgyn

Kandungan Dokter Spesialis Anak

1 Poli Anak

Dokter Spesialis Penyakit Syaraf

1 Poli Syaraf

Dokter Spesialis Radiologi

1 Radiologi

Dokter Spesialis Anesthesi

1 Kamar Operasi dan ICU/ICCU

Dokter Spesialis Bedah Orthopedi

1 Kamar Operasi

Dokter Spesialis Bedah Syaraf

1 Kamar operasi

Dokter Spesialis THT

1 Poli THT

Dokter Spesialis Mata

1 Poli Mata

8 Rawat Inap/kamar bayi

Perawat Ruang Rawat Inap

80 Rawat Inap

Asisten Perawat Rawat Inap

40 Rawat Inap

Perawat di IGD

12 Instalasi Rawat Darurat

Perawat di Kamar Operasi

10 Kamar operasi

Perawat di Poliklinik

30 Rawat Jalan

Ahli Gizi

3 Instalasi Gizi

Ahli Sanitasi

3 Instalasi Pengolahan Limbah

Laundry

12 Instalasi Launddry

Cleaning Service

15 Rumah Tangga

Apoteker

3 Instalasi Farmasi

Asisten Apoteker

8 Instalasi Farmasi

Tabel 26. Proyeksi Kebutuhan SDM (Lanjutan)

Tenaga

Jumlah BAGIAN/INSTALASI

Pramusaji

4 Instalasi Gizi

Office Boy

3 Rumah Tangga

Satpam

6 Rumah Tangga

Sopir

4 Rumah Tangga

Customer Service

4 Pemasaran

Pemasaran/Humas

2 Pemasaran

Rekam Medis

2 Rekam Medis

Juru Masak

4 Instalasi Gizi

Direktur Rumahsakit

Dengan proyeksi jumlah SDM sebanyak 300 orang, dan gaji rata-rata sebesar Rp. 700.000, maka total gaji untuk tahun pertama di proyeksikan sebesar Rp. 2.520.000.000,-. Mulai tahun kedua dan selanjutnya, total gaji diproyeksikan sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Total gaji tersebut tidak termasuk jasa pelayanan dan lain-lain yang bersifat tidak tetap. Proyeksi gaji setiap tahun dapat dilihat pada`lampiran tabel IV-5 (lampiran keuangan).

Kebutuhan SDM seperti pada tabel diatas, dengan asumsi bahwa total SDM di suatu instalasi/unit merangkap sebagai kepala instalasi/unit. Proyeksi tersebut berbasis standar DEPKES yang kemudian disesuaikan dengan pengalaman di beberapa Rumahsakit tipe C.

3. Aspek Manajemen & Sistem Informasi

Inti dari manajemen adalah perencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan dan pengendalian suatu aktivitas yang bertujuan untuk mengalokasikan sumberdaya sehingga memiliki nilai tambah. Karena itu efektivitas dan efesiensi dalam suatu organisasi akan sangat bergantung pada komitmen diantara angggota organisasi tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini tentunya akan sangat terkait dengan kebutuhan SDM.

Organisasi dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kinerja secara keseluruhan tidak terlepas dari anggota yang berperan didalamnya, juga memerlukan rancang bangun keorganisasian yang handal serta fleksibel dan sesuai dengan kondisi usaha serta pelayanan yang diberikan. Hal ini Organisasi dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kinerja secara keseluruhan tidak terlepas dari anggota yang berperan didalamnya, juga memerlukan rancang bangun keorganisasian yang handal serta fleksibel dan sesuai dengan kondisi usaha serta pelayanan yang diberikan. Hal ini

Dalam kaitannya dengan sistem informasi pada dasarnya dapat dibagi 2 yaitu; sistem informasi berbasis manual dan sistem informasi berbasis komputer. Untuk perkembangan dan kebutuhan kedepan, sistem informasi berbasis komputer sangat dibutuhkan dalam jangka panjang. Bahkan, kebutuhan SDM akan diperkecil apabila sistem informasi ini dikembangkan secara baik. Di samping itu, dengan sistem informasi berbasis komputer (seperti billing system). Tingkat kebocoran akan dapat ditekan sampai pada titik terendah.

Dalam rancangan struktur organisasi sebenarnya cukup fleksibel tergantung pada tingkat dan jenis usaha yang dijalani, dalam hal ini pelayanankesehatan untuk Rumahsakit. Walaupun struktur organisasi harusnya ada dalam dokumen Business Plan, namun berikut adalah gambaran struktur organisasi untuk Rumahsakit umum pemerintah yang lazim.

Gambar 12. Struktur Organisasi Rumahsakit Pemerintah

Kepala

Sekretaris

Kel. Jabatan Funsional

Subbag Perenc.

Bidang Pelayanan

Adm. RM

Irna Irja

Evaluasi

Pembukuan Verifikasi

Keperawatan

Yan-Jang

Sarana

Perbendaharaan

Keperawatan

Dal-Mutu

BAB VII KAJIAN KEUANGAN

Kajian keuangan pada dasarnya untuk melihat sejauhmana dana yang diinvestasikan dapat bermanfaat semaksimalmungkin. Secara spesifik kajian keuangan ini berisi analisis NPV(Net Present Value) Payback Period, dan proyeksi Rugi/laba investasi. Selanjutnya akan dibahas secara runtut di bawah ini.

1. Proyeksi Pendapatan dan Biaya

1.1 Proyeksi Pendapatan

Pendapatan terdiri dari dua variabel yaitu, volume dan tarif. Karena itu asumsi dasar mengenai kedua variabel tersebut secara umum adalah:

1. Rata-rata tarif untuk tahun I sebesar mengacu pada tarif RSUD Kabupaten Pekalongan saat ini,

2. Tarif diprediksi akan meningkat sebesar 17,5% pertahun. Dasar asumsi ini dipakai untuk mengantisipasi perubahan harga akibat inflasi yang berkisar antara 10-20% tiap tahun.

Kedua asumsi awal ini akan digunakan untuk menganalisis pendapatan rawat jalan, rawat inap, maupun penunjang medis.

1.1.1 Pendapatan Rawat Inap

Rawat inap terdiri dari 4 kelas yaitu VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III, dan ICC/ICCU. Sesuai dengan asumsi diatas, proyeksi pendapatan rawat inap Rawat inap terdiri dari 4 kelas yaitu VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III, dan ICC/ICCU. Sesuai dengan asumsi diatas, proyeksi pendapatan rawat inap

Gambar 13. Proyeksi pendapatan rawat inap mulai tahun I - VI.

Sumber: data proyeksi

1.1.2 Pendapatan Rawat Jalan

Proyeksi jumlah pasien dan tarif seperti dalam asumsi yang disebutkan diatas akan mempengaruhi jumlah pendapatan berbagai poli di Rawat jalan. Berikut adalah tabel proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I disetiap poli.

Tabel 27. Proyeksi jumlah pasien dan tarif poli dan IGD Untuk tahun I

NO KETERANGAN

TH I

J. PAS.

TARIF

1 POLI UMUM Periksa Dokter

2 POLI PENYAKIT DALAM

- Periksa Dokter

3 POLI BEDAH

- Periksa Dokter

- Tindakan Sederhana

- Tindakan Kecil

- Tindakan Sedang

- Tindakan Besar

4 POLI ANAK

- Periksa Dokter

- Tindakan Sederhana

- Tindakan Kecil

- Tindakan Sedang

- Tindakan Besar

5 POLI KEBIDANAN & KANDUNGAN

- Periksa Dokter

- Tindakan Sederhana

- Tindakan Kecil

- Tindakan Sedang

- Tindakan Besar

6 POLI MATA

- Periksa Dokter

- Tindakan Sederhana

- Tindakan Kecil

- Tindakan Sedang

- Tindakan Besar

Tabel 28. Proyeksi jumlah pasien dan tarif poli dan IGD Untuk tahun I (lanjutan)

NO KETERANGAN

TH I

J. PAS.

TARIF

7 POLI THT

- Periksa Dokter

- Tindakan Sederhana

- Tindakan Kecil

- Tindakan Sedang

- Tindakan Besar

8 POLI SYARAF

- Periksa Dokter

- Tindakan Sederhana

- Tindakan Kecil

- Tindakan Sedang

- Tindakan Besar

9 POLI GIGI

- Periksa Dokter

- Tindakan Sederhana

- Tindakan Kecil

- Tindakan Sedang

- Tindakan Besar/Khusus/canggih

- Periksa Dokter

- Tindakan Sederhana

- Tindakan Kecil

- Tindakan Sedang

- Tindakan Besar

Hasil kali antara proyeksi jumlah pasien dan proyeksi tarif pada tabel diatas adalah proyeksi pendapatan rawat jalan dan IGD. Proyeksi pendapatan rawat jalan dan IGD dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah gambar proyeksi pendapatan total instalasi rawat jalan dan IGD untuk tahun I hingga

IV.

Gambar 14. Proyeksi pendapatan tiap poli untuk tahun I-IV.

p p 1.000.000.000

Sumber: data proyeksi

1.1.3 Pendapatan Radiologi

Dari keempat jenis pemeriksaan radiologi yang biasa disediakan, kemudian dilakukan proyeksi terhadap setiap item tersebut. Berikut adalah tabel proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I.

Tabel 29. Proyeksi Jumlah pasien & tarif Radiologi untuk tahun I

NO KETERANGAN

- Sederhana (rata-rata)

- Sedang(rata-rata)

- Canggih(rata-rata)

- Khusus(rata-rata)

Hasil kali antara volume(jumlah pemeriksaan) dengan tarif proyeksi akan menghasilkan proyeksi pendapatan radiologi. Secara rinci, proyeksi pendapatan radiologi, pasien bedah, lab, farmasi dan pendapatan lainnya dapat dilihat pada lampiran tabel IV-4. Berikut adalah gambar proyeksi pendapatan radiologi untuk tahun I hingga III.

Gambar 15. Proyeksi pendapatan radiologi untuk tahun I- III.

a R 400.000.000

1.1.4 Pendapatan pasien bedah

Rata-rata jumlah pasien bedah per hari sebanyak 2 orang . Tabel berikut adalah proyeksi jumlah pasien dan tarif untuk tahun I.

Tabel 30. Proyeksi Jumlah pasien & tarif bedah untuk tahun I

NO KETERANGAN

- Sederhana (tarif rata-rata)

- Sedang (tarif rata-rata)

- Canggih (tarif rata-rata)

- Khusus(tarif rata-rata)

Jumlah pasien tindakan sederhana sebanyak 40% dari jumlah pasien bedah. Sedangkan jumlah pasien tindakan sedang sebanyak 30% dari total proyeksi pasien bedah. Selanjutnya, proyeksi pendapatan kamar bedah selama 3 tahun dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 16. Proyeksi pendapatan kamar bedah untuk tahun I - III.

a R 200.000.000

1.1.5 Pendapatan Lab

Sama seperti unit penunjang lainnya, pemeriksaan lab dikategorikan dalam

4 jenis pemeriksaan. Berikut adalah gambar proyeksi pendapatan lab dari tahun I hingga tahun III.

Gambar 17. Proyeksi pendapatan lab untuk tahun I - III.

a R 200.000.000

1.1.6 Pendapatan Farmasi dan Pendapatan Lainnya

Pendapatan farmasi diperoleh dari penjualan obat kepada pasien di Rumahsakit. Sedangkan pendapatan lain-lain dihasilkan dari aktivitas pelayanan tambahan seperti rahab medik, ICU/ICCU, jasa kamar jenazah, ambulance, dll. Proyeksi pendapatan farmasi (apotik) sebesar 35% dari total pendapatan proyeksi minus pendapatan lain-lain. Sedangkan proyeksi pendapatan lain-lain sebesar 35% dari total pendapatan proyeksi.

1.2. Proyeksi Biaya

Proyeksi biaya opersional rumah sakit yang berhubungan dengan pembangunan Rumahsakit baru dalam analisis berikut ini hanya berhubungan dengan biaya yang benar-benar secara realitas terjadi dan tidak termasuk biaya penyusutan. Dasar-dasar analisis untuk proyeksi biaya operasional adalah sebagai berikut:

1. Biaya kamar pasien umum sebesar 15% dari total pendapatan kamar pasien umum. Yang dimaksud dengan biaya ini adalah pengeluaran yang merupakan fasilitas kamar pasien seperti biaya bahan medis habis pakai yang tidak dibayar pasien. Yang tidak termasuk biaya kamar pasien adalah biaya penyusutan, gaji dan biaya obat yang dibayar pasien.

2. Biaya kamar bedah sebesar 40% dari total pendapatan kamar bedah untuk jasa Rumahsakit. Biaya kamar adalah pengeluaran yang terjadi di kamar bedah yang merupakan fasilitas pasien kecuali biaya penyusutan, gaji, dan obat yang dibayar pasien.

3. Biaya rawat jalan di proyeksikan sebesar 35% dari pendapatan rawat jalan. Yang tidak termasuk biaya rawat jalan adalah biaya penyusutan,

gaji, dan obat yang dibayar pasien. Biaya rawat jalan adalah segala bentuk pengeluaran yang terjadi dan merupakan fasilitas pasien rawat jalan kecuali ketiga item biaya tersebut.

4. Biaya lab, Radiologi, sebesar 35% dari pendapatan masing-masing unit tersebut. Pada dasarnya definisi biaya-biaya adalah segala bentuk pengeluaran yang terjadi di setiap unit tersebut kecuali biaya penyusutan, gaji, dan obat yang dibayar pasien.

5. Harga pokok penjualan obat farmasi (apotik) sebesar 75% dari pendapatannya. Sedangkan biaya atas pendapatan lainnya sebesar 10% atas pendapatannya. Harga pokok penjualan obat adalah harga beli obat ditambah biaya lainnya diluar biaya penyusutan dan gaji.

6. Biaya gaji diproyeksikan sebesar 30% dari total biaya min biaya pemeliharaan dan penyusutan.

7. Biaya pemeliharaan untuk tahun pertama sebesar 10% dari total biaya min biaya penyusutan. Untuk tahun kedua dan selanjutnya meningkat 25% dari tahun pertama.

Berdasarkan dasar analisis diatas, proyeksi biaya (kas) selanjutnya dapat dilihat dalam lampiran tabel IV-5.

2. Analisis Kelayakan Investasi

Bahasan sebelumnya mengenai proyeksi pendapatan dan biaya lebih menitikberatkan pada penerimaan dan pengeluaran kas. Hal ini dilakukan karena dalam analisis cash flow hanya terfokus pada penerimaan dan pengeluaran kas. Berdasarkan analisis tersebut selanjutnya akan diperoleh cash flow seperti dibawah ini.

2.1 Analisis Aliran Kas (Cash Flow)

Prediksi terhadap aliran kas mengacu pada prediksi pendapatan dan biaya operasional rumah sakit. Berikut ini adalah tabel aliran kas masuk dan aliran kas keluar selama 10 tahun. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-6.

Tabel 31. Aliran Kas Bersih

No Tahun

Net Cash flow

1 Proceed tahun I

2 Proceed tahun II

3 Proceed tahun III

4 Proceed tahun IV

5 Proceed tahun V

6 Proceed tahun VI

7 Proceed tahun VII

Proceed tahun

8 VIII

9 Proceed tahun IX

10 Proceed tahun X

2.2 Rekomendasi Kelayakan Investasi

Berdasarkan proyeksi selisih antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar, kemudian dapat dilakukan penilaian mengenai kelayakan investasi pendirian Rumahsakit baru di Jember.

Rumus NPV adalah sebagai berikut:

(1+r)t

dimana; r = tingkat kembalian yang disyaratkan, misalnya tingkat suku bunga deposito bersih (setelah dikurangi pajak) t = jumlah tahun Ao = investasi awal A1 = penerimaan kas bersih

Suatu investasi biasanya diakatakan layak secara ekonomis apabila Net Present Value (NPV) > 0. Apabila NPV< 0 investasi tersebut tidak layak secara ekonomis.

Selanjutnya untuk mengetahui berapa lama pengembalian uang yang diinvestasikan biasanya digunakan indicator Payback period. Karena payback period suatu investasi menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi awal. Rumus payback period adalah sebagai berikut:

InvestasiAwal PP =

KasMasukBersih

Berdasarkan analisis sebelumnya maka perhitungan NPV, Payback Period dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 32. Perhitungan NPV

No Tahun

Proceed 1 Proceed tahun I

Net Cash flow

DF (15%)

(608,281,385) 2 Proceed tahun II

(169,546,028) 3 Proceed tahun III

174,180,368 4 Proceed tahun IV

726,095,160 5 Proceed tahun V

1,113,606,668 6 Proceed tahun VI

1,594,478,460 7 Proceed tahun VII

2,217,293,075 8 Proceed tahun VIII

2,806,975,979 9 Proceed tahun IX

3,522,871,613 10 Proceed tahun X

3,631,909,395 11 Proceed tahun XI

4,079,230,550 12 Proceed tahun XII

3,914,947,296 13 Proceed tahun XIII

3,724,119,645 14 Proceed tahun XIV

3,516,467,212 15 Proceed tahun XV

3,299,625,665 16 Proceed tahun XVI

3,079,525,005 17 Proceed tahun XVII

2,860,704,609 18 Proceed tahun XVIII

2,646,575,120 19 Proceed tahun XIX

2,439,635,664 20 Proceed tahun XX

INVESTASI AWAL 37,065,900,000 NPV

Berdasarkan hasil analisis, dengan diskon factor 15% dan berbagai asumsi yang telah disebutkan sebelumnya maka rencana pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan ini layak secara ekonomis untuk dilakukan. Payback period dengan memperhitungkan nilai waktu uang terjadi pada tahun ke 16 dan 2 bulan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-6.

3. Analisis Kelayakan Investasi Alternatif

Kajian ini bersifat kajian keuangan alternatif (proyeksi minimal) rencana pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan. Analisis ini masih menggunakan berbagai asumsi proyeksi pendapatan dan proyeksi biaya seperti yang dijelaskan sebelumnya. Asumsi tambahan adalah 7,5% dari proyeksi pendapatan tidak tertagih (dalam bentuk piutang).

Dengan asumsi tersebut, secara ekonomis investasi ini layak karena NPV masih prositif dengan nilai Rp. 1.835.974.148,-. Tingkat pengembalian modal

investasi (payback period) terjadi pada tahun ke 19 dan 1 bulan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel IV-7, IV-8, dan IV-9.

BAB VIII REKOMENDASI STUDI

Berdasarkan fakta hasil Studi Kelayakan Peningkatan Pelayanan Sarana dan Prasarana Kesehatan/Rumahsakit Kota Pekalongan maka direkomendasikan sebagai berikut :

a. Layak didirikan Rumahsakit Umum yang setara tipe C yaitu Rumahsakit yang menyediakan layanan rujukan terutama untuk 4 besar layanan (bedah, kebidanan dan kandungan, anak dan penyakit dalam) secara full time, namun juga melayani spesialisasi kecil (THT, Mata, Syaraf) secara part time (on call)

b. Rumahsakit tersebut sebaiknya mempunyai pelayanan unggulan untuk rawat inap (VIP) dan IGD khususnya Trauma Center. Hal ini mengingat beberapa alasan sebagai berikut :

§ Berbagai Rumahsakit yang ada tidak mempunyai fasilitas pelayanan gawat darurat yang sesuai dengan kebutuhan standar. § Tingginya kasus korban kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada di jalur pantai utara yang padat. Berdasarkan UU NO. 34/1964 jumlah korban kecelekaan lalu lintas pada tahun 2002 mencapai 1.678 dengan jumlah klaim sebanyak Rp. 9.482.708.950. § Tingkat Utilisasi kamar VIP di Rumahsakit yang ada saat ini cukup tinggi.

c. Jumlah tempat tidur di Rumahsakit yang akan dibangun berjumlah 100TT ditambah 10 TT untuk ICU/ICCU, yang dapat dirinci sbb : § 20 TT, kamar VIP, § 20 TT, kamar kelas I, § 20 TT, kamar kelas II, § 30 TT, kamar kelas III dan, § 10 TT, kamar ICU/ICCU.

d. Lokasi pendirian Rumahsakit memliki luas minimal 1 hektar dengan beberapa pertimbangan tempat seperti yang telah disebutkan.

e. Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat, bukan hanya fasilitas medis yang perlu diperhatikan tetapi juga fasilitas pendukung seperti sistem informasi yang terintegrasi. Sebagai bagian dari pemerintahan kota Pekalongan, Rumahsakit kota Pekalongan nantinya harus menjadi unit strategis yang mampu memberikan laporan up to date mengenai diagnosa dan terapi pasien di rawat jalan, status kamar di rawat inap, sisa stok bahan medis di gudang farmasi hingga nilai transaksi dan lain-lain.

f. Kebutuhan SDM dan struktur organisasi sebaiknya mengacu pada standar Rumahsakit tipe C.

g. Pembangunan Rumahsakit bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan kondisi pasar.