314582000 5 Laporan Studi Kelayakan Peningkatan Pelayanan Sarana Dan Prasarana Kesehatan Rumahsakit Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perubahan yang cukup signifikan telah terjadi di berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia pada dekade ini. Sistem pemerintahan misalnya, telah bergeser dari sentralistik menjadi desentralisasi dan otonomi daerah yang terletak di kabupaten/kota. Pada sektor perdagangan, batas antar negara semakin tidak nampak dengan adanya teknologi e-commerce. Dengan dimulainya perdagangan bebas tingkat Asia, dari sisi regulasi hampir tidak ada lagi perbedaan antara organisasi domestik dengan organisasi asing dalam menjalankan usahanya di berbagai bidang dan daerah di Indonesia.

Kondisi ekonomi memaksa setiap organisasi lokal untuk meningkatkan kualitas produk dan efisiensinya sehingga dapat meningkatkan daya saing agar dapat mengimbangi banyaknya organisasi bisnis asing yang masuk ke Indonesia. Berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya bangkit dari keterpurukan akibat krisis multi dimensi yang melanda sejak tahun 1997. Segala upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan terutama di sektor perekonomian melalui berbagai investasi, dari yang berskala kecil dengan nilai puluhan jutaan hingga yang bernilai milyaran rupiah. Berbagai aktivitas perekonomian tersebut secara bertahap akan menyebabkan terjadinya peningkatkan mobilitas penduduk ke daerah-daerah yang prospektif untuk meningkatkan pendapatan mereka, baik sebagai pembawa dana (investor), Kondisi ekonomi memaksa setiap organisasi lokal untuk meningkatkan kualitas produk dan efisiensinya sehingga dapat meningkatkan daya saing agar dapat mengimbangi banyaknya organisasi bisnis asing yang masuk ke Indonesia. Berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya bangkit dari keterpurukan akibat krisis multi dimensi yang melanda sejak tahun 1997. Segala upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan terutama di sektor perekonomian melalui berbagai investasi, dari yang berskala kecil dengan nilai puluhan jutaan hingga yang bernilai milyaran rupiah. Berbagai aktivitas perekonomian tersebut secara bertahap akan menyebabkan terjadinya peningkatkan mobilitas penduduk ke daerah-daerah yang prospektif untuk meningkatkan pendapatan mereka, baik sebagai pembawa dana (investor),

Berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumahsakit yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang ada kini telah banyak tersedia. Disamping milik pemerintah kini telah banyak pula fasilitas pelayanan kesehatan yang didirikan oleh pihak swasta, mulai dari balai pengobatan hingga rumah sakit berskala internasional. Jumlah kunjungan pasien ke berbagai fasilitas tersebut juga menunjukkan kecenderungan yang positif. Ini mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan pelayanan medis makin meningkat. Kesehatan menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan modal dasar bagi suatu bangsa untuk maju dan berkembang. Hal ini sudah menjadi perhatian pemerintah Indonesia, yang tercermin dalam visi Indonesia Sehat 2010. Untuk mendukung visi tersebut, tiap propinsi dan Kabupaten/kota mengembangkan strateginya masing-masing dengan target-target tertentu yang diharapkan dapat menjadi titik awal tercapainya visi tersebut.

Meskipun demikian, perlu disadari bahwa ada keterbatasan sumber daya yang dimiliki dalam berbagai upaya pengembangan tersebut., antara lain :

Fasilitas infrastruktur baik pembangunan jalan maupun sarana komunikasi dan telekomunikasi ;

Fasilitas transportasi dan akomodasi ;

Kemudahan perijinan lokasi ; Masalah sumber daya manusia ; Masalah dana.

Pengembangan pelayanan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh berbagai aspek baik demografi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, serta perkembangan lingkungan fisik dan biologi khususnya epidemiologi penyakit. Dari sisi demografi, saat ini kecenderungan yang tampak adalah bergesernya piramida penduduk dari muda ke dewasa dan tua. Ini menunjukkan bahwa angka kelahiran semakin menurun dan angka harapan hidup yang semakin meningkat. Sementara itu, gaya hidup masyarakat cenderung makin konsumtif. Meskipun krisis multi dimensi menyebabkan keterpurukan ekonomi masyarakat, disisi lain cukup banyak kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan dapat meneruskan pola hidup konsumtif.

Dengan gaya hidup tidak seimbang, akibatnya, dari segi epidemiologi juga telah terjadi pergeseran pola penyakit. Meskipun angka kejadian infektus sebagai tipikal penyakit di negara tropis masih tinggi, namun kini sudah banyak masyarakat yang menderita penyakit-penyakit tipikal negara industri-industri dan maju. Pergeseran ini tentunya akan sangat berpengaruh pada penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, teknologi kedokteran yang harus dikuasai/disediakan dan kecukupan tenaga kesehatan terlatih. Pada aspek lain, untuk faktor mutu dan manajemen pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit turut memegang peran penting dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas. Kedua faktor tersebut Dengan gaya hidup tidak seimbang, akibatnya, dari segi epidemiologi juga telah terjadi pergeseran pola penyakit. Meskipun angka kejadian infektus sebagai tipikal penyakit di negara tropis masih tinggi, namun kini sudah banyak masyarakat yang menderita penyakit-penyakit tipikal negara industri-industri dan maju. Pergeseran ini tentunya akan sangat berpengaruh pada penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, teknologi kedokteran yang harus dikuasai/disediakan dan kecukupan tenaga kesehatan terlatih. Pada aspek lain, untuk faktor mutu dan manajemen pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit turut memegang peran penting dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas. Kedua faktor tersebut

Dengan berbagai perubahan kondisi demografis, pola penyakit dan perkembangan teknologi, diperlukan suatu perencanaan rumah sakit yang benar- benar berbasis pada kondisi lingkungan yang dihadapi. Hal ini penting untuk menghindari suatu investasi yang sia-sia karena berbeda dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini perlu dilakukan suatu studi khusus untuk meneliti perubahan lingkungan tersebut, dalam rangka mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

2. Maksud dan Tujuan

Pemerintah Kota Pekalongan bermaksud untuk mendirikan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu Rumahsakit untuk mendukung misi pemerintah setempat dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Secara umum, rencanan pendirian Rumahsakit ini akan membantu pemerintah kota Pekalongan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi bagi masyarakatnya, dengan menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai, membentuk intregrasi dalam bidang kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, disamping juga memenuhi aspek ekonomis sebagaimana layaknya bidang usaha yang lain. Apalagi selama ini pemerintah kota Pekalongan tidak mempunyai Rumahsakit daerah sendiri.

Pendirian Rumahsakit ini diharapkan sebagai salah satu upaya mempersiapkan diri terhadap perubahan lingkungan akibat globalisasi. Untuk itu, pihak pemerintah kota pekalongan khususnya Dinas Kesehatan Kota Pekalongan bermaksud melakukan studi kelayakan terhadap rencana pendirian Rumahsakit baru yang ditinjau terutama dari kebutuhan masyarakat. Mengacu pada berbagai hal tersebut di atas maka pihak Dinas Kesehatan Kota Pekalongan telah menunjuk konsultan untuk melakukan kajian terhadap berbagai aspek tersebut.

Hasil Studi Kelayakan ini akan dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah kota Pekalongan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam perencanaan tipe dan berbagai fasilitas yang disediakan di Rumahsakit nantinya. Disamping itu dokumen ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dalam pengambilan keputusan investasi.

Selain mempunyai motivasi sosial dan keuntungan, sebagaimana layaknya bentuk usaha lain, rencana pendirian Rumahsakit ini juga diharapkan dapat :

Membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan masyarakat pada umumnya dan calon tenaga kerja di Rumahsakit pada khususnya,

Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Meningkatkan peluang terjadinya aliansi strategis antar-berbagai lembaga

pelayanan kesehatan di Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya.

3. Ruang Lingkup Studi Kelayakan

Studi kelayakan ini pada dasarnya merupakan suatu penelitian yang akan berusaha untuk mengkaji kebutuhan dan harapan masyarakat akan adanya fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit. Kajian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai pelayanan yang potensial untuk dikembangkan dalam konteks pendirian Rumahsakit kota Pekalongan. Karena itu untuk dapat mengungkap lebih mendalam maka dalam penelitian ini dilakukan survey langsung kepada masyarakat.

Pada dasarnya pelaksanaan studi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan yang juga tercermin dalam 3 jenis pelaporan yaitu ;

1. Laporan fakta dan analisa, laporan ini berisi berbagai kajian mengenai fakta dilapangan melalui hasil survey langsung dan berbagai data statistik yang ada. Fakta yang ada selanjutnya akan dilakukan analisa awal untuk memberikan kajian-kajian mendalam yang berhubungan dengan rencana pendirian Rumahsakit baru di Kota Pekalongan.

2. Laporan Draft Studi Kelayakan ; Laporan ini lebih lengkap karena terdiri dari kajian pasar, keuangan dan block plan. Namun masih perlu dibahas dan disempurnakan, terutama masukan dari pemilik dalam hal ini pemerintah kota Pekalongan,

3. Laporan Final Studi Kelayakan. Dalam laporan (buku) ini merupakan laporan pertama final studi kelayakan.

4. Metode Penyusunan Studi Kelayakan

4.1. Pengumpulan dan Analisis data

a. Data Sekunder Data ini diperoleh dari berbagai instansi terkait di kota Pekalongan dan sekitarnya. Data-data ini dapat berupa data statistik maupun data non statistik. Yang selanjutnya akan diolah dengan cara pengkajian dan tabulasi secara sistematis hingga menghasilkan informasi yang relevan dengan tujuan Studi Kelayakan ini.

b. Studi Kepustakaan Sebagai bahan pembanding studi ini, berbagai referensi pustaka yang mendukung akan digunakan dalam koridor studi kelayakan ini.

c. Survei Survei ini bertujuan untuk meyakinkan keinginan dan harapan masyarakat terhadap kemungkinan adanya pelayanan kesehatan baru seperti Rumahsakit.

d. Pengamatan lingkungan Untuk lebih meyakinkan berbagai informasi yang diperoleh, selanjutnya diadakan peninjauan langsung ke lokasi dan sekitarnya dengan tujuan :

Untuk lebih mengetahui kesesuaian dan kelayakan lokasi serta faktor-

faktor yang mendukung pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan, Untuk mengetahui daya dukung sarana dan prasarana dalam

pemberian pelayanan berkaitan dengan pendirian Rumahsakit baru, Untuk mengetahui hal-hal lain yang perlu dalam mendukung pendirian

Rumahsakit baru di kota Pekalongan.

4.2. Sistematika Pembahasan Studi

Secara umum, laporan (buku) ini merupakan tahap akhir dari proses studi kelayakan, dengan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

a. Pendahuluan Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang proyek, tujuan studi kelayakan, metode yang digunakan, dan sistematika penyusunan.

b. Profil Kota Pekalongan Dalam bagian ini dititikberatkan pada kondisi kota Pekalongan secara umum. Analisis akan ditinjau dari kondisi demografi, kesehatan, ekonomi, maupun sosial budaya. Analisis terhadap berbagai kondisi tersebut masih dalam koridor studi kelayakan.

c. Kinerja beberapa Rumahsakit di kota Pekalongan dan sekitarnya Bagian ini akan memaparkan berbagai jenis pelayanan Rumahsakit yang saat ini tersedia di kota Pekalongan dan sekitarnya. Selanjutnya juga akan dianalisis mengenai kinerja setiap Rumahsakit tersebut, yang meliputi; rawat inap, rawat jalan, dll.

d. Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran Dalam aspek ini pada awalnya akan dititikberatkan pada analisa mengenai pasar yang berlaku dan kecenderungannya secara umum. Selanjutnya akan dikaji mengenai tingkat persaingan organisasi pelayanan kesehatan di kota Pekalongan dan sekitarnya melalui analisis terhadap berbagai jenis pelayanan Rumahsakit yang saat ini tersedia saat ini. Selanjutnya juga akan dilakukan proyeksi pangsa pasar terhadap rencana pengembangan atau pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan tersebut. Disamping itu juga akan d. Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran Dalam aspek ini pada awalnya akan dititikberatkan pada analisa mengenai pasar yang berlaku dan kecenderungannya secara umum. Selanjutnya akan dikaji mengenai tingkat persaingan organisasi pelayanan kesehatan di kota Pekalongan dan sekitarnya melalui analisis terhadap berbagai jenis pelayanan Rumahsakit yang saat ini tersedia saat ini. Selanjutnya juga akan dilakukan proyeksi pangsa pasar terhadap rencana pengembangan atau pendirian Rumahsakit baru di kota Pekalongan tersebut. Disamping itu juga akan

e. Kajian AspekTeknis & Tekhnologi serta kebutuhan peralatan Tahap awal dari bagian ini adalah menentukan jenis pelayanan yang akan diberikan. Berdasarkan hal tersebut selanjutnya akan dilakukan kajian fisik berupa pembuatan block plan serta kajian kebutuhan peralatan.

f. Kajian Aspek Sumberdaya manusia dan aspek lainnya Dalam aspek ini dilakukan kajian secara umum mengenai kebutuhan sumberdaya manusia (SDM) di Rumahsakit baik tenaga medis maupun non medis.

g. Kajian Keuangan studi kelayakan Dalam aspek ini hasil analisis sebelumnya akan dikaitkan dengan indikator kelayakan standar yaitu Net Present Value dan Payback Period untuk mengetahui kelayakan investasi yang telah ditentukan sebelumnya.

h. Rekomendasi Studi

BAB II PROFIL KOTA PEKALONGAN

1. Kondisi Geografis dan Demografis Kota Pekalongan

Kota Pekalongan adalah daerah yang terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa yang lebih dikenal dengan kawasan Pantura, tepatnya ada posisi geografis 60°50’42” sampai dengan 60°55’44” Lintang Selatan dan 109°37’55” sampai dengan 109°42’19” Bujur Timur, dan data curah hujan yang ada di kota Pekalongan selama tahun 2002 sebanyak 2.514 mm.

Kota Pekalongan dibatasi oleh Laut Jawa di bagian Utara, Kabupaten Batang di sebelah Timur, Kabupaten Pekalongan di sebelah Barat dan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di sisi Selatan Kota Pekalongan. Jarak terdekat dengan ibu kota propinsi adalah kota Semarang sejauh 101 km dan terjauh adalah Kota Surabaya yaitu 488 km, sedangkan dengan Ibukota negara sejauh 384 km.

Hingga tahun 2002 berdasarkan data dari Kantor Pemberdayaan Masyarakat Kota Pekalongan, memiliki jumlah penduduk sebanyak 263.540 jiwa dengan 60.325 KK yang terbagi di beberapa wilayah yaitu di Pekalongan Barat sebanyak 83.516 jiwa yang berada di 13 Kelurahan, Pekalongan Timur 61.341 jiwa ada pada 13 Kelurahan, Pekalongan Selatan 49.378 jiwa ada di 11 Kelurahan dan di Pekalongan Utara ada 69.305 yang berada di 9 Kelurahan.

Jika luas daerah Kota Pekalongan sebesar 45,25 km²,dengan jarak terjauh dari Utara ke Selatan ± 9 km dan dari Barat ke Timur sepanjang ± 7 km maka diperkirakan kepadatan penduduk mencapai sekitar 5.824/ km², sedangkan jumlah rata-rata anggota rumah tangga adalah 4,2. Sedangkan kepadatan penduduk terbesar ada di Pekalongan Barat dengan luas daerah sebesar 10,05 km² dan jumlah penduduk 83.516 jiwa diperkirakan kepadatan penduduknya sekitar 8.310/km², dan angka rasio ketergantungan penduduk ternyata masih cukup kecil mengingat jumlah penduduk usia (15 – 64) tahun sebanyak 167.526 jiwa jauh lebih besar dibandingkan penduduk usia (0 – 14) tahun dan usia diatas 65 tahun yang berjumlah sebanyak 96.031 jiwa atau rasio ketergantungan rata rata penduduknya sebesar 57,32 (Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan 2002).

Mayoritas penduduk Kota Pekalongan menganut agama Islam sebanyak 247.017 jiwa dengan 84 buah masjid, 584 Mushola/Surau dan masyarakat lainnya menganut agama Kristen Protestan, Katholik Hindu, dan Budha. Sejak tahun 1998 setiap tahun hingga tahun 2001 telah terjadi peningkatan angka penduduk Kota Pekalongan yang menunaikan ibadah haji pada tahun 1998 sebanyak 426, 1999 -

94, 2000 - 474, dan 2001 sebanyak 860 orang dan terakhir tahun 2002 ada 531 orang jemaah haji.

2. Lingkungan Kesehatan Kota Pekalongan

Status Kesehatan penduduk dapat dilihat dari indikator-indikator utama yaitu angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Tabel-tabel berikut ini menunjukkan indikator kesehatan di kota Pekalongan.

Tabel. 1. Angka Kematian Bayi

Jumlah Bayi

Jumlah Jumlah

Pekalongan Barat

Pekalongan Timur

Pekalongan Utara

Kusuma Bangsa

Krapyak Kidul

Pekalongan Selatan

Pekalongan

Selatan Jenggot

Melihat angka kematian bayi di tabel di atas tampak bahwa perbandingan jumlah kelahiran dan kematian sebesar 2,19% dari kelahiran hidup atau 21,9 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini relatif cukup rendah mengingat angka nasional sebesar

48 per 1000 kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa program kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan anak cukup berhasil. Kondisi ini juga menunjukkan kesejahteraan masyarakat relatif baik.

Tabel 2. Jumlah kematian ibu

Kecamatan

Kematian Ibu

Pekalongan Puskesmas

Kematian Barat

Kematian Ibu

Kematian Ibu Kematian Ibu

Pekalongan Bendan 0 2 2 4 Barat

Kramatsari 2 0 0 2 Tirto

0 0 1 1 Pekalongan

Timur Noyontaan 0 0 1 1 Tondano

0 0 0 0 Klego

0 0 0 0 Pekalongan

Kusuma Utara

Bangsa 1 0 0 1 Krapyak Kidul

0 0 0 0 Pekalongan

Pekalongan Selatan

Selatan 0 0 0 0 Jenggot

0 0 1 1 JUMLAH

3 2 5 10

Dari tabel-tabel di atas tampak bahwa dengan angka kematian ibu sebanyak 10 orang per 5.211 kelahiran hidup ini berarti angka kematian ibu di Kota Pekalongan sebesar 192 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini juga relatif rendah dibandingkan dengan angka nasional yang sebesar 373/100.000 kelahiran hidup. Sekali lagi ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat relatif baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan kesehatan masyarakat telah bergeser dari kebutuhan mendasar ke kebutuhan yang lebih tinggi.

3. Lingkungan Ekonomi

Ekonomi kota Pekalongan seperti kebanyakan daerah di Indonesia sempat terganggu sewaktu terjadi krisis ekonomi. Lapangan kerja juga sempat mengalami penurunan. Namun, kondisi ini saat ini semakin membaik. Dari jumlah penduduk sebanyak 263.540 jiwa tersebut sebanyak 14.825 laki-laki dan 9.515

perempuan telah bekerja diberbagai sektor lapangan kerja seperti pertanian, pertambangan, industri, listrik, bangunan, perdagangan, keuangan dan lain sebagainya, namun sektor lapangan kerja di industri, khususnya industri batik, telah menyerap tenaga yang terbesar yaitu 10.472 laki-laki dan 6.598 perempuan, sehingga kota ini juga dijuluki sebagai kota Batik sedangkan 5.328 orang bekerja sebagai pegawai negeri yang tercatat sebagi anggota KORPRI, karena data dari Kantor Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekalongan menunjukkan bahwa ada 3 perusahaan yang tergolong besar dimana perusahaan itu memiliki nilai investasi minimal 5 milyar rupiah telah menyerap tenaga sebanyak 1.234 orang, industri menengah dengan investasi antara 200 juta rupiah hingga 5 milyar rupiah menyerap tenaga sebesar 4.414 orang dan industri kecil yang memiliki investasi kurang dari 200 juta rupiah menyerap tenaga sebanyak 9.952 orang. Selain itu ada sekitar 153 orang yang menjadi tenaga kerja ke luar negeri, data statistik terbesar menunjukkan 92 orang telah bekerja di Malaysia menjadi operator dan PRT (Pembantu Rumah Tangga) serta 58 orang ke Saudi Arabia juga sebagai PRT (Pembantu Rumah Tangga), namun Desember 2002 tercatat ada tenaga kerja yang masih belum tertampung di lapangan kerja dimana angka terbesar adalah pencari kerja lulusan SMTA 1.305, dan lulusan Sarjana sebanyak 451 orang.

Kondisi masyarakat kota Pekalongan yang berada dalam kategori atau kelompok KS.III dan KS.III Plus ada sekitar 31,37 % masih jauh dibawah masyarakat yang ada di kelompok Pra Sejahtera hingga KS.I yang jumlahnya mencapai ± 50,37% Kondisi masyarakat kota Pekalongan yang berada dalam kategori atau kelompok KS.III dan KS.III Plus ada sekitar 31,37 % masih jauh dibawah masyarakat yang ada di kelompok Pra Sejahtera hingga KS.I yang jumlahnya mencapai ± 50,37%

Tabel 3. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002

(Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angka- angka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Berlaku)

No Tahun Pendapatan perkapita (Rp)

Sumber: data sekunder

Tabel 4. PENDAPATAN PERKAPITA PENDUDUK PEKALONGAN TH.2002

(Berdasarkan Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekalongan dan Angka- angka perkapita tahun 1998 – 2001 atas dasar Harga Konstan)

No Tahun Pendapatan perkapita (Rp)

Sumber: data sekunder Dari tabel di atas tampak bahwa Produk domestik Regional Bruto Kota Pekalongan atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa pendapatan perkapita penduduk senilai Rp.1.468.836,- menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi kota Pekalongan tahun 2001 yang ditunjukkan oleh Pertumbuhan Domestik Regional Bruto atas dasar harga konnstan tahun 1993 menunjukkan lebih tinggi dari tahun sebelumya sebesar 4,30% walaupun perjalanan perekonomian selama tahun 2001 dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara langsung telah merugikan, seperti adanya kegagalan panen , dampak krisis ekonomi dan moneter serta kekacauan situasi politik telah berakibat buruk pula disektor perdagangan, Sumber: data sekunder Dari tabel di atas tampak bahwa Produk domestik Regional Bruto Kota Pekalongan atas dasar harga konstan menunjukkan bahwa pendapatan perkapita penduduk senilai Rp.1.468.836,- menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi kota Pekalongan tahun 2001 yang ditunjukkan oleh Pertumbuhan Domestik Regional Bruto atas dasar harga konnstan tahun 1993 menunjukkan lebih tinggi dari tahun sebelumya sebesar 4,30% walaupun perjalanan perekonomian selama tahun 2001 dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara langsung telah merugikan, seperti adanya kegagalan panen , dampak krisis ekonomi dan moneter serta kekacauan situasi politik telah berakibat buruk pula disektor perdagangan,

Selain situasi yang kondusif, perputaran roda perekonomian juga didukung oleh kondisi fasilitas infra struktur berupa jalan raya yang tersedia. Hal ini karena para pelaku bisnis baik produsen maupun konsumen tidak dapat melakukan transaksi bisnis bila prasarana jalan dalam kondisi yang tidak memadai, yang pada akhirnya hanya akan menambah cost production menjadi lebih besar lagi. Kota Pekalongan hingga kini memiliki tiga macam tipe jalan yaitu jalan negara, jalan propinsi dan jalan kota yang setiap tahun sejak tahun 2001 telah menunjukkan pertambahan panjang jalan yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan dimana jalan propinsi sepanjang 7,610 km dalam kondisi baik hingga sedang jalan propinsi sepanjang 7,203 km dalam kondisi dalam kondisi baik hingga sedang, telah mempermudah akses antara produsen dan konsumen dalam bertransaksi, hal ini dibuktikan dengan angka besar nilai ekspor yang hingga tahun 2002 masih di dominasi oleh sektor tekstil khususnya produk batik, dan peringkat kedua di duduki sektor ikan apalagi didukung oleh adanya TPI pelabuhan yang dimiliki oleh kota Pekalongan.

Hingga Desember 2002 telah tercatat realisasi ekspor ke manca negara senilai $ 4.361.782,9, yang mana sebanyak $ 1.763.989,32 datang dari ekspor garment, $ 1.356.464,07 dari batik printing dan sarung batik, serta $ 1.136.982,90 didapat dari sektor ikan yang terdiri dari ikan kakap merah, ikan tuna steak dan ikan ikan lainnya.

Fasilitas sarana dan prasarana telekomunikasi sejak tahun 1998 hingga tahun 2002 terus mengalami kenaikan jumlah konsumen karena data yang ada di PT.Telkom Pekalongan ada 17.850 pelanggan sehingga juga telah mempengaruhi secara langsung jumlah pemakaian pulsa telepon dan terakhir jumlah pemakaian ada sekitar 104.270.2744 pulsa, ini juga didukung dengan pertumbuhan TUT (Teleon Umum Tunggu) dan Wartel (Warung Telekomunikasi) yang hingga tahun 2002 ada 257 TUT dan 35 Wartel.

4. Lingkungan Sosial Budaya

Kota Pekalongan merupakan kota pesisir yang seperti kebanyakan kota pesisir lainnya merupakan kota dagang. Sistem sosial budaya masyarakat di Pekalongan, tidak seperti kota-kota pedalaman Jawa, lebih terbuka. Masyarakat Pekalongan lebih leluasa mengungkapkan perasaan dan pendapatnya, tanpa merasa perlu terlalu “ewuh pakewuh” seperti kebanyakan masyarakat Jawa pedalaman. Apalagi jarak Pekalongan dengan kota-kota besar seperti Semarang dan Jakarta relatif dekat sehingga banyak kaum migran yang telah terpapar kehidupan kota besar dan membawa budaya tersebut ke kota asalnya, Pekalongan. Selain terbuka dan berjiwa wiraswasta, masyarakat kota Pekalongan juga terkenal religius. Hal ini Kota Pekalongan merupakan kota pesisir yang seperti kebanyakan kota pesisir lainnya merupakan kota dagang. Sistem sosial budaya masyarakat di Pekalongan, tidak seperti kota-kota pedalaman Jawa, lebih terbuka. Masyarakat Pekalongan lebih leluasa mengungkapkan perasaan dan pendapatnya, tanpa merasa perlu terlalu “ewuh pakewuh” seperti kebanyakan masyarakat Jawa pedalaman. Apalagi jarak Pekalongan dengan kota-kota besar seperti Semarang dan Jakarta relatif dekat sehingga banyak kaum migran yang telah terpapar kehidupan kota besar dan membawa budaya tersebut ke kota asalnya, Pekalongan. Selain terbuka dan berjiwa wiraswasta, masyarakat kota Pekalongan juga terkenal religius. Hal ini

5. Analisis Data Sosial, Budaya dan Ekonomi

Berdasarkan data-data sosial ekonomi tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa kondisi sosial ekonomi kota Pekalongan cukup mendukung adanya investasi baru di segala bidang. Apalagi tampak bahwa kondisi infrastruktur yang tersedia cukup memadai seperti sarana jalan yang cukup baik, sarana listrik dan telpon yang tersebar luas. Dipandang dari sudut pandang investasi di bidang kesehatan, hal ini amat mendukung karena akses terhadap pelayanan kesehatan menjadi semakin baik. Apabila ada masyarakat yang menderita sakit, maka infrastruktur yang memadai akan mempermudah perjalanannya ke Rumahsakit, atau menghubungi Rumahsakit terdekat lewat telepon. Adanya investasi baru, terutama dalam bidang kesehatan juga akan membantu menyerap tenaga kerja yang saat ini baru kurang lebih 19% dari penduduk, sehingga pada gilirannya akan lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, terdapat pula kemungkinan hambatan yang muncul karena masih cukup banyaknya masyarakat miskin yang ada di kota Pekalongan ini (lebih dari 50%). Cukup banyaknya masyarakat yang miskin menunjukkan bahwa sektor pelayanan kesehatan harus mendapat subsidi yang cukup tinggi dari pemerintah.

BAB III KINERJA BEBERAPA RUMAHSAKIT DI KOTA

PEKALONGAN & SEKITARNYA

Kinerja Rumahsakit dalam tulisan ini adalah kinerja Rumahsakit yang ada di kota Pekalongan dan sekitarnya baik milik pemerintah maupun milik swasta. Seperti diketahui bahwa di kota Pekalongan terdapat 5 Rumahsakit umum yang terdiri dari

1 Rumahsakit umum milik kabupaten Pekalongan dan 4 Rumahsakit umum milik swasta.

1. Sumber Daya Kesehatan Kota Pekalongan

Rasio tenaga medis tahun 2002 per 100.000 penduduk di kota Pekalongan sebesar 36,81 tenaga medis keperawatan (perawat dan bidan) dan 38,32 tenaga. Dengan jumlah tenaga seperti disebutkan, saat ini sarana kesehatan yang ada di kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pekalongan tahun 2002

No Sarana kesehatan

Jumlah

1. Rumahsakit pemerintah

1 buah (milik kabupaten Pekalongan)

2. Rumahsakit Swasta

4 buah

3. UPTK BP Paru

1 buah

4. Puskesmas Perawatan

6. Puskesmas Pembantu

8. BP Swasta

2 buah

9. RB Swasta

11. Toko obat

Sumber: data sekunder

Dari tabel diatas terlihat bahwa satu-satunya Rumahsakit pemerintah di kota Pekalongan adalah Rumahsakit daerah miliknya kabupaten Pekalongan. Dengan sarana kesehatan yang ada, menurut data tahun 2002 tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan institusi kesehatan kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Kategori Tenaga Kesehatan Kota Pekalongan Berdasarkan Institusi Kesehatan

DKK, Pusk, Bp 4,

Sarana Pelayanan

No. Kategori TenKes

Gudang Farmasi

Kesehatan lainnya

Jumlah

1 Dokter Spesialis

2 Dokter umum

3 Dokter Gigi

4 Apoteker/ Sarjana farmasi

5 Sarjana Kes. Masy

6 Sarjana Perawatan

7 Sarjana Non Kesehatan

8 ATRO/ ATEM

12 Akademi Analisis Kimia

13 Akademi Analisis Kesh

14 Ak. Analisis Farmasi

16 Sarmud. Non Kesehatan

17 SMAK

18 SPPH

19 Sekolah Analis Kimia

20 SPAG

21 SPRG/SPTG

22 SMF/SAA

23 SPK/SPR

25 Asisten Rongent

26 Paramedis Pembantu

27 Pekarya Kesehatan

Sumber: data sekunder (Renstra Kota Pekalongan 2001-2004)

Tabel diatas menggambarkan data tenaga kesehatan yang telah bekerja di institusi kesehatan. Ini artinya, apabila rencana pendirian Rumahsakit ini direalisasikan maka pemerintah kota Pekalongan harus mempersiapkan/merekrut tenaga kesehatan baru khususnya dokter umum, spesialis, perawat, dan tenaga lainnya.

2. Kinerja Pelayanan Rumahsakit di Kota Pekalongan & Sekitarnya

Kinerja pelayanan Rumahsakit di kota Pekalongan saat ini tercermin dalam jumlah kunjungan pasien (rawat jalan), jumlah hari perawatan dan BOR (rawat inap), dan

jumlah pemeriksaan/tindakan untuk penunjang medis. Hal ini selanjutnya dapat dilihat pada penjelasan berikut.

2.1. Instalasi Rawat Jalan

Gambar 1. Jumlah kunjungan pasien Rawat jalan Tahun 1996 - 2001

jumlah kunjungan rawat h 40.000

um 30.000 rata2 kunjungan rawat

jalan/hari

Sumber: data sekunder diolah

Gambar di atas, menunjukkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan di Rumahsakit, secara umum menunjukkan trend meningkat. Walaupun pada tahun

3 (1998) mengalami penurunan namun kemudian meningkat. Hal ini kemungkinan besar karena adanya pengaruh krisis moneter tahun 1998. Dari total jumlah kunjungan rawat jalan di Rumahsakit, diperoleh berbagai kasus yang terjadi seperti pada tabel berikut.

Tabel 7. Kasus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Untuk Umur 5 - 60 Tahun Di Kota

Pekalongan Tahun 2000

No. GOLONGAN SEBAB SAKIT

KASUS BARU

1 Cedera YTD lainnya YTT dan daerah badan multipel 1.541 868 (0,44) 2 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya

1.418 911 (0,36) 3 Feringitis akut

1.297 1.225 (0,06) 4 Demam yang tidak diketahui sebabnya

1.082 760 (0,30) 5 Diare, Gastro Enteritis oleh penyebab infeksi tertentu

815 720 (0,12) 6 Gastritis dan duodentis

644 655 0,02 7 Tuberkolosis paru lainnya

541 339 (0,37) 8 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya

480 345 (0,28) 9 Demam Tifoid dan Paratifoid

418 351 (0,16) 10 Demam Tifus

383 208 (0,46) 11 Migren dan sindrom nyeri kepala lainnya

335 192 (0,43) 12 Infeksi kulit dan jaringan subkutan

263 261 (0,01) 13 Varises Isofagus

(1,00) 14 Penyakit Isofagus, Lambung, Duodenum lainnya

(1,00) 15 Artritis reumatoid

202 165 (0,18) 16 Bronkhitis, emfiserna dan penyakit paru obstruktif kronik lainnya

187 341 0,82 17 Diabetes melitus tidak bergantung insulin

169 128 (0,24) 20 Penyakit sisitim kemih lainnya

146 112 (0,23) 21 Hipertensia esensial (primer)

367 - 22 Nyeri perut dan Panggul

125 - 23 Bronkitis akut dan bronkilitis akut lainnya

103 - 24 Penyakit lainnya

6.887 5.951 (0,14) JUMLAH

Sumber: data sekunder

Walaupun secara keseluruhan terjadi penurunan jumlah kasus, namun pada beberapa kasus terjadi peningkatan seperti gastritis dan duodentis, bronkitis, dan asma. Ada 3 kasus yang tidak ada di tahun sebelumnya yaitu hipertensi, nyeri perut dan panggul, dan bronkitis akut.

2.2. Instalasi Rawat Inap

Dalam tabel di bawah ini terlihat kinerja rawat inap Rumahsakit di kota Pekalongan plus Rumahsakit Kraton.

Tabel 8. PEMAKAIAN TEMPAT TIDUR RUMAH SAKITKOTA PEKALONGAN 2002 PEMAKAIAN SECARA UMUM

% HARI RUMAH SAKIT

JUMLAH

JML.HARI

DIGUNAKAN DGUNAKAN

0 0 BUDI RAHAYU

SITI KHODIJAH

0 0 BHAKTI WALUYO

Kabupaten Pekalongan

(Kraton) AL KAROMAH

Data: Data sekunder diolah Pada tabel diatas terlihat bahwa Persaingan pelayanan kesehatan khususnya

Rumahsakit di Kota Pekalongan cukup tinggi. Dengan 475 tempat tidur untuk 263.540 penduduk, berarti tiap 1 TT tersedia untuk 555 penduduk. Padahal standar WHO menyebutkan bahwa 1 TT tersedia untuk 1000 penduduk. Hal ini berarti bahwa apabila pendirian Rumahsakit hanya mengandalkan kota penduduk kota pekalongan saja maka akan sulit untuk mendapatkan pasar yang lebih baik.

Kinerja BOR dari tahun ke tahun dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. BOR tahun 1 (1996) – tahun 5 (2001)

Sumber: Data sekunder diolah

BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar merupakan salah satu aspek utama dalam suatu studi kelayakan pendirian Rumahsakit harus dikaji secara bersamaan dengan berbagai aspek lainnya secara lebih tajam. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak mungkin suatu produk atau pelayanan dapat dikembangkan jika tidak ada pangsa pasar yang akan menyerapnya. Hasil kajian terhadap aspek pasar ini akan membantu pengambil kebijakan untuk menentukan segmen mana yang akan dijadikan sebagai sasaran pengembangan produk atau layanan.

1. Kondisi Persaingan Pasar Rumahsakit di Kota Pekalongan

Persaingan pelayanan kesehatan khususnya Rumahsakit di Kota Pekalongan cukup tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan tampak bahwa RS yang telah ada di Kota Pekalongan mempunyai beberapa kelemahan- kelemahan yang dapat dijadikan titik tolak untuk menjadikan RS baru ini lebih unggul. Gambar-gambar berikut ini menggambarkan beberapa kelemahan tersebut :

Gambar 3. Lahan Parkir Rumahsakit

Gambar di atas menunjukkan bahwa RS tersebut mempunyai lahan parkir yang terbatas dan akses ke jalan besar juga terbatas. Hal ini dapat menjadi kelemahan karena akses adalah unsur utama yang harus dimiliki sebuah RS. Kamar-kamar di RS tersebut juga menunjukkan bahwa masih terdapat peluang untuk mengembangkan yang lebih baik.

Gambar 4. Ruang Kamar VIP Rumahsakit

Gambar di atas menunjukkan sebuah kamar VIP yang selama ini menjadi andalan dari RS tersebut dan menurut wawancara yang dilakukan seringkali penuh. Apabila terdapat kamar dengan desain yang lebih baik dari kamar di atas, tentunya akan lebih diminati oleh kalangan menengah ke atas. Gambar di bawah ini menunjukkan kondisi RS yang cukup laris di Kota Pekalongan.

Gambar 5. Tampilan Depan Rumahsakit Pekalongan

Dari penampilan luar yang cukup megah, RS ini dapat menjadi pesaing yang cukup berat bagi RS yang akan didirikan. Apalagi, akses jalan masuknya cukup baik. Demikian juga dengan kondisi kamarnya seperti tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 6. Ruangan Kamar Rumahsakit

Seperti juga di banyak RS lain, BOR kamar VIP lebih sering penuh dan bahkan terkadang harus menunggu. Namun demikian, kelemahan dari RS ini adalah akses UGD yang sempit dan kurang mendukung apabila terdapat pasien gawat darurat. Hal ini tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 7. Tampilan Luar dari Ruangan UGD

Dengan akses UGD seperti tampak pada gambar di atas, maka akan sulit apabila terdapat 2 kecelakaan sekaligus. Jalan menuju ruangan UGD yang sempit dan terlalu menanjak juga kurang aman bagi pasien kecelakaan atau kasus gawat darurat yang lain.

Rumahsakit lain di Kota Pekalongan ini, yang terbesar, juga mempunyai kelemahan dalam akses UGD nya seperti tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 8. Para Penjenguk Korban Kecelakaan

Gambar di atas diambil ketika terjadi kecelakaan. Tampak pada gambar di atas bahwa kerumunan orang yang melihat korban kecelakaan menutupi akses ke pintu yang sudah sempit. Rumahsakit di atas juga terletak agak jauh ke dalam kota sehingga kurang mendukung kemudahan akses pelayanan gawat darurat.

Kasus kecelakaan di Kota Pekalongan yang berada di jalur pantai utara yang padat ini sebenarnya cukup banyak seperti tampak pada tabel di bawah ini :

Tabel 9. BANYAKNYA ANGKA KECELAKAAN

(Berdasarkan data Banyaknya korban,Pembayaran klaim, dan Pendapatan dirinci menurut UU.No.33 da UU.No34 Tahun1964 Pada PT.Jasa Raharja (PERSERO) Pekalongan Tahun 2002

Bulan

UU.No.33/1964

UU.No.34/1964

Jml.Korban

Jml.Klaim

Jml.Korban

Jml.Klaim

Dari gambaran yang telah disebutkan di atas tampak bahwa pelayanan yang masih dapat dikembangkan dan masih merupakan kelemahan di RS lain adalah trauma centre dan pelayanan ruang VIP untuk kelas menengah ke atas.

Pilihan pendirian Rumahsakit dapat berupa Rumahsakit umum atau Rumahsakit khusus. Untuk kota Pekalongan, peluang untuk mendirikan Rumahsakit umum masih terbuka karena ratio jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah penduduk daerah cakupan masih lebih rendah daripada standar (analisis lebih lanjut dapat dilihat di bahasan tentang proyeksi kebutuhan tempat tidur untuk rawat inap). Selain itu, Rumahsakit umum lebih prospektif secara finansial karena menyediakan pelayanan paripurna. Rumahsakit khusus hanya akan melayani pasar khusus yang tentu saja jumlahnya lebih terbatas.

Sebagai Rumahsakit umum, nantinya juga dapat menjadi Rumahsakit rujukan karena selama ini rujukan puskesmas di kota Pekalongan masih ke Rumahsakit Kabupaten yang letaknya di Kota Pekalongan. Standar pelayanan minimal sebuah daerah otonom adalah tersedianya pelayanan kesehatan rujukan. Seperti telah dikemukakan di atas, Kota Pekalongan sudah membutuhkan pelayanan kesehatan yang sifatnya pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, bukan lagi pelayanan dasar karena indikator kesehatan menunjukkan bahwa masalah pelayanan dasar sudah diatasi oleh Puskesmas yang ada. Dengan adanya sebuah Rumahsakit umum, maka Kota Pekalongan akan dapat meningkatkan derajat kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik. Seperti diketahui kelompok masyarakat menengah ke atas, selama ini memanfaatkan pelayanan Rumahsakit di kota besar seperti Semarang. Apabila Kota Pekalongan dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai, mereka tidak perlu jauh-jauh berobat dan pada akhirnya aliran dana masyarakat tidak akan keluar dari Kota Pekalongan.

2. Faktor Pembeli

Pada masa lalu, konsumen di sektor kesehatan adalah konsumen yang pasif dan penurut. Bagaimanapun kualitas jasa pelayanan kesehatan yang ada, ramah atau tidak ramah, mereka tetap menerimanya karena kurangnya pengetahuan dan tidak banyaknya pillihan. Namun kondisi saat ini telah berubah. Oleh karena semakin banyaknya pilihan, konsumen rumah sakit saat ini adalah konsumen yang pemilih (choosy) dan cepat berubah pendirian. Mereka semakin cenderung menjadi konsumen yang penuh perhitungan, serta menuntut jasa pelayanan yang terbaik yang bisa diberikan. Selain itu, dengan adanya UU Perlindungan

Konsumen, maka konsumen mempunyai daya tawar yang lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dokter dan RS saat ini merupakan institusi yang rentan terhadap tuntutan hukum. Bila konsumen kurang mendapat informasi yang memadai tentang jasa pelayanan yang ada, salah paham dan saling tuntut dapat menjadi ancaman. Bila hal itu terjadi, maka citra RS akan menjadi taruhannya dan pesaing yang akan mendapat keuntungan. Beberapa Rumahsakit sudah mengantisipasi hal itu dengan produk penanganan keluhan yang komprehensif yang terintegrasi dengan bagian pemasaran RS.

Untuk dapat mengukur keinginan dan harapan konsumen atau pembeli pelayanan kesehatan di Kota Pekalongan, telah dilakukan survei kepada sejumlah pasien di beberapa RS di Kota Pekalongan. Survei ini bertujuan untuk menilai kekuatan tawar, terutama dari aspek kemauan dan kemampuan membayar, dari calon pembeli RS yang akan dibangun.

Dari hasil survei terhadap 103 responden yang sudah mengembalikan kuesioner tampak bahwa kemampuan membayar responden yang saat ini dirawat di berbagai RS cukup tinggi. Hal ini tampak pada rata-rata alokasi dana yang diperuntukkan untuk hal-hal yang sebenarnya bisa dialihkan untuk kesehatan yaitu rokok, kesehatan itu sendiri, rekreasi dan sumbangan seperti tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 10. Rata-rata Alokasi Dana Keterangan

Jumlah

Sewa rumah dan pemeliharaan rumah

Rekreasi dan Sumbangan sosial

Rp 93.226

Rekening listrik

Rp 57.967

Rekening telpon

Rp 129.196

Rekening air

Dari data di atas tampak bahwa total alokasi dana untuk rokok, kesehatan, rekreasi dan sumbangan sosial adalah sebesar Rp 322.956 per bulan. Hal ini cukup tinggi, terutama untuk rokok, mengingat dari beberapa penelitian sebelumnya dan angka SUSENAS, jumlah uang yang dialokasikan untuk rokok berkisar antara Rp 40.000 sampai dengan Rp 60.000. Dari angka yang diperoleh dari survei ini maka dapat dikatakan bahwa potensi pasar kesehatan di Pekalongan cukup baik karena kemampuan membayarnya cukup baik. Bila melihat kemauan membayar, maka tabel-tabel di bawah ini menunjukkan bahwa responden mempunyai kemauan yang kurang untuk membayar pelayanan kesehatan.

Tabel 11. Kurangnya Kemauan Membayar Pelayanan Kesehatan Responden

Keterangan

Jumlah

Setiap berobat ke dokter umum saya bersedia membayar 15.000 Setiap berobat ke dokter spesialis saya bersedia membayar

30.000 Setiap kali menebus obat di apotik saya bersedia membayar

50.000 Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari tanpa operasi (kamar klas III) kurang 1 juta Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari tanpa operasi (klas III)

kurang 1 juta Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari dan dioperasi (kamar klas III)

kurang 2 juta Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari dan dioperasi (kamar klas III)

2 juta Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari tanpa operasi (kamar VIP)

kurang 2 juta Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari tanpa operasi (kamar VIP)

kurang 2 juta Apabila saya dirawat inap kurang dari 3 hari dan dioperasi (VIP)

kurang 3 juta Apabila saya dirawat inap 3 sampai 5 hari dan dioperasi (VIP)

kurang 3 juta

Hal ini terutama tampak pada kemauan untuk membayar operasi yang jika dilihat maka kemauan tersebut amat kurang dibandingkan biaya rata-rata sesungguhnya bila dioperasi, apalagi di kamar VIP. Namun demikian, mengingat pelayanan kesehatan lebih tidak sensitif terhadap harga (sensitivitas harga rendah), kemauan yang rendah ini lebih menunjukkan bahwa segmentasi untuk Rumahsakit yang akan dibangun sebaiknya lebih fokus. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa manajemen RS yang akan didirikan nantinya harus profesional sehingga dapat meraih pasar yang cukup sulit ditembus ini.

Berdasarkan survei terhadap harapan pasien yang ada di Kota Pekalongan dan sekitarnya tampak bahwa sebagian besar mengharapkan adanya pelayanan yang baik serta murah. Hal ini tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 12. Harapan Konsumen akan Pelayanan Kesehatan

Proporsi responden

Harapan utama

yang berpendapat

Pelayanan yang baik

Fasilitas lengkap

15,3%

Letaknya strategis

Obat-obatan tersedia

0,5%

Ada pelayanan ASKES

0,5%

Ada tempat parkir luas

0,5%

Sumber: hasil survei diolah

Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat kota Pekalongan sudah lebih mengedepankan mutu pelayanan daripada harga yang murah. Hal ini berarti Rumahsakit yang akan dibangun sebaiknya lebih mengedepankan pelayanan yang berkualitas, walaupun dari segi harga harus kompetitif.

Hasil survei di atas menunjukkan gambaran pasar yang bersifat individual. Sebenarnya di Pekalongan juga terdapat peluang pasar yang bersifat kelompok yaitu mereka yang biaya kesehatannya ditanggung perusahaan tempat bekerja atau yang diasuransikan. Biasanya pasar ini menyukai tarif yang lebih pasti, tidak berubah-ubah dan mengingat mereka merupakan pembeli besar (borongan) maka mereka menginginkan harga khusus atau diskon. Dengan demikian Perusahaan dapat lebih memfokuskan diri pada core bisnis, urusan kesehatan karyawan di contracting out dan Perusahaan dapat merencanakan anggaran lebih jelas sehingga tidak mengganggu cashflow

Pasar kelompok adalah pasar yang selama ini sering kurang diperhatikan oleh Rumahsakit. Hal ini disebabkan karena pasar kelompok oleh sebagian Rumahsakit dianggap “merepotkan”, bahkan sebagian pasar kelompok yang berasal dari asuransi dianggap “merugikan”. Padahal sebenarnya “kerepotan” dan “kerugian” tersebut dapat diminimalisir kalau pihak Rumahsakit telah menguasai teknik penentuan tarif paket untuk pasar kelompok. Dengan demikian, RS dapat mempunyai posisi tawar yang lebih tinggi. Bila pasar kelompok tersebut tidak dapat memenuhi tarif yang disepakati, kontraknya tidak perlu diperpanjang lagi. Apabila RS telah dapat menguasai teknik penentuan tarif paket ini dan pihak perusahaan yang ingin mengontrak RS telah sepakat dan memahami tarif tersebut, maka keuntungan dari pihak Rumahsakit akan lebih banyak daripada melayani pasar individual karena RS telah memiliki captive market.

Mengingat kota Pekalongan dekat dengan daerah-daerah industri maka perlu diraih peluang pasar perusahaan atau asuransi kesehatan yang menjamin karyawan perusahaan. Rumahsakit yang akan didirikan untuk itu perlu menetapkan tarif paket karena tarif paket lebih disukai pasar khusus ini. Sistem pembayaran biasanya dapat dilakukan dengan cara klaim apabila ada karyawan yang sakit. Sistem klaim dapat dilakukan secara penggantian langsung (reimbursement), atau per hari rawat (daily charge) atau memberi RS tersebut sejumlah anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya per orang yang dijamin (kapitasi) atau per kelompok diagnosis (diagnosis related group).

3. Faktor Pendatang Baru

Intensitas persaingan semakin tinggi bila dalam waktu dekat akan segera dibangun RS baru. Ini berarti akan muncul pesaing baru dan ada kemungkinan pasar yang tadinya sudah dikuasai akan beralih ke pesaing tersebut. Bila hal itu terjadi, maka RS yang akan didirikan di Kota Pekalongan ini mungkin perlu membuat produk-produk yang dapat membuat pasar tetap setia atau produk- produk unggulan. Yang jelas, RS baru ini harus mempunyai pelayanan yang khas. Di Kota Pekalongan saat ini telah direncanakan pendirian sebuah Rumahsakit baru yang merupakan milik seorang dokter spesialis cukup terkenal. Ancaman ini cukup serius mengingat berdasarkan survei yang diadakan ternyata alasan utama untuk berobat ke RS adalah karena dirujuk oleh dokter, alasan berikutnya adalah karena pelayanan yang terkenal baik. Ini berarti bahwa faktor dokter perujuk amat mempengaruhi sehingga bila RS Baru yang merupakan milik salah seorang dokter tersebut nantinya berdiri maka dokter tersebut dapat dipastikan akan merujuk pasiennya ke Rumahsakitnya sendiri.

Gambar 9. Lokasi calon RS baru tersebut

4. Faktor Pemasok