Konsep Stres

6. Tingkat Stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang di alami seseorang. Menurut santrock (2003) tingkatan stres dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu : Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang di alami seseorang. Menurut santrock (2003) tingkatan stres dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :

b. Stres sedang Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan, mengharapkan sesuatu, atau anggota keluarga yang pergi dalam waktu lama.

c. Stres berat Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan financial dan penyakit fisik yang lama (Ramaita, 2010).

7. Pengukuran Tingkat Stres

Tingkat Stres adalah hasil penelitian terhadap berat ringan stres yang dialami seseorang. Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan kuisioner pengukuran tingkat stres CES-D(Center For Epidemiologic Studies Depression Scale) (Radoff, 1977 dalam Jovan, 2008) yang telah dimodifikasi yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan kisi-kisi kuisioner :

No soal

penyataan

1 Penyebab Stress

2 Reaksi Tubuh Terhadap Stress

Tabel 2.1 Kisi-kisi pertanyaan kuisioner tingkat stres. Tingkatan pada instrumen ini berupa ringan, sedang, berat. Interval Pengelompokantingkatstress ini dihitungberdasarkanjumlahskor total dari

20 item pertanyaanyang di kalikandenganskorterbesaryaitu 20x3=60. Untukmendapatkannilai

nilaimasing-masingtingkat stress makajumlahskor total di bagitigayaitu 60:3=20. Hasilperhitungantersebut di aplikasikankedalammasing-masingtingkat stress yaitu :

interval

Ringan bila skor 1 - 20 Sedang bila skor 21 - 40 Berat bila skor 41 – 60.

8. Faktor-faktor PenyebabStres

(1). Faktor Internal Yaitu, stressor yang berasal dari dalam diri individu sendiri. Ada beberapa hal yang merupakan stressor internal antara lain: (Sunaryo, 2004)

a. Kepribadian Seseorang dengan Tipe A memiliki ciri-ciri sebagai berikut: agresif, ambisius, senang bersaing, senang menyelesaikan pekerjaan dan kebiasaan berlomba dengan waktu. Pada waktu-waktu tertentu, mereka mampu menunjukkan kemampuan dan keefisienan mereka. Namun, bila dihadapkan dalam kondisi stressful, mereka tidak mampu lagi untuk mengendalikan diri dan kebingungan. Seseorang dengan Tipe B memiliki cirri-ciri yang berlawanan dengan Tipe A, yaitu : easygoing, tidak suka berkompetisi dan tenang.

b. Kognitif Kognitif juga dapat menjelaskan bagaimana jalannya seseorang dapat mengalami stres. Stres secara khusus dapat mempengaruhi individu secara pribadi dalam menerima dan menginterpretasikan suatu masalah.

(2). Faktor Eksternal Yaitu, stressor yang berasal dari luar diri individu. Beberapa stressor eksternal, antara lain: (2). Faktor Eksternal Yaitu, stressor yang berasal dari luar diri individu. Beberapa stressor eksternal, antara lain:

b. Faktor lingkungan (environmental stress) Lingkungan adalah tempat yang mengarah pada hal di sekeliling kita, ruang fisik yang dapat dirasakan dan tempat kita berperilaku. Byrne dan Clare (dalam Rice, 1992) mengemukakan pengertian stres lingkungan sebagai suatu kondisi sikap seseorang terhadap aspek-aspek tertentu dari lingkungan.

c. Faktor sosial (social source of stress) Perubahan sosial dapat dilihat dari perubahan gaya hidup (life- style changes), nilai-nilai dan tradisi-tradisi lama yang telah bergeser. Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi aborsi, kebebasan homoseksual, pernikahan yang kemudian membuat keluarga, masyarakat dan pemerintahan terpengaruh untuk mengikuti perubahan- perubahan tersebut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi stres individu (Sunaryo, 2004) adalah: Beberapa faktor yang mempengaruhi stres individu (Sunaryo, 2004) adalah:

9. Reaksi Fisiologi Terhadap Stres

Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal.

Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dan hipotalamus yaitu : Mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medulla adrenal, untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah.

Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus.

Kelenjar hipofisis . selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gala darah.

ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalarn respons fight or flight (dr. Suparyanto M.kes, 2011).