SKRIPSI VISKA LENGKAP pdf 1754836901

SKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR TAHUN 2014

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

VISKA SUCI RAMADHANI 101000214201032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN DAN MIPA UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SUMATERA BARAT BUKITTINGGI 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan stres dengan kejadian insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2014 ”

. Selamat serta salam kepada rasullah SAW atas cahaya islam yang telah beliau wariskan diakhir zaman. Penyusunan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Keperawatan di Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti telah banyak menerima motivasi, arahan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Bustannuddin Agus, MA selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

2. Bapak Mursyid, SKM, M. Kes (MMR) selaku Dekan Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

3. Ibu Ns. Betty, S. Kep selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

4. Ibu Elmi S.Kp,M.Kes. sebagai dosen pembimbing I yang telah ikhlas meluangkan waktu dan memberikan arahan serta masukan untuk peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ns. Ropika Ningsih M,Kep sebagai dosen pembimbing II yang ikhlas memberikan waktu, pikiran, dan perhatiannya untuk mengarahkan, menasehati dan mengajari sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Pihak Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batu Sangkar yang telah memberikan izin dalam mengambil data dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh staf dan dosen pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama dalam perkuliahan dan pembuatan skripsi.

8. Teristimewa ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik beserta keluarga yang tiada henti mendoakan dan memberi dukungan serta motivasi dalam setiap langkah peneliti.

9. Rekan-rekanku angkatan 2010 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan dan MIPA UMSB Bukittinggi yang telah memberikan do’a, dukungan

dan masukan yang sangat berguna untuk skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga segala amal, kebaikan, dan pertolongan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat berkah dari Allah SWT. Peneliti mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan berguna untuk pengembangan ilmu dikemudian hari.

Bukittinggi, Juli 2014

Peneliti

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 : DefenisiOperasional ....................................................................... 42

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema4.1:KerangkaTeori................................................................................. 40

Skema 3.1 : Kerangka Konsep ......................................................................... 41

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 :Planning Of Action (POA) Lampiran 2:PermohonanMenjadiResponden Lampiran3 :PersetujuanMenjadiResponden Lampiran 4:HalamanPernyataanOrisinilitas Lampiran 5: Kuesioner Lampiran6 :LembarKonsultasiBimbingan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN DAN MIPA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARATBUKITTINGGI

Skripsi, Juli 2014 Viska Suci Ramadhani

Hubungan Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar 2014

Viii+ 63 Halaman + 7 Tabel + 2 Skema + 10 Lampiran

ABSTRAK

Insomnia adalah persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup tidur atau kualitas tidur yang buruk karena satu atau lebih hal berikut, kesulitan mengawali tidur, sering terbangun tengah malam dan susah untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, atau tidur yang tidak segar. Stres memegang peranan utama terhadap kecendrungan insomnia, stres akan menyebabkan beberapa otot mengalami ketegangan sehingga mengaktifkan system saraf simpatis. Aktifnya saraf simpatis menyebabkan kita tidak dapat santai atau rileks sehingga tidak dapat memunculkan rasa kantuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian insomnia. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar dengan 60 responden.

Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan desain penelitian cross sectional. pengumpulan data dilakukan tanggal Maret sampai Juli 2014. Teknik pengambilan sample adalah total sampling. Data insomnia diukur dengan alat ukur insomnia Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta – Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS) yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia dan stres dengan kuisioner pengukur stres (CES-D) yang telah dimodifikasi sesuai kondisi lansia.

Analisa hasil penelitian dengan uji chi - square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara stres dengan insomnia dengan nilai p = 0,000 (P<0,05) dan OR=23,467 dengan arah hubungan positif. Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara stress dengan kejadian insomnia

Disarankan kepada perawat di PSTW untuk memberikan bimbingan konseling karena kondisi psikologis dapat mempengaruhi insomnia.

Kata kunci

: Insomnia, Stres, Lansia

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan).Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memperhatikan stresor atau penyebab tertentu (Isaacs 2004).

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan (Sunaryo 2004). Menurut (Suparyanto 2011) stres yang terjadi pada lansia berhubungan dengan kematian pasangan, status sosial ekonomi, penyakit, isolasi sosial dan spiritual, perubahan kedudukan, pensiun serta menurunnya kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan stres pada lansia.

Stres akan mempengaruhi kerja daerah raphe nucleus, yaitu daerah yang mengatur proses emosi yang ternyata memberi dampak terhadap daerah hypotalamus di otak tepatnya di SCN (Supra Chiasmatic Nucleus) yaitu daerah Stres akan mempengaruhi kerja daerah raphe nucleus, yaitu daerah yang mengatur proses emosi yang ternyata memberi dampak terhadap daerah hypotalamus di otak tepatnya di SCN (Supra Chiasmatic Nucleus) yaitu daerah

Rafnowledge (2004) mengatakan, semakin tinggi stress pada lansia maka kebutuhan waktu tidur akan berkurang. Pemimpin klinik insomnia di Stanford AS, Dr. Nino Murcia mengatakan hal ini disebakan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi system saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa terjaga (Ridoaja, 2008).

Rafknowledge (2004) Mengatakan Perubahan usia datang tanpa disadari, seperti lewatnya sebuah musim. Pelan-pelan semakin bertambah usia manusia. Lansia mulai sadar kalau penglihatan tak lagi tajam dan kualitas pendengaran semakin berkurang. Seiring waktu yang sama, pengalaman tidur lansia pun berubah. Meski begitu ini tidak berarti kalau kebutuhan tidur menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Kenyataannya hasil penelitian membuktikan kebutuhan tidur adalah konstan disepanjang usia.

Salah satu masalah kesehatan yang banyak dihadapi kelompok lanjut usia adalah insomnia (susah tidur) (Yerly, 2009). Di Indonesia setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya keluhan susah tidur (insomnia) dan sekitar 17% mengalami keluhan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. (Irawan, 2009).

Menurut Zorick (1994 dikutip dari Potter & Perry, 2005) insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering Menurut Zorick (1994 dikutip dari Potter & Perry, 2005) insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering

Seseorang dapat mengalami insomnia akibat stres situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang di cintai (Potter & Perry, 2005). Insomnia akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup (Potter & Perry, 2005).

Begitu dampak insomnia bagi kesehatan dapat mengakibatkan kematian. Sebuah studi yang telah dilakukan selama 14 tahun di Peen State dan melibatkan 1741 pria dan juga wanita menunjukkan bahwa pria yang menderita insomnia memiliki resiko angka kematian 4 kali lebih besar dari pada pria yang memiliki siklus tidur normal selama 6 jam dan dr. N. Vgontzas dan timnya juga menemukan bahwa baik wanita maupun pria dengan insomnia lebih sering mengalami tekanan darah lebih tinggi, diabetes, dan defisit neurokognitif jika dibandingkan dengan mereka yang tidur secara normal. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti di Peen State, dr. Alexandros N. Vgontzas dan rekan-rekannya. (DokterUmum.net,Hati-Hati Insomnia Dapat Menyebabkan Kematian, 2013).

Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Cubadak Batusangkar merupakan salah satu tempat untuk merawat lansia di Sumbar dengan jumlah lansia 70 orang, 28 orang wanita dan 42 orang laki-laki. Dari survey awal yang Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Cubadak Batusangkar merupakan salah satu tempat untuk merawat lansia di Sumbar dengan jumlah lansia 70 orang, 28 orang wanita dan 42 orang laki-laki. Dari survey awal yang

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan stres dengan kejadian insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Cubadak Batusangkar tahun 201

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan stress dengan kejadian Insomnia pada lansia di Panti Asuhan Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan stres dengan kejadian insomnia pada lansia di PantiSosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui tingkat stres lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

b. Diketahui distribusi frekuensi kejadian insomnia lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

c. Diketahui hubungan stres dengan kejadian insomnia lansia di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sebagai bahan masukan dalam menangani dan merawat pasien lansia,khususnya yang mengalami stres dan insomnia.

2. Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan, khususnya keperawatan gerontik.

3. Bagi Peneliti / peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama yang terkait dengan penanganan insomnia pada lansia yg disebabkan oleh stres.

E. RuangLingkup

stress dengankejadian insomniapadalansia di PSTW KasihSayangIbuBatuSangkar 2014. Penelitianinidilakukandi

Penelitian

inimembahasmengenaihubungan

BatuSangkartahun 2014.Populasidalampenelitianiniadalahlansia

berada di PSTW KasihSayangIbuBatuSangkar

yang

TeknikpengambilansampelmenggunakanTotal sampling, Teknikpengumpulan datamenggunakanangket. Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, scoring, entry dan cleaning. Analisa data diolah dengan menggunakan program komputerisasi dan dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik yaitu uji chi-square (p< 0,05)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lanjut Usia

a. Defenisi Lanjut Usia

Dalam Undang-Undang RI No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dengan tegas dinyatakan bahwa yang disebut lansia (lanjut usia) adalah laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Dalam usia ini, kemampuan fisik dan kognitif manusia sangat menurun (Depsos, 1998).

Menurut J.Wsantrock( 2002, h.190)ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan. Penggolongan lansiamenurutDepkes di kutipdariAzis (1994) menjadi tiga kelompok yakni, Menurut J.Wsantrock( 2002, h.190)ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan. Penggolongan lansiamenurutDepkes di kutipdariAzis (1994) menjadi tiga kelompok yakni,

b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, lanjut usia merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal (Kumpulan Materi, 2012).

b. Batasan-batasan Lanjut Usia

Menurut WHO, usia pertengahan “ middle age “ yaitu sekelompok usia 45- 59 tahun. Usia lanjut “ elderly “ antara 60-74 tahun. Usia tua “ old “ antara 75- 90 tahun. Usia sangat tua “ very old “ diatas 90 tahun (Ramaita, 2005).

c. Gangguan Kesehatan Yang Sering Diderita Lanjut Usia

Penyakit yang sering timbul pada lansia adalah immobility/ tidak dapat bergerak, instability/ berdiri dan berjalan tidak stabil/ mudah jatuh, intellectual impairment / gangguan intelektual, isolation/ depresi, insomnia/ susah tidur, impotence/ impotensi, immune deficiency/ daya tahan tubuh, infection / infeksi, inanition/ kurang gizi, iatrogenesis/ penyakit akibat obat- obatan, impaction/ konstipasi, impairment of vision, hearing, taste, smell, Penyakit yang sering timbul pada lansia adalah immobility/ tidak dapat bergerak, instability/ berdiri dan berjalan tidak stabil/ mudah jatuh, intellectual impairment / gangguan intelektual, isolation/ depresi, insomnia/ susah tidur, impotence/ impotensi, immune deficiency/ daya tahan tubuh, infection / infeksi, inanition/ kurang gizi, iatrogenesis/ penyakit akibat obat- obatan, impaction/ konstipasi, impairment of vision, hearing, taste, smell,

B. Konsep Tidur

1. Definisi Tidur

Tidur adalah proses biologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur-terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respons prilaku (Potter & Perry, 2005).

Menurut teori tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005).

2. Tujuan Tidur

Menurut hodgson, 1991 (di kutip dari Potter & Perry, 2005) kegunaan tidur masih belum jelas, namun di yakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan.

Menurut Anch dkk, 1988 (di kutip dari Potter & Perry 2005) Teori Lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi tubuh.

Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin, selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM (nonrapid eye movement tahap IV), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel khusus seperti sel otak.

Sintesa protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung terjadi juga selama tidur dan istirahat (Potter & Perry, 2005).

Pada tidur REM (rapid eye movement) terjadi perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin, sehingga membantu penyimpanan memori dan pembelajaran maka tidur REM penting untuk pemulihan koqnitif. Tanpa kebutuhan tidur dan istirahat yang cukup, konsentrasi dan pengambilan keputusan akan menurun (Potter & Perry, 2005). Menurut Oswold, 1984 (dikutip dari Potter & Perry, 2005) kegunaan tidur yang lain adalah selama tidur tubuh akan menyimpan energi.

3. Siklus Tidur Normal

a. Fisiologi Tidur Normal

Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7½ jam untuk tidur setiap malam. Walaupun demikian, ada beberapa orang yang membutuhkan tidur lebih atau kurang. Tidur normal dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia. Seseorang yang berusia muda cenderung tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan lansia.

Waktu tidur lansia berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan. Fisiologi tidur dapat dilihat melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel otak selama tidur. Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan Waktu tidur lansia berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan. Fisiologi tidur dapat dilihat melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel otak selama tidur. Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan

Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena dihubungkan dengan bermimpi atau tidur paradoks karena EEG aktif selama fase ini. Tidur NREM disebut juga tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadia ini bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70 120 menit. Secara umum ada 4-6 siklus REM yang terjadi setiap malam. Periode tidur REM I berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang. tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3,4.(Ebook Yuflihul KhairAsuhan keperawatan pada lansia dengan masalah gangguan tidur , 2011).

a) Stadium 0 Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata menutup. Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12 siklus per detik. Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan meningkatnya rasa kantuk. Pada fase mengantuk terdapat gelombang alfa campuran.

b) Stadium 1 Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium 1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki sekitar 5% dari total waktu tidur. Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta, tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun, berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur.

c) Stadium 2 Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan kompleks K. Kumparan tidur adalah gelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12-14 siklus per detik. Kompleks K yaitu gelombang tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh gelombang lebih lambat, frekuensi 2-3 siklus per menit, aktivitas positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal. Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur.

d) Stadium 3 Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata.

e) Stadium 4 Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium

3 dan 4 sulit dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3. Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini menghabiskan sekitar 10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga awal malam dengan setengah malam. Durasi tidur ini meningkat bila seseorang mengalami deprivasi tidur. Tidur REM ditandai dengan rekaman EEG yang hampir sama dengan tidur stadium 1. Pada stadium ini terdapat letupan periodik gerakan bola mata cepat,refleks tendon melemah. (Ebook Yuflihul Khair, Asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah gangguan tidur , 2011).

Gangguan Tidur Lanjut Usia. Tekanan darah dan nafas meningkat. Pada pria terjadi ereksi penis. Pada tidur REM terdapat mimpi-mimpi. Fase ini menggunakan sekitar 20%-25% waktu tidur. Ratensi REM sekitar 70-100 menit pada subyek normal tetapi pada penderita depresi, gangguan makan, skizofrenia, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan penggunaan alkohol durasinya lebih pendek.

Sebagian tidur delta (NREM) terjadi pada separuh awal malam dan tidur REM pada separuh malam menjelang pagi.

Tidur REM dan NREM berbeda dalam hal dimensi psikologik dan fisiologik. Tidur REM dikaitkan dengan mimpi-mimpi sedangkan tidur NREM dengan pikiran abstrak. Fungsi otonom bervariasi pada tidur REM tetapi lambat atau menetap pada tidur NREM. Jadi, tidur dimulai pada stadium 1, masuk ke stadium 2, 3, dan 4. Kemudian kembali ke stadium 2 dan akhirnya masuk ke periode REM 1, biasanya berlangsung 70-90 menit setelah onset. Pergantian siklus dari NREM ke siklus REM biasanya berlangsung 90 menit. Durasi periode REM meningkat menjelang pagi.

Kondisi tidur siang hari dapat dinilai dengan multiple sleep latency test (MSLT). Subyek diminta untuk berbaring di ruangan gelap dan tidak boleh menahan kantuknya. Tes ini diulang beberapa kali (lima kali pada siang hari). Latensi tidur yaitu waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tidur.Waktu ini diukur untuk masing-masing tes dan digunakan sebagai indeks fisiologik tidur. Kebalikan dari MSLT yaitu maintenance of wakefulness test (MWT). Subyek ditempatkan di dalam ruangan yang tenang, lampu suram, dan diinstruksikan untuk tetap terbangun. Tes ini juga diulang beberapa kali. Latensi tidur diukur sebagai indeks kemampuan individu untuk mempertahankan tetap bangun (Ebook Yuflihul Khair, 2011).

4. Fisiologi Tidur Lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia (Bliwise, 1993 Dikutip dari Potter & Perry, 2005). Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara lansia, sering kali akibat keberadaan penyakit kronik yg lain (Evans dab Rogers, 1994 dikutip dari Potter & Perry, 2005).

C. Konsep Insomnia

1. Pengertian Insomnia

Menurut Zorick, (1994) Insomnia adalah gejala yang di alami oleh klien yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif (Dikutip dari Potter & Perry, 2005).

Insomnia menurut Chaplin (2001) adalah ketidakmampuan yang kronis untuk tidur.Menurut sigmund, (2000), insomnia adalah suatu penyakit gangguan tidur yang mencakup setiap sistem, gangguan pada setiap fungsi, dalam kegelapan, dalam kesunyian, dan kesendirian malam, semua ini disebabkan oleh masalah kecemasan, timbul bersamaan dengan energi yang berlebihan serta dihantui oleh perasaan tidak bersemangat.Sedangkan menurut Silber (2005), insomnia didefinisikan sebagai kesulitan dengan inisiasi pemeliharaan durasi atau kualitas dari tidur yang mengakibatkan aktifitas di siang hari terganggu, meskipun memiliki kesempatan dan situasi yang memadai untuk tidur(Dikutip dari Potter & Perry, 2005).

Erliana (2009), berpendapat kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari hal berikut ini: sulitmemasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak.

Dari berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa insomnia merupakan suatu ketidakmampuan atau penyakit gangguan yang kronis untuk tidur, mencakup setiap system yang disebabkan oleh masalah kesemasan, Dari berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa insomnia merupakan suatu ketidakmampuan atau penyakit gangguan yang kronis untuk tidur, mencakup setiap system yang disebabkan oleh masalah kesemasan,

2. Faktor-Faktor Penyebab Insomnia

Menurut Rafknowledge (2004) secara garis besar ada beberapa faktor yang menyebabkan insomnia yaitu:

a. Stress, individu yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi

b. Depresi, selain mnyebabkan insomnia, depresi juga menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi, depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.

c. Kelainan-kelainan kronis, kelainan tidur seperti tidur apnea, diabetes, sakit ginjal, arthritis, atau penyakit mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.

d. Efek samping pengobatan, pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab insomnia.

e. Pola makan yang buruk, mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergi tidur bisa menyulitkan untuk tertidur

f. Kafein, nikotin, dan alkohol. Kafein dan nikotin adalah zat stimulant. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur

g. Kurang berolah raga juga bisa menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.

3. Jenis-jenis Insomnia

Menurut Kaplan (2007), insomnia dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu:

a. Transient insomnia Mereka yang menderita transient insomnia biasanya adalah mereka yang termasuk orang yang tidur secara normal, tetapi di-karenakan suatu stres atau suatu situasi penuh stres yang ber-langsung untuk waktu yang tidak terlalu lama (misalnya perjalanan jauh dengan pesawat terbang yang melampaui zona waktu, hospitalisasi, dan sebagainya), tidak bisa tidur. Pemicu utama dari transient insomnia yaitu, penyakit akut, cedera atau pembedahan, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, perubahan cuaca yang ekstrim, menghadapi ujian, perjalanan jauh, masalah dalam pekerjaan.

b. Short-term insomnia. Mereka yang menderita short-term insomnia adalah mereka yang mengalami stres situasional (kehilangan/kematian seorang yang dekat, perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, pemindahan dan lingkungan tertentu ke lingkungan lain, atau penyakit fisik). Biasanya insomnia yang demikian itu lamanya sampai tiga minggu dan akan pulih lagi seperti biasa.

c. Long-term insomnia Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term insomnia. Untuk dapat mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan fisik dan psikiatrik yang terinci dan komprehensif c. Long-term insomnia Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term insomnia. Untuk dapat mengobati insomnia jenis ini maka tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan fisik dan psikiatrik yang terinci dan komprehensif

4. Tingkat Insomnia

Akoso (2009) menyatakan ada 3 tingkatan insomnia yaitu :

a. Insomnia akut/ringan Insomnia yang berlangsung beberapa malam hingga beberapa hari.

b. Insomnia sedang Insomnia yang biasanya berlangsung kurang dari tiga minggu.

c. Insomnia berat/kronik Insomnia yang terjadi setiap saat, menimbulkan penderitaan dan berlangsung sebulan atau lebih (kadang-kadang bertahun-tahun).

5. Tanda dan Gejala Insomnia

a. Kesulitan tidur secara teratur

b. Jatuh tidur atau merasa lelah di siang hari

c. Perasaan tidak segar atau merasa lelah setelah baru bangun

d. Bangun berkali-kali saat tidur

e. Kesulitan jatuh tertidur e. Kesulitan jatuh tertidur

g. Bangun dan memiliki waktu yang sulit jatuh kembali tidur

h. Bangun terlalu dini

i. Masalah berkonsentrasi Berapa banyak tidur yang dibutuhkan tubuh bervariasi dari satu orang ke orang lain. Kebanyakan orang dewasa membutuhkan antara tujuh dan delapan jam setiap malam. Gejala insomnia biasanya berlangsung satu minggu dianggap insomnia sementara. Gejala berlangsung antara satu dan tiga minggu dianggap insomnia jangka pendek dan gejala penguat lebih dari tiga minggu diklasifikasikan sebagai insomnia kronis. Orang yang menderita insomnia biasanya terus berpikir tentang bagaimana untuk mendapatkan lebih banyak tidur, semakin mereka mencoba, semakin besar penderitaan mereka dan menjadi frustrasi yang akhirnya mengarah pada kesulitan yang lebih besar (Prmob.net, 2012).Akoso (2009)

6. Dampak Insomnia bagi Kesehatan

a. Gangguan fungsi mental Insomnia dapat mempengaruhi konsentrasi dan memori dan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan tugas sehari-hari.

b. Stres dan depresi Insomnia meningkatkan aktivitas hormon dan jalur di otak yang menyebabkan stres, dan perubahan pola tidur telah terbukti secara b. Stres dan depresi Insomnia meningkatkan aktivitas hormon dan jalur di otak yang menyebabkan stres, dan perubahan pola tidur telah terbukti secara

c. Sakit kepala Sakit kepala yang terjadi pada malam hari atau dini hari mungkin berhubungan dengan insomnia.

d. Penyakit jantung Sebuah studi menunjukkan bahwa orang dengan insomnia kronis mengalami tanda-tanda aktivitas jantung dan sistem saraf yang dapat menempatkan mereka pada risiko penyakit jantung.

e. Kecelakaan Penelitian telah menunjukkan bahwa insomnia memainkan peran utama dalam kecelakaan mobil. Setiap tahun, lebih dari 100.000 kecelakaan mobil di jalan raya disebabkan oleh kantuk atau insomnia. (Zona kesehatan, 2012).

f. Kematian dini Insomnia yang dipicu kelainan genetik Fatal Familial Insomnia bisa memicu dampak yang benar-benar fatal, yakni kematian. Kelainan bawaan yang dicirikan dengan susah tidur ini mempengaruhi fungsi otak hingga kehilangan memori dan sulit mengendalikan gerakan. Pasien bisa meninggal karena kelelahan parah setelah berbulan-bulan tidak bisa tidur nyenyak, ditambah tremor atau gemetaran seluruh badan.

g. Kecenderungan untuk bunuh diri Sebuah penelitian pada remaja mengungkap, kebiasaan tidur larut malam berhubungan dengan peningkatan risiko depresi sebesar 24 persen dan kecenderungan bunuh diri sebanyak 20 persen. Bukan itu saja, insomnia atau susah tidur juga banyak dikaitkan dengan peningkatan risiko paranoia atau ketakutan berlebihan serta gangguan jiwa bipolar.

h. Darah tinggi dan penyakit kronis lainnya Para ilmuwan di Henry Ford Center of Sleep Disorder membuktikan, makin lama waktu yang dibutuhkan sejak berbaring hingga terlelap bisa berarti semakin tinggi pula risiko kematian hipertensi atau tekanan darah tinggi. Demikian juga yang tidurnya tidak nyenyak, makin sering terbangun di tengah malam risiko hipertensi juga makin meningkat.

Selain hipertensi, berbagai penyakit kronis lainnya juga sering dikaitkan dengan riwayat insomnia. Di antaranya yang masih berkaitan dengan hipertensi adalah serangan jantung, lalu diabetes, obesitas dan kanker payudara.

i. Perilaku aneh saat tidur Penderitaan yang menyertai insomnia tidak berhenti pada usaha keras dan mati-matian saat mau tidur saja. Begitu jatuh tertidur, berbagai gangguan perilaku saat tidur bisa muncul sebagai akibat dari kurang tidur pada malam-malam sebelumnya. Mulai dari ngelindur (sleep talking),

SMS sambil tidur (sleep texting), hingga berhubungan seks tanpa sadar sambil tidur atau dikenal dengan istilah seksomnia.

j. Gangguan pendengaran Memang tidak banyak orang yang jadi tuli hanya karena insomnia atau susah tidur. Namun bagi yang memiliki riwayat tinnitus atau telinga berdenging, kurang tidur akibat gangguan insomnia bisa memperburuk kondisi itu dan jika tidak diatasi bukan mungkin bisa berakhir jadi tuli permanen (Waspada online, 2012).

7. Alat Ukur Insomnia

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur insomnia dari subjek adalah menggunakan KSPBJ-IRS (Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta – Insomnia Rating scale) (Iskandar & Setyonegoro, 1985) (Ramaita JURNAL FK UNAND 2010)yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia. Alat ukur ini mengukur insomnia secara terperinci. Berikut merupakan butir-butir dari KSPBJ Insomnia Rating Scale yang telah di modifikasi dan nilai scoring dari tiap item yang dipilih oleh subjek adalah sebagai berikut :

a. Lamanya Tidur Butir ini mengevaluasi jumlah tidur total, nilai butir ini tergantung dari lama nya subjek tertidur dalam satu hari. Untuk subjek normal tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan pada penderita a. Lamanya Tidur Butir ini mengevaluasi jumlah tidur total, nilai butir ini tergantung dari lama nya subjek tertidur dalam satu hari. Untuk subjek normal tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan pada penderita

Nilai 0 untuk jawaban tidur lebih dari 6,5 jam,nilai 1 untuk jawaban tidur antara 5,5-6,5 jam untuk insomnia ringan,nilai2 untuk jawaban tidur antara 4,5-5,5 jam untuk insomnia sedang,nilai 3 untuk jawaban tidur antara 4,5 jam untuk insomnia berat.

b. mimpi Subjek normal biasanya tidak bermimpi atau tidak mengingat bila ia mimpi, sedangkan penderita insomnia mempunyai mimpi yang lebih banyak. Nilai yang diperoleh untuk setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban tidak ada mimpi,nilai 1 untuk jawaban terkadang mimpi yang menyenagkan atau mimpi biasa saja,nilai 2 untuk jawaban selalu bermimpi,nilai 3 untuk jawaban mimpi buruk

c. Kualitas Tidur Kebanyakan subjek normal tidur nya dalam, sedangkan penderita insomnia biasanya tidur dangkal. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah:

Nilai 0 untuk jawaban dalam atau sulit terbangun,nilai 1 untuk jawaban terhitung tidur yang baik, tetapi sulit terbangun,nilai 2 untuk jawaban terhitung tidur yang baik, tetapi mudah terbangun,nilai 3 untuk jawaban tidur dangkal, mudah terbangun.

d. Masuk Tidur Subjek normal biasanya dapat tidur dalam waktu 5-15 menit atau rata-rata kurang dari 30 menit. Penderita insomnia biasanya lebih lama dari 30 menit. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah :

Nilai 0 untuk jawaban kurang dari ½ jam, nilai 1 untuk jawaban antara ½ jam sampai 1 jam untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban antara 1-3 jam untuk insomnia sedang,nilai 3 untuk jawaban lebih dari 3 jam untuk insomnia berat

e. Terbangun malam hari Subjek normal dapat mempertahankan tidur sepanjang malam, kadang-kadang terbangun 1-2 kali, tetapi penderita insomnia terbangun lebih dari 3 kali. Nilai yang di peroleh dalam setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban tidak terbangun sama sekali,nilai 1 untuk jawaban 1-2 kali terbangun untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban 3-4 kali terbangun untuk insomnia sedang,nilai 3 untuk jawaban lebih dari 4 kali terbangun untuk insomnia berat

f. Waktu untuk tertidur kembali Subjek normal mudah sekali untuk tidur kembali setelah terbangun dimalam hari, biasanya kurang dari 5 menit/ ½ jam mereka dapat tidur kembali. Penderita insomnia memerlukan waktu yang f. Waktu untuk tertidur kembali Subjek normal mudah sekali untuk tidur kembali setelah terbangun dimalam hari, biasanya kurang dari 5 menit/ ½ jam mereka dapat tidur kembali. Penderita insomnia memerlukan waktu yang

Nilai 0 untuk jawaban kurang dari 5/½ jam,nilai 1 untuk jawaban antara ½ jam –1 jam untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban antara 1-3 jam untuk insomnia sedang,nilai 3 untuk jawaban lebih dari 3 jam atau tidak dapat tidur lagi untuk insomnia berat

g. Lamanya tidur setelah terbangun Subjek normal biasanya dapat tertidur kembali setelah bangun, sedangkan penderita insomnia tidak dapat tidur kembali atau tidur hanya ½ jam. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban lama tidur lebih dari 3 jam,nilai 1 untuk jawaban lama tidur antara 1-3 jam,nilai2 untuk jawaban lama tidur ½-1 jam,nilai 3 untuk jawaban lama tidur kurang dari ½ jam.

h. Lamanya gangguan tidur terbangun pada malam hari Subjek normal biasanya tidak mengalami gangguan tidur terbangun malam hari atau hanya 1 malam, tetapi penderita insomnia biasanya mengalami gangguan tidur selam 7 hari, sebulan tergantung dari berat insomnia nya. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban lama gangguan tidur terbangun dini hari tidak sama sekali atau 1pagi,nilai 1 untuk jawaban 2-7 hari untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban 2-4 minggu untuk insomnia Nilai 0 untuk jawaban lama gangguan tidur terbangun dini hari tidak sama sekali atau 1pagi,nilai 1 untuk jawaban 2-7 hari untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban 2-4 minggu untuk insomnia

i. Terbangun dini hari Subjek normal dapat terbangun kapan ia ingin bagun, tetapi penderita insomnia biasanya bangun lebih cepat (misal 1-2 jam sebelum waktu untuk bangun). Biasanya rat-rata subjek normal terbangun 4.30 wib. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban adalah : Nilai 0 untuk jawaban bangun jam 4.30,nilai 1 untuk jawaban bangun jam 4.00 untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban bangun jam 3.30 dan tidak dapat tidur lagi untuk insommnia sedang,nilai 3 untuk untuk jaawaban bangun sebelum 3.30 dan tidak dapat tidur lagi untuk insomnia berat.

j. Lamanya perasaan tidak segar setiap bangun pagi Subjek normal merasa segar setelah tidur di malam hari, akan tetapi penderita insomnia biasanya bangun tidak segar atau lesu dan perasaan ini biasanya dialami selam 7 hari, sebulan, bahkan berbulan-bulan tergantung berat insomnia nya. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban :

Nilai 0 untuk jawaban lamanya perasaan tidak segar setiap bangun pagi tidak ada,nilai 1 untuk jawaban 2-7 hari untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban 2-4 minggu untuk insomnia sedang,nilai 3 Nilai 0 untuk jawaban lamanya perasaan tidak segar setiap bangun pagi tidak ada,nilai 1 untuk jawaban 2-7 hari untuk insomnia ringan,nilai 2 untuk jawaban 2-4 minggu untuk insomnia sedang,nilai 3

a) Insomnia ringan

: 11-17

b) Insomnia sedang

: 18-24

c) Insomnia berat

: 25-33

D. Konsep Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis padaseseorang.Stres membutuhkan koping dan adaptasi.Sindrom adaptasi umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif.Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004).

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka disebut mengalami distres (Hawari 2001).

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiranpadalansia yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan (Sunaryo, 2004).

2. Proses Terjadinya Stres

Epinesfrim (adrenalin), suatu hormon stres, dilepaskan dari kelenjar adrenal. Hormon ini bersama hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kecepatan pernafasan, dan mengubah proses tubuh lainnya. Hasil respon stres adalah kewaspadaan, kesadaran, keadaan tegang yang mempersiapkan seseorang untuk menghadapi bahaya. Setelah kondisi stres terlewati, tubuh berelaksasi dan kembali normal (Swarth, 2002).

Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luiar batasan kemampuan mereka untuk memenuhoi tuntutan tersebut. Pandangan dari patel (1996), stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa di sebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan –tantangan ( challenge ) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman ( threat ), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungan, dengan demikian, bisa di Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luiar batasan kemampuan mereka untuk memenuhoi tuntutan tersebut. Pandangan dari patel (1996), stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa di sebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan –tantangan ( challenge ) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman ( threat ), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungan, dengan demikian, bisa di

3. Macam-Macam Stres

Kondisi stres seseorang dapat dikelompokkan (Hawari, 2001) menjadi dua macam:

a. Kondisi eustres (tidak stres): seseorang yang dapat mengatasi stres dan tidak ada gangguan pads fungsi organ tubuh.

b. Kondisi distress (stres): pads saat seseorang menghadapi stres tedadi gangguan pada 1 atau lebih organ tubuh sehingga prang tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

4. Tipe Kepribadian yang Rentan Terkena Stres

Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan).Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional). Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan (over confidence). Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic). Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter). Lebih suka bekerja sendirian bila, ada tantangan.

Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa- gesa. Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila, Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesa- gesa. Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila,

5. Tahapan Stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena, perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fiungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya.

Dr. Robert Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat, dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

a. Stres tahap I Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ingan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting),penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya,merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Stres tahap II Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang fidak lagi cukup sepanjang hari, karena, tidak cukup waktu untuk beristirahat.

Istirahat yang dimaksud antara, lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit.

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: Letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar,merasa mudah lelah sesudah makan siang,lekas merasa capai menjelang sore hari,sering

nyaman (bowel discomfort),detakan jantung lebih kerns dari biasanya (berdebar- debar),otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang,tidak bisa santai.

mengeluh

lainbung/penit

tidak

c. Stres tahap III Apabila seseorang tetap mernaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:

Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare),ketegangan otot-otot semakin terasa,perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia). Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang sudah harus, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guns menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stres, tahap IV Gejala yang akan muncul: Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit. Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adekuat ) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan,seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak ada semangat dan kegairahan,daya konsentrasi dan daya ingat menurun,timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam. (physical dan psychological

exhaustion),ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari¬-hari yang ringan dan sederhana,gangguan sistem exhaustion),ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari¬-hari yang ringan dan sederhana,gangguan sistem