Hasil Klasifikasi dan Struktur Komunitas Plankton

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Klasifikasi dan Struktur Komunitas Plankton

Hasil pengamatan plankton yang telah dilakukan di Danau Toba, Kecamatan Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dengan 4 kali pengambilan sampel ditemukan struktur komunitas jenis sebanyak 30 genus yang terdiri atas fitoplankton 19 genus dan 11 genus dari zooplankton. Jenis fitoplankton yang teramati yaitu dari kelas Bacillariophyceace, Chlorophyceae, Conjugatophyceae, Coscinodiscophyceae, Euglenazoa, Fragilariophyceae, Imbricatea, Ulvophyceae, Xanthophyceae, Zignematophyceae, dan Zignemophyceae sedangkan jenis zooplankton yang teramati yaitu dari kelas Arcellinida, Branchiopoda, Eurotatoria, Eurotifera, Lobosea, Maxillopoda, Monogononta, Phyllopharyngea, dan Tubulinea Gambar 3. Klasifikasi dan deskripsi plankton yang didapat dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari hasil penelitian, terlihat jelas bahwa keanekaragaman fitoplankton jauh lebih tinggi dibandingkan keanekaragaman zooplankton. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat 5 genus dari kelas Bacillariophyceace dan 4 genus dari kelas Chlorophyceae yang paling mendominasi di Danau Toba, kemudian diikuti kelas Conjugatophyceae dan kelas Zignemophyceae. Keempat kelas fitoplankton ini merupakan sumber pakan bagi ikan-ikan yang hidup di perairan umum. Beberapa kelas zooplankton yang juga sebagai makanan bagi ikan-ikan perairan umum antara lain kelas Eurotatoria dan kelas Maxillopoda yang paling dominan di Danau Toba. Universitas Sumatera Utara a b G am ba r 3. K el im pa ha n P la nkt on ind L a S ta si un I ; b S ta si un I I 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Bacillariophyceace Chlorophyceae Conjugatophyceae Coscinodiscophyceae Euglenazoa Fragilariophyceae Imbricatea Ulvophyceae Xanthophyceae Zignematophyceae Zignemophyceae Arcellinida Branchiopoda Eurotatoria Eurotifera Lobosea Maxillopoda Monogononta Phyllopharyngea Tubulinea Kelimpahan Plankton indL Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Klasifikasi Plankton No Divisi Kelas Ordo Famili Genus 1 Heterokontophyta Bacillariophyceace Centrales Chaetocerotaceae Chaetoceros 2 Cymbellales Cymbellaceae Cymbella 3 Rhopalodiales Rhopalodiaceae Rhopalodia 4 Naviculales Neidiaceae Neidium 5 Bacillariales Bacillariaceae Nitzchia 6 Chlorophyta Chlorophyceae Sphaeropleales Hydrodictyaceae Hydrodictyon 7 Chlorococcales Hydrodictyaceae Pediastrum 8 Volvocales Volvocaceae Volvox 9 Sphaeropleales Neochloridaceae Planktosphaeria 10 Charophyta Conjugatophyceae Desmidiales Desmidiaceae Docidium 11 Heterokontophyta Coscinodiscophyceae Biddulphiales Biddulphiaceae Isthmia 12 Euglenozoa Euglenazoa Euglenales Euglenaceae Euglena 13 Heterokontophyta Fragilariophyceae Fragilariales Fragilariaceae Synedra 14 Cercozoa Imbricatea Euglyphida Euglyphidae Trinema 15 Chlorophyta Ulvophyceae Ulotrichales Ulotrichaceae Ulotrix 16 Zignemophyceae Desmidiales Desmidiaceae Staurastrum 17 Desmidiales Gonatozygaceae Gonatozygon 18 Heterokontophyta Xanthophyceae Tribonematales Tribonemataceae Tribonema 19 Charophyta Zignematophyceae Zygnematales Zygnemataceae Spirogyra Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Lanjutan Klasifikasi Plankton 20 Tubulinea Arcellinida Difflugina Difflugiidae Difflugia 21 Arthropoda Branchiopoda Cladocera Bosminidae Bosmina 22 Rotifera Eurotatoria Flosculariaceae Filinidae Filinia 23 Ploima Mytilinidae Mytilina 24 Eurotifera Ploima Brachionidae Keratella 25 Monogononta Ploima Trichocercidae Trichocerca 26 Amoebozoa Lobosea Arcellinida Centropyxidae Centropyxis 27 Arthropoda Maxillopoda Cyclopoida Cyclopidae Cyclops 28 Calanoida Diaptomidae Diaptomus 29 Ciliophora Phyllopharyngea Cyrtophorida Chilodonellidae Chilodonella 30 Tubulinea Arcellinida Arcellidae Arcella Universitas Sumatera Utara Bentuk-bentuk plankton secara mikroskopis yang dominan dijumpai yaitu dari kelas Bacillariopiceae dan Clorophyceae dapat dilihat pada Gambar 4. Chaetoceros Cymbella Rhopalodia Neidium Nitzchia Hydrodiction Pediastrum Volvox Planktosphaeria Gambar 4. Foto Plankton Nilai kelimpahan plankton di setiap stasiun penelitian dicantumkan pada Gambar 5. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa kelimpahan plankton pada stasiun I yaitu di Kelurahan Haranggaol Horison memiliki kelimpahan plankton yang lebih tinggi yaitu 5812,66 indl sedangkan pada stasiun II yaitu di Kelurahan Batu Papan memiliki kelimpahan plankton sebesar 4140,66 indl. Jumlah Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Grafik Kelimpahan Plankton di setiap Stasiun Penelitian Indeks Keanekaragaman genus H, Keseragaman E, Dominansi λ Plankton Nilai dari indeks keanekaragaman genus H, keseragaman E berikut dominansi λ plankton dicantumkan pada Tabel 3. Tabel 4. Indeks Keanekaragaman genus H’, Keseragaman E, Dominansi λ Plankton Indeks Stasiun I II H 3,08 3,38 E 0,34 0,39 λ 0,04 0,04 Keterangan: Stasiun I : Daerah budidaya keramba jaring apung Stasiun II : Daerah tanpa budidaya keramba jaring apung Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa indeks keanekaragaman genus H pada stasiun I adalah 3,08 dan pada stasiun II adalah 3,38. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas komunitas biota sedang turun atau kualitas air tercemar sedang. Menurut Odum 1996, kisaran nilai indeks keanekaragaman adalah bila H 2,306 menunjukkan keanekaragaman rendah komunitas biota 500 1000 1500 2000 2500 KJA Tanpa KJA K e li m pa ha n P la nk to n i nd L Universitas Sumatera Utara tidak stabil, apabila 2,306 H 6,9076 menunjukkan bahwa keanekaragaman sedang komunitas biota sedang, dan apabila H 6,9078 menunjukkan bahwa keanekaragaman tinggi komunitas biota bagus. Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun II dengan nilai 0,39 sedangkan indeks keseragaman terendah pada stasiun. Menurut Odum 1996, 0 E 0,4 menunjukkan keseragaman rendah, 0,4 E 0,6 menunjukkan keseragaman sedang dan E 0,6 menunjukkan keseragaman tinggi, artinya penyebaran individu tersebut mendekati merata atau tidak ada spesies yang mendominasi. Nilai indeks dominansi yang terdapat pada stasiun I dan stasiun II memiliki nilai yang sama yaitu 0,04. Hal ini menunjukkan bahwa pada stasiun I dan stasiun II tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. Menurut Odum 1996, apabila nilai kisaran indeks dominansi λ = 0, berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil, dan apabila λ = 1, berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologi. Universitas Sumatera Utara Parameter Fisika Kimia Penunjang Kesuburan Perairan dan Analisis Regresi dengan Kelimpahan Plankton Parameter fisika kimia penunjang kesuburan perairan dicantumkan pada Tabel 5 dan analisis regresi kelimpahan plankton dengan faktor fisika kimia perairan pada Tabel 6. Tabel 5. Nilai Parameter Fisika Kimia Perairan No Parameter Satuan Stasiun I Stasiun II Fisika 1 Suhu o C 26 – 27 26 – 28 2 Kecerahan m 3 – 5 3 – 6,3 3 Kekeruhan NTU 0,22 – 3,31 0,12 – 0,43 Kimia 4 DO mgl 4 – 6,3 5,5 – 6,5 5 BOD 5 mgl 1,0 – 2,0 0,4 – 0,9 6 pH - 7,4 – 8,2 7,4 – 8,3 7 Nitrat mgl 0,29 – 0,81 0,12 – 0,44 8 Nitrit mgl 0,001 – 0,009 0,001 – 0,005 9 Amoniak mgl 0,12 – 0,23 0,11 – 0,16 10 Fosfat mgl 0,08 – 0,18 0,05 – 0,06 Keterangan: Stasiun I : Daerah budidaya keramba jaring apung Stasiun II : Daerah tanpa budidaya keramba jaring apung Berdasarkan data pada Tabel 5 parameter fisika, kisaran suhu pada stasiun I lebih rendah yaitu 26 – 27 o C dan pada stasiun II yaitu 26–28 o C sedangkan pada kecerahan stasiun I juga lebih rendah yaitu berkisar 3–5 m dan pada stasiun II yaitu 3–6,3 m. Nilai kekeruhan pada stasiun I lebih tinggi yaitu 0,22–3,31 NTU dan untuk stasiun II adalah 0,12 – 0,43 NTU, hal ini disebabkan karena stasiun I merupakan daerah yang terdapat budidaya keramba jaring apung. Pengukuran pada parameter kimia yaitu DO Dissolved Oxygen di stasiun I lebih rendah dari stasiun II, nilai DO pada stasiun I adalah 4 – 6,3 mgl sedangkan pada stasiun II yaitu 5,5 – 6,5 mgl. nilai pH pada stasiun I dan stasiun II tidak jauh berbeda kisaran nilai terendah dan tertingginya yaitu 7,4 – 8,3. Universitas Sumatera Utara Nilai nitrat terendah terdapat pada stasiun II yaitu 0,12 – 0,44 mgl dan pada stasiun I yaitu 0,29 – 0,81 mgl. Hal ini disebabkan karena stasiun I berada pada daerah budidaya keramba jaring apung dan dekat dengan aktivitas penduduk maka buangan limbah domestik yang mengandung amoniak jelas akan menyebabkan jumlah nitrat menjadi lebih tinggi. Nilai nitrit pada stasiun I lebih tinggi dibandingkan stasiun II. Kandungan nitrit yang tinggi pada stasiun I karena adanya buangan limbah organik dan sisa pakan yang tidak termakan oleh ikan yang berada dikeramba jaring apung, sedangkan pada stasiun II lebih rendah mengindikasikan bahwa nitrogen lebih banyak terdapat dalam bentuk amoniak. Nilai nitrit pada stasiun I yaitu 0,001 – 0,009 mgl dan pada stasiun II yaitu 0,001–0,005 mgl. Dari Tabel 5 dapat dilihat kandungan amoniak terendah terdapat pada stasiun II dengan nilai 0,11–0,16 mgl dan pada stasiun II dengan nilai 0,12–0,23 mgl, sedangkan untuk kandungan fosfat tertinggi terdapat pada stasiun I dengan nilai 0,08–0,18 mgl dan pada stasiun II dengan nilai 0,05–0,06 mgl. Analisis regresi antara faktor fisika kimia dengan indeks kelimpahan plankton pada stasiun I dapat dilihat pada Lampiran 13 dan analisis regresi antara faktor fisika kimia dengan indeks kelimpahan plankton pada stasiun II dapat dilihat pada Lampiran 14. Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Analisis Regresi Kelimpahan Plankton dengan Faktor Fisika Kimia Perairan Stasiun Pengamatan Faktor Y Faktor X Regresi R² Korelasi Suhu y = -2161x + 58742 0,850 0,922 Kecerahan y = -652.8x + 4441 0,637 0,798 Kekeruhan y = -1488x + 6840 0,309 0,556 DO y = -1458x + 9190 0,954 0,977 Stasiun I Kelimpahan BOD 5 y = -351.2x + 2206 0,005 0,071 Plankton pH y = -1603x + 14052 0,805 0,897 Nitrat y = 7168x – 2448 0,19 0,436 Nitrit y = 29547x + 341.3 0,374 0,612 Amoniak y = 25886x – 3238 0,77 0,877 Fosfat y = 62100x – 6017 0,347 0,589 Suhu y = 13.74x + 663.5 0,477 0.691 Kecerahan y = -6.672x + 1067 0,461 0,679 Kekeruhan y = -333.3x + 1128 0,559 0,748 DO y = -103.3x + 1658 0,597 0,773 Stasiun II Kelimpahan BOD 5 y = -56.38x + 1066 0,414 0,643 Plankton pH y = -5.419x + 1077 0,022 0,148 Nitrat y = 113.4x + 993.4 0,225 0,474 Nitrit y = 12000x + 1011 0,805 0,897 Amoniak y = 2155x + 749.5 0,974 0,987 Fosfat y = 1044x + 975.1 0,228 0,477 Universitas Sumatera Utara

B. Pembahasan Klasifikasi dan Struktur Komunitas Plankton

Dokumen yang terkait

Analisis Kualitas Air Akibat Keramba Jaring Apung Di Danau Toba Dusun Sualan Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

4 116 59

Analisis Perbedaan Pendapatan Usaha Keramba Jaring Apung di Perairan Danau Toba(Studi Kasus: Zona Bandar Saribu, Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun).

3 76 65

Dampak Kegiatan Budidaya Keramba Jaring Apung Terhadap Kualitas Air Danau Toba Di Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

15 147 102

Struktur Dan Produktivitas Rerumputan Di Kawasan Danau Toba Desa Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

0 42 67

DAMPAK AKTIVITAS KERAMBA JARING APUNG (KJA) TERHADAP KELIMPAHAN PLANKTON DI DANAU TOBA – HARANGGAOL�.

1 7 18

Analisis Kualitas Air Akibat Keramba Jaring Apung Di Danau Toba Dusun Sualan Desa Sibaganding Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

0 2 15

ANALISIS KUALITAS AIR AKIBAT KERAMBA JARING APUNG DI DANAU TOBA DUSUN SUALAN DESA SIBAGANDING KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

0 0 14

JARING APUNG DI PERAIRAN DANAU TOBA (Studi kasus : Zona Bandar Saribu Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun)

0 0 14

Dampak Kegiatan Budidaya Keramba Jaring Apung Terhadap Kualitas Air Danau Toba Di Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

0 0 19

DAMPAK KEGIATAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG TERHADAP KUALITAS AIR DANAU TOBA DI KECAMATAN HARANGGAOL HORISON KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA SKRIPSI

0 2 13