BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persediaan merupakan salah satu bagian yang penting dalam aktivitassetiap perusahaan, baik perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur.Persediaan
juga mempunyai arti penting bagi manajemen dan akuntansi, karena persediaan merupakan aktiva yang sangat penting sebagai sumber pendapatan perusahaan.
Olehsebab itu, dibutuhkan pengelolaan persediaan yang tepat untuk mencapai tingkat efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan.Pengelolaan persediaan
yang tepat dalam perusahaan akan berdampak kepada lancarnya proses produksi perusahaan, yang juga akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan. Namun sebaliknya, pengelolaan persediaan yang kurang baik juga akan memberikan dampak buruk bagi aktivitas operasional,
yang akan menimbulkan potensi kerugian bagi perusahaan.Berdasarkan PSAK 2004:14.1, persediaan didefinisikan sebagai barang yang dibeli dan dimiliki
untuk dijual kembali, misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.
Persediaan juga mencakupi barang yang diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi
perusahaandagang, persediaan merupakan barang yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan, yang disebut sebagai persediaan barang
dagangan merchandise inventory. sedangkan pada perusahaan industri,
Universitas Sumatera Utara
persediaan meliputi: bahan baku raw material, barang dalam proses work in process, barang jadi finished goods, dan bahan pembantu manufacturing
supplies. Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen dalam mengelola
persediaan adalah menentukan metode akuntansi persediaan yang tepat bagi perusahaan.Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam
menentukan metode akuntansi persediaan.Di Indonesia, pemilihan metode pencatatan persediaan mengacu kepada PSAK No. 14 1994 yang memberikan
kebebasan kepada setiap perusahaan untuk memilih metode apa yang akan digunakan berdasarkan alternatif-alternatif yang ada, yaitu metode Masuk Pertama
Keluar Pertama MPKP atau First In First Out FIFO, metode Terakhir Masuk Pertama Keluar TMPK atau Last In First Out LIFO, dan metode rata-rata
tertimbangatau Weighted Average. Namun, mengacu pada PSAK No. 14 2008 yang telah direvisi, menyatakan bahwa metode persediaan yang diperbolehkan
adalah metode FIFO dan metode rata-rata saja. Hal ini sesuai dengan tujuan pajak sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Pajak nomor 36 Pasal 10 ayat 6
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan PPh yang menyatakan : “bahwa penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga perolehan,
sedangkan penilaian pemakaian persediaan barang untuk perhitungan harga pokok hanya boleh dilakukan dengan cara atau metode pencatatan persediaan sebagai
berikut: Metode FIFO First In First Out dan Metode Rata-Rata Weighted Average.”
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, pemilihan suatu metode harus mempertimbangkan keadaan masing-masing perusahaan yang dapat dilihat dari segi: ukuran perusahaan,
variabilitas persediaan, laba sebelum pajak, financial leverage, dan variabilitas harga pokok penjualan.
Ukuran perusahaan baik kecil maupun besar dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan apayang akan digunakan oleh perusahaan. Perusahaan besar
cenderung memilih metode rata-rata tertimbang untuk menurunkan laba yang diperoleh, sehingga dapat memperkecil pajak yang harus dibayarkan. Sementara
pada perusahaan kecil cenderung menggunakan metode FIFO untuk meningkatkan laba perusahaan sehingga dapat menarik minat para investor untuk
menanamkan modal di perusahaan tersebut, ataupun untuk mendapatkan dana pinjaman dari pihak bank dan lembaga keuangan lainnya.
Variabilitas persediaan menunjukkan variasi dari nilai persediaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki variasi persediaan yang tinggi, akan menghasilkan
tingkat laba yang juga bervariasi. Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat variasi persediaan yang kecil, akan menghasilkan tingkat variasi laba yang kecil pula.
Perusahaan dengan tingkat variasi laba yang kecil, cenderung memilih untuk menggunakan metode rata-rata untuk memperkecil laba sehingga dapat
menghemat pajak tax saving. Sebaliknya, perusahaan dengan variabilitas persediaan yang tinggi cenderung menggunakan metode persediaan FIFO untuk
meningkatkan laba. Laba sebelum pajak menunjukkan jumlah laba yang diperoleh perusahaan
sebelum dikurangi pajak dalam satu periode.Perusahaan yang menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
tingkat laba yang tinggi, cenderung akan dikenakan pajak yang tinggi pula, sehingga banyak perusahaan memilih untuk menggunakan metode persediaan
rata-rata tertimbang untuk menurunkan laba, sehingga dapat melakukan penghematan pajak tax saving.
Financial Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dengan menggunakan kekayaan yang dimiliki perusahaan.
Variabilitas Harga Pokok Penjualan berpengaruh dalam pemilihan metode pencatatan yang akan digunakan. Pemilihan metode pencatatan yang berbeda,
akan menghasilkan harga pokok penjualan yang berbeda pula. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan pencatatan persediaan diantaranya: Niheaus 1989 , yang menggunakan variabelkepemilikan manajemen, ukuran
perusahaan, variabilitas perusahaan, dan leverage. Hasilnya menunjukkan bahwa variabelkepemilikan manajemen dan variabilitas perusahaan memberikan dampak
yang signifikan. Sementara ukuran perusahaan dan leverage tidak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vushing dan Le Clere 1992, yang menggunakan
variabel estimasi penghematan pajak, materialitas persediaan, variabilitas persediaan, inventory obsolence, ukuran perusahaan, leverage dan current ratio
menunjukkan bahwa semua faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap pemilihan pencatatan persediaan. Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh
beberapa peneliti dari Indonesia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Abdullah 1999, yang menggunakan variabel variabilitas persediaan, ukuran perusahaan,
financial leverage, rasio lancar, dan profitabilitas. Hasil penelitian Abdullah
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan faktor-faktor tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan metode pencatatan persediaan.Peneliti lainnya, Taqwa
2001menguji beberapa variabel yaitu ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, fianancial leverage, dan rasio lancar.Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan memiliki pengaruh yang signifikan, sementara yang lainnya tidak. Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh
Shofaa 2012 yang menggunakan ukuran perusahaan, leverage, likuiditas, dan laba sebelum pajak sebagai variabel independennya. Hasil penelitian Shofaa
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan, sementara leverage, likuiditas, dan laba sebelum pajak tidak berpengaruh secara
signifikan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap pemilihan metode pencatatan persediaan dengan judul
:
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Variabilitas Persediaan, Laba Sebelum Pajak, Financial Leverage, Variabilitas Harga Pokok Penjualan terhadap
Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah