31
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3. Penyediaan bantuan pendanaan untuk meningkatkan keterjangkauan layanan
SMK berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten dan kota, 4.
Penguatan system tata kelola di SMK, Direktorat Pembinaan SMK dan institusi Pembina SMK lainnya Subijanto, 2013:166.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penyelenggaran pendidikan kewirausahaan di SMK telah diprogram sedemikian rupa oleh
pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Namun, untuk mencapai keberhasilan dari program tersebut tentunya memerlukan
dukungan dan kerjasama dari semua pihak yang terkait baik pihak sekolah, masyarakat, maupun dunia usaha dan industry yang menggunakan jasa dari lulusan
SMK.
2.1.4 Efektivitas Pembelajaran Kewirausahaan
Efektivitas berasal dari kata “efektif” yang berarti ada efeknya akibatnya, pengaruhnya, kesannya; dapat membawa hasil; berhasil guna tentang usaha,
tindakan. Sedangkan efektivitas sama maknanya dengan keefektifan yang artinya keadaan berpengaruh; hal berkesan; keberhasilan usaha atau tindakan
kbbi.web.id. Emitai Etzioni 1982: 54 mengungkapkan bahwa, “efektivitas
organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran. Sedangkan, Komaruddin 1994: 294
menyatakan bahwa, “efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat
keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencap ai tujuan yang telah ditetapkan”
Nani Hartini, 2011:46. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa efektivitas
merupakan pencapaian dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Apabila dikaitkan dengan proses pembelajaran di sekolah, maka efektivitas proses
pembelajaran merupakan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah. Sebelum pembahasan mengenai efektivitas pembelajaran, perlu
diketahui pengertian dari pembelajaran itu sendiri. Dilihat dari asal katanya, pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut pendapat dari para ahli, belajar
merupakan perubahan tingkah laku atau kebiasan individu, sedangkan
32
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pembelajaran merupakan proses yang dialami oleh individu dalam perubahan tingkah laku atau kebiasaan. Secara lebih lengkap, Muhammad Asrori 2009: 6
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Sedangkan
Watkins 2002: 1 mengungkapkan, “Learning … that reflective activity which
enables the learner to draw upon previous experience to understand and evaluate the present, so as to shape future acti
on and formulate new knowledge”. Artinya pembelajaran merupakan suatu aktivitas reflektif dari pembelajar dalam
memanfaatkan pengetahuan yang sudah dimiliki dan mengevaluasi masa depan sehingga membentuk tindakan di masa depan dengan pengetahuan yang baru.
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas pembelajaran dapat tercapai apabila
komponen-komponen dalam proses pembelajaran menyumbang secara signifikan terhadap kegiatan pembelajaran.
Abin Syamsuddin 2009: 165 menggambarkan secara sistematis mengenai empat komponen utama yang terlibat dalam proses pembelajaran dalam Gambar
2.5.
Social Fisik
Kultural Dan lain-lain
Kapasitas IQ Bakat khusus
Motivasi n-Ach Minat
Kematangan kesiapan
Sikapkebiasaan dan lain-lain
Perilaku kognitif
Perilaku afektif
Perilaku psikomotor
Guru dan lain-lain
Metode, teknik, media
Bahan sumber
Program tugas
PBM Instrumental Input sarana
Raw input siswa
Expected output hasil belajar
yang diharapkan
Environmental input lingkungan
33
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Adapun penjelasan dari Gambar 2.1 sebagai berikut: 1.
The expected output
, menunjukkan bahwa tingkat kualifikasi ukuran baku standard norms akan menjadi daya penarik insentif dan motivasi motivating
factors, selain itu merupakan stimulating factors S yang akan memunculkan response R.
2. Karakteristik siswa
raw input
, menunjukkan bahwa factor-faktor dalam diri individu yang mungkin akan memberikan fasilitas facilitative atau pembatas
limititation sebagai factor organismic O, selain itu akan menjadi motivating dan stimulating factors misal; n-Ach.
3.
Instrumental input
sarana, menunjukkan kepada dan kualifikasikasi serta kelengkapan saran yang diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar
mengajar. 4.
Environmental input
, menunjukkan situasi dan keadaan fisik kampus, sekolah, iklim, letak sekolah atau
school site
, dan sebagainya, hubungan antarinsasi
human relationships
baik dengan teman
classmate; peers
maupun dengan guru dan orang-orang lainnya; hal-hal tersebut dapat juga menjadi penunjang
atau penghambat S factors. Sedangkan dalam mengukur efektivitas pembelajaran yang telah
dilaksanakan, dapat dilihat dari tercapainya
expected output
hasil belajar yang diharapkan berupa perubahan perilaku. Dalam gambar 2.1,
expected output
meliputi perilaku kognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotor dari peserta didik. Secara lebih lengkap, Bloom Ella Yulaelawati, 2007 mengungkapkan
bahwa perubahan perilaku tersebut meliputi ranah kognitif pengetahuan, afektif sikap dan psikomotor keterampilan yang biasa disebut dengan taksonomi
Bloom, masing-masing dirinci ke dalam jangkauan kemampuan yang digambarkan dalam Tabel 2.1. Kemudian dalam menghadapi abad 21, Anderson dan Krathwohl
2001 dalam Ella Yulaelawati 2007: 79 memperbaiki taksonomi Bloom pada struktur ranah kognitif yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.
34
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom
Ranah Tingkatan Rendah ke Tinggi Kognitif
Afektif Psikomotor
Pengetahuan Penerimaan
Gerakan Reflek Pemahaman
Penanggapan Gerakan Dasar
Penerapan PerhitunganPenilaian
Gerakan Tanggap Perceptual Analisis
PengaturanPengelolaan Kegiatan Fisik Sintesis
Bermuatan Nilai Komunikasi Tidak Berwacana
Penilaian
Tabel 2.2 Taksonomi Bloom dengan Perbaikan Krathwohl
Taksonomi Bloom Taksonomi
Perbaikan Anderson dan Krathwohl
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Menilai
Penilaian Menciptakan
Perbaikan tersebut
membawa perubahan
yang signifikan
bagi perkembangan
pembelajaran bahwa
para tenaga
kependidikan dapat
menggabungkan tujuan pembelajaran sekaligus menjadi tujuan penilaian karena Anderson dan Krathwohl memadukan jenis pengetahuan yang dipelajari dimensi
pengetahuansubstansi dan proses yang digunakan untuk belajar proses kognitif Ella Yulaelawati, 2007. Sedangkan, Watkins 2002: 4 melihat bahwa
pembelajaran yang efektif akan melibatkan hasil, seperti: pengetahuan yang lebih
35
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
terhubung, strategi belajar yang lebih luas, pemahaman yang lebih kompleks, peningkatan tindakan yang sesuai dengan tujuan dan konteks, peningkatan
keterlibatan dan pengarahan pada diri sendiri, pendekatan yang lebih reflektif, emosi yang lebih positif dan afiliasi untuk belajar, visi yang lebih maju di masa
depan, kemampuan belajar bersama dengan orang lain, dan ikut berpartisipasi dalam komunitas belajar.
Merujuk dari berbagai pendapat mengenai efektivitas pembelajaran, maka kaitannya dengan pendidikan kewirausahaan yaitu tercapainya keberhasilan
pendidikan kewirausahaan dapat diukur dari efektivitas pembelajaran kewirausahaan dari setiap satuan pendidikan termasuk dalam hal ini di SMK.
Efektivitas pembelajaran kewirausahaan dapat diukur dari tercapainya kompetensi- kompetensi yang telah ditetapkan bagi peserta didik. Dalam standar isi KTSP untuk
SMKMAK BSNP, 2006: 206 disebutkan bahwa dalam mata pelajaran kewirausahaan meliputi aspek-aspek, sebagai berikut:
1. Sikap dan perilaku wirausaha 2. Kepemimpinan dan perilaku prestatif
3. Solusi masalah 4. Pembuatan keputusan.
Aspek-aspek tersebut kemudian dijabarkan ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, dalam Tabel 2.3. Berdasarkan tabel 2.3 dapat dikatakan
bahwa pembelajaran kewirausahaan pada intinya adalah menyiapkan lulusan SMK untuk menjadi seorang wirausaha. Pada akhirnya, pembelajaran kewirausahaan
terbilang efektif apabila mampu menjadikan peserta didik mencapai kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang baik sebagai seorang wirausaha mandiri
maupun pekerja yang memiliki mental atau jiwa wirausaha. Namun, untuk menjadi seorang wirausaha selain diperlukan pengetahuan yang kuat, keterampilan yang
memadai dan sikap yang positif, guru maupun peserta didik juga perlu mengetahui tentang ciri-ciri dari seorang wirausaha, yaitu:
1. Motif berprestasi yang tinggi
2. Perspektif ke depan
3. Kreativitas yang tinggi
36
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4. Inovasi yang tinggi
5. Komitmen terhadap pekerjaan
6. Memiliki tanggung jawab
7. Kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain
8. Keberanian menghadapi resiko
9. Selalu mencari peluang
10. Memiliki jiwa kepemimpinan
11. Memiliki kemampuan manajerial
12. Memiliki kemampuan personal Suryana, 206: 30-37.
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mengaktualisasikan sikap dan perilaku
wirausaha 1.
Mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausahawan 2.
Menerapkan sikap dan perilaku kerja prestatif 3.
Merumuskan solusi masalah 4.
Mengembangkan semangat wirausaha 5.
Membangun komitmen bagi dirinya dan bagi orang lain 6.
Mengambil resiko usaha 7.
Membuat keputusan Menerapkan jiwa
Kepemimpinan 1.
Menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet 2.
Mengelola konflik 3.
Membangun visi dan misi usaha Merencanakan
usaha kecilmikro 1.
Menganalisis peluang usaha 2.
Menganalisis aspek-aspek pengelolaan usaha 3.
Menyusun proposal usaha Mengelola
usaha kecilmikro
1. Mempersiapkan pendirian usaha
2. Menghitung resiko menjalankan usaha
3. Menjalankan usaha kecil
4. Mengevaluasi hasil usaha
Sumber: BSNP 2006:206
37
Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP
INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dengan mengetahui ciri-ciri dari seorang wirausaha di atas, maka guru dapat mengelola pembelajaran kewirausahaan dengan menumbuhkan kemampuan-
kemampuan yang diperlukan bagi peserta didik untuk menjadi seorang wirausaha. Hasil yang diharapkan dari pembelajaran kewirausahaan yaitu akan tumbuh jiwa,
minat dan kesiapan intensi dalam diri siswa untuk berwirausaha.
2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang dipandang memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian yang dilakukan peneliti tentang “Pengaruh Sikap, Norma
Subyektif, dan Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Intensi Kewirausahaan Siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung,
Jawa Barat” diantaranya, yaitu: 1.
Alain Fayolle dan Benoit Gailly 2004,
Using the Theory of Planned Behavior to Asses Entrepreneurship Teaching Programs : A First Experimentation.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara intensi kewirausahaan dan anteseden intensi berdasarkan teori Ajzen Planned
Behavior. Selain itu, dalam eksperimen Entrepreneurship Teaching Program ETP terhadap 20 mahasiswa teknik pada sebuah universitas teknologi di
Perancis selama satu hari untuk mengembangkan kesadaran mereka tentang apa kewirausahaan, situasi kewirausahaan yang sering dikenal dengan
corporate entrepreneurship, belajar tentang bisnis yang sedang marak dan memulai usaha baru secara mandiri. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
ETP memiliki pengaruh kuat, terukur, dan berdampak positif pada intensi kewirausahaan, tetapi dampak tersebut tidak signifikan terhadap sikap mereka
berkaitan dengan persepsi kontrol perilaku. Hasil ini membawa wawasan empiris tentang pengaruh yang tampaknya bertentangan antara ETP dengan
sikap siswa tentang perilaku pengendalian. 2.
Linan dan Chen 2009,
Development and Cross-Cultural Application of a Specific Instrument to Measure Entrepreneurial Intentions
. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengukuran intensi kewirausahaan yang
ditemukan yaitu EIQ Entrepreneurship Intention Question dengan merujuk teori Planned Behavoir dari Ajzen dapat mengukur intensi kewirausahaan pada