Pemasukan perbekalan faramasi dari gudang dan pengeluaran ke ruanganpoliklinik didokumentasikan dalam buku pemasukan dan pengeluaran,
kemudian dipindahkan ke kartu stok.
3.4.4 Sub Instalasi Farmasi Klinis
Instalasi farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki sub instalasi farmasi klinis, dipimpin oleh seorang apoteker, disebut dengan koordinator
farmasi klinik yang membawahi beberapa bidang, diantaranya Pelayanan Informasi Obat PIO dan pengembangan serta konsultasi obat.
3.4.4.1 Pelayanan Informasi Obat PIO
Pemberian informasi obat dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di unit pelayanan farmasi rawat jalan. Dengan adanya informasi,
diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan obat, mewaspadai efek samping obat yang mungkin timbul selama penggunaan obat, mengetahui manfaat
pengobatan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai. Formulir PIO dapat dilihat pada
Lampiran 26.
3.4.4.2 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS
Instalasi farmasi rumah sakit juga melakukan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit yang pelaksanaanya dilakukan oleh apoteker.
Penyuluhan diberikan kepada pasien yang menderita penyakit kronis seperti tuberkulosis, hipertensi, dan diabetes melitus di ruang tunggu pelayanan farmasi
rawat jalan JamkesmasMedan Sehat. Adapun penyuluhan yang diberikan meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a. Pola hidup yang seharusnya dilaksanakan oleh pasien untuk menunjang
pengobatan yang sedang dijalaninya. b.
Memberikan informasi akan pentingnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat.
c. Memberikan informasi tentang cara penggunaan obat. Data pelaksanaan
PKMRS dapat dilihat pada lampiran 27.
3.4.4.3 Pencampuran Obat Sitotoksik
Pelayanan farmasi di ruang sitotoksik dipimpin oleh apoteker sebagai penanggung jawab. Sebelumnya pencampuranpengoplosan obat suntik
dilaksanakan oleh perawat di ruang perawatan. Sekarang Instalasi Farmasi sudah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit bahwa pencampuranpengoplosan obat sitotoksik harus dilaksanakan oleh apoteker dan atau asisten apoteker di ruang steril, sehingga
diperoleh hasil akhir yang terjamin sterilitasnya. Prosedur penyiapan obat sitotoksik yaitu:
a. Dokter menulis resep, resep dikirim kebagian farmasi. Apoteker akan
memeriksa data pasien. Nama obat, dosis dan larutan infus yang digunakan. Bila tidak lengkap, dihubungi perawat ruangandikembalikan lagi ke ruang
rawat. b.
Asisten apoteker setiap hari memeriksa jadwal untuk pasien rutin yang telah diketahui jadwal kemoterapinya dan menyesuaikan dengan resep yang masuk.
c. Apoteker kenudian memeriksa dosis yang akan diberikan apakah sudah
masuk range dosis, dengan melakukan perhitungan berdasarkan luas
Universitas Sumatera Utara
permukaan tubuh. Bila dosis tidak sesuai dikonfirmasikan kembali kepada dokter yang bertanggung jawab.
d. Bila semua data telah lengkap dan benar, asisten apoteker akan melakukan:
a perhitungan volume pelarut yang diperlukan dan volume akhir campuran
konsentrasi akhir sesuai dosis. b
pembuatan label obat yang terdiri dari: Nama pasien, nomor MR, nama obat, dosis, jumlah pelarut, tanggal dan jam pembuatan, tanggal
kadaluwarsa, kondisi penyimpanan. c
setelah semua lengkap akan di paraf apoteker. Prosedur pencampuran obat sitostatika:
a. Petugas pencampuran membawa obat-obat kemoterapi ke ruang
pencampuran. b.
Sebelum memasuki ruangan steril, matikan lampu UV, nyalakan AC dan lampu penerang ruangan.
c. Lepaskan perhiasan, jam tangan serta barang lain yang melekat pada tangan,
kemudian cuci tangan dengan sabun antiseptik sampai bersih. d.
Gunakan APD Alat Pelindung Diri dengan benar. e.
Bersihkan area kerja dengan alkohol 70, kemudian nyalakan Laminair Air Flow LAF sesuai dengan protap yang telah ditentukan.
f. Lakukan pencampuran obat sesuai dengan format pencampuran obat
kemoterapi. g.
Setelah pencampuran obat dilakukan, matikan Laminair Air Flow, kemudian bersihkan kembali area kerja dengan Alkohol 70.
h. Tuliskan jam selesainya obat tersebut dicampurkan pada etiket.
Universitas Sumatera Utara
i. Lepaskan Alat Pelindung Diri, antar obat yang sudah dicampur ke ruangan
pasien dan lakukan serah terima dengan perawat. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien sitotoksik hanya dilakukan
untuk pasien umum, Askes dan Jamkesmas. Sebagai peserta PKP kami diberi kesempatan untuk melakukan pencampuran obat sitostatika. Data dapat dilihat
pada lampiran 28.
3.4.4.4.Wawancara dan Konseling Kemoterapi Sitotoksik
Sub instalasi farmasi klinis juga melakukan wawancara dan konseling terhadap pasien yang mendapat kemoterapi. Kegiatan ini dilakukan agar pasien
dapat menyampaikan hal-hal yang dirasakan selama pengobatan kepada apoteker, dan pasien mendapatkan penjelasan tentang terapi yang dijalaninya. Form
pelayanan kefarmasian kemoterapi sitotoksik dapat dilihat pada Lampiran 29.
3.5 Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD
Instalasi CSSD adalah pusat sterilisasi rumah sakit. Sejak tahun 2005 pengelolaan CSSD dipisah dari instalasi farmasi. Instalasi CSSD dipimpin oleh
seorang Apoteker sebagai Kepala Instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dalam melaksanakan tugasnya
Kepala Instalasi CSSD dibantu oleh tenaga lain seperti asisten apoteker, perawat, administrasi dan teknisi. Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas:
a. Sistem titipan
Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkannya kembali dalam keadaan steril kepada
ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah klinik atau ruang perawatan yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara