Analisa fitur situs dewan pengembangan kawasan Timur Indonesia

(1)

KAWASAN TIMUR INDONESIA

ARDIN HERSANDINI

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRAK

ARDIN HERSANDINI. Analisa Fitur Situs Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia. Dibimbing oleh ABDUL AZIZ, HAMDANI NASUTION, dan JOKO PRAYITNO SUSANTO.

Pada masa sekarang ini, pengembangan web bukan lagi merupakan suatu hal yang rumit, dengan adanya beberapa perangkat software built-in syntax

memudahkan orang awam sekalipun dalam mengembangkan web sederhana baik pada sebuah institusi pemerintah, swasta maupun perseorangan, namun kemudahan pengembangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari seberapa besar pemahaman seorang pengembang dalam menerapkan konsep pengembangan itu sendiri. Situs Indonesiaeast yang menjadi topik pembahasan dipandang perlu oleh penulis untuk dilakukan review terhadap konsep pengembangan User Usability dan dilakukan sebuah analisa prioritas perbaikan sehingga dapat diambil sebuah keputusan dalam melakukan perbaikan pada situs institusi tersebut.

Proses pengambilan keputusan pemilihan prioritas perbaikan situs web dari semua alternatif yang ada merupakan persoalan yang bersifat kuantitatif deskriptif dan membutuhkan informasi yang bersifat intuitif, perasaan dan pengalaman. Hal itu disebabkan unsur-unsur yang dimiliki untuk penilaian berdasarkan metode heuristic evaluation tidak dapat dihitung secara numerik. Pada penulisan ini akan disampaikan suatu sistem yang mendukung proses pengambilan keputusan dalam melakukan pemilihan prioritas perbaikan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP mampu memecahkan masalah pemilihan alternatif perbaikan situs web yang kompleks dan tidak terstruktur tersebut ke dalam kelompok-kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut ke dalam suatu susunan hirarki, memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan suatu sintesa ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi dan menjadi pilihan terbaik dari semua alternatif yang ada.


(3)

ABSTRACT

ARDIN HERSANDINI. Feature Analysis of Eastern Indonesia Development Council Website. Supervised by ABDUL AZIZ, HAMDANI NASUTION, and JOKO PRAYITNO SUSANTO

Website development has become a relatively easy task for developer nowadays. However, developers should understand and apply the concept of development itself. Indonesiaeast website has been the focus of this study with regard to the user interface usability. The aim of this study was produce recommendation on the improvement of the indonesiaeast website, in order to increase visitors. Analytical Hierarchy Process (AHP) combine with Heuristic Evaluation of the Web concept (Ben Schneiderman), which includes description of the User Interface Usability, was employed. AHP method can solve decision alternative problem of complex and unstructured information regarding the feature priority improvement of the site.


(4)

ANALISA FITUR SITUS DEWAN PENGEMBANGAN

KAWASAN TIMUR INDONESIA

ARDIN HERSANDINI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Komputer

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 1978 dari ayah Herman Haeruman dan ibu Siti Syarifah. Penulis merupakan putri kelima dari tujuh bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadarma, lulus tahun 2000. Pada tahun 2002, penulis diterima di Program Studi Ilmu Komputer pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis bekerja sebagai Data Entry pada Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia sejak tahun 2001 bertempat di Jakarta. Selama masa kerjanya, penulis juga turut serta dalam beberapa kajian yang bernaung di bawah institusi tersebut.


(6)

PRAKATA

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufik dan Rahmat-Nya serta keteguhan iman kepada penulis, sehingga penulis dengan bertahap dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2005 ini ialah menganalisa sebuah situs, dengan judul Analisa Fitur Situs Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak DR.IR. Abdul Azis, MSc., Bapak DR. Drh. S. Hamdani Nasution dan Bapak DR. Ir. Joko Prayitno Susanto, selaku komisi pembimbing, serta seluruh pegawai DP-KTI yang tidak dapat disebutkan semua. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mamih, Papih, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya, untuk itu penulis menerima kritik dan saran. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Januari 2007


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

1.5. Sistimatika Penulisan ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengertian Web Site ... 4

2.2. Prinsip Desain Web ... 4

2.3. Kriteria penilaian kualitas terhadap situs web ... 6

2.4. Karakteristik User Interface ... 13

2.5. Konsep Pengembangan Usability ... 14

2.6. Situs Dewan Pengembangana Kawasan Timur Indonesia ... 18

2.7. Analisa AHP ... 22

3. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1. Kerangka Pemikiran ... 38

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.3. Analisis Data ... 40

3.4. Alat Bantu Riset ... 40

3.5. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Masukan Terhadap Responden ... 42

4.2. Penilaian Umum oleh responden ... 43

4.3. Usability Review Responden Terhadap Fitur ……… 44

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Skala penilaian perbandingan berpasangan ... 30

2 Matriks perbandingan berpasangan ... 34

3 Nilai indeks acak (RI) ... 35

4. Alat bantu riset ... 41


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Definisi usability oleh nielsen (2006) ... 13

2 Kesalahan pada tampilan awal Indonesiaeast ... 39

3 Diagram cakupan penelitian ... 42

4 Tampilan awal Indonesiaeast menggunakan browser IE …………... 43

5 Tampilan awal Indonesiaeast menggunakan browser mozilla firefox …………... 44

6. Matriks perbandingan berpasangan ... 45

7. Perhitungan bobot kriteria ... 46

8 Perhitungan λmax ... 47

9 Prioritas perbaikan berdasarkan heuristic evaluation ... 47

10 Hasil analisis fitur terhadap usability concept ………..……….. 51


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Tampilan antarmuka ... 57

2 Struktur data web keseluruhan ... 59

3 Lembar pertanyaan terhadap responden ……….. 60

4 Karakteristik responden ……….……….. 80

5 Hasil masukan responden ………. 82

6 Tabel perbandingan berpasangan ………..……… 92


(11)

KAWASAN TIMUR INDONESIA

ARDIN HERSANDINI

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

ABSTRAK

ARDIN HERSANDINI. Analisa Fitur Situs Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia. Dibimbing oleh ABDUL AZIZ, HAMDANI NASUTION, dan JOKO PRAYITNO SUSANTO.

Pada masa sekarang ini, pengembangan web bukan lagi merupakan suatu hal yang rumit, dengan adanya beberapa perangkat software built-in syntax

memudahkan orang awam sekalipun dalam mengembangkan web sederhana baik pada sebuah institusi pemerintah, swasta maupun perseorangan, namun kemudahan pengembangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari seberapa besar pemahaman seorang pengembang dalam menerapkan konsep pengembangan itu sendiri. Situs Indonesiaeast yang menjadi topik pembahasan dipandang perlu oleh penulis untuk dilakukan review terhadap konsep pengembangan User Usability dan dilakukan sebuah analisa prioritas perbaikan sehingga dapat diambil sebuah keputusan dalam melakukan perbaikan pada situs institusi tersebut.

Proses pengambilan keputusan pemilihan prioritas perbaikan situs web dari semua alternatif yang ada merupakan persoalan yang bersifat kuantitatif deskriptif dan membutuhkan informasi yang bersifat intuitif, perasaan dan pengalaman. Hal itu disebabkan unsur-unsur yang dimiliki untuk penilaian berdasarkan metode heuristic evaluation tidak dapat dihitung secara numerik. Pada penulisan ini akan disampaikan suatu sistem yang mendukung proses pengambilan keputusan dalam melakukan pemilihan prioritas perbaikan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP mampu memecahkan masalah pemilihan alternatif perbaikan situs web yang kompleks dan tidak terstruktur tersebut ke dalam kelompok-kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut ke dalam suatu susunan hirarki, memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan suatu sintesa ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi dan menjadi pilihan terbaik dari semua alternatif yang ada.


(13)

ABSTRACT

ARDIN HERSANDINI. Feature Analysis of Eastern Indonesia Development Council Website. Supervised by ABDUL AZIZ, HAMDANI NASUTION, and JOKO PRAYITNO SUSANTO

Website development has become a relatively easy task for developer nowadays. However, developers should understand and apply the concept of development itself. Indonesiaeast website has been the focus of this study with regard to the user interface usability. The aim of this study was produce recommendation on the improvement of the indonesiaeast website, in order to increase visitors. Analytical Hierarchy Process (AHP) combine with Heuristic Evaluation of the Web concept (Ben Schneiderman), which includes description of the User Interface Usability, was employed. AHP method can solve decision alternative problem of complex and unstructured information regarding the feature priority improvement of the site.


(14)

ANALISA FITUR SITUS DEWAN PENGEMBANGAN

KAWASAN TIMUR INDONESIA

ARDIN HERSANDINI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Komputer

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Juni 1978 dari ayah Herman Haeruman dan ibu Siti Syarifah. Penulis merupakan putri kelima dari tujuh bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadarma, lulus tahun 2000. Pada tahun 2002, penulis diterima di Program Studi Ilmu Komputer pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis bekerja sebagai Data Entry pada Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia sejak tahun 2001 bertempat di Jakarta. Selama masa kerjanya, penulis juga turut serta dalam beberapa kajian yang bernaung di bawah institusi tersebut.


(16)

PRAKATA

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Taufik dan Rahmat-Nya serta keteguhan iman kepada penulis, sehingga penulis dengan bertahap dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2005 ini ialah menganalisa sebuah situs, dengan judul Analisa Fitur Situs Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak DR.IR. Abdul Azis, MSc., Bapak DR. Drh. S. Hamdani Nasution dan Bapak DR. Ir. Joko Prayitno Susanto, selaku komisi pembimbing, serta seluruh pegawai DP-KTI yang tidak dapat disebutkan semua. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mamih, Papih, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya, untuk itu penulis menerima kritik dan saran. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Januari 2007


(17)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Batasan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

1.5. Sistimatika Penulisan ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengertian Web Site ... 4

2.2. Prinsip Desain Web ... 4

2.3. Kriteria penilaian kualitas terhadap situs web ... 6

2.4. Karakteristik User Interface ... 13

2.5. Konsep Pengembangan Usability ... 14

2.6. Situs Dewan Pengembangana Kawasan Timur Indonesia ... 18

2.7. Analisa AHP ... 22

3. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1. Kerangka Pemikiran ... 38

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.3. Analisis Data ... 40

3.4. Alat Bantu Riset ... 40

3.5. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Masukan Terhadap Responden ... 42

4.2. Penilaian Umum oleh responden ... 43

4.3. Usability Review Responden Terhadap Fitur ……… 44

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(18)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Skala penilaian perbandingan berpasangan ... 30

2 Matriks perbandingan berpasangan ... 34

3 Nilai indeks acak (RI) ... 35

4. Alat bantu riset ... 41


(19)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Definisi usability oleh nielsen (2006) ... 13

2 Kesalahan pada tampilan awal Indonesiaeast ... 39

3 Diagram cakupan penelitian ... 42

4 Tampilan awal Indonesiaeast menggunakan browser IE …………... 43

5 Tampilan awal Indonesiaeast menggunakan browser mozilla firefox …………... 44

6. Matriks perbandingan berpasangan ... 45

7. Perhitungan bobot kriteria ... 46

8 Perhitungan λmax ... 47

9 Prioritas perbaikan berdasarkan heuristic evaluation ... 47

10 Hasil analisis fitur terhadap usability concept ………..……….. 51


(20)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Tampilan antarmuka ... 57

2 Struktur data web keseluruhan ... 59

3 Lembar pertanyaan terhadap responden ……….. 60

4 Karakteristik responden ……….……….. 80

5 Hasil masukan responden ………. 82

6 Tabel perbandingan berpasangan ………..……… 92


(21)

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Teknologi Informasi sampai saat ini telah berkembang dengan pesat, seiring dengan penemuan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya dalam bidang Informasi dan Komunikasi. Perkembangan Teknologi Informasi yang sangat cepat tersebut dapat dilihat dari banyaknya pemanfaatan situs web di segala bidang. Hal ini disebabkan karena di satu sisi pengembangan situs tidak memerlukan biaya banyak dan di sisi lain mampu memberikan informasi lengkap secara real time. Salah satu pemanfaatan situs web yang sangat perlu diperhatikan adalah dalam bidang pemerintahan, yaitu sebagai sarana pendistribusian informasi antara pemerintah dengan stakeholder secara berkelanjutan.

Guna mengatur pemanfaatan teknologi informasi di Indonesia, Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perkembangan E-Government. Inpres tersebut memuat aturan umum pembangunan media berbasis web bagi kalangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Di samping itu dalam Inpres tersebut juga diatur tentang pembuatan situs informasi segogyanya bersifat interaktif sehingga dengan interaktifitas yang baik diharapkan dapat memberikan akses penuh kepada pengguna dalam mengeksplorasi situs web, oleh sebab itu interaktifitas menjadi salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian serius oleh pengembang web.

Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (DPKTI) merupakan salah satu institusi pemerintah yang berfungsi sebagai wadah bagi perumusan dan penetapan kebijakan, dan strategi untuk mempercepat pembangunan di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, maka lembaga ini telah memiliki sebuah situs web guna menunjang kinerjanya. Namun demikian sejak dipublikasikannya situs web DP-KTI ini pada tahun 2002 masyarakat belum memanfaatkan situs tersebut secara maksimal, rendahnya respon pengunjung terhadap beberapa topik yang diajukan dapat menjadikan indikator perlunya analisa prioritas perbaikan situs pada institusi ini.

Dalam penulisan ini, penentuan prioritas perbaikan situs akan dilakukan secara hirarki dengan menggunakan teknik AHP (Analictical Hierarcy Process)


(22)

sedangkan dalam melakukan analisis kesesuaian interaktifitas pengguna digunakan

User Usability Concept. Penerapan konsep tersebut menjadi sebuah kriteria pokok dalam menganalisa perbaikan prioritas situs sehingga hasil yang diharapkan adalah prioritas perbaikan yang signifikan dengan User Usability Concept.

1.2. BATASAN MASALAH

Titik berat penelitian adalah pada analisis penentuan proritas perbaikan fitur situs untuk meningkatkan interaktifitas pengguna. Tehnik yang dipakai mempergunakan AHP digabungkan dengan konsep Web Usability yang dikembangkan oleh Shneiderman yaitu Eight Golden Rule Concept dengan prioritas perbaikan terhadap modul/fitur yang bersifat makro.

1.3. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi prioritas perbaikan pada situs DP-KTI sehingga dapat meminimalkan kekurangan dari penggunaan situs tersebut secara bertahap.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembang situs web khususnya pengembang situs web DP-KTI agar lebih memperhatikan konsep-konsep pengembangan sebuah situs terutama yang berhubungan dengan Human-Computer Interaction.

1.5. SISTIMATIKA PENULISAN

Bab 1 : Pendahuluan

Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan serta skema pemikiran. Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Berisi landasan teori yang mencakup konsep perancangan situs yang mengarah kepada Heuristis Evaluation serta penentuan prioritas dengan metode AHP.


(23)

Bab 3 : Metodologi Penelitian

Berisikan penjabaran secara garis besar mengenai penelitian yang dilaksanakan baik mengenai kerangka pemikiran, metodologi pengumpulan data, analisis data, alat bantu riset, waktu dan tempat penelitian serta sistimatika penulisan.

Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi analisis hasil penyebaran angket kepada pengguna situs dan melakukan perhitungan penentuan prioritas perbaikan menggunakan metode Analitical Hierarchy Process tanpa menghilangkan konsep

Heuristic pada modul situs DP-KTI. Bab 5 : Kesimpulan dan saran

Berisi rekomendasi perbaikan situs serta saran bagi perancang situs pemerintah khususnya pengembang situs DP-KTI.


(24)

2.1. PENGERTIAN WEB SITE

Sebuah situs web adalah kumpulan file-file World Wide Web (WWW) yang saling berkaitan, diawali dengan sebuah file yang disebut halaman muka. Seseorang atau sebuah institusi memberi tahu cara untuk mengunjungi situs web mereka dengan memberikan alamat halaman muka, kemudian kita dapat menuju halaman-halaman lain yang dicantumkan. Sebagai contoh, situs web untuk IBM memiliki alamat halaman muka http://www.ibm.com (pada umumnya alamat halaman muka termasuk nama sebuah file khusus seperti index.html, tetapi seperti contoh IBM, bila sebuah nama standar telah diset, maka pengunjung tidak perlu memasukkan nama file). Alamat halaman muka IBM tidak saja menuju ke beberapa halaman, namun dapat juga menuju ke ratusan halaman lainnya (http://whatis.techtarget.com, 2001).

2.2. PRINSIP DESAIN WEB

Menurut situs web denpasar (http://www.denpasar.indo.net.id, 2001) dikemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip dalam mendesain web yakni:

1. Unik : Dalam membuat karya apapun seorang designer mempunyai kesadaran untuk tidak meniru atau menggunakan karya orang lain. Begitu pula seorang Web Desain harus mempunyai budaya malu untuk menggunakan icon, animasi, button, dll, yang telah digunakan atau dibuat oleh orang lain. Pemakaian yang diperbolehkan hanyalah pemakaian icon,

button yang sudah umum diketahui seperti misalnya simbol home yang biasanya dipresentasikan berbentuk rumah, Undo yang biasanya dipresentasikan berupa panah ke kiri ataupun Redo yang biasanya dipresentasikan berupa panah ke kanan.

2. Komposisi Warna: Seorang Web Desain selalu memperhatikan komposisi warna yang akan digunakan dalam situs web yang dibuatnya. Pergunakan selalu Palette 216 WebColor, yang dapat diperoleh dari Adobe.com, hal ini untuk mencegah terjadinya dither pada image yang berformat GIF. Dalam membangun situs web suatu perusahaan, Web Desain selalu menyesuaikan warna yang digunakan dengan Corporate Color perusahaan


(25)

tersebut. Sebagai contoh: Telkom Corporate Color-nya adalah biru, Coca-Cola : merah dan putih, Standard-Chartered : hijau dan biru, dsb. Untuk kemudian warna-warna tadi digunakan sebagai warna dominan atau sebagai elemen pendukung (garis, background, button, dsb). Penggunaan warna-warna yang familiar dan menunjukkan identitas perusahaan dapat menjadi salah satu ajang promosi sehingga meskipun pada awalnya hanya tampilan warna yang tertangkap oleh mata, orang sudah dapat menduga kepemilikan atas situs tersebut.

3. Simple : Web Desain banyak yang menggunakan prinsip "Keep it Simple", hal ini ditujukan agar tampilan situs web tersebut terlihat rapi, bersih dan juga informatif. Kesederhanaan tampilan juga dapat membantu daya tangkap pengguna sehingga tampilan yang sederhana lebih memudahkan seseorang dalam menangkap dan menterjemahkan informasi yang diperoleh.

4. Semiotik : Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda. Dalam hal ini diharapkan dengan melihat tanda atau gambar, user/ audience dapat dengan mudah dan cepat mengerti. Sebagai contoh: Jangan membuat gambar/image yang berkesan tombol, padahal itu bukan tombol/ link.

5. Ergonomis : Web Desain selalu memperhatikan aspek ergonomi. Ergonomi di sini adalah dalam hal kenyamanan user dalam membaca dan kecepatan

user dalam menelusuri situs web tersebut. Web Desain memilih ukuran

Fonts yang tepat sehingga mudah dibaca, Web Desain menempatkan link

sedemikian rupa sehingga mudah dan cepat untuk diakses dan lebih penting lagi adalah Informatif.

6. Fokus : Tentukan hirarki prioritas dari pesan yang akan disampaikan, misalnya: Judul harus besar, tetapi jangan sampai akhirnya akan konflik dengan subjudul yang berukuran hampir sama. Hal ini akan membingungkan user/audience untuk menentukan pesan mana yang harus lebih dahulu dibaca/ dilihat.

7. Konsisten : Tentukan font apa yang akan digunakan sebagai Body-text, Judul, Subjudul dan sebagainya, sehingga situs web tersebut akan terlihat disiplin dan rapi. Sesuaikan jenis huruf yang digunakan dengan misi dan


(26)

visi situs web tersebut, misalnya: hindari menggunakan font Comic dalam membangun situs web suatu perusahaan resmi.

2.3. KRITERIA PENILAIAN KUALITAS TERHADAP SITUS WEB

Dengan adanya beberapa prinsip yang telah diutarakan tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa terdapat sedikitnya peran pelanggan dalam memanfaatkan produk yang akan dijual, adapun untuk mengetahui seberapa banyak kepuasan pelanggan terhadap web site maka terdapat pula banyaknya perlombaan yang diadakan dalam peningkatan daya saing pembuat situs web, adapun kriteria penilaian yang sering dipergunakan menurut Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2001) adalah:

1. Kecepatan (Speed) 2. Homepage

3. Isi (Content) 4. Konteks

5. Ukuran interaksi (Usability) 6. Kemudahan dibaca (Readibility) 7. mobilitas data

8. ketepatan (Accuracy) 9. Layanan Publik 10. Hints

11. Penggunaan Platform

1. Kecepatan (Speed)

Dalam artikelnya, Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2006) menyatakan bahwa ”Faktor kecepatan tampilan sebuah situs sangat berpengaruh terhadap pengunjung. Suatu situs web pemerintah yang lambat waktu diakses membuat pengunjung cenderung menutup browser situs web, hal ini dikarenakan mereka tidak mau menunggu lama untuk melihat sebuah situs web”.

Dalam pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan pada waktu loading dan waktu respon sebuah aplikasi khususnya aplikasi situs web merupakan kunci awal keberhasilan sebuah situs, hal tersebut dikarenakan oleh banyaknya informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan harus sebanding dengan waktu yang diperlukan dalam memperoleh informasi tersebut. Semakin lambat


(27)

waktu respon yang diberikan, maka semakin mudah pelanggan mencari informasi pada situs yang lain dan menutup aplikasi yang memakan waktu yang lama.

Kecepatan waktu loading dan waktu respon pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Ukuran file yang digunakan.

Sebuah situs web yang menampilkan banyak citra (image) dan animasi dengan ukuran file yang besar akan menyebabkan kelambatan situs web pada saat diakses. Hal ini bisa diatasi dengan optimalisasi pada data yang akan ditampilkan terutama untuk teks, image, video dan animasi. Oleh sebab itu, sistim kompresi terhadap citra maupun teks merupakan sesuatu produk yang sangat diharapkan dapat berkembang tanpa mengurangi kualitas dari citra ataupun teks itu sendiri.

b. Pemilihan hosting server yang tepat.

Pengelola situs web harus pintar memilih hosting server tempat menyimpan seluruh data situs web yang akan diakses di internet. Seorang

network analyst harus mampu menganalisa apakah hosting server yang digunakan cepat atau lambat diakses di Internet.

c. Algoritma program untuk sebuah web aplikasi.

Penggunaan program tertentu dalam sebuah aplikasi web yang dinamis seperti asp, php, jsp, cgi perlu memperhatikan secara teliti algoritma program yang akan dihasilkan. Bila algoritma program yang digunakan kurang tepat atau bahkan salah, maka akan mengakibatkan lambatnya akses sebuah situs web atau bahkan sama sekali tidak bisa diakses/error. Disini dibutuhkan ketelitian dan kehandalan seorang web programmer pada saat membuat program untuk sebuah web aplikasi.

d. Interaktifitas

Banyaknya interaktifitas dapat diasumsikan semakin banyaknya pula nilai ketertarikan pengguna akan isi web yang ada, oleh sebab itu segi tampilan dan kemudahan pengguna merupakan faktor utama yang dapat memotivasi user agar memiliki keinginan untuk melihat lebih jauh isi web yang ada. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Academy of Digital Art & Science (http://www.digital.com, 2001) bahwa interaktifitas merupakan salah satu penentuan apakah suatu situs dapat dikategorikan berhasil ataupun gagal.


(28)

2. Homepage

Homepage pada suatu situs web adalah halaman pertama yang akan dibuka oleh pengunjung. Suatu bentuk homepage yang menarik akan memberi kesan tersendiri bagi pengunjung untuk mengetahui lebih jauh tentang isi dari situs web. 3. Isi (Content)

Isi situs web merupakan sejumlah informasi yang akan disampaikan oleh suatu institusi kepada masyarakat. Situs web merupakan salah satu media komunikasi yang sifatnya terbuka untuk umum sehigga informasi dan layanan yang disampaikan bukan hanya atas keinginan institusi tertentu saja, tetapi juga harus memperhatikan sejumlah informasi yang diperlukan oleh masyarakat.

Menurut Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2006), minimal isi sebuah situs web siatu institusi antara lain:

a. Organisasi Lembaga Pemerintah Pusat

Menjelaskan visi dan misi, Tugas Pokok dan Fungsi, struktur organisasi, , data (alamat kantor, nomor telepon/fax, alamat e-mail) institusi tersebut. b. Berita

Pada setiap situs web institusi harus menyajikan berita dari lingkungannya. Berita yang disajikan bisa diperoleh dari internal institusi atau dari media massa.

c. Peraturan/Kebijakan

Memuat dan menjelaskan semua undang-undang/kebijakan beserta turunannya yang telah dikeluarkan oleh institusi bersangkutan. Situs web sebuah institusi terutama yang berwenang dalam hal pembuatan kebijakan merupakan salah satu media untuk mensosialisasikan undang-undang/kebijakan yang telah dikeluarkan kepada masyarakat.

d. Penjelasan Struktur Institusi

Mengingat tidak semua masyarakat mengetahui secara tepat struktur institusi yang terdapat di suatu instansi, maka pada situs web sebaiknya terdapat penjelasan secara detail tentang struktur institusi yang terdapat di lingkungannya. Jika memungkinkan adanya link pada situs web masing-masing institusi yang bersangkutan.

Selain empat isi minimal tersebut diatas, situs web juga harus mampu melakukan interaksi dengan masyarakat melalui komunikasi dua arah antar


(29)

pengelola situs web dan pengunjung melalui forum diskusi, saran pengunjung pada buku tamu serta aplikasi lainnya yang sifatnya dinamis.

4. Konteks

Konteks suatu situs web institusi harus sejalan dengan visi dan misi, serta tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dari institusi bersangkutan. Pada dasarnya setiap pembangunan situs web, konteks dari informasi yang akan disajikan sangat beragam sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Situs web institusi dapat dikatakan sebagai salah satu media informasi dan komunikasi dari suatu institusi kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan institusi bersangkutan. Pembuatan situs web mempunyai sasaran agar masyarakat dapat dengan mudah memperoleh akses kepada informasi dan layanan institusi tersebut.

Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2006) mengemukakan bahwa situs web sebuah institusi harus berfokus pada:

a. Penyediaan informasi dan layanan publik yang diinginkan oleh masyarakat dengan secara terus menerus berevolusi di dalam pemberian informasi dan layanan publiknya;

b. pencapaian aksesibilitas dan kegunaan universal; c. pemberian layanan interaktif;

d. perlakuan yang tidak diskriminasi bagi pengunjung, artinya situs web suatu institusi dapat dibuka tanpa membedakan fasilitas dan kemampuan komputer yang dimiliki oleh pengunjung.

Salah satu komitmen kunci dari suatu institusi adalah memberikan jasa layanan masyarakat yang responsif di dalam memenuhi kebutuhan semua kelompok yang berbeda di masyarakat

5. Ukuran Kualitas Interaksi (Usability)

Ukuran kualitas interaksi pada situs web adalah pengalaman pengunjung ketika melakukan interaksi pada situs web. Pada situs web sebuah institusi, ukuran kualitas interaksi lebih cenderung mengacu pada desain dari User Interface (UI) ((http://www.kominfo.go.id, 2006). Dengan demikian, semakin mudahnya pengguna sebuah aplikasi situs web, maka semakin bagus kualitas yang terdapat pada situs web tersebut.


(30)

Suatu situs web harus mudah dibaca, dimengerti, dan difahami oleh pengunjung. Sebagai salah satu media penyaji informasi pemerintah, situs web harus memperhatikan faktor kenyamanan, dan memberikan kemudahan bagi pengunjung pada saat membuka situs web.

Beberapa parameter yang harus dipertimbangkan oleh pembuat situs web suatu institusi agar dapat memberikan kenyamanan untuk dibaca antara lain menurut Kominfo (http://www.kominfo.go.id, 2006) adalah dengan memperhatikan:

- Target pengakses/pengunjung.

Target pengakses situs web sebuah institusi adalah masyarakat pengguna Internet. Tercapai tidaknya target pengunjung antara lain dapat dilihat dari e-mail yang dikirim oleh pengunjung kepada pengelola situs web, dan buku tamu yang diisi oleh pengunjung

- Pemilihan jenis dan ukuran huruf

Penyajian teks menggunakan font yang sudah terdapat pada perangkat lunak yang digunakan. Pada umumnya, font yang digunakan untuk teks adalah Arial, Helvetica, Times New Roman dengan ukuran huruf sesuai kemampuan pembacanya. Warna huruf yang digunakan harus kontras dengan warna latar belakang untuk memudahkan di dalam pembacaan.

- Pemilihan warna

Warna merupakan salah satu elemen penting dalam tampilan sebuah situs web. Pemilihan warna yang baik dan serasi akan membuat pengakses nyaman, dan mempunyai kesenangan tersendiri pada saat mengakses situs web serta membaca isi di dalamnya.

- Desain

Suatu desain situs web tidak hanya terpaku pada sebuah gambar/obyek, tapi meliputi semua tampilan pada sebuah situs web institusi. Desain situs web sebaiknya profesional, menarik, dan berguna sesuai dengan kebutuhan pengunjung yang beragam, serta mempunyai tingkat aksesibilitas yang tinggi bagi setiap fasilitas yang dimiliki oleh pengunjung. Berita atau artikel yang ditujukan kepada masyarakat sebaiknya disajikan secara jelas, dan mudah dimengerti; berita atau artikel yang disajikan sebaiknya 50% lebih pendek dari berita atau artikel yang dicetak, disusun per paragraph yang pendek, berurutan dan mudah dibaca.


(31)

- Navigasi/menu

Adanya penataan navigasi yang baik, akan membuat pengunjung mudah mencari sebuah informasi. Peletakan yang baik dan mudah untuk diketahui pengguna dapat menjadikan nilai tambah terutama pada kecepatan akses maupun kecepatan pencarian informasi oleh pengguna.

7. Mobilitas Data

Data pada suatu isi (content) sebuah situs web harus selalu dimutakhirkan. Pengunjung akan selalu mencari informasi kapan situs web dimutakhirkan isinya. Ditinjau dari sisi mobilitasnya, suatu data dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu data statis dan data dinamis.

a. Data Statis

Data statis merupakan data yang cenderung tidak berubah dalam jangka waktu tertentu. Jenis informasi yang statis pada suatu situs web sebuah institusi antara lain Selayang Pandang, Organisasi Lembaga, Kondisi Geografi. Pada kurun waktu yang relatif lama, informasi tersebut cenderung tidak akan berubah.

b. Data Dinamis

Data dinamis merupakan data yang selalu berubah dalam jangka waktu yang cepat. Data dinamis erat kaitannya dengan mobilitas data sebuah situs web. Pengunjung akan menilai apakah isi suatu situs web pemerintah selalu dimutakhirkan. Pengunjung cenderung tidak akan mengakses sebuah situs web yang statis, karena mereka tidak mendapatkan data dan informasi terbaru yang mereka inginkan. Informasi yang dinamis antara lain Berita, Agenda Kegiatan, Forum Diskusi. Informasi tersebut harus selalu dimutakhirkan mengikuti perkembangan yang terbaru.

Berita pada suatu situs web diharapkan menyajikan informasi beserta waktu/tanggal publikasinya, karena data tanggal akan memberitahukan bahwa informasi tersebut menampilkan informasi yang terbaru. Informasi waktu penyajian berita menjadi salah satu parameter pengunjung untuk menyatakan bahwa situs web pemerintah selalu memberikan informasi mutakhir. Parameter lainnya bisa berupa tampilan grafis yang selalu berubah dalam jangka waktu tertentu, misalkan 1 bulan sekali gambar atau foto di halaman depan/splash page berubah. Suatu penyajian


(32)

berita yang diambil dari suatu koran atau publikasi lain, harus dicantumkan sumber beritanya.

8. Ketepatan (Accuracy)

Salah satu parameter keberhasilan suatu situs web adalah ketepatan. Pengertian ketepatan disini adalah mengenai kemampuan dan ketepatan situs web dalam menyajikan informasi. Apakah situs web mampu dipercaya informasinya oleh masyarakat atau apakah situs web terbebas dari penyalahgunaan informasi.

Situs web sebuah institusi adalah salah satu media resmi yang harus mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai segala aspek kehidupan. Berita yang tersaji di situs web harus akurat dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

Situs web sebuah institusi harus mampu menyajikan data dan informasi yang lebih detail dari situs web komersial. Untuk itu diperlukan manajemen yang mampu menyeimbangkan semua prioritas yang diperlukan oleh pengunjung. Manajemen yang baik adalah satu-satunya cara untuk membangun dan mempertahankan kualitas situs web, karena akan menjamin rencana situs web di dalam rangka perubahan, berevolusi memenuhi kebutuhan pengunjung, dan bergerak dari yang statis menuju yang lebih efisien dan dinamis.

Banyak situs web institusi tidak memiliki sumber yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugas publikasi, sehingga ketetapan editorial yang jelas perlu didukung oleh prosedur yang jelas. Suatu tingkat aksesibilitas tertentu tidak akan terpenuhi bila penanganan manajemennya tidak baik.

9. Layanan Publik

Salah satu tujuan dari e-government adalah memberikan layanan publik secara elektronik melalui media situs web institusi. Meskipun pada saat ini layanan publik belum sampai pada tingkat transaksi elektronik, tapi diharapkan situs web dapat memberikan informasi tentang layanan publik yang diberikan oleh institusi bersangkutan atau institusi lainnya kepada masyarakat.

10. Hint

Hint adalah angka yang umumnya dicantumkan pada suatu situs web untuk memberikan data tentang jumlah pengunjung yang membuka suatu situs web. Adanya data hint pada suatu situs web akan memberikan informasi jumlah pengunjung situs web pada satu hari atau bulan tertentu.


(33)

11. Penggunaan Platform

Penggunaan suatu platform mempunyai korelasi dengan penggunaan dan pengembangan aplikasi pada suatu situs web. Pemilihan platform yang tidak sesuai dengan aplikasi yang digunakan akan mempengaruhi kinerja suatu situs web.

Platform yang digunakan pada suatu situs web sebaiknya yang mempunyai lisensi atau outsourcing dengan menyebutkan sumbernya.

2.4. KARAKTERISTIK USERINTERFACE

Menurut Nielsen, terdapat 5 karakteristik yang harus dipenuhi oleh sebuah

UserInterface yang baik, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Definisi Usability oleh Nielsen (2006)

Dari Gambar tersebut, dapat dilakukan penyesuaian terhadap Usability sebuah situs oleh Nielsen (2006) yaitu :

1) Kemudahan untuk dipelajari (Easytolearn)

Sebuah situs web yang baik dengan tingkat learnability maksimal akan meletakkan isi yang paling penting di sebelah atas layar, sehingga pengunjung dapat melihat informasi apa yang mereka peroleh sewaktu halaman web dibuka.

2) Efisiensi (Efficienttouse)

Sebuah situs web yang efisien akan menghantar pengunjung untuk memperoleh informasi penting atau berguna dengan sesedikit mungkin

Efficient to use Usefulness

Easy to learn Usability

Easy to remamber Few Error

Subjectively pleasing


(34)

melakukan klik untuk sampai pada informasi yang diperlukan. Setiap link

yang terdapat pada situs web harus diusahakan untuk tidak mengalihkan perhatian pengunjung dari pesan utama yang ingin disampaikan oleh situs web bersangkutan.

3) Mudah Diingat (Easy to remember)

Memorability adalah suatu issue yang sensitif, penting untuk sekali-kali menyediakan fresh-look, tetapi akan salah jika merubah atau menyediakan suatu sistem navigasi baru hanya supaya situs web kelihatan tidak ketinggalan jaman.

4) Kesalahan (Few Errors)

Pada suatu halaman situs web tidak ada alasan untuk broken links, lebih baik jangan dicantumkan link dulu jika memang halaman situs web bersangkutan belum tersedia.

5) Kepuasan (Subjectively pleasing)

Sebuah situs web harus mudah digunakan. Pengunjung harus dapat menemukan data dan informasi yang mereka perlukan, selain itu pengunjung juga sabaiknya dapat melakukan download dengan cepat dan mengetahui kapan selesai ditransfernya data sehingga pengunjung dapat dengan mudah memberitahukan/mengirim isi situs tersebut kepada orang lain.

2.5. KONSEP PENGEMBANGAN USABILITY

Karakteristik User interface yang telah dikemukakan oleh Nielsen (2006) dapat dijadikan aturan pokok di dalam melakukan pengembangan situs web. Beberapa aturan pokok yang telah banyak dipergunakan antara lain adalah aturan-aturan pokok yang dikemukakan oleh Schneidermen (Eight Golden Rule Concept) dan Neilsen. Adapun delapan aturan pokok yang dijabarkan oleh Shneiderman (2006) maupun Neilsen (2006) adalah sebagai berikut:

1. Design dialogs to yield closure 2. Support internal locus of control

3. Reduce short-term memory load 4. Offer informative feedback 5. Strive for consistency


(35)

6. Enable frequent users to use shortcuts 7. Permit easy reversal of actions

8. Offer error prevention and simple error handling 1. Design dialogs to yield closure.

Beberapa tindakan yang dilakukan sebaiknya dikelompokkan menjadi beberapa grup sehingga apabila terdapat sebuah aksi maka algoritma yang dikerjakan dapat lebih terstruktur dan mudah ditelusuri (schneiderman, 2006).

Pada tampilan informasi, berita yang disajikan sebaiknya tidak ditampilkan secara keseluruhan terlebih dahulu melainkan hanya sepenggal berita yang relevan untuk ditampilkan sebagai head news. Untuk tampilan data keseluruhan sebaiknya disediakan fasilitas lompatan. Namun pada isi lengkap tersebut sebaiknya perlu lebih terfokus dan tidak keluar dari topik bahasan sehingga pengguna dapat menerima informasi secara akurat (Neilsen, 2006).

2. Support internal locus of control.

Responsif pada sebuah aplikasi sangat tergantung dari seberapa sering pengguna menggunakan aplikasi tersebut sehingga besarnya pemakaian oleh pengguna menjadi jauh lebih penting daripada berapa besar responsif terhadap tindakan tersebut. Banyaknya responsif pengguna tersebut manjadikan perlunya kontrol terhadap pemakaian aplikasi sehingga pengguna diyakinkan dapat mengetahui dimana mereka berada dan tindakan apa yang dapat mereka lakukan (Scheniderman, 2006).

3. Reduce short-term memory load.

Besarnya kapasitas masukan informasi terhadap pemakai menjadikan perlu penyederhanaan sebuah tampilan aplikasi sehingga dengan seringnya pengguna melihat tampilan yang sederhana akan menjadikan lebih mudah mengenal serta mempelajari isi aplikasi tersebut

Fleksibel dalam pemakaian dan efisiensi merupakan hal yang diharapkan pada sebuah sistim aplikasi. Pada situs web, fleksibilitas sangat membantu pengguna dalam penelusuran sebuah modul sehingga pemakaian dapat berjalan lebih cepat dan langsung menuju ke sasaran yang diinginkan


(36)

4. Offer informative feedback.

Pada saat seseorang melakukan interaksi terhadap sebuah aplikasi, diharapkan terjadi sebuah proses yang menghasilkan suatu reaksi baik yang terlihat maupun tidak sehingga aplikasi yang dipergunakan dapat berjalan lebih efektif apabila terjadi aksi dan reaksi.

5. Strive for consistency.

Kemantapan dalam menggunakan sebuah aplikasi dapat dilakukan hanya dengan melihat tampilan muka sebuah situs. Tampilan yang memiliki konsistensi yang tinggi dapat dengan mudah dikenali oleh pengguna, kesamaan dalam bentuk, warna, ukuran font dapat menghilangkan pola pandang yang berbeda sehingga kesamaan tersebut dapat membuat nyaman pengguna (Scheinderman, 2006).

Penempatan terhadap jenis huruf, warna maupun bentuk terhadap langkah cepat harus memiliki bentuk yang konsisten terhadap setiap tampilan sehingga tidak membingungkan pengguna dalam melakukan tindakan (Nielsen, 2006).

6. Enable frequent users to use shortcuts.

Semakin banyak interaksi yang dihasilkan akan memperlihatkan semakin besarnya minat pengguna pada tampilan sebuah situs. Cepatnya waktu responsive baik pada waktu proses maupun waktu tampil dapat menaikkan nilai tambah bagi pengguna (Scheinderman, 2006).

Diperlukannya tombol yang dapat memandu pemakai dalam melakukan aksinya hal ini dapat dipergunakan dalam bentuk tombol maupun lompatan teks. Sehingga alur dari penggunaan dapat terkontrol dengan benar. Sistim yang diciptakan dapat selalu memberikan informasi kepada pengguna apa yang dapat dikerjakan. Lompatan pada suatu situs harus jelas terlihat sehingga pada tombol menu yang diciptakan harus selalu terlihat pada tampilan web (Neilsen, 2006).

7. Permit easy reversal of actions.

Pada pemakaian sebuah situs, kiranya akan terjadi interaksi yang mengakibatkan terjadi atau tidaknya sebuah proses. Adapun terjadinya sebuah aksi yang tidak dikehendaki sebaiknya dapat dikembalikan ke bentuk semula (reversal) sehingga pilihan menu pengulangan keadaan sangat diperlukan (Schneiderman, 2006).

Penyediaan fasilitas bantu yang berbentuk pohon (tree) dapat pula memberikan banyak masukan sehingga pada user yang sedang membuka bagian


(37)

dari situs tidak akan merasa tersesat apabila sudah adanya pemberitahuan berbentuk tree tersebut. (Neilsen, 2006)

8. Offer error prevention and simple error handling.

Perlu ditampilkan beberapa pesan kesalahan ataupun peringatan terhadap tindakan yang berada di luar prosedur, hal tersebut dikarenakan pengguna bukan hanya seseorang yang mahir saja tetapi juga seseorang yang awam (Schneiderman, 2006).

Penanganan kesalahan penggunaan oleh user perlu dibuat sehingga pada situs terdapat pemberitahuan kesalahan atau perlu diberikan batasan-batasan penggunaan dari tiap-tiap form. Perancangan sebaiknya dapat membantu pemakai untuk mengenali, menganalisa dan mengantisipasi tiap-tiap kesalahan yang mungkin atau telah terjadi sehingga semakin banyak bantuan yang diberikan maka akan semakin mempermudah pengguna (Neilsen, 2006).

Dari delapan penjabaran konsep pengembangan situs web oleh Schneiderman, terdapat dua konsep pengembangan lainnya sebagaimana dikemukakan oleh Neilsen yaitu:

1. Match between system and the real world

Bahasa dari sistim yang dipergunakan seharusnya menggunakan bahasa baku dan aplikasi yang dibangun disesuaikan dengan perkembangan teknologi, hal ini untuk menghindari user yang mengalami kebosanan dalam mempergunakan aplikasi yang dibangun dan menghindari persepsi yang berbeda dalam penggunaan kalimat.

2. Help and documentation

Walaupun alat bantu pada umumnya tidak menampilkan sebuah dokumentasi kesalahan, ada baiknya pemberitahuan kesalahan dapat mempergunakana alat bantu berupa dokumentasi, sehingga apabila terjadi kesalahan para pengguna dapat mempelajari kesalahan yang ada dan dapat mengatasi hal tersebut dengan pengetahuan yang lebih mendalam.

Dari kedua teori yang dikemukakan tersebut terdapat beberapa kesamaan terutama dalam segi perancangan dan keterhubungannya terhadap Human-Computer Interaction sehingga menghadirkan kemudahan-kemudahan bagi pengguna dengan tidak mengesampingkan aspek seni desain (art desain) pada sebuah situs.


(38)

2.6. SITUS DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

Berdasarkan Inpres nomer 44 tahun 2002 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia, dinyatakan bahwa DPKTI merupakan wadah koordinasi wilayah pusat dan daerah yang berkedudukan di pusat. Dengan posisinya sebagai wadah koordinasi, maka keanggotaan yang terdapat dalam Dewan ini meliputi seluruh Gubernur Propinsi yang berada di Kawasan Timur Indonesia, yaitu seluruh Propinsi yang berada di Pulau Sulawesi, Kalimantan, Papua, Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara serta sebagian instansi pemerintahan pusat yang memiliki peranan penting dalam pembangunan di wilayah tersebut.

Tugas yang diemban oleh Dewa Pengembangan Kawasan Timur Indonesia adalah merumuskan dan menetapkan kebijakan strategis dan program prioritas untuk meningkatkan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia beserta penentuan tahapan dan prioritas pelaksanaannya.

Berdasarkan fungsinya DPKTI memiliki fungsi: (1) Menghimpun pemikiran serta saran dari berbagai kalangan yang diperlukan dalam rangka perumusan kebijakan strategis dan program prioritas pelaksanaan pembangunan Kawasan Timur Indonesia; (2) Mengkaji potensi pembangunan Kawasan Timur Indonesia; (3) Merumuskan dan menetapkan kebijakan strategis dan program prioritas, serta penentuan tahapan dan prioritas pembangunan Kawasan Timur Indonesia; (4) Mengevaluasi kebijakan strategis dan program prioritas pembangunan Kawasan Timur Indonesia baik yang telah atau sedang dilaksanakan oleh lembaga/instansi terkait; dan (5) Mengelola sistem informasi Kawasan Timur Indonesia.

Untuk memenuhi salah satu fungsi tersebut, maka pada tahun anggaran 2001-2002 DPKTI membentuk situs dengan menggunkanan konsep pemasukan data secara on-line maupun tidak bagi daerah-daerah yang memiliki keinginan untuk bekerjasama dalam pemberian informasi kepada masyarakat luas di Indonesia mengenai wilayahnya, kerjasama tersebut dikarenakan pembangunan infrastruktur yang tidak merata pada daerah-khususnya bagian timur indonesia. Pengembangan situs tersebut dalam prosesnya memiliki kendala-kendala baik dalam segi teknologi maupun sumberdaya manusia sehingga penerapan sistem tersebut kurang sukses untuk dikembangkan.

Perkembangan terutama dalam bidang tatanan pemerintahan terutama kaitannya dengan otonomi daerah, pemerintah pusat telah memberikan kebebasan


(39)

pemerintah daerah untuk mengembangkan pembangunannya di daerah-daerahnya masing-masing dengan ikut menerapkan teknologi informasi dalam hal ini Internet. Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang e-government, maka sangat dimungkinkan pada tiap-tiap daerah akan memiliki suatu situs tersendiri yang mencirikan wilayahnya masing-masing sehingga situs web DPKTI yang pada awalnya dibangun sebagai wadah koordinasi informasi daerah dapat dianggap sudah tidak relevan.

2.6.1. Struktur Pengembangan Situs

Perubahan pengembangan situs dilakukan dengan meminta bantuan konsultan IT (dalam hal ini PT. Phinisi) tanpa mengeliminir fitur yang sudah ada, hal tersebut karena sumber data yang sudah ada dan sayang bila dihilangkan. Pembuatan fitur baru mungkin mengalami kendala selain itu perlu beberapa perbaikan secara trial and error pada dasarnya masih memiliki perbedaaan visi dan pandangan pada pengambil keputusan.

Pada pembentukan awal, situs DPKTI difokuskan kepada daya tarik wilayah terutama pada KTI yang dapat menarik minat investor dalam menanamkan modalnya, hal tersebut terungkap pada diskusi langsung dengan Kepala Sekretariat DPKTI. Tahapan tersebut juga diharapkan adanya keterlibatan langsung instansi daerah untuk memberikan masukan informasi mengenai wilayahnya. Dengan terjadinya otonomi daerah setelah tahun 2002 dan dengan adanya berbagai kebijakan mengenai e-Government, maka perlu dilakukan perubahan pandangan yang lebih baru yaitu untuk lebih fokus kepada tugas dan fungsi dewan itu sendiri. 2.6.2. Cakupan dan Layanan

Cakupan dan layanan situs web DPKTI mempergunakan layanan standar yaitu hanya memberikan informasi seputar DPKTI dan berita-berita seputar KTI. Adapun layanan tersebut meliputi:

1. Berita/Informasi • Welcoming Page

Halaman awal situs web menampilkan berbagai informasi dan fasilitas-fasilitas pendukung yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pengguna. Informasi yang ditampilkan terbagi dalam enam bagian. Bagian pertama yang terletak pada bagian paling atas dari situs terbagi dalam empat modul, yaitu: (1) Home; (2) English; (3) Perusahaan; dan (4) Daftar Perusahaan, Bagian Kedua


(40)

adalah pada bagian atas kedua yang terbagi dalam lima kelompok, yaitu: (1) DPKTI; (2) Propinsi; (3) Peraturan; (4) Kebijakan; dan (5) Link Situs. Bagian Ketiga yang terletak pada bagian paling kiri dari situs terbagi dalam tiga modul, yaitu: (1) Login; (2) DPKTI Menu; dan (3) Buletin Info KTI, Bagian Keempat adalah pada bagian tengah yang merupakan tempat tampilan informasi dan memiliki beberapa link yang terhubung. Bagian Kelima adalah pada bagian paling kanan dari situs terbagi dalam tiga modul, yaitu: (1) Search; (2) Agenda; dan (3) Sponsor, dan Bagian Keenam adalah pada bagian paling bawah dari situs yang terbagi dalam empat modul, yaitu: (1) Peta Situs; (2) Versi Teks; (3) T&J; dan (4) Kontak Kami.

Karakteristik pengelolaan pada modul ini antara lain: − Limited Content

Adanya pembatasan jumlah informasi yang ditampilkan berita penggalan berita dari keseluruhan berita yang ada. Adapun dalam satu kali tampilan terdapat lima (5) berita dengan tampilan beberapa baris dari berita yang seharusnya ditampilkan. • Info Propinsi

Merupakan Modul yang terdapat pada Welcoming Page pada bagian atas kedua dari situs web, terdiri dari beberapa submodul yaitu: (1) Info Umum; (2) Kelembagaan; (3) Infrastruktur; (4) Sumberdaya Alam; (5) Penduduk; (6) Ketenagakerjaan; (7) Pendidikan; dan (8) Pariwisata. Dari delapan sub modul tersebut terdapat beberapa submodul lain di dalamnya.

Karakteristik pengelolaan pada modul ini antara lain: − Unlimited Content

Tidak ada pembatasan jumlah informasi yang dapat dimasukkan ke dalam info propinsi. Pembatasan mungkin terjadi berhubungan dengan kemampuan

webhosting yang digunakan.

Hierarchical Topic/Category Mapping

Info dibagi dalam urutan yang terstruktur menurut kategori dan sub-kategori yang akan memudahkan pengunjung mencari topik dari kategori kelompok yang diinginkan

Multiple Category for Information

Setiap informasi dapat dimasukkan kedalam satu atau beberapa kategori. Informasi yang sama dapat dipilih dari kategori yang berbeda, yang memasukkan


(41)

data dan/atau mem-publish serta memperbaharui informasi-informasi tersebut adalah tim redaksi

• Perpustakaan

Merupakan Submodul yang terdapat pada modul DPKTI Menu pada bagian paling kiri dari situs web.

Karakteristik pengelolaan pada modul ini antara lain: − Limited Content

Adanya pembatasan jumlah informasi yang ditampilkan dalam isi modul perpustakaan. Pembatasan juga mungkin terjadi berhubungan dengan kemampuan

webhosting yang digunakan. • Download

Merupakan Submodul yang terdapat pada modul DPKTI Menu pada bagian paling kiri dari situs web.

Karakteristik pengelolaan pada modul ini antara lain: − Unlimited Content

Tidak ada pembatasan jumlah informasi yang dapat dimasukkan ke dalam modul download. Pembatasan mungkin terjadi berhubungan dengan kemampuan

webhosting yang digunakan. 2. Modul interaktif

Modul interaktif merupakan sebuah modul yang perlu ada pada sebuah situs web, hal tersebut dilakukan guna memberikan layanan secara langsung kepada pengguna situs sehingga dapat menimbulkan ketertarikan dalam melakukan komunikasi secara dua arah, adapun pada situs web DPKTI memiliki beberapa modul interaktif antara lain:

ƒ Mesin Pencari (search engine): mesin pencaian ini berfungsi dalam mencari beberapa isi dari web yang sesuai dengan kata kunci yang diberikan kepada pengguna situs.

ƒ Dua bahasa (Bilingual): Bahasa yang di pergunakan dapat berupa bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional dan bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional


(42)

ƒ Tanya dan Jawab: Merupakan tampilan pertanyaan yang sering ditanyakan oleh pengguna web sehingga pertanyaan tersebut dapat menjadi referensi dalam melakukan penelusuran situs tersebut.

2.7. ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan sederhana dan fleksibel utuk menyelesaikan persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur. AHP dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika dari Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat. Menurut Saaty, AHP adalah suatu model yang luwes yang memungkinkan kita mengambil keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan nilai pribadi secara logis, dikemukakan juga bahwa proses ini dapat digunakan untuk mengorganisasikan informasi dan pengambilan keputusan dalam memilih alternatif yang paling disukai (Saaty, 1999).

Pada dasarnya metode AHP ini memecah situasi yang kompleks, tidak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini ke dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif tentang pentingnya setiap variabel, dan mensintesiskan pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki bobot atau prioritas paling tinggi dan memiliki peranan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pada situasi tersebut.

Model pendekatan AHP merupakan model keputusan individual dengan menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusannya. AHP dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana kriteria atau aspek yang diambil cukup banyak. Walaupun tidak menutup kemungkinan model yang lain ikut dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dengan metode AHP, namun metode AHP memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan metode lain, yaitu:

- Mempunyai struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai sub kriteria yang paling dalam.

- Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

- Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan.


(43)

- Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada pertimbangan preverensi dari setiap elemen dalam hirarki.

Kekuatan Proses Analitik ini memungkinkan para pengambil keputusan menggambarkan interaksi serentak dari banyak faktor baik yang sifatnya kuantitatif maupun kualitatif pada situasi yang kompleks dan tidak terstruktur. Proses ini membantu mengidentifikasi dan menetapkan prioritas atas dasar sasaran, pengalaman dan pengetahuan mereka tentang setiap masalah.

Model AHP sebaiknya menggunakan persepsi manusia yang berpengalaman (expert) sebagai input utamanya. Kriteria expert mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Untuk membuat keputusan dengan model AHP biasa dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu responden atau lebih dari satu expert. Penggunaan ini dilakukan karena suatu masalah harus dipecahkan dari berbagai sudut pandang. Masalah Situs DP-KTI misalnya kurang valid apabila hanya satu expert yang mengisi model ini. Karena situs merupakan media yang terbuka secara luas dan tidak hanya dipergunakan pada institusi yang bersangkutan saja malainkan juga para netter yang memiliki relevansi dengan institusi tersebut.

Menurut Marimin (2004) terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh antara lain:

a. Memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.

b. Memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistim dalam memecahkan persoalan kompleks.

c. Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistim dan tidak memaksakan pemikiran linier.

d. Mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

e. Memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal yang abstrak sehingga terciptanya suatu metode untuk menetapkan prioritas.

f. Dapat melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.


(44)

g. Dapat menuntun ke suatu penaksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

h. Dapat mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

i. Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.

j. Memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

2.7.1. Aksioma pada Proses Hirarki Analitik

Aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah kebenarannya atau yang pasti terjadi. Terdapat empat (4) buah aksioma yang harus diperhatikan para pemakai model Proses Hirarki Anlitik. Aksioma yang dimaksud adalah:

1. Aksioma 1

Perbandingan Resiprokal, artinya seorang pengambil keputusan harus bisa membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya, preferensi itu sendiri harus bisa memenuhi syarat respirokal, yaitu kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai dengan skala 1/x.

2. Aksioma 2

Homogenitas, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka seluruh elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk suatu cluster atau kelompok elemen baru.

3. Aksioma 3

Independen, artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa elemen tidak dipengaruhi oleh alternatif yang ada melainkan oleh obyektif secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam Proses Hirarki Analitik adalah ke atas. Artinya perbandingan antar elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh elemen-elemen atau level diatasnya.


(45)

4. Aksioma 4

Ekspektasi, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi, maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh elemen atau obyektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.

2.7.2. Hirarki

Dalam melakukan suatu analisa untuk keputusan yang kompleks, yang perlu diperhatikan pada tahap awal adalah pengungkapan tujuan yang ingin dicapai oleh pengambil keputusan, kemudian mengindentifikasi kriteria untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan. Bagitu banyak hal yang memenuhi bentuk atau kirarki tujuan dan kriteria, misalnya data, jumlah dan kualitas sumber, adanya keterbatasan-keterbatasan, dan sebagainya.

- Hirarki Tujuan

Suatu tujuan yang bersifat umum dapat dijabarkan kedalam sub-tujuan yang lebih terperinci, dan dilakukan terus sehingga diperoleh tujuan operasional. Pada hirarki terendah dapat ditentukan kriteria yang merupakan ukuran pencapaian tersebut.

- Penjabaran Hirarki Tujuan

Tidak ada ketentuan yang pasti sampai beberapa jauh tujuan dijabarkan menjadi tujuan yang lebih rendah. Hal yang harus diperhatikan adalah apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub-tujuan yang lebih rendah, hindarkan pembagian yang terlalu banyak, lakukan tes kepentingan, apakah suatu tindakan/hasil yang terbaik dapat diperoleh bila tujuan tersebut tidak dimasukkan.

- Penjabaran Kualitatif

Dengan melakukan penjabaran kualitatif dapat diperoleh kriteria yang dapat diukur.

- Skala Subjektif

Skala subjektif dipergunakan bila penjabaran yang terlalu terperinci tidak diperlukan.

2.7.3. Kriteria

Sebelum membuat keputusan diperlukan adanya kriteria untuk berbagai alternatif yang ada. Kriteria menunjukkan definisi masalah dalam bentuk yang konkrit dan kadang-kadang dianggap sebagai sasaran yang akan dicapai. Jika


(46)

memungkinkan dalam pembuatan kriteria harus digambarkan dalam bentuk kuantifikasi, karena ada juga hal yang tidak dapat dikuantifikasikan tetapi tidak dapat diabaikan. Setiap kriteria harus dapat menjawab pertanyaan penting mengenai seberapa baik suatu alternatif akan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Kriteria akan menentukan hasil evaluasi terutama jika proses pembandingan benar-benar terkuantifikasi dan terstruktur.

Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria untuk suatu pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

- Lengkap

Dapat mencakup seluruh aspek penting dalam persoalan tersebut, sehingga dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat tercapai.

- Operasional

Harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan dan dapat diukur sehingga dapat dipergunakan sebagai analisis dan sebagai sarana untuk meyakinkan pihak lain.

- Tidak Berlebihan

Jangan sampai ada kriteria yang mempunyai pengertian dasar yang sama untuk menghindarkan penghitungan berulang.

- Minimum

Jumlah kriteria diusahakan seminimal mungkin agar persoalan dapat lebih komprehensif.

2.7.4. Prinsip Dasar AHP

Saaty (1999), menyatakan ada tiga prinsip dasar AHP yaitu: 1. Prinsip Penyusunan Hirarki (Decomposition)

Penyusunan hirarki merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan yang terperinci melalui penyusunan realita dan permasalahan yang kompleks ke suatu bagian dalam bentuk kriteria pokok (atribut). Cara yang dipergunakan adalah dengan menggambarkan dan menguraikan segala bentuk permasalahan ke dalam unsur-unsur atau elemen-elemen pokok yang kemudian dibagi menjadi bagian-bagian lagi, dan seterusnya.

Tingkat teratas pada hirarki tersebut tujuan atau fokus. Sementara itu tingkat di bawahnya adalah kriteria. Apabila masih dapat dipecahkan lagi, maka tingkatan berikutnya disebut subkriteria dan seterusnya sampai tingkat


(47)

terakhir adalah alternatif-alternatif yang akan dievaluasi atau dipilih. Dalam penyusunan hirarki, diupayakan agar elemen-elemen yang terdapat pada satu tingkatan memiliki kesetaraan sehingga mempermudah perbandingan yang satu dengan yang lain.

Dengan memecah realita menjadi beberapa bagian yang homogen, dan membagi gugusan ini menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, kita dapat mengumpulkan seluruh informasi ke dalam hirarki suatu masalah yang membentuk gambaran lengkap dari seluruh sistem.

2. Prinsip Penetapan Prioritas (Syntesis of Priority)

Prioritas adalah hasil dari kemampuan manusia dalam memandang hubungan antara hal-hal yang diamati, dan dibedakan dengan intensitas preferensi manusia.

Penetapan prioritas merupakan cara menentukan peringkat elemen-elemen yang ada sesuai dengan tingkat kepentingan elemen-elemen-elemen-elemen tersebut. Setiap tingkatan hirarki diwujudkan dalam intensitas dan tingkat tujuan yang berbeda-beda, sehingga prioritas perlu ditetepkan.

Penentuan prioritas ini dilakukan dengan cara perbandingan secara berpasangan (pairwise comparison) antara elemen yang satu dengan yang lain dalam bentuk matriks. Pada matriks tersebut dilakukan penilaian terhadap: (1) elemen mana yang lebih penting/disukai/lebih mungkin dan (2) tingkat kepentingan elemen tersebut. Penyusunan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan Priority Setting.

3. Prinsip Konsistensi Logis (Logical Consistency)

Kosistensi logis merupakan cara untuk mencari hubungan antarelemen yang saling terkait dan menunjukkan konsistensi. Konsistensi logis memiliki dua pengertian, yaitu:

a. Pemikiran atau obyek yang serupa dikelompokkan menurut homogenitas dan relevansi. Buah anggur dan kelereng dapat dikelompokkan dalam suatu kelompok jika bulat merupakan kriteria relevansinya, namun tidak dapat dikelompokkan menjadi satu jika kriteria relevansinya adalah rasa.

b. Intensitas relasi antarobyek atau ide yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu saling membedakan secara logis. Jika kriterianya adalah manis dan madu dinilai empat kali lebih manis dibandingkan gula pasir, sementara


(48)

gula pasir dinilai dua kali lebih manis dibandingkan gula tetes, maka madu haruslah dinilai delapan kali lebih manis gula tetes. Jika madu hanya dinilai lima kali lebih manis dari gula tetes, maka penilaian tidak konsisten dan proses mungkin perlu diulang jika penilaian yang lebih akurat dapat diperoleh.

2.7.5. Klasifikasi dan penyusunan hirarki

Hirarki adalah alat mendasar dari pikiran manusia. Dalam hirarki, elemen-elemen suatu permasalahan diidentifikasikan, kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang homogen dan ditata dalam bentuk hirarki. Hirarki dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Hirarki Struktural

Pada hirarki struktural, sistem yang kompleks disusun ke dalam komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat strukturalnya seperti bentuk, ukuran, warna, atau umur. Hirarki struktural berhubungan erat dengan analisis permasalahan yang kompleks dengan memecahkan obyek ke dalam sejumlah kumpulan, subkumpulan, dan kumpulan yang lebih kecil lagi.

2. Hirarki fungsional

Sebaliknya, pada hirarki fungsional sistem yang kompleks diuraikan ke dalam komponen-komponen pokoknya menurut hubungan utamanya. Hirarki ini membantu untuk mengarahkan sistem kepada tujuan yang diinginkan, seperti pemecahan konflik.

Dalam penyusunan suatu hirarki, tingkatan hirarki tidak dibatasi dan disesuaikan dengan kebutuhan. Pendekatan seseorang dalam menyusun hirarki bergantung pada jenis keputusan yang harus diambil. Pada tingkat puncak, hirarki terdiri dari satu elemen saja yaitu tujuan, sasaran, atau fokus. Dari tujuan ini, dijabarkan beberapa subbagian yang dapat dibandingkan menurut tingkat kepentingan kontribusinya.

Dengan memecah permasalahan pada kelompok-kelompok yang homogen dan membagi lagi kelompok-kelompok ini menjadi subbagian yang lebih kecil, dapat dipadukan informasi-informasi yang beragam dalam struktur sehingga sistem dapat digambarkan secara lengkap.

2.7.6. Langkah-Langkah AHP

Menurut Rizky Darmawan (2005), langkah-langkah dalam AHP adalah sebagai berikut:


(49)

1. Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan. 2. Menstruktur permasalahan secara hirarkis dari sudut pandang manajerial

secara menyeluruh.

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk setiap elemen dalam hirarki.

4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan matriks perbandingan berpasangan.

5. Memasukkan data dalam matriks perbandingan berpasangan untuk memperoleh prioritas setiap elemen hirarki dan menguji konsistensinya. 6. Melakukan langkah 3, 4, dan 5 untuk setiap langkah hirarki.

7. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan vektor-vektor prioritas itu dengan bobot-bobot kriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas tersebut dengan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, dan seterusnya. Hasilnya adalah vektor prioritas menyeluruh untuk tingkat hirarki paling bawah.

8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini kemudian dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan diameter tiap matriks. Rasio konsistensi hirarki itu harus tidak lebih dari 10%. Jika tidak, prosesnya harus diperbaiki atau diulang.

Langkah-langkah di atas berlaku umum untuk pengukuran relatif, di mana perbandingan berpasangan diaplikasikan sepenuhnya. Penggunaan pengukuran absolut merupakan substitusi metode perbandingan berpasangan secara langsung antaralternatif, yang dilakukan dengan menggunakan himpunan intensitas sebagai bahan perbandingan tak langsung bagi alternatif akhir. Jadi, alternatif tidak dimasukkan dalam perbandingan berpasangan secara langsung. Beberapa langkah substitusi dan atau tambahan untuk pengukuran absolut, yaitu:

1. Perbandingan berpasangan dilakukan pada kriteria dan himpunan intensitas untuk mendapatkan bobot atau prioritas.

2. Alternatif-alternatif yang biasanya berjumlah lebih dari sembilan dibandingkan terhadap skala intensitas yang telah diterapkan pada masing-masing kriteria atau subkriteria.


(50)

2.7.7. Perhitungan Dalam Pengukuran Absolut

Dalam pengukuran absolut, terdapat beberapa perhitungan matematis guna mendapatkan bobot kriteria dan bobot himpunan intensitas, yaitu:

1. Perbandingan berpasangan 2. Perhitungan bobot elemen 3. Rasio konsistensi

4. Uji konsistensi hirarki 1. Perbandingan Berpasangan

Pada perhitungan ini digunakan skala perbandingan 1 sampai dengan 9. skala perbandingan ini, yang disebut sebagai skala fundamental, diturunkan berdasarkan riset psikologis Saaty (1999) atas kemampuan individu dalam membuat suatu perbandingan secara berpasangan terhadap beberapa elemen yang akan diperbandingkan.

Skala 1 dianggap terbaik karena tingkat akurasinya yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean Square) dan MAD (Mean Absolute Deviation) pada berbagai permasalahan. Skala dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan.

Tingkat Definisi Keterangan

1 Kedua elemen sama penting Kedua elemen memiliki pengaruh yang sama. 3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting daripada yang lain

Penilaian sedikit lebih memihak pada salah satu elemen

dibanding pasangannya. 5 Elemen yang satu lebih

penting daripada yang lainnya.

Penilaian sangat memihak pada salah satu elemen dibanding pasangannya.

7 Elemen yang satu jelas sangat penting daripada elemen yang lainnya.

Salah satu elemen sangat berpengaruh dan dominasinya tampak secara nyata.

9 Elemen yang satu mutlak sangat penting daripada

Bukti bahwa salah satu elemen sangat penting daripada


(51)

Tingkat Definisi Keterangan

elemen yang lainnya. pasangannya adalah sangat jelas.

2, 4, 6, 8 Nilai tengah diantara dua perbandingan yang berdekatan

Nilai ini diberikan jika terdapat keraguan di antara kedua penilaian yang berdekatan. Kebalikannya Jika elemen x mempunyai salah satu nilai di atas pada saat

dibandingkan dengan elemen y, maka elemen y mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan elemen x.

Selain dipergunakan untuk kepentingan individual, AHP dapat pula dipakai dengan baik dalam sebuah kelompok pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan oleh lebih dari satu orang expert akan menimbulkan masalah mengenai bagaimana mengatur proses pengisian persepsi hirarki baik dari segi pengertian responden akan model AHP, maupun masalah pembuatan analisis dan kesimpulan dari persepsi banyak responden.

Ada dua cara umum yang biasa dipakai dalam pengisian persepsi model AHP: 1. Cara konsensus, dimana semua responden dikumpulkan dalam suatu

tempat dan mereka harus mengeluarkan satu penilaian saja untuk satu perbandingan.

2. Cara pengisian yang terpisah, yaitu menghubungi responden secara terpisah, bisa melalui wawancara langsung atau melalui kuisioner.

Metode pengisian model AHP dengan cara konsensus agak sulit dilakukan mengingat sulitnya mengumpulkan beberapa orang sekaligus dalam suatu tempat dan waktu yang sama. Apalagi yang dikumpulkan adalah para pengambil keputusan yang ahli dalam bidangnya.

Metode pengisian yang terpisah dengan wawancara dapat memudahkan si pembuat model mengetahui persepsi sebenarnya dari sang responden. Namun dengan jumlah responden lebih dari lima orang, cara ini dianggap tidak efektif karena menghabiskan waktu dan tenaga dari si pembuat model.

Dari segi efektifitasnya, metode kuisioner dianggap lebih baik. Setelah kuisioner selesai diisi, maka masalah berikutnya adalah bagaimana cara


(52)

mendapatkan satu hasil akhir dari sekian banyak responden yang masing-masing mengisi kuisioner tersebut.

Cara yang paling umum dipakai oleh banyak pembuat model AHP adalah dengan menghitung rata-rata penilaian dari semua responden.

Ada dua model rata-rata yang dapat dipakai. Yang pertama adalah rata-rata hitung dan yang kedua adalah rata-rata ukur (geometri). Karena penilaian gabungan ini dilakukan untuk setiap sel dalam matriks perbandingan, maka akan didapatkan matriks perbandingan berpasangan baru yang merupakan matriks perbandingan berpasangan gabungan dari jawaban semua responden.

1. Pemakaian rata-rata hitung

Ada dua jenis asumsi yang dipakai

a. Asumsi pertama, peran setiap responden adalah sama Rumusnya: w n

a

n

a

a

a

=

+

+

+

2

....

1

Dengan : aw = Penilaian gabungan (penilaian akhir).

ai = Penilaian responden ke-i (dalam skala 1/9 sampai dengan 9).

n = Banyaknya responden

b. Asumsi kedua, peran setiap responden berbeda, tergantung pada bobot tertentu. Rumusnya: w n n

a

n

a

w

a

w

a

w

=

+

+

+

.

....

.

.

1 2 2

1

Dengan: aw = Penilaian gabungan (penilaian akhir).

ai = Penilaian responden ke-i (dalam skala 1/9 sampai dengan 9).

n = Banyaknya responden

Untuk kedua asumsi perhitungan diatas, langkah selanjutnya adalah mencari bobot setiap elemen dalam matriks tersebut yang sudah merupakan bobot prioritas gabungan.


(53)

2. Pemakaian rata-rata ukur (geometri)

Secara statistik, ada metode rata-rata lain yang lebih cocok untuk deret bilangan yang sifatnya rasio atau perbandingan seperti skala dalam model AHP. Cara tersebut adalah rata-rata ukur yang menyatakan akar pangkat n dari hasil perkalian bilangan sebanyak n.

Kelebihan metode rata-rata ini selain cocok untuk bilangan rasio atau perbandingan, juga mampu mengurangi gangguan yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil. Rumus rata-rata ukur adalah sebagai berikut:

w n n a ×a ×..×a =a

2 1

Dengan: aw = Penilaian gabungan (penilaian akhir).

ai = Penilaian responden ke-i (dalam skala 1/9 sampai dengan 9).

n = Banyaknya responden.

Sama dengan cara diatas, setelah di dapat aw untuk setiap sel, dibentuk sebuah matriks perbandingan berpasangan gabungan baru kemudian dicari bobot atau prioritas setiap elemen.

2. Perhitungan Bobot Elemen

Perhitungan formulasi matematis dalam AHP dilakukan dengan menggunakan matriks dan dimulai pada puncak hirarki. Jika dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen operasi terdapat n elemen operasi, yaitu A1, A2, ..., An, maka kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan setiap elemen terhadap kriteria pada tingkat di atasnya (misalnya M) akan membentuk matriks berukuran n x n.

M = (aij) Æ (ij = 1, 2, 3, ..., n)

Nilai aij merupakan nilai hasil perbandingan antara elemen A1 terhadap A2. matriks perbandingan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:


(54)

Tabel 2 Matriks perbandingan Berpasangan

A A1 A2 ... An

A1 1 a12 ... a1n

A2 1/a12 1 ... a2n

... ... ... 1 ...

An 1/a1n 1/a2n ... 1

Beberapa aturan untuk mengisi nilai aij adalah:

1. Diagonal matriks harus bernilai 1 karena elemen yang dibandingkan adalah sama.

2. Jika aij = x, maka aij = 1/x, untuk aij≠ 0

Unsur-unsur pada matriks tersebut didapatkan melalui perbandingan antara satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya pada tingkatan hirarki yang sama. Misalkan unsur a11 adalah perbandingan antara elemen A1 dengan elemen A1 sendiri, dengan demikian nilai unsur a11 adalah satu (1). Demikian pula perbandingan antara elemen A1 dengan elemen A2, besarnya nilai a21 adalah 1/a12, yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen A2 terhadap A1.

Selanjutnya langkah-langkah perhitungan bobot dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menjumlah nilai setiap kolom.

2. Membagi nilai aij dengan jumlah kolom masing-masing sehingga diperoleh matriks yang dinormalisasi.

3. Menjumlah nilai setiap baris pada matriks normalisasi dan membaginya dengan jumlah elemen setiap baris. Hasil yang diperoleh merupakan bobot masing-masing elemen matriks.

3. Rasio Konsistensi

Setelah mencari bobot prioritas setiap elemen, tingkat konsistensi pengisian matriks dari responden juga harus diperhitungkan, dalam perbandingan berpasangan dapat terjadi bahwa pertimbangan yang diberikan tidak konsisten yang menyebabkan matriks menjadi tidak konsisten pula. Dalam persoalan pengambilan keputusan, perhitungan tingkat konsistensi sangat penting karena kita tidak ingin keputusan yang diambil berdasarkan atas pertimbangan acak dan mempunyai


(55)

konsistensi rendah. Di lain pihak, konsistensi yang sempurna atau 100% sangat sulit dicapai.

Umumnya, tingkat inkonsistensi sampai dengan 10% masih dapat diterima oleh orang banyak sehingga besarnya rasio konsistensi harus lebih kecil atau sama dengan 10% agar pertimbangan dapat dinilai konsisten, tetapi apabila selain dari itu maka harus segera diadakan penyesuaian mengingat bahwa inkonsistensi yang tinggi menyiratkan adanya kesalahan atau kekurangpahaman dalam pengisian. Langkah-langkah perhitungan rasio konsistensi adalah sebagai berikut:

1. Menghitung λmaks :

a. Mengalikan nilai kolom ke-n dengan bobot baris ke-n. b. Menjumlahkan hasilnya per baris

c. Membagi jumlah baris tersebut dengan bobot masing-masing baris. d. Menghitung rata-rata dari jumlah tersebut, hasilnya adalah λmaks 2. Menghitung Indeks Konsistensi, yaitu dengan rumus:

1

=

n

n

CI

λ

maks

dimana: λmaks = nilai eign maksimum n = ukuran matriks CI = Indeks Konsistensi

3. Menghitung Rasio Konsistensi, yaitu dengan rumus:

RI

CI

CR

=

dimana RI adalah indeks konsistensi acak yang besarnya tergantung dari orde matriks dan dapat ditentukan berdasarkan Tabel. 3.

Tabel 3 Nilai Indeks Acak (RI).

OM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59

4. Uji Konsistensi Hirarki

Secara keseluruhan hirarki juga harus konsisten. Untuk menguji konsistensi hirarki, digunakan hasil indeks konsistensi dan prioritas relatif tiap matriks perbandingan berpasangan pada tingkat hirarki tertentu. Rumus yang digunakan untuk menguji konsistensi hirarki adalah:


(1)

No. Pertanyaan KRITERIA PENILAIAN

7 Apakah pemasukan perintah pada fitur situs dapat diselesaikan dalam satu langkah mudah (shortcut) ?

selalu dapat

kadang-kadang

tidak dapat

Tampilan awal 7 2

Propinsi 1 5 3

Downloads 1 6 2

Perpustakaan 1 5 3

8 Apakah dalam pemakaiannya pengguna dapat melakukan

pengulangan pengoperasian fitur situs ?

selalu dapat

kadang-kadang

tidak dapat

Tampilan awal 1 3 4

Propinsi 1 4 3

Downloads 1 4 3

Perpustakaan 1 5 2

9 Apakah dalam pemakaiannya pengguna dapat dengan mudah

menggunakan langkah cepat (shortcut) ?

selalu dapat

kadang-kadang

tidak dapat

Tampilan awal 6 3

Propinsi 1 6 2

Downloads 7 2

Perpustakaan 6 3

10 Pada saat anda mempergunakan alat bantu mesin pencari (Search Engine) anda dapat dengan mudah menemukan dan mendapatkan informasi yang diperlukan ?

selalu dapat

kadang-kadang

tidak dapat

Tampilan awal 2 5 2

Propinsi 3 3 3

Downloads 2 3 4


(2)

Lampiran 6 Tabel Perbandingan Berpasangan

Perbandingan Berpasangan Terhadap Goal

Design Dialogs

Locus Control

Term Memory

Load

Feedback Consistency Shortcut Easy Reversal

Preventive Error

Design Dialogs

1 3/2 2/3 6/5 1 6/5 3 3

Locus Control

2/3 1 4/9 4/5 2/3 4/5 2 2

Term Memory

Load

3/2 9/4 1 9/5 3/2 9/5 9/2 9/2

Feedback 5/6 5/4 5/9 1 5/6 1 5/2 5/2

Consistency 1 3/2 2/3 6/5 1 6/5 3 3

Shortcut 5/6 5/4 5/9 1 5/6 1 5/2 5/2

Easy Reversal

1/3 1/2 2/9 2/5 1/3 2/5 1 1

Preventive Error

1/3 1/2 2/9 2/5 1/3 2/5 1 1

Perbandingan Berpasangan Terhadap Design Dialogs

Tampilan Awal Propinsi Downloads Perpustakaan

Tampilan Awal 1 6/5 6/5 6/5

Propinsi 5/6 1 1 1

Downloads 5/6 1 1 1

Perpustakaan 5/6 1 1 1

Perbandingan Berpasangan Terhadap Locus Control

Tampilan Awal Propinsi Downloads Perpustakaan

Tampilan Awal 1 4/3 1 1

Propinsi 3/4 1 3/4 3/4

Downloads 1 4/3 1 1


(3)

Perbandingan Berpasangan Terhadap Term Memory Load

Tampilan Awal Propinsi Downloads Perpustakaan

Tampilan Awal 1 1 9/8 1

Propinsi 1 1 9/8 1

Downloads 8/9 8/9 1 8/9

Perpustakaan 1 1 9/8 1

Perbandingan Berpasangan Terhadap Feedback

Tampilan Awal Propinsi Downloads Perpustakaan

Tampilan Awal 1 6/5 3/2 3/2

Propinsi 5/6 1 5/4 5/4

Downloads 2/3 4/5 1 1

Perpustakaan 2/3 4/5 1 1

Perbandingan Berpasangan Terhadap Consistency

Tampilan Awal Propinsi Downloads Perpustakaan

Tampilan Awal 1 1 1 1

Propinsi 1 1 1 1

Downloads 1 1 1 1

Perpustakaan 1 1 1 1

Perbandingan Berpasangan Terhadap Shortcut

Tampilan Awal Propinsi Downloads Perpustakaan

Tampilan Awal 1 1 1 1

Propinsi 1 1 1 1

Downloads 1 1 1 1

Perpustakaan 1 1 1 1

Perbandingan Berpasangan Terhadap Easy Reversal

Tampilan Awal Propinsi Downloads Perpustakaan

Tampilan Awal 1 1 1 1

Propinsi 1 1 1 1

Downloads 1 1 1 1


(4)

Perbandingan Berpasangan Terhadap Preventive Error

Tampilan Awal Propinsi Downloads Perpustakaan

Tampilan Awal 1 1 1 1

Propinsi 1 1 1 1

Downloads 1 1 1 1

Perpustakaan 1 1 1 1

Lampiran 7 Tabel Prioritas dan Pembobotan

Prioritas dan Pembobotan Terhadap Goal

Prioritas Kriteria Bobot

2 Design dialogs to yield closure 0,156

6 Internal locus 0,070

1 Term memory load 0,354

4 Informative feedback 0,100

3 Strive for consistency 0,156

5 Enable users to use shortcut 0,100

7 Easy reversal 0,032

8 Error prevention 0,032

Inconsistensi: 0,02

Prioritas dan Pembobotan Fitur Terhadap Design dialogs to yield closure

Prioritas Fitur Bobot

1 Tampilan Awal 0,400

2 Propinsi 0,200

3 Downloads 0,200

4 Perpustakaan 0,200

Inconsistensi: 0,00

Prioritas dan Pembobotan Fitur Terhadap Internal locus

Prioritas Fitur Bobot

1 Tampilan Awal 0,286

4 Propinsi 0,143

2 Downloads 0,286

3 Perpustakaan 0,286


(5)

Prioritas dan Pembobotan Fitur Terhadap Term memory load

Prioritas Fitur Bobot

1 Tampilan Awal 0,286

2 Propinsi 0,286

4 Downloads 0,143

3 Perpustakaan 0,286

Inconsistensi 0,00

Prioritas dan Pembobotan Fitur Terhadap Informative feedback

Prioritas Fitur Bobot

1 Tampilan Awal 0,395

2 Propinsi 0,278

3 Downloads 0,163

4 Perpustakaan 0,163

Inconsistensi: 0,02

Prioritas dan Pembobotan Fitur Terhadap Strive for consistency

Prioritas Fitur Bobot

1 Tampilan Awal 0,250

2 Propinsi 0,250

3 Downloads 0,250

4 Perpustakaan 0,250

Inconsistensi: 0,00

Prioritas dan Pembobotan Fitur Terhadap Enable users to use shortcut

Prioritas Fitur Bobot

1 Tampilan Awal 0,250

2 Propinsi 0,250

3 Downloads 0,250

4 Perpustakaan 0,250


(6)

Prioritas dan Pembobotan Fitur Terhadap Easy reversal

Prioritas Fitur Bobot

1 Tampilan Awal 0,250

2 Propinsi 0,250

3 Downloads 0,250

4 Perpustakaan 0,250

Inconsistensi: 0,00

Prioritas dan Pembobotan Fitur Terhadap Error prevention

Prioritas Fitur Bobot

1 Tampilan Awal 0,250

2 Propinsi 0,250

3 Downloads 0,250

4 Perpustakaan 0,250