sesungguhnya memperoleh informasi yang keliru dan membuat keputusan bisnis menjadi keliru pula. Akibatnya terjadi kesalahan dalam mengalokasikan
sumber daya. c.
Political cost hypothesis Political cost hypothesis menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih
dan menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat memperkecil atau memperbesar laba yang dilaporkannya. Konsep ini membahas bahwa manajer
perusahaan cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang-undang perpajakan, apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat
diprolehnya. Manajer akan mempermainkan laba agar kewajiban pembayaran tidak terlalu tinggi sehingga alokasi laba sesuai dengan kemauan perusahaan.
2.2.3. Teknik Earnings Management
Semakin meluasnya aktivitas earnings management yang memang telah mengakibatkan hancurnya tatanan ekonomi, etika dan moral dipertanyakan
kembali, kelayakan prisip akuntansi, integritas dan kredibilitas para pelaku ekonomi serta akuntan publik tidak ada kesepakatan antar pihak terhadap aktivitas
kecurangan ini. Kelayakan akuntansi berterima umum ini disebabkan prinsip akuntansi merupakan regulation driven yang harus disepakati seseorang ketika
mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan. Oleh sebab itu, saat ini berkembang pendapat yang dipakai untuk menjelaskan mengapa earnings
management dilakukan perusahaan terkait dengan prisip akuntansi ini. Menurut
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Setiawati dan Na”im 2000 dalam Halim 2005 tehnik dan pola manajem laba dapat dilakukan dengan tiga tehnik:
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment perkiraan terhadap
estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, biaya
garansi dan lain-lain b. Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi yaitu merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka
tahun ke metode depresiasi garis lurus. c. Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode
akuntansi berikutnya, mempercepat menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat menunda pengiriman produk kepelanggan,
mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak terpakai.
2.2.4. Metode Earnings Management
Setelah memilih metode akuntansi dan menentukan nilai estimasi sesuai dengan kepentingannya, manajer membuat kebijakan bagaimana cara
menerapkannya tanpa harus melanggar prinsip akuntansi. Upaya untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi yang sesuai dengan kepentingan manajer bisa
dilakukan untuk mengelola dan mengatur labanya. Metode earnings management menurut Scott 1997 dapat dilakukan dengan cara :
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
a. Taking a bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba dimasa datang.
b. Income minimization. Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat probilitas yang tinggi
sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income maximization. Dilakukan pada saat perusahaan mengalami penurunan laba. Tindakan atas
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi dengan tujuan manajer memperoleh bonus yang lebih besar.
d. Income smoothing. Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga
dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.2.5.Hubungan Earnings Management dengan Corporate Social Responsibiliti
CSR.
Earnings management merupakan aktivitas manajerial untuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan keuangan. Apa yang dilakukan manajer itu bisa
diterima, sejauh yang dilakukan manajer masih dalam ruang lingkup prinsip akuntansi yang berterima umum. Namun jika tindakan yang dilakukan seorang
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
manajer untuk mempengaruhi laporan keuangan dilakukan untuk mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri dengan memanfaatkan ketidaktahuan orang lain
akan informasi perusahaan yang sesungguhnya, maka earnings management dianggap sebagai perbuatan curang. Salah satu konsekuensi dari tindakan
earnings management adalah bahawa perusahaan kehilangan dukungan dari pemangku kepentingan, yang dapat mengakibatkan peningkatan kewaspadaan dari
pemegang saham shareholder dan kelompok stakeholder yang terkena dampak Zahra et al, 2005.
Untuk memanipulasi aktivitas earnings managemnt, manajer dapat membuat Corporate Social Responsibility CSR. Kegiatan CSR adalah alat yang ampuh
untuk mendapat dukungan dari stakeholder. Dengan cara ini manajer akan mengurangi kemungkinan dipecat. Sebuah perusahaan dengan CSR yang baik
dianggap tidak melakukan earnings management karena perusahaan yang bertanggungjawab sosial tidak akan menyembunyikan laba yang realistis. Dengan
CSR akan menambah transparansi dan mengurangi peluang untuk mengelola laba dan dengan membuat banyak ungkapan dapat mengelabui para shareholder .
Menurut Prior et.al 2008. “ management flexibility of financial report as it does not requesentveal
earning condition obtained by the company. Methode to make manager possible to protect his position and keep his interest is by involving theirself to the activity
that widely aimed todevelop the relationship with stakeholder of the company and environmental activity, that commonly known as CSR, to get support from the
prior groups”.
Alasan lain melakukan CSR, manajer mendapat liputan dari media, legitimasi dari masyarakat, regulasi yang menguntungkan, dan pengawasan yang
berkurang dari investor dan karyawan. Pada saat yang sama aktivitas tersebut dapat juga mengurangi kemungkinan produk perusahaan untuk diboikot. Manajer
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dalam mempertahankan posisinya melakukan praktek menajemen laba akan proaktif dalam supporting public protection and stakeholder through social
responsibility.
2.3. Good Corporate Governance GCG