BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perbedaan pembuatan surat wasiat dalam KUH Perdata dan Kompilasi Hukum Islam yaitu disebutkan dalam KUH Perdata bahwa surat wasiat dapat
dinyatakan baik dengan akta tertulis sendiri, yang seluruhnya harus ditulis dan ditanda tangani oleh yang mewariskan atau olografis, baik dengan akta
umum, juga akta rahasia atau tertutup. Surat wasiat harus disimpan kepada seorang notaris, dibantu oleh 2 orang saksi atau yang wajib segera membuat
sebuah akte penyimpanan yang harus ditanda tangani oleh yang mewariskan. Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam suatu surat wasiat dapat
dinyatakan dalam bentuk lisan di hadapan 2 orang saksi, atau dalam bentuk tertulis di hadapan 2 orang saksi, atau di hadapan notaris. Dan surat wasiat
yang bentuknya tertutup dan disimpan pada notaris dapat dibuka olehnya di hadapan ahli waris dan disaksikan oleh 2 orang saksi dengan membuat berita
acara pembukaan surat wasiat tersebut. 2. Pelaksanaan surat wasiat menurut KUH Perdata harus berdasarkan apa yang
dibuat oleh pewaris artinya pewaris telah membuat masing-masing bagian ahli waris, sehingga seorang pelaksana wasiat tidak berkuasa menunjuk
seorang pengganti. Pelaksana wasiat merupakan tugas penting yang harus diketahui yang mana apabila ada perselisihan ia berkuasa untuk memajukan
kepada hakim guna mempertahankan sahnya surat wasiat, pelaksana wasiat harus menyegel barang-barang warisan, jika di antara para ahli waris tidak
Universitas Sumatera Utara
ada yang hadir. Sedangkan menurut ketentuan hukum islam bagi seorang yang merasa ajalnya sudah dekat dan ia meninggalkan harta yang cukup
maka diwajibkan kepadanya untuk membuat wasiat baik kepada orang tuanya, maupun kerabatnya. Kompilasi Hukum Islam dalam buku II Bab VI
Pasal 194 menyatakan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan wasiat yaitu: pewasiat harus berumur 21 tahun, berakal sehat,
harta benda yang diwasiatkan harus merupakan hak pewasiat, peralihan hak terhadap barangbenda yang diwasiatkan adalah setelah pewasiat meninggal
dunia. Menyangkut persyaratan yang harus dilakukan atau dipenuhi dalam
pelaksanaan perwasiatan antara lain Pasal 195 KHI : a. Apabila wasiat itu dilakukan secara lisan maupun tertulis hendaklah
pelaksanaannya dilakukan dihadapan 2 dua orang saksi atau dihadapan notaris.
b. Wasiat hanya dibolehkan maksimal sepertiga dari harta warisan kecuali ada persetujuan semua ahli waris.
c. Wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris. d. Pertanyaan persetujuan pada poin 2 dan 3 dapat dilakukan secara lisan
maupun tulisan dihadapan 2 dua orang saksi atau dibuat dihadapan notaris. Kemudian wasiat yang diberikan oleh pewaris dapat dilakukan pendaftaran
atas harta peninggalannya, dan setelah didaftarkan, si penerima wasiat berkewajiban untuk mengatur harta benda tersebut.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran