The communication behaviors of members of the house of representatives commission IV of the republic of indonesia in hearings with the ministry of agriculture in 2010

(1)

PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KOMISI IV DALAM RAPAT

DENGAR PENDAPAT DENGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

TAHUN 2010

DISERTASI

HALOMOAN HARAHAP

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Perilaku Komunikasi Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Pertanian Tahun 2010 adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk manapun. Bahan rujukan atau sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan ataupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juli 2012


(3)

(4)

Abstrack

HALOMOAN HARAHAP. The Communication Behaviors of Members of the House of Representatives Commission IV of the Republic of Indonesia in Hearings with the Ministry of Agriculture in 2010. Advisors: S. SARWITITI S. AGUNG (Chairman), BASITA GINTING SUGIHEN (Member) and DARWIS S. GANI (Member)

A hearing (RDP) is a means of communication between the House of Representatives of the Republic of Indonesia (DPR-RI) with the government. Through RDP, the House members can deliver the aspirations of the people and influence the government to prepare a development program tailored to the interests of the people, especially in the fields of agriculture, fisheries, marine, forestry, and food, which Commission IV actually deals with. So far, the communication behaviors of the House members with the government in RDP not much has been known. Therefore, this research attempted to focus its study on the communication behaviors of the members of the House of Representatives Commission IV of the Republic of Indonesia in hearings with the Ministry of Agriculture in 2010. The research objectives were to describe the interest content of messages and the methods of communication presentation of the members of the House of Representatives Commission IV in RDP. The study used a content analysis method. The research materials were the minutes of RDP in 2010 by carrying out a census. There were two major research variables, namely communication behaviors and characteristics. Communication variables were operationalized into dimensions of message content and delivery method. Characteristic variables were limited to gender, age, religion, educational level, job type of initial employment and term of office period. The analysis units of the study were separately defined in statements. Prior to the study, a reliability test was conducted. The data processing used descriptive statistics and correlation test of Kendall's tau -b. The research results showed that in terms of gender the members of the House of Representatives Commission IV were dominated by males with a dominant age group of 41-60 years. Undergraduate education (Strata 1) was the educational background of most of the House members. The initial occupation of most of the House members was an entrepreneur. Most members of the Commission IV have one period of office term. The types of RDP information were dominantly related to the government. The message interest content was more people-oriented interest. The messages conveyed mostly discussed problem substances and problem-solving orientations. In the meantime, the types of reasons were mostly about symptoms accompanied by narrative evidence. The method of presenting communication mostly used clear sentences which were less critical and assertive. The characteristics were not related to the content of messages and ways to present communication.

Keywords: communication message, message content, presentation method, and hearings.


(5)

RINGKASAN

HALOMOAN HARAHAP. Perilaku Komunikasi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Komisi IV dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Pertanian Tahun 2010. Komisi Pembimbing: SARWITITI S. AGUNG (Ketua), BASITA GINTING SUGIHEN (Anggota) dan DARWIS S. GANI (Anggota)

Rapat Dengar Pendapat (RDP) adalah sarana komunikasi antara Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) dengan pemerintah. Melalui RDP, anggota DPR-RI dapat menyampaikan aspirasi rakyat dan mempengaruhi pemerintah agar menyusun program pembangunan yang sesuai kepentingan rakyat. Perilaku komunikasi anggota DPR-RI dalam RDP sangat penting untuk mempengaruhi pemerintah. Sejauh ini belum banyak diketahui bagaimana perilaku komunikasi anggota DPR-RI dalam RDP dengan pemerintah. Komisi IV badan kelengkapan DPR-RI yang membidangi pertanian, perikanan, kelautan, kehutanan, dan pangan. Karenaa itu, penelitian ini menggkaji 1) Informasi apa yang dibicarakan anggota DPR-RI sewaktu mengadakan RDP dengan pemerintah? 2) Kepentingan siapa yang mereka suarakan? 3) Bagaimana perilaku komunikasi anggota DPR-RI dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan 1) Jenis agenda RDP antara DPR-RI komisi IV dengan Kementerian Petanian tahun 2010. 2) Muatan kepentingan pesan komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010. 3) Perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.

Penelitian Perilaku Komunikasi Anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010 menggunakan metode penelitian analisis isi. Sebagai bahan penelitian ditetapkan notulensi RDP antara DPR-RI komisi IV dengan Kementerian Pertanian tahun 2010 dengan melakukan sensus. Terdapat dua variabel mayor penelitian, perilaku komunikasi dan karakeristik. Variabel perilaku komunikasi dioperasionalkan menjadi dimensi isi pesan dan cara penyajian. Dimensi isi pesan diuraikan menjadi kategori muatan kepentingan, kesesuaian tema, orientasi, jenis alasan dan bentuk bukti. Sedangkan dimensi cara penyajian diuraikan menjadi kategori kejelasan kalimat, sikap kritis, dan bentuk penyampaian. Variabel karakteristik dibatasi pada jenis kelamin, umur, agama, tingkat pendidikan, fraksi, jenis pekerjaan awal dan masa bakti. Variabel karakteristik diduga berhubungan dengan variabel perilaku komunikasi. Penelitian menetapkan individu dalam pernyataan sebagai unit analisis.

Sebelum pelaksanaan penelitian, dilakukan uji reliabilitas kategori dengan menggunakan 3 orang ahli. Hasil pengujian dihitung reliabilitas dengan menggunakan rumus Holsti dan diperoleh nilai reliabilitas di atas nilai kritis (r = >0,70). Hasil penelitian diolah menggunakan statistik deskriptif dan uji korelasi Kendall’s tau-b.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 53 orang Anggota DPR-RI komisi IV dengan karakteristik dominan laki-laki. Kelompok umur dominan adalah 41-60 tahun. Tingkat pendidikan paling banyak sarjana strata satu (S1). Pekerjaan sebelum terpilih menjadi anggota legislatif lebih banyak sebagai pengusaha. Sebagian besar anggota Komisi IV memiliki pengalaman sebagai anggota DPR priode pertama.


(6)

Selama tahun 2010, DPR-RI komisi IV telah mengadakan RDP dengan Kementerian Pertanian sebanyak tujuh kali. Dari 7 naskah isinya terdiri dari 219 perilaku penyampaian pesan pendapat, 633 paragraf, 4065 kalimat. Setiap tindakan penyampaian pendapat menghabiskan waktu bicara rataan 8,43 menit. Isi agenda RDP hanya 27,6 % yang berhubungan langsung dengan kebutuhan petani. Muatan kepentingan pesan, anggota DPRI-RI komisi IV lebih banyak menyampaikan kepentingan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa anggota DPR komisi IV telah memperjuangkan kepentingan masyarakat. Dalam RDP, pesan yang disampaikan lebih banyak membahas substansi pertanian dengan orientasi pemecahan masalah. Sedangkan jenis alasan yang banyak digunakan adalah gejala disertai bukti naratif. Sementara cara penyajian pesan lebih banyak menggunakan kalimat jelas dengan bentuk asertif, disertai sikap mudah menerima. Setelah dilakukan uji korelasi menggunakan statistik non parametrik, variabel karakteristik anggota DRP-RI komisi IVtidak signifikan berhubungan dengan perilaku komunikasi. Karakteriristik tidak signifikan berhubungan dengan dimensi isi pesan dan dimensi cara penyajian. Karakateristik anggota DPR-RI komisi IV seperti jenis kelamin, umur, agama, tingkat pendidikan, fraksi, jenis pekerjaan awal, dan masa bakti tidak signifikan berhubungan muatan kepentingan, kesesuaian tema, orientasi, jenis alasan, bentuk bukti, kejelasan kalimat, sikap kritis, dan bentuk penyampaian.


(7)

©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(8)

PERILAKU KOMUNIKASI ANGGOTA DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KOMISI

IV DALAM RAPAT DENGAR PENDAPAT DENGAN

KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2010

HALOMOAN HARAHAP

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi/Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(9)

Penguji Luar Komisi :

Ujian Tertutup : 1. Dr. Udi Rusadi, MS.

(Dosen Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Indonesia)

2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS.

(Ketua Program Doktor Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB) Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira

(Dosen Program Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesan IPB)

2. Dr. Udi Rusadi, MS.

(Dosen Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Indonesia)


(10)

(11)

xiii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin, akhirnya disertasi ini dapat selesai sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Penelitian ini dilaksanakan selama April 2011

– Desember 2011 atas naskah Rapat Dengar Pendapat antara Anggota Komisi IV DPR-RI dengan Kementerian Pertanian 2010 dengan judul Perilaku Komunikasi

Anggota DPR-RI Komisi IV dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Pertanian Tahun 2010.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MSi., dan Anggota Komisi Pembimbing: Bapak Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA dan Bapak Prof. Dr. Darwis S. Gani, MA, yang dengan ikhlas dan sabar, meluangkan waktu memberikan arahan, bimbingan, dan masukan serta membagikan pengetahuannya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan disertasi ini.

Dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ayahanda Maklum Harahap (alm) dan Ibunda Nurmawan Pohan (alm) yang

telah memelihara, merawat, dan membesarkan penulis dengan tulus dan ikhlas tanpa mengeluh serta tiada hentinya untuk berdoa bagi keberhasilan penulis selama hidup mereka.

2. Kepada Istriku Dra. Suwatiningsih dan anak-anakku tersayang, Rizal Zulfadli Harahap, Muhammad Iqbal Harahap, dan Ahmad Alwi Arif Harahap yang telah banyak mendoakan serta memberi dukungan baik pikiran, tenaga agar penulis cepat selesai. Semoga Allah S.W.T. memberi keberkahan kepada keluarga kita selamanya. Amin!

3. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, dan Ketua Program Studi/Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan (KMP), Sekretariat KMP, Ibu Lia, Sekretariat PPL, Ibu Desy beserta staf lainnya yang dengan keramahan dan ketulusannya telah memberikan layanan administrasi yang sangat berarti.

4. Dosen pada Program Studi/Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan khususnya: Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS., Dr. Ir. Amiruddin Saleh,


(12)

xiv

MS., Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS., Dr. Nurmala K. Pandjaitan MS.DEA, Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira, Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis, Prof. Dr. Ir. Musa S. Hubeis, Prof. Dr. Ign. Djoko Susanto SKM., Dr. Makmun Sarma, dan Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi. Ir. Hadiyanto, MS yang telah memberikan berbagai dukungan dalam bentuk fasilitas dan layanan kuliah selama penulis menjalani proses belajar pada program S3 di KMP IPB.

5. Kepada Abang Drs. M. Jamiluddin Ritonga, MS. dan keluarga yang telah banyak memberi bantuan baik pemikiran, tenaga, dan dukungan moral kepada penulis selama ini. Semoga Abang dan keluarga mendapat berkah dari Allah. S.W.T. Amin!

6. Kepada Pimpinan dan Anggota Komisi IV DPR-RI 2009-2014, Pimpinan dan staf Sekretariat Jenderal DPR-RI, staf Sekretariat Komisi IV DPR-RI, Pejabat Pengelola Informasi Publik DPR-RI, Humas DPR-RI dan staf khususnya, Bang Budiman di Litbang DPR-RI, dan Ibu Indah yang telah memberi banyak bantuan dalam penelitian di DPR-RI.

7. Kepada Pimpinan Universitas Esa Unggul Jakarta yang telah banyak memberi dukungan kepada penulis selama mengikuti program S3 di IPB. 8. Kepada Bapak Dekan Dr. Indrawadi Tamin, M, Sc., rekan-rekan dosen dan

staf di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jakarta yang selalu memberikan dukungan, memotivasi dan mengingatkan penulis agar cepat selesai.

9. Kepada Bapak Dr. James Pardede, MM., Direktur Kemitraan Komunikasi, Bapak Gun Gun Siswadi, Bapak Waluyo, Abdullah, Dikdik Sadaka, Ibu Katmi, dan teman-teman lainnya di Direktorat Kemitraan Komunikasi, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI yang telah banyak memberikan dukungan selama ini.

10. Kepada Bapak Dr. Udi Rusadi, MS. dan Bapak Dr. Subagio, MS yang banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian disertasi ini.


(13)

xv

11. Bapak Wasidi, Ibu Retno, Bapak Tri, Ibu Sri Desti, dan Ibu Ilona serta rekan-rekan seperjuangan di KMP angkatan 2007, 2008, dan 2009 terimakasih atas kesediaanya untuk berbagi selama penulis mengikuti kuliah.

12. Kepada Bang Hasyim Purnama, Bang Arifin Saleh, Bang Rahman, Pak Lukman, kelompok pengajian malam minggu yang telah men-do’a-kan dan memberikan dukungan kepada keluarga penulis.

13. Kepada keluarga besar penulis di Jakarta, Depok, dan Pargarutan khususnya Adik-adik, Adek Ipar, Keponakan, yang telah urut memotivasi penulis agar cepat selesai.

14. Kepada teman-teman dan pihak lain yang belum sempat penulis sebutkan. Bantuan kalian semua sangat berarti bagi penulis. Penulis menyadari tanpa bantuan banyak pihak tidak akan mampu menyelesaikan tugas ini. Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat ridho dan berkah dari Allah S.W.T. Amin.

Disertasi ini belum sempurna, karena penulis adalah manusia yang banyak kelemahan. Penulis masih berharap kritik dan saran agar disertasi ini lebih sempurna.


(14)

(15)

xvii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pargarutan, Padangsidempuan, Sumatera Utara 22 Oktober 1963 sebagai anak kedua dari delapan orang bersaudarra dari pasangan Maklum Harahap (alm) dan Nurmawan Pohan (alm). Penulis menikah dengan Dra. Suwatiningsih dan dikaruniai tiga orang putra yaitu Rizal Zulfadli Harahap, Muhammad Iqbal Harahap, dan Ahmad Alwi Arif Harahap.

Tahun 1982 melanjutkan sekolah ke Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta. Tahun 1985 memperoleh gelar Bachelor of Art bidang publisistik. Tahun 1988 lulus sarjana Ilmu Hubungan Masyarakat dan Periklanan dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Tahun 1994 memperoleh gelar Magister Sain dari Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2008 melanjutkan pendidikan pada Program Doktor di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dalam bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

Tahun 1988-1999 dosen tetap IISIP Jakarta dan terakhir menjabat sebagai Kepala Biro Administrasi Akademik IISIP Jakarta tahun 1998-1999. Tahun 2002- sekarang sebagai dosen tetap di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jakarta. Jabatan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Periklanan tahun 2002-2003, Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat tahun 2002- 2010, Wakil Dekan Bidang Akademik tahun 2003 – 2008 dan Ketua Program Studi Ilmu Jurnalistik tahun 2008-2010.

Kegiatan mengajar lainnya jadi dosen tidak tetap di Universitas Paramadina, Universitas Pelita Harapan, Universitas Budi Luhur, dan Sekolah Tinggi Ekonomi Nusantara.

Tahun 2006 – 2007 menjadi anggota tim perumusan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Kehumasan. Tahun 2007 menjadi anggota tim perumusn Draft Standar Kompetensi Wartawan Indonesia. Tahun 2011 menjadi anggota perumus Standar Kompetensi Pranata Humas Indonesia. Sejak tahun 2007 aktif di Jaringan Nasional Pemantau Media dan Literasi Media, Peneliti dan konsultan bidang komunikasi.


(16)

(17)

xix

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ……… xi

RIWAYAT HIDUP ……… xiv

DAFTAR ISI ....……… xv

DAFTAR TABEL ……… xix

DAFTAR GAMBAR ……… xxi

DAFTAR LAMPIRAN ……… xxiii

PENDAHULUAN ………. 1

Latarbelakang ……… 1

Permasalahan ………... 4

Tujuan Penelitian ………... 7

Kegunaan Penelitian ……… 8

Kebaruan Penelitian ……… 9

Keterbatasan Penelitian ini ……… 9

TINJAUAN PUSTAKA ……… 11

Komunikasi Pembangunan ……… 11

Komunikasi Politik ……… 12

Komunikasi Dalam Rapat ……… 16

Perilaku Komunikasi ……… 17

Retorika ……… 18

Ethos ……… 19

Pathos ……… 20

Logos ……… 22

Riset Pesan Komunikasi ……… 23

Strategi Komunikasi ……… 25

Isi Pesan Komunikasi ……… 26

Muatan Kepentingan ……… 26

Kesesuaian Tema ……… 27

Orientasi ……… 28

Argumentasi ……… 29

Jenis Alasan ……… 31

Bentuk Bukti ……… 32

Cara Penyajian ……… 32

Kejelasan ……… 33

Sikap Kritis ……… 34

Bentuk Penyampaian ……… 34

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Komunikasi ……… 36

Penelitian Terdahulu dan State of the Art ……… 38

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ……… 45

Kerangka Pemikiran ………. 45


(18)

xx

METODOLOGI PENELITAN ……… 47

Disain Penelitian ……… 47

Bahan Penelitian dan Priode ……… 48

Definisi Kategori dan Operasionalisasi Variabel ………..………….. 49

Definisi Kategori ……… 49

Isi Pesan ……….……….. 49

Muatan kepentingan ……… 49

Kesesuaian tema ……… 50

Orientasi pesan ……… 51

Jenis alasan ……… 52

Bentuk bukti ……… 53

Cara Penyajian ……… 55

Kejelasan kalimat ……… 55

Sikap kritis ……… 55

Bentuk penyampaian ……… 56

Operasionalisasi Variabel ……… 57

Populasi dan Sampel ………….………... 57

Unit Analisis .……….. 58

Validitas dan Reliabilitas Kategori ……… 59

Validitas ……… 59

Reliabilitas kategori ……….... 60

Pengolahan dan Analisis Data ……….... 62

GAMBARAN UMUM DPR-RI ……… 63

Profil Anggota DPR-RI 2009-2014 ……… 67

Representasi Perempuan ……… 68

Pekerjaan awal ……… 68

Umur ……… 69

Citra ……… 69

Badan Kelengkapan ……… 70

Pimpinan ……… 70

Badan Musyawarah ……… 71

Badan Legislasi ……… 71

Badan Anggaran ……… 72

Badan Urusan Rumah Tangga ……… 73

Badan Kerjasama Antar Parlemen ……… 74

Badan Kehormatan ……… 75

Badan Akuntabilitas Keuangan Negara ……… 75

Panitia Khusus ……… 76

Komisi ……… 77

Komisi IV DPR RI ……… 82

Karakteristik Anggota DPR-RI Komisi IV ………. 82

Jenis kelamin ……… 82

Umur ……… 83

Agama ……… 84

Tingkat Pendidikan ……… 85


(19)

xxi

Jenis Pekerjaan Awal ……… 86

Masa Bakti ………. 87

PERILAKU KOMUNIKASI ………. 89

Agenda Rapat ……….. 89

Perilaku Komunikasi ……….. 91

Tingkat Kehadiran dan Partisipasi ……….. 95

Perilaku Komunikasi berdasarkan Jenis Kelamin ……….. 96

Perilaku Komunikasi berdasarkan Kelomok Umur ……….. 97

Perilaku Komunikasi berdasarkan Agama ……….. 98

Perilaku Komunikasi berdasarkan Tingkat Pendidikan ……….. 99

Perilaku Komunikasi berdasarkan Fraksi ……….. 100

Perilaku Komunikasi berdasarkan Jenis Pekerjaan Awal ……….. 103

Perilaku Komunikasi berdasarkan Masa Bakti ……….. 104

Isi Pesan Komunikasi ……….. 108

Muatan Kepentingan ……….. 108

Kesesuaian Tema ………. 110

Orientasi ……….. 111

Jenis Alasan ……….. 113

Bentuk Bukti ……….. 115

Cara Penyajian ……….. 117

Kejelasan Kalimat ……….. 117

Sikap kritis ……….. 118

Bentuk Penyampaian ……….. 119

Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Komunikasi ……….. 122

Retorika Rapat Dengar Pendapat ……….. 124

Drama Komunikasi Politik ……….. 128

Hubungan Legislatif dengan Eksekutif ……….. 132

Efektivitas Kebijakan ……….. 134

Implikasi Hasil Penelitian ……….. 137

Strategi Komunikasi RDP ……….. 142

DPR-RI ……….. 142

Kepercayaan Diri ……….. 143

Persepsi Diri ………. 143

Peran ……….. 144

Partai/Fraksi ……….. 144

Strategi Komunikasi ……….. 145

Muatan Pesan ……….. 145

Retorika ……….. 145

Kementerian ……….. 146

Kepercayaan Diri ……….. 146

Kredibilitas ………. 146

Pengalaman ……….. 146

Penguasaan ……….. 147

Strategi Komunikasi ……….. 147

Muatan Pesan ……….. 147

Keberpihakan ……….. 147


(20)

xxii

Efisiensi ……….. 148

Retorika ………….……….. 148

Deskripsi .……….. 148

Terima ……….. 149

Pasrah ………. 149

Ego Kelembagaan ...………….……….. 149

KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 151

Kesimpulan ……….. 151

Saran ……….. 153

DAFTAR PUSTAKA ………. 155


(21)

xxiii

DAFTAR TABEL

halaman 1. Operasionalisasi variabel karakteristik ……… 57 2. Sebaran anggota DPR-RI 2009-2014 berdasarkan fraksi …..….……. 64 3. Sebaran anggota DPR-RI 2009-2014 berdasarkan tingkat pendidikan .… 68 4. Bidang kerja komisi DPR-RI 2009-2014 dan lembaga mitra kerjanya … 79 5. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan jenis kelamin .……... 82 6. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan kelompok umur ... 83 7. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan agama …... 84 8. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan tingkat pendidikan….... 84 9. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan fraksi …... 85 10. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan jenis pekerjaan awal ... 86 11. Sebaran anggota DPR-RI komisi IV berdasarkan masa bakti …….…... 87 12. Sebaran perilaku komunikasi, jumlah paragraf, dan jumlah kalimat

berdasarkan agenda rapat …..……… 92 13. Rataan waktu setiap perilaku komunikasi berdasarkan agenda rapat …….. 93 14. Sebaran tingkat kehadiran dan tingkat partisipasi anggota DPR-RI

komisi IV dalam RDP ….………... 95 15. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam

setiap agenda RDP yang dibedakan berdasarkan jenis

kelamin ……… 96

16. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap

jenis agenda RDP yang dibedakan berdasarkan kelompok umur……... 97

17. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam

setiap jenis agenda RDP yang dibedakan berdasarkan agama…………... 98

18. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam

setiap jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan …. 99

19. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap

jenis agenda RDP dibedakan menurut fraksi ……… 100 20. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap

jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan awal ………. 103

21. Sebaran perilaku komunikasi anggota komisi IV DPR-RI dalam setiap

jenis agenda RDP dibedakan berdasarkan masa bakti ………….. 105 22. Sebaran pesan berdasarkan muatan kepentingan ……….. 108 23. Sebaran isi pesan berdasarkan kesesuaian tema ……..………. 110 24. Sebaran isi pesan berdasarkan orientasi ………..…………. 112 25. Sebaran isi pesan berdasarkan jenis alasan ……….. 114 26. Sebaran isi pesan berdasarkan bentuk bukti ……….. 116 27. Sebaran cara penyajian dibedakan berdasarkan

kejelasan kalimat ………... 117

28. Sebaran cara penyajian dibedakan berdasarkan sikap kritis …………. 118

29. Sebaran cara penyajian dibedakan berdasarkan bentuk penyampaian… 120

30. Keeratan hubungan antara karakteristik dengan perilaku komunikasi.... 123 31. Sebaran jumlah Peraturan Menteri Pertanian berdasarkan tahun ….….. 134 32. Peraturan Menteri Pertanian tahun 2009 -2012 yang berkaitan


(22)

(23)

xxv

DAFTAR GAMBAR

halaman 1. Proses Komunikasi Retorika ……… 24 2. Kerangka Pemikiran dan Hubungan Variabel Penelitian ……… 46 3. Model Komunikasi RDP Komisi DPR-RI dengan

Kementerian ……… 142


(24)

(25)

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman 1. Tabel kerja Ujicoba Kategori ……… 167 2. Tabel Peraturan Menteri Pertanian tahun 2010 – 2012 …… 171


(26)

(27)

PENDAHULUAN

Latarbelakang

Sejak Indonesia merdeka, pembangunan bidang pertanian sudah menjadi salah satu prioritas pemerintah. Prioritas pembangunan petanian tetap menjadi penting karena tenaga kerja sektor pertanian sekarang masih dominan, sekitar 42,76 persen. Sementara sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen, (BPS 2009). Sektor pertanian tetap penting diperhatikan karena pertanian juga merupakan penyedia bahan pangan. Sedangkan kecukupan pangan adalah faktor penting suatu ketahanan negara. Faktor lain yang menjadikan bidang pertanian perlu mendapat perhatian adalah, selama krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998, sektor pertanian yang paling tidak terpengaruh (Subejo 2005).

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah banyak merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan pertanian. Program intensifikasi dan ekstensifikasi di bidang pertanian terus digalakkan. Intensifikasi bidang pertanian seperti teknologi pertanian telah dikembangkan, penemuan dan penyediaan bibit unggul, pembangunan irigasi, bantuan pupuk, pengolahan pasca panen, pemberian penyuluhan pertanian. Ekstensifikasi dengan pembukaan lahan-lahan baru di luar pulau Jawa telah digalakkan.

Program pembangunan di bidang pertanian bertujuan agar sektor pertanian berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat, (Apriyantono 2006).

Bila pembangunan pertanian kurang perhatian pemerintah, Indonesia akan mengalami krisis pangan tahun 2017. Gejalanya adalah terjadi tren penurunan produksi pertanian, banyak lahan pertanian yang berubah fungsi, kondisi kehidupan ekonomi pertanian di pedesaan kurang menjanjikan dan sebagian petani melakukan urbanisasi dengan alasan cari kehidupan kota yang lebih baik. (Kompas Cyber Media, 11 Desember 2007).


(28)

2

Merumuskan pembangunan yang mengedepankan kepentingan rakyat, pemerintah perlu menjalin komunikasi dengan rakyat. Rakyat diajak berbicara tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Dari hasil pembicaraan dengan rakyat yang dijadikan bahan untuk merumuskan program pembangunan. Program pembangunan yang telah dirumuskan kemudian dikomunikasikan kembali kepada masyarakat agar tercipta dukungan, (Lionberger & Gwin 1982; CIAT 1974).

Dalam mengaktualisasikan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pemerintah telah menyediakan mekanisme menampung aspirasi masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI).

Setiap 3 bulan sekali, Anggota DPR-RI melakukan reses. Reses secara formal dilakukan anggota DPR-RI dengan sebutan kunjungan kerja ke daerah. Secara informal anggota DPR-RI melakukan reses ke konstituen masing-masing. Dalam kunjungan kerja tersebut, anggota DPR-RI mengadakan komunikasi dengan pemerintah setempat dan masyarakat untuk mengetahui keadaan program pembangunan berjalan. Sementara dalam reses informal ini, anggota DPR-RI mengunjungi konstituen masing-masing berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang menjadi permasalahan masyarakat. Masukan informasi dari konstituen inilah yang sering dinamakan aspirasi.

Seringnya demonstrasi di depan gedung DPR-MPR Jakarta suatu indikasi Anggota DPR-RI belum sepenuhnya menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Sebagaimana dikemukakan Puriantha (2008) bila masyarakat merasa aspirasi mereka kurang diperhatikan anggota DPR-RI, rakyat memilih saluran komunikasi politik seperti demonstrasi atau unjuk rasa. Demontrasi dan unjuk rasa suatu indikasi bahwa saluran komunikasi politik formal terjadi kurang berfungsi, terjadi kemandegan.

Anggota legislatif adalah agen perubahan yang memiliki peran penting dalam pembangunan. (Kotler & Kotler dalam Newman 1999 ). Sebagai agen perubahan pembangunan, anggota legislatif berperan untuk mempengaruhi pemerintah agar kebijakan berpihak kepada kepentingan rakyat. Menurut Rogers, idealnya anggota legislatif berperan sebagai agen perubahan ke arah yang mensejahterakan rakyat (Severin & Thankar 2005).


(29)

3 Sebagai agen perubahan, anggota DPR-RI dapat juga berperan sebagai gatekeeper yang menyaring informasi yang perlu disampaikan agar kebijakan yang disusun pemerintah berpihak pada kesejahteraan rakyat. Sebagaimana dikemukakan oleh Lewin (1947) Gatekeeper adalah penjaga gerbang, yaitu orang yang memutuskan apa saja yang boleh melewati gerbang yang dijaganya. Dalam sistem politik penjaga gerbang adalah individu atau lembaga yang mengontrol pengaruh politik dengan mengatur arus informasi dari dan ke pusat kekuasaan. Gatekeeper ada di banyak pekerjaan, peran mereka dapat memberi gambaran dan mempengaruhi pemahaman masyarakat terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.

Sebagai lembaga perwakilan rakyat, anggota DPR-RI memperjuangkan kepentingan masyarakat Indonesia yang sangat pluralis. DPR-RI memperjuangkan kepentingan rakyat petani, kepentingan rakyat pedagang, kepentingan rakyat nelayan, dan kepentingan rakyat lainnya. Sehubungan dengan itu, DPR-RI membentuk komisi-komisi sebagai alat kelengkapan DPR-RI agar dapat bekerja dengan maksimal.

Komisi dalam melaksanakan tugasnya, mengadakan rapat kerja dengan Presiden yang dapat diwakili oleh Menteri, mengadakan rapat dengar pendapat dengan pejabat pemerintah yang mewakili intansinya, mengadakan rapat dengar pendapat umum, mengadakan kunjungan kerja dalam masa reses. (DPR-RI 2010).

DPR-RI tahun 2009-2014 membentuk sebelas komisi yang mengurusi semua permasalahan dan kepentingan pemerintahan. Komisi IV DPR-RI khusus mengurusi bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. Bidang ini menyangkut kepentingan sebagian besar rakyat Indonesia. Karena rakyat Indonesia lebih dominan adalah petani dan nelayan. Secara politis bidang ini yang memiliki jumlah konstituen paling banyak karena itu, sangat wajar bila kepentingannya didahulukan.

Mitra Kerja Komisi IV DPR-RI adalah Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Urusan Logistik, dan Dewan Maritim Nasional. (DPR-RI 2010).


(30)

4

Permasalahan

Anggota DPR-RI priode 2009 – 2014 sudah bekerja lebih kurang 1 tahun pada akhir tahun 2010 dan sudah sering melakukan reses. Sudah semestinya banyak informasi yang diserap, dihimpun, dan diagendakan untuk masukan terhadap kebijakan pemerintah bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan. Karena hasil reses merupakan bahan untuk acara Rapat Dengar Pendapat dengan istansi pemerintah terkait.

Menurut pemberitaan media massa akhir Juli 2010, hasil reses anggota DPR-RI banyak yang ’nihil’, (Suara Pembaruan, 30 Juli 2010). Artinya anggota RI tidak mencari masukan berupa permasalahan masyarakat. Anggota DPR-RI tidak memaksimalkan kesempatan berkomunikasi dengan masyarakat untuk mencari masukan atau menampung aspirasi. Anggota DPR-RI melakukan reses sekedar menjalankan tugas dan menghabiskan anggaran besar. Hasil reses tidak banyak aspirasi masyarakat yang mereka peroleh yang dapat dijadikan masukan dalam penyusunan program pemerintah.

Beberapa anggota DPR-RI enggan melakukan kunjungan ke daerah konstituennya karena takut ditagih janji yang disampaikan semasa kampanye pemilihan legislatif (Gunadjar 2009). Kalau tidak karena kewajiban, beberapa anggota DPR-RI enggan berkunjung ke daerah pemilihannya.

Menurut pengalaman Jamiluddin Ritonga1, “Konstituen sekarang sudah pintar, setiap ada anggota dewan yang berkunjung masyarakat langsung

menyodorkan proposal bantuan dana bagi kegiatan mereka”. Gejala ini

disebabkan oleh banyak janji politik anggota legislatif yang tidak terealisasi. Masyarakat berpendapat, lebih baik minta uang untuk pembiayaan kegiatan instan kalau ada anggota DPR yang berkunjung. Cara ini lebih cepat daripada menunggu realisasi janji politik.

Gejala ini menunjukkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap anggota DPR-RI akan membawa aspirasi dan kepentingan rakyat. Sesuai dengan jajak pendapat harian Kompas pada kolom Barometer menunjukkan 54,6% masyarakat sangat percaya terhadap kapasitas dan kemampuan anggota dewan. Namun hanya 42,5% yang percaya bahwa anggota dewan berpihak kepada


(31)

5 kepentingan rakyat. Proporsi yang lebih rendah, yaitu 34,6% percaya anggota dewan berpihak menyuarakan aspirasi kelompok yang terpinggirkan, (Renstra DPR-RI 2010-2014).

Hasil penelitian Emrus (2009) menunjukkan hanya sedikit perhatian komunikator politik (baca anggota DPR-RI) terhadap kepentingan masyarakat konstituen dan lebih banyak perhatian mereka terhadap kepentingan partai dan kepentingan fraksinya. Setiap keputusan yang diambil dalam rapat-rapat pembahasan rancangan Undang Undang banyak dipengaruhi oleh kepentingan subyektivitas mereka sebagai pribadi dan anggota partai.

Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa anggota DPR-RI belum sepenuhnya memperjuangkan kepentingan rakyat. Timbul pertanyaan:

1. Apa saja yang dibicarakan oleh anggota DPR-RI ketika mengadakan RDP dengan pemerintah?

2. Kepentingan siapa yang mereka suarakan?

3. Bagaimana perilaku komunikasi mereka selama RDP dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah?

Idealnya anggota DPR-RI Komisi IV membawa aspirasi dan kepentingan ril masyarakat petani dan menjadikan masukan dalam program pemerintah. Anggota DPR-RI Komisi IV menggunakan segala kompetensi yang dimilikinya mempengaruhi pemerintah agar menyusun program pembangunan yang menjawab kepentingan rakyat tersebut.

Kompetensi yang dimaksud adalah, legalitas kekuasaan politik yang dimiliki, latar belakang partai politik pendukungnya, kemampuan intelektualitas, dan kemampuan retorika dalam menyampaikan pendapat, (De Landtsheer 2006).

Latarbelakang partai dan besarnya jumlah anggota menjadi kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Jumlah anggota partai yang besar ini, berperan bila pengambilan keputusan harus diambil berdasarkan suara terbanyak (voting). Latarbelakang partai pendukung pemerintah atau koalisi juga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Kemampuan intelektualitas yang dimaksud adalah kemampuan analitis untuk mengkritisi setiap persoalan pemerintahan. Kemampuan intelektualitas dapat tergambar dari pendidikan dan pengalaman seseorang. Tingkat pendidikan


(32)

6

dan pengalaman pada umumnya dapat membuat seseorang semakin mampu melakukan analisis dan semakin kritis (Lowery & DeFleur 1995).

Sedangkan kompetensi retoris adalah kemampuan anggota DPR-RI dalam memilih pesan, memilih argumentasi dan cara menyampaikannya sewaktu berkomunikasi dengan pemerintah agar pendapatnya diterima. Kemampuan retoris dalam komunikasi politik sangat penting agar dapat mempengaruhi tujuan politik mudah terwujud.

Menurut pengamatan peneliti bulan November - Desember 2010, komisi IV telah mengadakan beberapa kali rapat dengar pendapat dengan instansi pemerintah terkait seperti Bulog, Kementerian Pertanian, Kementerian Perikanan dan Kelautan, dan Kementerian Kehutanan. Peneliti telah mengikuti rapat terbuka antara Komisi IV dengan Bulog serta Panja Komisi IV tentang RUU Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar. Dalam rapat tersebut, anggota DPR-RI Komisi IV telah mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Dalam rapat dengar pendapat antara Bulog dengan Komisi IV tanggal 31 November 2010, Anggota DPR-RI menggunakan bahasa yang lugas dan tegas agar Bulog wajib menyediakan stok beras 1,2 ton/bulan sepanjang tahun. Bulog harus mendahulukan beras dalam negeri sebelum melakukan impor. Harga dasar gabah agar ditinjau kembali supaya tidak merugikan petani. Karena petani merasa harga gabah mereka cukup rendah. Bulog harus menyeimbangkan fungsi sosial dan bisnisnya.

Rapat Pansus RUU Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar (P3L) tanggal 31 November 2010 juga mengindikasikan bahwa anggota Komisi IV DPR-RI telah memperjuangkan kepentingan rakyat. Karena para anggota Komisi IV DPR-RI sepakat menjadikan para pembalak liar masuk kateri extra-ordinary crime. Karena pelaku pembalakan liar telah merugikan negara dan masyarakat dengan dampak yang luar biasa. Sehubungan dengan itu, DPR-RI komisi IV menyusun Panitia Khusus untuk merumuskan undang-undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar.

Hasil pengamatan dan pemberitaan media massa masih terdapat perbedaan denan pengamatan yang dilakukaan. Sampai saat ini masih sedikit informasi untuk dapat menyimpulkan bahwa anggota Komisi IV telah memperjuangkan


(33)

7 kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu penelitian lebih seksama terhadap isi komunikasi yang telah dilakukan oleh Komisi IV dalam memperjuangkan kepentingan rakyat sewaktu rapat dengan mitra kerjanya dari pemerintah.

Penelitian terdahulu tentang perilaku komunikasi anggota DPR atau DPRD sudah beberapa kali dilakukan (Kusumastuti 2004; Jauhari 2004; Hanida 2007; Marie & Venderbergen 2008; Murni 2009; Emrus 2009 dan Rusfian 2010). Namun penelitian yang ada belum banyak mengungkap perilaku komunikasi yang fokus pada muatan kepentingan pesan dan cara berkomunikasi anggota DPR dalam rapat dengar pendapat. Penelitian terdahulu juga belum mengungkap kemampuan retoris anggota DPR dalam rapat dengar pendapat.

Memperhatikan gejala-gejala di atas peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan permasalahan pokok “Bagaimana perilaku komunikasi anggota Komisi IV DPR-RI dalam rapat dengar pendapat dengan kementerian pertanian tahun 2010?” Dengan judul penelitian Perilaku Komunikasi Anggota DPR-RI Komisi IV dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Pertanian Tahun 2010.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV DPR-RI dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kementerian Pertanian tahun 2010. Deskripsi perilaku komunikasi yang dimaksud adalah menggambarkan:

1. Jenis agenda RDP antara DPR-RI komisi IV dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.

2. Muatan kepentingan pesan komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010

3. Perilaku komunikasi anggota DPR-RI komisi IV dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.

4. Hubungan karakteristik anggota DPR-RI komisi IV dengan perilaku komunikasi dalam RDP dengan Kementerian Pertanian tahun 2010.


(34)

8

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dalam pengembangan Ilmu komunikasi politik pembangunan pertanian dan perdesan. Secara spesifik kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi :

Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam membangun sistem komunikasi politik dalam RDP. Temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk melihat muatan dan strategi komunikasi politik antara legislatif dan pemerintah dalam perumusan kebijakan politik

b. Hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai masukan dalam membangun sistem komunikasi pembangunan. Temuan penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melihat kelancaran arus informasi pembangunan dari pemerintah ke masyarakat dan sebaliknya dari masyarakat kepada pemerintah.

c. Hasil penelitian ini dapat menjadi verifikasi teori retorika dan speech act dalam menganalisis perilaku komunikasi melalui dokumen. Verifikasi teori retorika khususnya ethos dan logos dalam menganalisis pesan melalui dokumen. Verifikasi teori speech act teori dalam rapat.

Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para anggota DPR-RI, partai politik atau pengambil kebijakan dalam menyusun sistem komunikasi dalam rapat yang lebih efektif.

b. Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan rujukan dalam menyusun sistem komunikasi politik dalam perumusan kebijakan politik dan pembangunan khususnya yang berhubungan dengan mekanisme hubungan DPR-RI dengan Kementerian dalam pemerintahan Indonesia.

c. Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan referensi untuk merumuskan perilaku komunikasi dalam rapat antara DPR-RI dengan pemerintah.


(35)

9 Kebaruan Penelitian

Penelitian perilaku komunikasi, khususnya aplikasi teori retorika dan speech act melalui naskah belum banyak dilakukan. Penelitian perilaku komunikasi yang sudah beberapa dilakukan adalah dengan menggunakan metode survey dan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode content analysis yang dapat memberi implikasi pengembangan strategi komunikasi dalam rapat dan verifikasi teori retorika dan teori speech act.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian terhadap perilaku komunikasi banyak ditujukan untuk mengungkap tindakan komunikasi subyek yang diteliti dengan menggunakan pengamatan atau rekaman audio visual. Melalui pengamatan dapat tergambar segala aktivitas yang dilakukan oleh subyek. Dalam penelitian ini variabel perilaku komunikasi, khususnya dimensi isi pesan tentang demonstrasi dan dimensi cara penyajian tentang bentuk penyampaian ekspresif tidak mampu dideteksi. Demontrasi dan ekspresi komunikasi merupakan tindakan yang yang selayaknya diteliti dengan observasi. Sedangkan bahan yang diteliti adalah notulen rapat berupa tulisan yang tidak memuat audio visual. Dokumen audio visual tidak berhasil diperoleh karena, karena Sekretariat komisi IV DPR-RI tidak memproduksinya.


(36)

(37)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi Pembangunan

Pembangunan dapat diartikan proses berkelanjutan agar setiap individu mendapatkan kesempatan memilih dan mengembangkan kepercayaan diri agar dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengabaikan kebutuhan generasi yang akan dating (Norton et.al 2006). Pembangunan adalah memanfaatkan sumberdaya yang ada secara bijaksana agar dapat meningkatkan kesejahteraan baik sekarang maupun yang akan datang. Pembangunan dapat dilakukan dalam segala bidang kehidupan, pertanian, ekonomi, politik dan lain-lain.

Sehubungan dengan itu, perlu langkah yang sangat hati-hati dalam memilih dan menyusun strategi pembangunan yang dapat menciptakan pembangunan yang berkesinambungan (sustainable). Pembangunan harus menjamin tercapainya kesejahteraan hidup sekarang dan kehidupan generasi yang akan datang. Menurut Norton (2004) pembangunan yang berkesinambungan memiliki 5 prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: economic sustainability; social sustainability; fiscal sustainability; institutional sustainability and environmental sustainability.

Pembangunan yang menjamin keberlanjutan ekonomi masyarakat yaitu pembangunan yang menjamin pertumbuhan ekonomi bukan menjadikan ekonomi masyarakat menjadi surut. Keberlanjutan sosial yaitu pembangunan yang menjamin kelangsungan kehidupan dan sistem sosial bukan yang menghilangkan kehidupan dan sistem sosial. Keberlanjutan fiskal artinya pembangunan yang menjamin keberlangsungan pemasukan fiskal bukan meniadakan pemasukan kas negara. Keberlanjutan institusi artinya pembangunan yang menjamin tumbuh dan berperannya berkembangnya kelembagaan bukan yang memandulkan peran kelembagaan. Keberlanjutan lingkungan artinya pembangunan yang tetap memelihara keserasian lingkungan bukan yang merusak lingkungan.

Pembangunan juga merupakan proses perubahan yang dikehendaki ke arah yang lebih baik atau lebih maju keadaan sebelumnya (Rogers 1974). Dalam menggerakkan pembangunan dan perubahan yang dikehendaki, peran komunikasi menjadi penting. Artinya kegiatan komunikasi harus mampu berperan dalam


(38)

12

mendinamisasi gerak pembangunan. Komunikasi dapat berperan meningkatkan kesadaran, pengetahuan, pemahaman, sikap, dan kemampuan sehingga tercipta partisipasi dalam pembangunan yang pada gilirannya tercipta kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat secara berkesinambungan (Effendy 2005).

Komunikasi harus menjadi bagian strategis yang perlu dicantumkan dalam setiap perencanaan pembangunan. Komunikasi yang membuka peluang bagi partisipatif seluruh elemen masyarakat. Komunikasi pembangunan ini harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis antara elemen pembangunan. Fungsi komunikasi pembangunan adalah sebagai katalisator, fasilitator, dan penghubung/mediator yang bebas antara rakyat dengan para penentu kebijakan dalam pembangunan. Komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran informasi, penerangan, pendidikan dan keterampilan, rekayasa sosial dan perubahan perilaku agar tercipta partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam pembangunan (Dilla 2007).

Komunikasi Politik

Pembangunan yang partisipatif dari berbagai elemen pembangunan akan dapat tercipta bila kebijakan politik yang dirumuskan mampu menampung berbagai kepentingan masing-masing pihak. Tujuan ini akan mudah terwujud apabila sistem politik yang ada memberi ruang terciptanya komunikasi politik yang aspiratif. Sebagaimana dikemukakan oleh Esser & Pfetsch (2004), komunikasi politik adalah suatu mekanisme yang berpusat pada kegiatan bagaimana mengartikulasikan, menyatukan, menghasilkan, dan mengimplementasikan kebijakan yang dirumuskan dari penyatuan berbagai kepentingan.

Sedangkan menurut Rush & Althoff (2002) komunikasi politik merupakan proses pertukaran informasi dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya dan di antara sistem-sistem politik. Komunikasi politik merupakan proses yang berkesinambungan, dan


(39)

13 melibatkan pertukaran informasi di antara individu-individu yang satu dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkat masyarakat.

Pertukaran informasi antara sistem politik yang berjalan lancar dan dinamis dapat menciptakan iklim politik yang sehat dan melahirkan kebijakan publik. Menurut Deutsch (2002) pertukaran informasi yang relevan dalam sistem politik harus dinamis sehingga tercipta kebijakan yang ditujukan untuk kepentingan umum. Sesuai dengan pendapat Nimmo (2004) komunikasi dapat dipandang sebagai politik, jika pesan yang dibawa itu berusaha untuk mempengaruhi proses pembuatan yang menghasilkan kebijaksanaan publik. Komunikasi politik sebagai kegiatan politik yang benar-benar mempertimbangkan segala konsekuensi kebaikan yang mengatur tingkah laku pelaku politik dalam keadaan yang bertentangan agar terjadi keselarasan kepentingan politik.

Sementara McQuail (2005) berpendapat, komunikasi politik lebih banyak ditemukan dalam masa kampanye. Komunikasi politik dalam kampanye dilakukan secara priodik dan intensif dengan menggunakan media massa oleh kandidat atau partai yang sedang bertarung pada pemilihan. Para kandidat menyampaikan janji-janji politik kepada pemilih bahwa dirinya akan memperjuangkan kepentingan masyarakat pemilihnya. Dalam pertarungan antara kandidat tadi, dapat ditemukan bentuk komunikasi politik berupa pemberitaan-pemberitaan positif atau negatif tentang aktor politik atau partai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi politik adalah proses pertukaran informasi antara sistem politik di dalam masyarakat dalam usaha menyelaraskan berbagai kepentingan untuk merumuskan kebijakan publik. Kepentingan-kepentingan tersebut antara lain kepentingan kepentingan partai politik, kepentingan golongan, kepentingan masyarakat, dan kepentingan pribadi.

Lembaga legislatif atau parlemen sebagai lembaga politik formal dalam supra struktur politik memiliki fungsi komunikasi politik. Seperti yang dinyatakan oleh Cipto (1995) bahwa parlemen tidak harus diartikan sebagai badan pembuat undang-undang (law - making body) semata, tetapi juga sebagai media komunikasi antara rakyat dan pemerintah. Lembaga legislatif berperan sebagai perwujudan kepentingan rakyat, karena badan legislatif adalah perwakilan rakyat dalam mnejalankan dan mengawasi sistem pemerintahan.


(40)

14

Setiap proses politik dalam sebuah sistem politik baik infra struktur maupun supra struktur politik memerlukan fungsi komunikasi. Komunikasi menjadi penyaluran informasi berupa aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah dalam perumusan kebijakan maupu informasi rencana atau kebijakan pemerintah kepada masyarakat.

Sastroadmodjo (1995) berpendapat, fungsi komunikasi politik ada dua. Pertama adalah fungsi struktur politik yaitu menyerap berbagai aspirasi, pandangan-pandangan dan gagasan-gagasan yang berkembang dalam masyarakat dan menyalurkan sebagai bahan dalam penentuan kebijaksanaan. Kedua merupakan fungsi penyebarluasan rencana-rencana atau kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah kepada rakyat. Dengan demikian fungsi komunikasi politik menciptakan arus informasi timbal balik dari rakyat kepada pemerintah dan dari pemerintah kepada rakyat.

Arti pentingnya komunikasi politik sangat dirasakan oleh banyak pihak dalam pemerintahan. Lancarnya komunikasi politik penting bagi masyarakat untuk mengetahui sejauhmana keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan. Masyarakat dapat mengetahui sejauhmana kebijakan pemerintah mewujudkan cita-cita perjuangan seluruh rakyat. (Newman 1999). Oleh karena itu tuntutan dan harapan terhadap berperannya fungsi komunikasi lembaga perwakilan rakyat sangat diperlukan oleh seluruh rakyat.

Berperannya komunikasi politik dalam sistem pemerintahan perlu didukung oleh kecepatan dan akurasi informasi. Sebagaimana dikemukakan Norris (dalam Esser & Pfetsch 2004) policy maker need accurate information about citizen, to respond to public concerns, to deliver effective services meeting real human needs and also in democracies to maximize popular electroral support to be returned office.

Antara wakil rakyat dengan konstituennya harus dekat dan sering melakukan komunikasi. Hasil dari komunikasi ini akan memberikan keuntungan kepada masing-masing pihak. Rakyat dapat mengungkapkan persoalan dan kebutuhan mereka yang sesungguhnya. Wakil rakyat dapat melakukan pengawasan atas kebijakan pemerintah sekaligus membina kepercayaan kepada konstituen.


(41)

15 Untuk dapat mengetahui secara benar aspirasi atau keinginan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, maka para wakil rakyat harus bermitra dengan masyarakat mengadakan dan melaksanakan mekanisme komunikasi politik secara teratur, Bracht ( dalam Rice dan Atkin 2001). Wakil rakyat mempunyai kewajiban berkomunikasi dengan rakyat. Seperti dikemukakan Cipto (1995) anggota parlemen menghubungi para pemilih mendengar keluhan mereka lalu menyalurkan keluhan-keluhan dan kehendak-kehendak pemilih serta menyuarakan kepentingan mereka dalam sidang-sidang di parlemen maupun dalam bentuk pernyataan-pernyataan politik kepada pemerintah.

Dalam menjaring aspirasi konstituen kepekaan dan keperdulian anggota legislatif terhadap konstituen sangat penting. Kepekaan dan keperdulian tersebut dapat terlihat pada kegiatan komunikasi dan upaya membuka berbagai saluran komunikasi dengan masyarakat. Saluran komunikasi seperti komunikasi personal melalui reses, komunikasi kelompok dan melalui media massa perlu dimaksimalkan dalam nampung dan menjaring apa yang menjadi kepentingan masyarakat. Bila langkah ini dilakukan secara optimal, dapat diduga kandungan komunikasi antara legislatif dengan pemerintah banyak memuat kepentingan rakyat. Pada gilirannya, kebijakan pembangunan yang dirumuskan berpihak kepada kepentingan rakyat.

Menurut Swanson (dalam Esser & Pfetsch 2004) kualitas suatu negara dan demokrasi dapat dari kualitas komunikasi politik yang dipertunjukkan. Sejauhmana aspirasi rakyat mendapat tempat dalam kebijakan pemeritah yang berkuasa. Artinya kepentingan rakyat harus dijaring dalam perumusan kebijakan pemeritah. Bila aspirasi rakyat tidak mendapat tempat dalam kebijakan pemerintah, maka pemerintahan tersebut dekat dengan tirani.

Antara komunikasi politik dan komunikasi pembangunan sebaiknya terjadi sinergi yang saling mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat. Sebagimana dikemukakan oleh McMillin (2007) komunikasi pembangunan dan politik harus saling mendukung. Komunikasi pembangunan suatu kegiatan penyampaian informasi agar semua elemen berpatisipasi dalam pembangunan. Sementara komunikasi politik penyampaian informasi agar pihak-pihak yang


(42)

16

memiliki kepentingan kekuasaan dapat merumuskan kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat.

Hasil pengamalan di beberapa negara berkembang menunjukkan, aktivitas komunikasi antara anggota legilslatif dengan konstituennya berbeda berdasarkan waktu (Swanson (dalam Esser & Pfetsch 2004). Semakin dekat waktu pemilihan anggota legislatif, komunikasi dilakukan semakin sering dan semakin intens. Menjelang waktu pemilu legislatif, calon legislatif menunjukkan peningkatan keperdulian terhadap kepentingan konstituen. Anggota legislatif gencar dan intens mengunjungi konstituen agar dipilih kembali pada priode berikutnya. Setelah pemilu legislatif selesai, frekuensi komunikasi dan intensitas komunikasi semakin menurun. Sebagaimana disinyalir bahwa anggota legislatif banyak melupakan konstituennya setelah pemilu. Bahkan ada kecenderungan anggota legislatif enggan bertemu dengan konstituen karena takut dituntut janji-janji semasa proses kampanye pemilu legislatif.

Komunikasi Dalam Rapat

Rapat adalah pertemuan beberapa orang atau kelompok untuk membicarakan suatu hal. Para ahli komunikasi mengelompokkan rapat dalam bidang komunikasi kelompok. Sebagaimana dikemukakan Golberg & Larson (1985) komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan lebih dari dua orang untuk tujuan tertentu. Komunikasi kelompok banyak ditemui pada organisasi atau kelompok diskusi atau rapat. Kelompok terbentuk dapat disebabkan oleh adanya tujuan yang sama atau untuk memecahkan masalah bersama.

Menurut Goldberg & Larson (1985) komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku invididu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil seperti rapat. Pusat perhatian penelitian komunikasi kelompok adalah bagaimana perilaku komunikasi dan bagaimana proses komunikasi antara anggota kelompok berlangsung (Berger et.al. 2010; Beck & Fish 2000).


(43)

17 Penelitian perilaku komunikasi kelompok banyak menyoroti pemilihan topik pembicaraan, gaya berbicara, kejelasan pesan yang disampaikan, kepentingan, benyaknya informasi, daya provokasi, arah pendapat, orientasi atau motif berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, panjang informasi dan jumlah waktu (Goldberg & Larson 1985; Berger 2000).

Anggota kelompok diskusi mendengar dan bertanya antara sesama anggota. Anggota kelompok belajar dari anggota kelompok lain tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana bersikap, dan bagaimana membangun rasa saling percaya di antara mereka. Pendapat mereka kadang mendukung dan menolak pendapat anggota lainnya.

Efektivitas kelompok banyak ditentukan oleh faktor-faktor personal dari anggotanya seperti konsep diri, motivasi, dan kompetensi komunikasi (Anderson & Martin 1995; Gudykunst 2003). Sementara menurut Van Mierlo & Ad Kleingeld (2010) efektivitas kelompok dalam mencapai tujuannya dipengaruhi oleh kejelasan tujuan yang akan dicapai.

Rapat kelompok banyak dilangsungkan dalam petemuan tatap muka untuk membahas suatu persoalan. Komunikasi dalam rapat dilakukan dengan komunikasi langsung tatap muda. Antara peserta dapat menyampaikan pesan dan langsung mendapat tanggapan dari peserta lain. Komunikasi rapat dapat dikategorikan sebagai komunikasi ujaran (speech act).

Perilaku Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia harus berinteraksi dengan manusia lainnya. Melalui komunikasi setiap individu dapat berinteraksi, bertukar informasi atau pendapat sehingga dapat bekerjasama. Komunikasi merupakan darahnya interaksi sosial. Melalui komunikasi perilaku orang lain dalam interaksi sosial dapat dipahami dan terciptanya kerjasama. Karena dalam komunikasi terjadi pertukaran simbol-sombol yang memiliki arti, (Kashima, Klein & Clark dalam Fiedler 2007).

Pada prinsipnya komunikasi adalah proses pengoperan pesan dari sumber kepada penerima yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Sebagaimana Ruben (1992), mengutip pendapat Barelson, in the main, communication has as its


(44)

18

central interest those behavioral situations in which a source transmits a message to receiver(s) with conscious intent to affect the later’s behavior. Sementara Shannon dan Weaver mendefinisikan komunikasi mengatakan, communication include(s) all the procedures by which one mind may affect another. This, of course, involves not only written and oral speech.

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah proses pengiriman pesan dari satu pihak kepada pihak lain yang bertujuan untuk memperngaruhinya..

Sedangkan pengertian perilaku adalah tindakan atau perbuatan seseorang. Menggambarkan perilaku tidak lepas dari kaitan antara kognisi, afeksi, dan konasi Namun menurut aliran teori belajar (learning theory), perilaku lebih ditekankan pada aspek tindakan berulang yang dapat diamati, dipelajari, dan diramalkan secara obyektif, (Bandura 1997). Sangat berbeda dengan konsep tindakan (action) yang bersifat kontekstual, unik dan tidak dapat diramalkan. Karena yang dimaksud perilaku dalam penelitian ini adalah tindakan atau perbuatan yang diaktualisasikan, ditampilan, dan dapat diamati.

Bila dikaitkan antara konsep perilaku dan komunikasi, maka dapat disimpulkan perilaku komunikasi merupakan tindakan atau perbuatan yang ditampilkan seseorang sewaktu menerima atau menyampaikan pesan komunikasi yang dapat diamati.

Penelitian komunikasi yang mempelajari strategi komunikasi banyak digolongkan pada tradisi Rethorical. Karena dalam retorika, tema penelitian yang menarik perhatian adalah bagaimana cara berkomunikasi agar efektif yang meliputi pembicara, pesan dan audiens (Litlejohn & Foss 2008; Griffin 2006). Retorika menekankan cara bagaimana berkomunikasi dan memilih argumentasi agar audiens mengikuti keinginan pembicara.

Retorika

Retorika (Aristoteles dalam Griffin 2006; Fisher 1986) merupakan keterampilan berkomunikasi di depan publik agar audiens mengikuti apa yang disampaikan oleh pembicara. Retorika diperkenalkan oleh Plato dan Aristoteles. Istilah retorika sekarang banyak disejajarkan dengan persuasi, karena persuasi dan


(45)

19 retorika menekankan bagaimana menyusun strategi komunikasi agar dapat menguasai audiens , ( Stacks et.al 1991; Dillard 2010). Menurut Aristoteles, dalam retorika yang perlu diperhatikan ada tiga faktor yaitu etiket (ethos), emosional (pathos), dan logika (logos).

Ethos atau etiket berhubungan dengan karakter pembicara termasuk kredibilitas di mata khalayak. Pathos berhubungan dengan kemampuan komunikasi pembicara untuk menarik perhatian dan membawa perasaan emosional audiens . Sedangkan logos atau logika berhubungan dengan kemampuan pembicara memilih dan menyusun argumentasi dalam pesan komunikasi yang disampaikan.

Ethos

Faktor ethos yang meningkatkan efektivitias persuasi adalah kredibilitas pembicara atau komunikator, (Stracks et.al 1991). Kredibilitas pembicara atau kominikator meliputi “„good’ man, or a„credible’ speaker or a „ charismatic’

leader” (Burgoon 1974); kualitas inteligensi pembicara, kejujuran, goodwill

(Griffin 2006). Sementara menurut Petty & Cacioppo, (1981) Tan (1981) seorang sumber atau komunikator memiliki daya persuasi yang baik apabila memiliki unsur credibility, trustworthiness, attractiveness, and power. Sedangkan Berlo (1960) menggunakan istilah knowledge.

Ethos komunikator dari penjelasan para ahli di atas menunjuk pada suatu nilai bahwa komunikator dipandang kredibel, ahli, dapat dipercaya dan berwibawa, kharismatik atau berpengaruh dalam melakukan komunikasi.

Nilai seorang komunikator yang kredibel, ahli, dapat dipercaya, dan berwibawa, atau memiliki pengaruh terdapat pada persepsi audiens nya. Penilaian audiens lah yang banyak menentukan seseorang komunikator kredibel, ahli, menarik, dapat dipercaya atau memiliki pengaruh. Seorang profesor di bidang pertanian dapat saja dinilai oleh petani tidak kredibel dan tidak menarik sewaktu professor berkunjung ke desa, karena tidak dikenal oleh petani.

Dalam penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi, faktor ethos ini dapat dilakukan dengan memperhatikan hasil komunikasi yang dilakukan. Hasil komunikasi yang dimaksud adalah pesan komunikasi yang telah diproduksi oleh komunikator. Produksi pesan tersebut dapat berupa ucapan, tulisan, atau


(46)

20

gabungan keduanya yang telah direkam. Dalam memudahkan analisis isi tentang faktor ethos diperlukan dokumen komunikasi yang merekam perilaku komunikasi komunikator.

Pathos

Faktor pathos adalah kemampuan komunikator untuk menyajikan komunikasi yang menarik (Stacks et. al 1991). Kemampuan menarik perhatian dan emosional audiens oleh Reardon (1987) digunakan istilah competence dan Berlo (1960) menggunakan istilah communication skills.

Kompetensi atau kemampuan juga menjadi faktor penunjang dalam perilaku komunikasi. Kompetensi yang dimaksud adalah keahlian untuk melakukan sesuatu. Misalnya keahlian melakukan komunikasi, kemampuan berbahasa, kemampuan menggunakan istilah, kemampuan mengemukakan pendapat dan lain-lain, (Anderson and Martin 1995)..

Rubin, et.al (2004) berpendapat tentang kemampuan komunikasi. Comunicative competence is ability to choose available communicative behavior to accomplish one’s own interpersonal goals during an encounter while maintaining the face and line of fellow interactants within the constraints of the situation.

Kemampuan seseorang untuk melakukan komunikasi interpersonal secara efektif dengan memanfaatkan situasi dan berbagai faktor penting yang tersedia agar tujuan komunikasi tercapai. Kemampuan komunikasi tersebut memperhitungkan kemampuan audiens , merumuskan tujuan, memilih media yang tepat, pemilihan lambang, mengetahui faktor-faktor yang membuat komunikasi efektif, dan mengetahui indikasi komunikasi yang efektif.

Kemampuan atau kompetensi komunikasi dipengaruhi oleh kompleksitas kognitif pelakunya, (Delia dalam Griffin 2006). Kompleksitas kognitif merupakan gambaran isi otak seseorang. Semakin kompleks kognitif seseorang merupakan indikasi semakin baik dan semakin mampu menggunakan komunikasi dalam menyelesaikan masalah dengan penyusunan argumentasi. Kompleksitas kognitif yang rendah akan semakin tidak mampu menggunakan komunikasi dalam penyelesaian masalah dan cenderung menggunakan kekerasan. Kompetensi komunikasi meliputi cognitive ability dan behavioral ability (Ruben 1992,


(1)

Mua

tanK

e

sesuai

 

P

e

sananT

ema

 

Mua

tan

P

e

san

 

Jenisalasan

 

(R

easoning)

 

Orien

tasi

 

Ben

tukbuk

ti(

E

v

idence)

 

Str

a

tegiP

en

y

a

jian

 

Ben

tuk

 

Pe

ny

a

m

p

a

ia

n

 

Sik

a

p

 

K

ritis

 

Ke

je

la

 

san

 

Pe

sa

n

 

Tabel

 

kerja

 

Ujicoba

 

Kategori

 

 

Tabel Kategori

 

Uji

 

Kategori

 

April

 

2011

 

Unit

 

Analisis

 

Paragrap

 

Unit

 

Analisis

 

:

 

Kalimat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Koder,

 

 

 

Nama dan

 

Tandatangan

No.

 

1

2

3

4

5

 

 

Masyarakat

 

Pemerintah

 

Pribadi

 

 

 

 

 

 

 

Substansi

 

Prosedural

 

Tidak Relevan

 

 

 

 

 

 

 

Pemecahan Masalah

 

Eksistensi diri

 

Menyudutkan

 

 

 

 

 

 

 

Sebab Akibat

 

Gejala

 

Kriteria

 

Perbandingan

 

Logika

 

Tidak ada alasan

 

 

 

 

 

 

 

Pengalaman Langsung

 

Naratif

 

Testimoni

 

 

 

 

 

 

Anekdot

 

Demonstrasi

 

Rasionalisasi

 

Tidak ada pembuktian

 

 

 

 

 

 

No.

 

1

 

2

 

3

 

4

 

 

Jelas

 

Tidak Jelas

 

 

 

 

 

 

Tidak Kritis

 

Kritis

 

 

 

 

 

 

Asertif

 

Direktif

 

Komisif

 

Ekspresif

 


(2)

Mua

tanK

e

se

suai

 

anT

e

ma

 

Pe

sa

n

 

Orient

asi

 

Muat

anP

e

san

 

Jenisalasan

 

(R

easoning)

 

B

e

ntu

k

bu

kti

 

(E

vidence)

 

Str

a

te

giP

e

n

y

ajia

n

 

Ben

tuk

 

Sik

a

p

 

K

ritisP

e

n

y

ampai

a

n

 

Ke

je

la

 

san

 

Pe

sa

n

 

70

 

Tabel Kategori

 

Hasyim Purnama

 

Keses

M. Jamiluddin (A)

 

Subagio (B)

 

©       Abdulrahman (D)       Arifin Saleh (E)

 

an an

No.

 

1

 

2

 

3

 

4

 

5

 

1

   

2

 

3

   

4

   

5

 

1

   

2

   

3

 

4

   

5

   

1

 

2

   

3

   

4

 

5

   

1

   

2

 

3

   

4

   

5

 

kod

Masyarakat

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:4

Pemerintah

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AC:3

Pribadi

 

v

 

BC:3

Substansi

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:5

Prosedural

 

v

 

v

 

AC:4

Tidak Relevan

 

v

 

BC:4

Pemecahan Masalah

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:2

Eksistensi diri

 

v

 

v

 

v

 

AC:5

Tidak ada orientasi

 

v

 

v

 

BC:2

Sebab Akibat

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:2

Gejala

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AC:1

Kriteria

 

v

 

v

 

BC:0

Perbandingan

 

v

 

v

 

Logika

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

Tidak ada alasan

 

v

 

Pengalaman Langsung

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:2

Naratif

 

v

 

v

 

v

 

AC:3

Testimoni

 

v

 

v

 

v

 

v

 

BC:3

Anekdot

 

v

 

Demonstrasi

 

v

 

Rasionalisasi

 

v

 

v

 

v

 

v

 

Tidak ada pembuktian

 

v

 

Jelas

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:4

Tidak Jelas

 

v

 

v

 

AC:5

Tidak Kritis

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:4

Kritis

 

v

 

v

 

AC:5

Asertif

 

v

 

v

 

v

 

v

 

V

 

AB:0

Direktif

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AC:0

Komisif

 

v

 

BC:3

Ekspresif

 

v

 

v

 


(3)

Orien tasi

 

Mua tanK e sesuai

 

anT e ma

 

Pe sa n

 

Muat anP e san

 

Jenisalasan

 

(R easoning)

 

Ben tukbuk ti

 

(E vidence)

 

Str a te giP e n y aji a n

 

Ben tuk

 

Sik a p

 

K ritisP e n y ampaian

 

Ke je la

 

san

 

Pe sa n

 

 

Tabel Kategori Uji Kategori Tahap II, 25 Juni 2011

 

M. Jamiluddin (A)

 

Hasyim Purnama (B)

 

Abdulrahman ( C )

 

Kesesuaian

 

No.

 

1

 

2

 

3

   

4

   

5

 

1

 

2

 

3

 

4

 

5

 

1

 

2

 

3

 

4

 

5

 

antar koder

    

Persenta

Masyarakat

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:4

 

Pemerintah

 

v

 

AC:4

 

Pribadi

 

BC:5

 

Substansi

 

v

 

v

 

v

   

v

   

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:5

 

Prosedural

 

AC:5

 

Tidak Relevan

 

BC:5

 

Pemecahan Masalah

 

v

 

v

 

v

   

v

   

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:4

 

Eksistensi diri

 

v

 

AC:5

 

Tidak ada orientasi

 

BC:4

 

Sebab Akibat

 

v

 

AB;5

 

Gejala

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AC:3

 

Kriteria

 

BC:3

 

Perbandingan

 

v

 

v

 

v

 

Logika

 

v

 

v

 

Tidak ada alasan

 

Pengalaman Langsung

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:4

 

Naratif

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AC:4

 

Testimoni

 

BC:4

 

Anekdot

 

Demonstrasi

 

Rasionalisasi

 

v

 

v

 

v

 

v

 

Tidak ada pembuktian

 

Jelas

 

v

 

v

 

v

   

v

   

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:5

 

Tidak Jelas

 

AC:5   BC:5

 

Tidak Kritis

 

v

 

v

 

v

   

v

   

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:5

 

Kritis

 

AC:5   BC:5

 

Asertif

 

v

   

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

AB:5

 

Direktif

 

AC:5

 

Komisif

 

v

 

v

 

v

 

BC:5

 

Ekspresif

 

Deklaratif

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

v

 

87%

 

 

100

 

 

87%

 

 

 

73

 

 

 

 

 

 

80

 

 

 

 

100

 

100

 

 

 

100


(4)

(5)

   

173

     

Lampiran

 

2

 

 

Tabel Peraturan Menteri Pertanian tahun 2010 – 2012

Nomor  Isi Tentang 

Nomor : 28/Permentan/OT.140/4/2012 Pedoman Penilaian Balai Penyuluhan Kecamatan 

Berprestasi

Nomor : 26/Permentan/OT.140/4/2012 Pedoman Pengelolaan Balai Penyuluhan 

Nomor : 23/Permentan/OT.140/4/2012 Pedoman Penilaian Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu

Penyuluh Pertanian Teladan

Nomor : 19/Permentan/OT.140/3/2012 Persyaratan Mutu Benih, Bibit Ternak, dan Sumber Daya

Genetik Hewan

Nomor : 16/Permentan/OT.140/3/2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 

90/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Perubahan Atas 

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 

18/Permentan/OT.140/2/2008 Tentang Persyaratan dan 

Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Hasil 

Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke 

Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia 

Nomor : 15/Permentan/OT.140/3/2012 Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 

89/Permentan/OT.140/12/2011 Tentang Perubahan Atas 

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Kpts/HK.060/1/2006 

Tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina 

Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah-Buahan dan/atau 

Sayuran Buah Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik  Indonesia

Nomor : 14/Permentan/OT.140/3/2012 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat Badan Ketahanan Pangan Tahun Anggaran 

2012

Nomor : 12/Permentan/PD.400/3/2012 Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi 

Nomor : 07/Permentan/OT.140/2/2012 Pedoman Teknis dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan

Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan 

Nomor : 06/Permentan/OT.140/2/2012 Pedoman Kerjasama Penelitian dan Pengembangan 

Pertanian

Nomor : 05/Permentan/OT.140/2/2012 Pemasukan dan Pengeluaran Benih Hortikultura 

Nomor : 04/Permentan/OT.140/2/2012 Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis 

Perdesaan

Nomor : 03/Permentan/OT.140/1/2012 Rekomendasi Impor Produk Hortikultura 

Nomor : 01/Permentan/SR.130/1/2012 Komponen Harga Pokok Penjualan Pupuk Bersubsidi Untuk

Sektor Pertanian

Nomor : 70/Permentan/SR.140/10/2011 Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah 

Nomor : 43/Permentan/SR.140/8/2011 Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik 

Nomor : 35/Permentan/OT.140/7/2011 Pengendalian Ternak Ruminansia Betina Produktif 

Nomor : 

34/Permentan/OT.140/6/2011

Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah Bagi Pejabat 

Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian

Nomor : 

32/Permentan/OT.140/5/2011

Pengolaan dan Pelayanan Informasi Publik Di 

Lindungan Kementerian Pertanian 

Nomor : 

24/Permentan/SR.140/4/2011 

Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida 

Nomor : 

20/Permentan/OT.140/3/2011 

Pengawasan Keamanan Pangan Segar Asal Hewan 

dan/atau Pangan Segar Asal Tumbuhan Dari Negara 

Jepang Terhadap Kontaminasi Zat Radioaktif 


(6)

       

174

                                                                             

Diolah dari data Kementerian Pertanian. 

Sumber: Kementerian Pertanain 

http://perundangan.deptan.go.id/

, diakses 29 Juni 2012 

Nomor

 

Isi Tentang

Nomor : 

19/Permentan/OT.140/3/2011 

Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan 

Indonesia

Nomor : 

18/Permentan/OT.140/3/2011 

Pelayanan Dokumen Karantina Pertanian Dalam 

Sistem Elektronik

Nomor : 

12/Permentan/SR.130/3/2011 

Komponen Harga Pokok Penjualan Pupuk Bersubsidi 

Untuk Sektor Pertanian

Nomor : 

07/Permentan/OT.140/2/2011 

Penghentian Pemasukan Unggas dan Produk Unggas 

dari Negara Jepang dan Korea Selatan ke Dalam 

Wilayah Negara Republik Indonesia

Nomor : 

97/Permentan/OT.140/12/2011 

Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam 

Pengelolaan Kegiatan Tanggung Jawab Dana Tugas 

Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012 

Nomor : 

06/Permentan/SR.130/2/2011 

Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk 

Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 

2011

Nomor : 

71/Permentan/OT.140/12/2010 

Pelimpahan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan 

Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Dekonsentrasi 

Provinsi Tahun Anggaran 2011

Nomor : 

70/Permentan/OT.140/12/2010 

Penugasan Kepada Gubernur Dalam Pengelolaan 

Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana Tugas 

Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2011 

Nomor : 

68/Permentan/OT.140/12/2010 

Penugasan Kepada Bupati/Walikota Dalam 

Pengelolaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Dana 

Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 

2011

Nomor : 

67/Permentan/OT.140/12/2010 

Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus 

Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2011 

Nomor : 

66/Permentan/OT.140/12/2010 

Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Untuk 

Pertanian Tahun Anggaran 2011