Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu Untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan

ABSTRAK
ARIE WAHYUNINGSIH. Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi
Menu untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan. Dibimbing oleh
SUPRATIKNO dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jenis pakan yang diminati oleh
landak Jawa yang dikandangkan sebagai upaya menjadikan landak Jawa sebagai
ternak harapan. Sampel yang digunakan adalah empat ekor jantan dan satu ekor
betina landak Jawa dan diberi tiga belas jenis pakan yang terdiri dari sayur, buah
dan umbi-umbian. Pengamatan dan perhitungan pada pemberian delapan menu
berbeda yang terdiri dari lima jenis pakan yang diacak dari tiga belas jenis pakan
tersebut dengan pemberian tiap menu selama lima hari. Hasil yang didapat
kemudian dianalisis secara deskriptif dan diuji dengan menggunakan uji
Rancangan Acak Lengkap ANOVA serta uji Duncan. Hasil yang didapatkan
bahwa tingkat preferensi tinggi terhadap jenis pakan yang dikonsumsi adalah apel,
kembang kol, bengkoang, kangkung, sawi, mentimun, pisang, dan ubi jalar.
Sedangkan, jenis pakan yang tidak disukai oleh landak Jawa adalah kelapa,
singkong, kentang, wortel, dan jagung. Hasil preferensi pemilihan menu
menunjukkan bahwa menu V, menjadi menu dengan tingkat konsumsi terbaik
disusul dengan menu VI, menu VII, dan menu IV. Sumber energi utama pada
landak Jawa adalah karbohidrat, protein, dan air.
Kata kunci: ternak harapan, landak jawa, preferensi menu, pakan.


ABSTRACT
ARIE WAHYUNINGSIH. Food Preferences of the Captived Javan Porcupine.
Supervised by SUPRATIKNO and SRIHADI AGUNGPRIYONO.
This study was conducted to determine the type of food that fits best for
Javan porcupine in order to maximize its productivity as a micro livestock. The
samples were four males and one female Javan porcupine which have been
acclimatized for two months; and thirteen types of feed consisting of vegetables,
fruits and tubers. Observation and calculation were based on the distribution of
eight different menus consisting of five types of randomized selected feed from
the thirteen kinds of feed, by feeding each menu for five days. The results were
then analyzed descriptively and tested using ANOVA (Analysis of Variance) and
Duncan test. The results indicated that the most prefered feed were apples,
cauliflowers, yams, water spinaches, cabbages, cucumbers, bananas, and sweet
potatoes, respectively. Whereas, the type of feed which were disliked by Javan
porcupine in order were coconuts, cassavas, potatoes, carrots, and corns. The
result of menu preferences indicated that menu V is the best highrated
consumption, followed by menu VI, menu VII, and menu IV. The main sources of
energy for Javan porcupine were carbohydrate, protein, and water.
Key words: micro livestock, Javan porcupine, preference of menu, feed.


PREFERENSI PEMILIHAN JENIS PAKAN DAN KOMBINASI
MENU UNTUK LANDAK JAWA (Hystrix javanica)
YANG DIKANDANGKAN

ARIE WAHYUNINGSIH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Preferensi Pemilihan
Jenis Pakan dan Kombinasi Menu untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang
Dikandangkan adalah benar karya Saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Arie Wahyuningsih
NIM B04070167

ABSTRAK
ARIE WAHYUNINGSIH. Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi
Menu untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan. Dibimbing oleh
SUPRATIKNO dan SRIHADI AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jenis pakan yang diminati oleh
landak Jawa yang dikandangkan sebagai upaya menjadikan landak Jawa sebagai
ternak harapan. Sampel yang digunakan adalah empat ekor jantan dan satu ekor
betina landak Jawa dan diberi tiga belas jenis pakan yang terdiri dari sayur, buah
dan umbi-umbian. Pengamatan dan perhitungan pada pemberian delapan menu
berbeda yang terdiri dari lima jenis pakan yang diacak dari tiga belas jenis pakan
tersebut dengan pemberian tiap menu selama lima hari. Hasil yang didapat
kemudian dianalisis secara deskriptif dan diuji dengan menggunakan uji
Rancangan Acak Lengkap ANOVA serta uji Duncan. Hasil yang didapatkan

bahwa tingkat preferensi tinggi terhadap jenis pakan yang dikonsumsi adalah apel,
kembang kol, bengkoang, kangkung, sawi, mentimun, pisang, dan ubi jalar.
Sedangkan, jenis pakan yang tidak disukai oleh landak Jawa adalah kelapa,
singkong, kentang, wortel, dan jagung. Hasil preferensi pemilihan menu
menunjukkan bahwa menu V, menjadi menu dengan tingkat konsumsi terbaik
disusul dengan menu VI, menu VII, dan menu IV. Sumber energi utama pada
landak Jawa adalah karbohidrat, protein, dan air.
Kata kunci: ternak harapan, landak jawa, preferensi menu, pakan.

ABSTRACT
ARIE WAHYUNINGSIH. Food Preferences of the Captived Javan Porcupine.
Supervised by SUPRATIKNO and SRIHADI AGUNGPRIYONO.
This study was conducted to determine the type of food that fits best for
Javan porcupine in order to maximize its productivity as a micro livestock. The
samples were four males and one female Javan porcupine which have been
acclimatized for two months; and thirteen types of feed consisting of vegetables,
fruits and tubers. Observation and calculation were based on the distribution of
eight different menus consisting of five types of randomized selected feed from
the thirteen kinds of feed, by feeding each menu for five days. The results were
then analyzed descriptively and tested using ANOVA (Analysis of Variance) and

Duncan test. The results indicated that the most prefered feed were apples,
cauliflowers, yams, water spinaches, cabbages, cucumbers, bananas, and sweet
potatoes, respectively. Whereas, the type of feed which were disliked by Javan
porcupine in order were coconuts, cassavas, potatoes, carrots, and corns. The
result of menu preferences indicated that menu V is the best highrated
consumption, followed by menu VI, menu VII, and menu IV. The main sources of
energy for Javan porcupine were carbohydrate, protein, and water.
Key words: micro livestock, Javan porcupine, preference of menu, feed.

PREFERENSI PEMILIHAN JENIS PAKAN DAN KOMBINASI
MENU UNTUK LANDAK JAWA (Hystrix Javanica)
YANG DIKANDANGKAN

ARIE WAHYUNINGSIH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu Untuk
Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan
Nama
: Arie Wahyuningsih
NIM
: B04070167

Disetujui oleh

Drh. Supratikno, MSi, PAVet
Pembimbing I

Drh. Srihadi Agungpriyono, PhD, PAVet(K)
Pembimbing II


Diketahui oleh

Drh. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 ini ialah mengenai
pakan, dengan judul Preferensi Pemilihan Jenis Pakan dan Kombinasi Menu
untuk Landak Jawa (Hystrix javanica) yang Dikandangkan.
Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Drh. Supratikno, Msi, PAVet
dan Bapak Drh. Srihadi Agungpriyono, PhD, PAVet(K), selaku pembimbing, mas
Bayu yang telah banyak membantu dalam persiapan penelitian dan membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, kakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Juga
kepada teman sepenelitian dan teman satu angkatan 44 atas doa dan dukungan
moril yang sangat berarti.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013
Arie Wahyuningsih

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Luaran Penelitian

2

Manfaat Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA


3

METODE

7

Tempat dan Waktu

7

Bahan dan Alat

7

Kandang dan Perlengkapan

7

Tahap penelitian


7

Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Hasil

8

Pembahasan

13

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Kombinasi menu pakan
Hasil perhitungan persentase rataan menu
Hasil uji Duncan dari selisih menu rataan menu pakan
Hasil perhitungan persentase pakan yang dikonsumsi pada tiap menu
Hasil perhitungan nutrisi yang dikonsumsi berdasarkan kandungan
nutrisi yang terkandung dalam setiap jenis pakan menurut USDA
6 Hasil uji Duncan dari pemilihan preferensi jenis pakan

8
9
9
10
11
12

DAFTAR GAMBAR
1 Morfologi lambung landak Jawa
2 Landak Jawa yang dipelihara dalam kandang individual

5
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji ANOVA dengan software statistik pada menu rataan
2 Hasil uji ANOVA dengan software statistik pada pakan landak
3 Kandungan nutrisi per 100 g

19
20
21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menurut Direktorat Kesehatan Hewan (2010), pangan merupakan kebutuhan
dasar dari suatu negara untuk menyejahterakan rakyatnya. Kuantitas dan kualitas
pangan sangat menentukan nilai nutrisi dari asupan konsumsi seseorang.
Ketersediaan pangan hewani yang bersumber dari produk peternakan yakni
daging, susu, dan telur merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas sumber
daya manusia. Kondisi saat ini menunjukkan asupan protein hewani asal
ternak/kapita/hari di Indonesia masih rendah yakni 5.68 g/kapita/hari.
Pada tahun 2010, jumlah kepadatan penduduk Indonesia sebanyak 124
jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49%/tahun (BPS 2010).
Nilai laju pertumbuhan penduduk yang cukup besar ini juga harus diimbangi
dengan persediaan pangan salah satunya protein hewani. Sehubungan dengan hal
tersebut maka perlu dicari sebanyak mungkin pilihan sumber protein hewani yang
sesuai tuntutan masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan antara lain
memanfaatkan dan menjadikan beberapa spesies satwa yang masih liar sebagai
alternatif hewan budidaya (Arifin 2004).
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati flora dan fauna. Banyak satwa
liar yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ternak harapan, salah
satunya yaitu landak. Pada daerah Jawa Tengah, landak dianggap sebagai hama
perusak tanaman. Akan tetapi, landak adalah hewan yang potensial karena daging
dan durinya dapat dimanfaatkan. Menurut kepercayaan masyarakat di beberapa
daerah, landak mempunyai banyak khasiat, antara lain empedu landak dapat
menyembuhkan penyakit asma, dipercaya daging landak dapat meningkatkan
vitalitas laki-laki dan menghilangkan gatal-gatal. Diketahui pula bahwa daging
landak mempunyai kadar lemak yang lebih rendah dari pada daging sapi dan
ayam, sehingga daging landak dianggap cocok dikonsumsi oleh orang yang
melakukan diet rendah lemak (Sulistya 2007).
Menurut CITES (The Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora) tahun 2008, status landak adalah least concern
atau tidak terlalu diperhatikan statusnya. Hal ini dikarenakan jumlah populasi
landak yang masih banyak di berbagai benua dengan famili yang beragam yaitu
Hystricidae (Old World Porcupines) dan Erethrizontidae (New World
Porcupines). Famili-famili landak tersebut menandakan bahwa jumah dari
populasi landak banyak dan tersebar di berbagai benua serta di berbagai daerah di
Indonesia (Lunde dan Aplin 2008).
Landak merupakan ternak harapan, sehingga untuk dapat diternakkan
dengan baik perlu diketahui jenis dan komposisi pakan dari hewan tersebut.
Sehingga seluruh kebutuhan nutrisi hewan yang dikandangkan tergantung dari
pakan yang diberikan. Oleh karena itu untuk budi daya ini perlu dicari jenis pakan
yang cocok yang dapat memenuhi kebutuhan akan nutrisi yang diperlukan untuk
kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Hal yang harus menjadi
perhatian dalam pemberian pakan hewan yang dikandangkan adalah dari segi
komposisi dan pertimbangan sisi ekonomis. Pakan yang diberikan harus

2

mendekati jenis pakan alami di alam, tetapi dengan biaya yang masih rasional
untuk usaha peternakan.
Dalam usaha budidaya atau peternakan, pakan merupakan komponen yang
sangat penting dalam menunjang keberhasilan. Agar para peternak mencapai
target produksi ternak yang menguntungkan, salah satu faktor produksi yang dapat
dilakukan dalam ukuran waktu yang relatif cepat adalah pemberian pakan yang
tepat. Menurut Sunarso (2001), keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan
oleh tiga faktor yang sama pentingnya, yaitu 1) breeding (pemulia biakan, bibit),
2) feeding (pakan), dan 3) management (tata laksana). Namun jika dilihat dari
total biaya produksi dalam usaha peternakan maka kontribusi pakan adalah yang
paling tinggi sekitar 75%.
Untuk peternakan landak sebenarnya sudah mulai berkembang di negara
tetangga Malaysia. Namun demikian informasi mengenai jenis pakan yang cocok
untuk landak belum banyak dipublikasikan terutama pada landak Jawa. Penelitian
yang sudah ada saat ini adalah mengenai perilaku maternal landak Raya dalam
kandang (Norsuhana et al. 2009) dan tingkah laku landak Raya pada siang hari
pada penangkaran (Wardi et al. 2011). Penelitian tentang landak Jawa pun sudah
mulai diperhatikan seperti penelitian yang dilakukan oleh peneliti LIPI tentang
pemberian pelet formula pada landak Jawa: pengaruhnya terhadap konsumsi,
konversi pakan, dan kecernaan pakan pada kondisi pra budidaya (Farida dan
Ridwan 2011). Saat ini pengetahuan tentang bahan alami yang dapat dijadikan
sebagai sumber pakan untuk landak masih terbatas. Berbeda dengan kehidupan di
alam dengan berbagai pakan yang dapat dipilih oleh landak saat diternakan jenis
pakan yang dipilih landak menjadi lebih terbatas. Oleh karena itu perlu dicari jenis
pakan yang murah, mudah diperoleh, tersedia setiap saat, serta mampu
mendukung produktivitas landak. Pakan sebagai sumber dari perkembangan tubuh
hewan harus diperhatikan mencakup kualitas produksi ternak. Sehingga
pemanfaatan sumber pakan lokal secara optimal dapat menentukan tercapainya
produktivitas daging secara maksimal.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menduga tingkat daya makan sukarela
(voluntary feed intake) landak Jawa terhadap konsumsi segar dengan mengukur
tingkat kesukaan (uji palatabilitas/preferensi) landak Jawa terhadap beragam
sumber hijauan, umbi-umbian, dan buah-buahan.

Luaran Penelitian
Adanya penelitian ini akan menghasilkan pengetahuan baru tentang tingkat
daya makan serta tingkat kesukaan dari landak Jawa terhadap beberapa jenis
pakan yang telah dicobakan.

3
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data ilmiah sebagai
pedoman peternak dalam pemberian pakan landak yang efektif dan mudah didapat
untuk mengembangkan usaha peternakan landak.

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi dan Klasifikasi Landak
Hewan landak sendiri termasuk hewan yang hidup soliter dengan aktivitas
yang banyak dilakukan pada malam hari (nokturnal). Hal unik pada landak yaitu
memiliki kurang lebih 30.000 duri di seluruh permukaan tubuhnya. Pada saat
landak merasa terancam oleh musuhnya, hewan ini akan mengibaskan ekornya
yang berduri sebagai bentuk pertahanan diri (Roze 1989). Klasifikasi landak
menurut Corbet dan Hill (1992) adalah sebagai berikut:
Kerajaan :
Animalia
Filum

: Chordata

Subfilum

: Vertebrata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Rodentia

Subordo : Hystricomorpha


Famili Hystricidae: Old World Porcupines (12 subfamili)




Hystrix javanica, Sunda Porcupine

Famili Erethizontidae: New World Porcupines

Menurut Parker (1990), ciri-ciri fisik lain dari hewan landak adalah
memiliki bentuk tubuh yang lonjong dan cenderung untuk bergerak secara lambat.
Kemudian, landak mempunyai panjang badan antara 40-91 cm, panjang ekor 6-25
cm, dan berat badan antara 5.4-16 kg (tergantung spesies). Norsuhana et al.
(2009) menyatakan landak termasuk hewan poliestrus dan memiliki kemungkinan
anak sebanyak 2-4 anak/kelahiran. Kemungkinan kelahiran yang dapat terjadi
untuk landak betina yaitu sebanyak dua kali dalam setahun.
Landak termasuk hewan yang memiliki penyebaran habitat yang beragam
dan wilayah daerah yang cukup luas. Habitat landak adalah hutan, padang pasir,
tempat berbatu, lereng bukit, dan padang rumput. Rata-rata landak tinggal pada
daerah tropis seperti Asia, Italia, Afrika, Amerika Selatan, dan Amerika Utara
(Goodwin 1865).

4
Deskripsi Hystrix javanica
Hystrix javanica, ditemukan oleh F. Cuvier di Pulau Jawa pada tahun 1823.
Landak Jawa memiliki beberapa karakteristik mencakup berat rata-rata sekitar 8
kg dengan panjang tubuh sekitar 45.5 sampai dengan 73.5 cm. Panjang ekornya
berkisar antara 6 sampai dengan 13 cm (Grizmek 1975).
Secara umum, landak Jawa terdapat di Pulau Jawa, Lombok, Madura,
Flores, dan Sumbawa. Habitat landak Jawa yaitu hutan dataran rendah, kaki bukit,
dan area pertanian. Pakan landak Jawa dapat berupa buah-buahan, sayur-sayuran,
akar, dan batang tumbuhan (LIPI 2011).
Menurut Banfield (1974), landak termasuk herbivora monogastrik. Landak
memakan berbagai vegetasi termasuk rumput, daun, bunga, ranting, akar, tunas,
dan biji dari tanaman lain. Di alam, landak memakan bagian tanduk rusa untuk
memenuhi kandungan mineral dalam tubuh.

Habitat dan Penyebaran
Landak merupakan satwa terestrial, sehingga landak bersarang dengan
membuat lubang di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 5 meter. Lubang ini
terdiri beberapa cabang yang mempunyai beberapa pintu keluar. Landak terdapat
pada semua tipe hutan, seperti perkebunan, semak-semak, padang rumput, dan
tepian perkampungan di Pulau Jawa dan Pulau Madura. Pemilihan tempat tinggal
landak ini menyebabkan landak sering dianggap sebagai hama yang merusak
tanaman di ladang para petani, karena dekat dengan pemukiman warga dan ladang
masyarakat (Sastrapradja 1996).
Landak Jawa merupakan satwa endemik di Pulau Jawa, dan masih
berkerabat dekat dengan landak Sumatera (Hystrix sumatrae) yang merupakan
satwa endemik Sumatera, dan Bornean porcupine (Thecurus crassispinis) yang
merupakan satwa endemik Kalimantan. Persebaran landak Jawa meliputi daerah
di Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Madura (Anggorodi 1973)
Saluran Pencernaan
Menurut Wulansari (2012), bahwa landak Jawa memiliki lambung
berbentuk seperti huruf C terbalik dengan ukuran kurvatura minor yang pendek
dan kurvatura mayor yang relatif panjang (Gambar 1). Lambung landak Jawa
membentuk suatu kantung buntu yang dinamakan fundic caecum dan memiliki
tiga daerah kelenjar yaitu kardia, fundus, dan pilorus. Daerah kelenjar kardia
sangat sempit, sel-sel kelenjarnya berbentuk kubus dengan inti berbentuk elips
terletak di basal. Daerah kelenjar fundus sangat luas, bentuk kelenjarnya cukup
panjang dan bercabang. Kelenjar fundus pada bagian fundic caecum didominasi
oleh sel-sel chief sedangkan daerah kurvatura mayor dan minor didominasi oleh
sel-sel parietal. Sel chief berfungsi mencerna bahan pakan yang lunak dan
mengandung protein.

5

Gambar 1 Gambaran morfologi lambung landak Jawa
Diadaptasi: Wulansari 2012
Pakan
Di habitat aslinya landak Jawa memakan bagian-bagian tanaman
seperti akar, umbi-umbian, kulit kayu, dan buah-buahan (Sastrapradja
1996). Landak dari famili Erethizontidae umumnya memakan dedaunan dan
serat tinggi yang sulit dicerna oleh enzim pencernaan hewan mamalia
lainnya. Beberapa contoh dari molekul serat kompleks yaitu selulose, lignin,
dan pektin. Sekum adalah kantong besar yang berlokasi pada persimpangan
antara usus kecil dan usus besar. Pada sekum terdapat bakteri yang
berfungsi menyerap air, memecah urea sehingga meringankan beban kerja
ginjal. Fungsi ini memungkinkan landak untuk mengekstrak maksimum
jumlah air yang dikonsumsi dari makanan. Hal ini penting bagi landak yang
tinggal di daerah gurun atau landak yang masa hibernasinya panjang (Olson
1999).
Sifat Seleksi
Hewan memiliki sifat seleksi terhadap pakan, mempunyai sensasi
terhadap pakan sebelum dan selama makan. Seperti pemilihan beberapa
pakan yang lebih disukai dari pada pakan lainnya yaitu disebut sifat/daya
seleksi yang tinggi. Sifat seleksi ini dikarenakan salah satu mekanisme
untuk memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan dengan menyusun
ransumnya sendiri. Dalam seleksi makanan, penciuman merupakan alat
detektor utama sehingga hewan dapat menolak pakan tanpa mencicipinya
terlebih dahulu. Untuk pakan yang belum pernah diperoleh sebelumnya
akan memerlukan waktu untuk beradaptasi (Parakkasi 1999).

6
Konsumsi Pakan
Parakkasi (1999) menyatakan bahwa tingkat konsumsi (Voluntary
Feed Intake) diartikan sebagai jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
hewan bila pakan tersebut diberikan ad libitum. Tingkat konsumsi hewan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hewan, makanan, dan lingkungan.
Menurut Pond et al. (1995) yang memengaruhi konsumsi pakan adalah
palatabilitas, bau, rasa, penglihatan, dan tekstur pakan. Konsumsi zat
makanan sangat diperlukan untuk membantu metabolisme dalam tubuh
(Sutardi 1980). Jumlah konsumsi pakan merupakan salah satu tanda terbaik
produktivitas hewan (Arora 1989).
Tillman et al. (1991) menyatakan, bahwa konsumsi adalah jumlah
pakan yang dikonsumsi oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidup pokok dan produksi. Aktivitas konsumsi pakan meliputi
proses mencari, mengenal dan mendekati, mengindra, dan memilih pakan.
Arora (1989) menambahkan bahwa produktivitas hewan salah satunya dapat
dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi pakan akan bertambah jika
diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi. Temperatur lingkungan
yang tinggi akan menurunkan konsumsi pakan, sedangkan penurunan
temperatur akan merangsang pusat makan untuk meningkatkan konsumsi
pakan.
Kecernaan Pakan
Dalam proses pemilihan pakan, perlu menjadi perhatian yaitu
proses pencernaan di dalam tubuh hewan tersebut. Proses pencernaan
menurut Sutardi (1980) adalah suatu proses yang dimulai dari rongga
mulut hingga dikeluarkan melalui anus. Pencernaan adalah proses
perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan dalam alat
pencernaan yang meliputi proses pencernaan mekanik, hidrolitik, dan
fermentatif. Parakkasi (1999) menyatakan bila pakan sukar dicerna, maka
relatif lebih banyak energi pakan tersebut yang keluar melalui feses.
Energi merupakan bagian terbesar yang disuplai oleh hampir semua pakan
yang biasa digunakan untuk ternak, oleh karena itu apabila hewan
menggunakan suatu pakan yang cukup mengandung protein dan mineral,
maka semua perhitungan kebutuhan zat makanan dapat diarahkan untuk
energi tanpa kesalahan yang berarti. Menurut Anggorodi (1973), daya
cerna bahan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Suhu
Suhu sekeliling mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nafsu
makan dari hewan dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Hal ini
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap daya cerna dari suatu
pakan.

7
2. Laju perjalanan makanan di dalam alat pencernaan
Perjalanan bahan makanan berpengaruh terhadap daya cerna pada alat
pencernaan. Bila perjalanan bahan makanan yang terlalu cepat di saluran
pencernaan akan menyebabkan kurangnya waktu untuk mencerna zat-zat
makanan secara menyeluruh oleh enzim-enzim pencernaan, sehingga nilai daya
cerna bahan makanan tersebut menjadi rendah.
3. Bentuk fisik dari pakan
Pengaruh pakan yang digiling terhadap daya cerna, tergantung pada bagaimana
hewan mengunyah pakan tersebut sebelum bahan masuk melalui alat
pencernaan. Hewan yang sangat muda dan hewan yang sangat tua yang tidak
mempunyai gigi sempurna, tidak dapat mengunyah makanannya sebaik hewan
dewasa dengan gigi yang baik. Butir-butiran yang digiling untuk hewan
memberikan permukaan yang luas terhadap getah pencernaan dan karenanya
mempertinggi daya cernanya.

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan kandang hewan percobaan yang
terletak di Unit Rehabilitasi dan Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor, dan Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi
FKH-IPB. Penelitian ini berlangsung selama 40 hari yaitu dari bulan Mei-Juni
2010.
Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan lima ekor landak Jawa dewasa. Pakan yang
dicobakan meliputi kelompok bahan sayuran, umbi-umbian, dan buah-buahan.
Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan digital, piring plastik, sendok,
pinset, dan pisau.
Kandang dan Perlengkapan
Kandang yang digunakan untuk penelitian ini kandang individu yang
terbuat dari stainless steel. Aluminium diletakkan di bagian bawah kandang
berbentuk segiempat sebagai tempat penampungan sisa pakan, urin, dan feses.
Setiap kandang dilengkapi tempat air minum berbentuk mangkuk yang terbuat
dari stainless steel.
Tahap Penelitian
Penelitian menggunakan delapan menu yang berisikan kombinasi acak dari
ketigabelas jenis pakan kecuali jagung (Tabel 1). Tiap menu berisi lima jenis
pakan dengan berat 200 g/pakan sehingga total pemberian tiap menu pada tiap
landak sebanyak 1 kg. Pakan diberikan satu kali sehari, yaitu pukul 07.00 WIB
dan dilakukan penimbangan. Pemberian tiap menu dilakukan selama jangka

8
waktu lima hari secara berurut. Untuk menghitung dilakukan penimbangan sisa
pakan pada pagi hari berikutnya.
Tabel 1 Kombinasi menu pakan
Menu

I

II

III

IV

Jenis

Jagung

Jagung

Jagung

Jagung

Pakan

Sawi

Sawi

Sawi

Apel

Singkong

Pisang

Bengkoang

Wortel

Kentang

Kentang

Kelapa

Kembang Kol

Mentimun

Mentimun

Mentimun

Kangkung

Menu

V

VI

VII

VIII

Jagung

Jagung

Jenis

Jagung

Jagung

Pakan

Kembang Kol

Sawi

Singkong

Apel

Apel

Wortel

Kentang

Ubi Jalar

Ubi Jalar

Pisang

Kangkung

Mentimun

Kangkung

Mentimun

Kembang Kol

Sawi

Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dengan menghitung keseluruhan jumlah
rataan mingguan menggunakan Program Excel. Analisis ini dilakukan
dikarenakan jumlah materi yang terbatas.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Preferensi Menu Pakan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan tiga belas jenis pakan
yang dikelompokkan ke dalam delapan menu yang disusun secara acak (kecuali
jagung) dapat diketahui jenis pakan dan menu yang paling disukai oleh landak
Jawa (Gambar 2). Pada kedelapan menu setelah melalui perhitungan persentase
rata-rata total dari tiap menu didapatkan seperti tercantum pada Tabel 2.
Persentase total konsumsi tertinggi yaitu pada menu V sebanyak 95.74% disusul
secara berurutan yaitu menu VI sebesar 95.61%, menu VII sebesar 93.95%, menu
IV sebesar 91.96%, menu II sebesar 89.61%, menu III sebesar 87.35%, menu VIII
sebesar 78.68%, dan menu dengan persentase total konsumsi paling rendah pada
menu I sebesar 68.07%.

9

Gambar 2 Landak Jawa (H.javanica) yang dipelihara
dalam kandang individual
Diadaptasi: Muhni 2011
Tabel 2 Hasil perhitungan persentase rataan menu
Menu
Total yang dikonsumsi Urutan kesukaan menu
(%)
I
68.07
8
II
89.61
5
III
87.35
6
IV
91.96
4
V
95.74
1
VI
95.61
2
VII
93.95
3
VIII
78.68
7

Selanjutnya dari delapan menu yang diberikan kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji Duncan. Hasil uji Duncan terhadap delapan menu tersebut
(Tabel 3). Dari Tabel 3 tersebut juga menunjukkan bahwa menu V adalah menu
yang paling banyak dikonsumsi oleh landak. Apabila dibandingkan dengan menu
yang lain, selisih jumlah pakan yang dikonsumsi pada menu V berbeda nyata
dibandingkan dengan empat menu lain yaitu menu I, menu VIII, menu III, dan
menu II. Sedangkan apabila dibandingkan dengan menu IV, VII dan VI
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tingkat konsumsi menu V berbeda
nyata yaitu sebanyak 276.72 g apabila dibandingkan dengan menu I.
Tabel 3 Hasil uji Duncan dari selisih menu rataan menu pakan
V
VI
VII
n
n
276.72 275.40
258.76 n
I
170.60n 169.28n 152.64 n
VIII
83.96 n 82.64 n
66 n
III
61.36 n 60.04 n
43.40 n
II
tn
tn
37.80
36.48
19.84 tn
IV
17.96 tn 16.64 tn
VII
1.32 tn
VI
Keterangan: n : berbeda nyata
tn
: tidak berbeda nyata

IV
238.92n
132.8 n
46.16 n
23.56 tn
-

II
215.36n
109.24n
22.60 tn
-

III
192.76 n
86.64 n
-

VIII
106.12n
-

I
-

10
Setelah diketahui preferensi terhadap delapan menu yang diberikan, setiap
menu tersebut selanjutnya dianalisis masing-masing jenis pakan yang terdapat
pada setiap menu. Hasil perhitungan jenis pakan yang dikonsumsi pada masingmasing menu secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pada Tabel 4 ini
sejalan dengan hasil pada Tabel 2, menunjukkan menu V sebagai menu yang
paling tinggi dikonsumsi. Perhitungan tiap jenis pakan pada Tabel 4 menunjukkan
persentase total dari tiap jenis pakan yang dihabiskan secara keseluruhan di atas
85%. Jenis pakan yang di makan pada menu V terdiri dari kentang (100%), kol
(99.22%), kangkung (98%), jagung (92.48%), dan singkong (89.02%). Sedangkan
pada menu I sebagai menu yang paling sedikit dikonsumsi, pada menu ini jenis
pakan yang dikonsumsi masing-masing yaitu kentang (28.72%), singkong
(52.84%), jagung (61.46%), sawi (97.54%), dan mentimun (99.8%). Demikian
pula pada menu VIII yang merupakan menu dengan tingkat konsumsi terendah
kedua, secara umum persentase konsumsi tiap jenis pakannya juga rendah yaitu
jagung (67.50%), wortel (69.76%), mentimun (84%), pisang (85.04%), dan sawi
(87.12%).
Tabel 4 Hasil perhitungan persentase pakan yang dikonsumsi pada tiap menu
Menu I
Persentase
Menu II
Persentase
dikonsumsi
dikonsumsi
Jagung
61.46
Jagung
68.88
Sawi
97.54
Sawi
95.98
Singkong
52.84
Pisang
99.96
Kentang
28.72
Kentang
69.96
Mentimun
99.8
Mentimun
95.26
Menu III
Persentase
Menu IV
Persentase
dikonsumsi
dikonsumsi
Jagung
92.64
Jagung
89.80
Sawi
95.54
Apel
95.08
Bengkoang
95.22
Wortel
83.94
Kelapa
62.76
Kembang Kol
95
Mentimun
90.58
Kangkung
96
Menu V
Persentase
Menu VI
Persentase
dikonsumsi
dikonsumsi
Jagung
92.48
Jagung
93.54
Kembang Kol
99.22
Sawi
98.86
Singkong
89.02
Apel
98.60
Kentang
100
Ubi Jalar
90.22
Kangkung
98
Mentimun
96.80
Menu VII
Jagung
Kembang Kol
Apel
Ubi Jalar
Kangkung

Persentase
dikonsumsi
92.96
97.08
98.94
89.64
91.12

Menu VIII
Jagung
Sawi
Wortel
Pisang
Mentimun

Persentase
dikonsumsi
67.50
87.12
69.76
85.04
84

11
Kandungan Nutrisi pada Menu
Setelah diketahui preferensi terhadap delapan menu pakan, selanjutnya
dilakukan perhitungan perkiraan kandungan nutrisi yang terdapat pada setiap
menu dengan berpedoman pada USDA (2011). Hasil perhitungan perkiraan
kandungan nutrisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel tersebut,
didapatkan rata-rata perkiraan kandungan nutrisi yang dimakan/hari oleh landak
Jawa yaitu karbohidrat sebanyak 198.31 g (73.35%), serat 29.66 g (10.97%),
protein 26.60 g (9.84%), dan lemak 15.79 g (5.84%). Begitu pula, konsumsi air
landak Jawa sebesar 624.16 g yang seluruhnya didapatkan di dalam pakan.
Tabel 5 Perkiraan perhitungan kandungan nutrisi yang dikonsumsi pada setiap menu
(perhitungan berdasarkan USDA 2011)
Menu
Karbohidrat
Protein
Lemak
Serat
Kandungan
(g)
(g)
(g)
(g)
Air
(g)
I
152.21
20.88
6.84
20.13
493.72
II

178.90

25.06

8.01

26.42

639.17

III

186.77

29.19

60.82

41.74

598.46

IV

205.95

27.74

10.76

30.96

666.84

V

262.08

33.99

11.04

30.58

640.47

VI

204.95

25.08

10.23

30.60

709.30

VII

230.96

29.33

10.71

31.76

660.04

VIII
Rataan

164.64
198.31
(73.35%)

21.56
26.60
(9.84%)

7.91
15.79
(5.84%)

25.12
29.66
(10.97%)

585.29
624.16

Preferensi Jenis Pakan
Hasil perhitungan uji Rancangan Acak Lengkap terhadap jenis pakan
memberikan hasil R-Square sebanyak 84.31% yang menunjukkan bahwa jenis
pakan berpengaruh terhadap tingkat keragaman respon pada jenis pakan yang
diberikan pada landak Jawa. Selanjutnya dilakukan analisis lanjutan terhadap tiga
belas jenis pakan yang diberikan dengan menggunakan uji Duncan. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa apel merupakan jenis pakan yang paling disukai
oleh landak Jawa, disusul secara berurutan oleh kembang kol, bengkoang, sawi,
mentimun, pisang, ubi jalar, jagung, wortel, kentang, singkong, dan kelapa (Tabel
6). Dari Tabel tersebut terlihat bahwa tingkat preferensi apel tidak berbeda nyata
dengan kembang kol, bengkoang, kangkung, sawi, mentimun, pisang, dan ubi
jalar. Tetapi berbeda nyata dibandingkan dengan preferensi terhadap jagung,
wortel, kentang, singkong, dan kelapa. Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi
apel lebih tinggi sebanyak 69.86 g dibandingkan dengan konsumsi kelapa yang
merupakan jenis pakan yang paling tidak disukai oleh landak Jawa.

12

Tabel 6 Hasil uji Duncan dari pemilihan preferensi jenis pakan
Apel
Kelapa
Singkong
Kentang
Wortel

69.86n
53.25 n
50.65 n
41.41 n

Kembang
Kol
68.68 n
52.34 n
49.75 n
40.50 n

Bengkoang Kangkung Sawi

Mentimun Pisang

64.92 n
48.58 n
45.99 n
36.74 n

64.56 n
48.22 n
45.63 n
36.38 n

64.50 n
48.16 n
45.56 n
36.37 n

61.06 n
44.72 n
42.12 n
32.88 n

59.48 n
43.14 n
40.55 n
31.30 n

n

n

n

n

n

Ubi
Jalar
53.76 n
37.42 n
34.83 n
25.58 n

Jagung Wortel

Kentang Singkong Kelapa

39.30 n
22.96 n
20.36 n
11.12

18.93 n
2.59 tn
-

tn

Jagung

30.29

n

29.39

n

25.63

25.27

25.20

21.76

20.19

14.47
tn

Ubi Jalar
Pisang
Mentimun
Sawi
Kangkung
Bengkoang
Kembang
kol
Apel
Keterangan

15.83 tn
10.11 tn
8.53 tn
5.10 tn
5.03 tn
4.67 tn
0.91 tn

14.92 tn
9.20 tn
7.62 tn
4.20 tn
4.12 tn
3.76 tn
-

11.16 tn
5.44 tn
3.86 tn
0.42 tn
0.36 tn
-

n
tn

: berbeda nyata
: tidak berbeda nyata

10.80 tn
5.08 tn
3.50 tn
0.06 tn
-

10.74 tn
5.02 tn
3.44 tn
-

7.30 tn
1.58tn
-

5.72 tn
-

-

-

28.18 n
11.84 tn
9.25 tn
-

16.34 n
-

-

13
Pembahasan

Berdasarkan hasil pada Tabel 2, menu V adalah menu yang paling
banyak habis dikonsumsi oleh kelima landak Jawa. Pada menu ini sesuai
Tabel 4 terdiri dari kentang (100%), kol (99.92%), kangkung (98%), jagung
(92.48%), dan singkong (89.02%), yang menunjukkan pada setiap jenis
pakan di menu V memiliki nilai konsumsi yang tinggi dibandingkan menu
lainnya. Sejalan dengan tingginya persentase konsumsi pada menu V,
kandungan nutrisi yang dikonsumsi pada menu V juga paling tinggi sebesar
262.08 g (karbohidrat) dan 33.99 g (protein). Tingginya kadar karbohidrat
pada menu ini diduga berasal dari kentang, jagung, dan singkong. Hal ini
menunjukkan hewan landak Jawa diduga memilih kentang dengan total
konsumsi yang paling tinggi dikarenakan kentang memiliki jumlah
karbohidrat yang tinggi dari pada jenis pakan lainnya dalam menu V
tersebut.
Pada tabel preferensi jenis pakan yaitu Tabel 6 dapat dilihat bahwa
apel, menjadi pakan dengan tingkat konsumsi paling tinggi. Pada menu
yang lain (menu IV, menu VI, dan menu VII) juga menunjukkan tingkat
konsumsi tinggi yaitu berturut-turut sebanyak 95.08%, 98.60%, dan
98.94%. Pada Tabel 4, apel menjadi jenis pakan yang paling banyak habis
dimakan yaitu pada menu VII. Walaupun buah apel tidak termasuk pada
menu V, tetapi masih dalam satu kelompok pada tabel analisis Duncan pada
lampiran.
Pada menu II jenis pakan lainnya yang juga memiliki tingkat
konsumsi tinggi adalah pisang yaitu sebesar 99.96% (Tabel 4). Pisang
diduga dihabiskan pada menu ini karena merupakan jenis pakan baru yang
diganti dari menu I ke menu II. Hal ini mengindikasikan landak Jawa
memiliki ketertarikan lebih pada pakan yang baru. Selain itu diketahui,
pisang dan apel memiliki rasa manis yang kuat menunjukkan landak Jawa
menyukai pakan yang manis. Begitu pula, bengkoang memiliki rasa manis
pada cairannnya. Menurut Heyne (1987), bengkoang termasuk umbi-umbian
yang memiliki cairan segar agak manis yang berasal dari oligosakarida yang
disebut inulin sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Jenis pakan lain pada Tabel 4 yang disukai oleh landak Jawa adalah
sawi. Jenis pakan ini memiliki tingkat konsumsi yang selalu tinggi yaitu
pada menu III (95.54%), menu IV (98.86%), dan menu VIII (87.12%). Hal
ini menunjukkan bahwa sawi muncul sebanyak tiga kali sebagai pakan
dengan tingkat konsumsi yang paling tinggi. Berdasarkan Tabel 4 ini dapat
dikatakan bahwa sawi adalah jenis pakan yang disukai oleh landak Jawa.
Diduga landak Jawa memilih sawi karena kandungan air pada sawi tinggi
sebanyak 90.80/100 g (USDA 2011) untuk memenuhi kebutuhan air harian.
Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh kombinasi acak dari pemilihan lima
jenis pakan dan tentunya dari sifat seleksi hewan landak Jawa itu sendiri.
Pakan lain yang tingkat konsumsinya tinggi oleh landak Jawa adalah
mentimun yaitu sebesar 99.80%. Seperti halnya pada sawi, landak memilih
mentimun karena memiliki kandungan air yang paling besar pada menu
tersebut. Meskipun air diberikan secara ad libitum, landak Jawa tampaknya

14
memenuhi kebutuhan air dari pakan. Selain mentimun dan sawi, pakan lain
dengan tingkat konsumsi yang tinggi adalah kangkung sebesar 96% pada
Tabel 4. Menurut Wardi et al. (2011), kandungan air pada kangkung sebesar
91%. Begitu pula pada kembang kol dan bengkoang yang juga memiliki
kandungan air tinggi menurut USDA (2011) sebesar 92.18/100 g dan
90.07/100 g. Hal ini sesuai dengan penelitian Wardi et al. (2011), yang
menyatakan landak tidak pernah terlihat melakukan aktivitas minum melalui
tempat minum yang disediakan. Pemenuhan air melalui pakan oleh landak
Jawa sama seperti tikus. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988),
konsumsi air oleh tikus yang disediakan berkurang apabila pakan yang
diberikan dalam bentuk pakan basah.
Jenis pakan lainnya yang berada pada tingkat preferensi tinggi (Tabel
6) adalah kembang kol. Selain memiliki kandungan air yang tinggi, menurut
USDA (2011), kembang kol juga merupakan sumber penting protein,
mengandung vitamin B6, sumber mineral, dan sumber serat makanan.
Landak diduga memilih kembang kol dalam usaha pemenuhan kebutuhan
beberapa nutrisinya yaitu air dan protein.
Adapun pakan dengan tingkat konsumsi rendah adalah singkong. Jenis
pakan ini memiliki tingkat konsumsi yang rendah sebesar 89.02% pada
menu V dan 52.84% pada menu I (Tabel 4). Diduga bahwa landak memiliki
naluri memilih pakan. Hal ini diduga karena landak memiliki penciuman
tajam yang dapat mendeteksi adanya bahan berbahaya seperti sianida yang
terdapat pada singkong. Hal ini dikuatkan oleh pemaparan Rustandi (2012)
yang menyatakan bahwa selain asam sianida, singkong memiliki getah pada
bagian kulitnya. Maka, hewan dalam memilih pakan mengikuti naluri
memilih pakan yaitu tinggi nilai gizinya, tidak membahayakan kesehatan,
juga memiliki cita rasa dan bau yang sesuai selera hewan tersebut (Sutardi
1980).
Jenis pakan lainnya yang memiliki tingkat konsumsi rendah yaitu ubi
jalar pada menu VI (90.22%) dan menu VII (89.64%). Hal ini juga
dipengaruhi karena ubi jalar memiliki kandungan getah (Winarno 1973).
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Wardi et al. (2011), tingkat preferensi
konsumsi ubi jalar rendah pada landak Raya. Umbi-umbian lain yang
memiliki tingkat konsumsi yang rendah adalah kentang yaitu sebesar
28.72%. Meskipun demikian pada menu V, kentang memiliki tingkat
konsumsi yang sangat tinggi yaitu 100%. Pada menu V, kentang diberikan
secara direbus sedangkan pada menu I kentang diberikan secara mentah.
Rendahnya konsumsi kentang pada menu I karena pemberian kentang dalam
keadaan mentah yang masih mengandung getah. Menurut UPI (2002),
karena kentang mengandung getah hendaknya dalam mengonsumsi
dilakukan pemotongan maupun perebusan terlebih dahulu.
Pada menu IV di Tabel 4, wortel menjadi pakan yang sedikit
dikonsumsi yaitu sebesar 83.94%. Hal ini diduga karena munculnya rasa
pahit pada wortel karena bercampur dengan pakan lain dalam kandang.
Menurut Soesarsono (1981), wortel mempunyai senyawa isokumarin yang
dirangsang oleh gas etilen yang dikeluarkan oleh tanaman lain biasanya
buah, dalam hal ini pada menu IV terdapat buah apel yang memicu gas
tersebut dalam proses pematangan buah.

15
Hasil Tabel 4 menunjukkan pakan dengan tingkat konsumsi paling
rendah yaitu kelapa (62.76%). Hal ini diduga karena landak Jawa jarang
menemukan buah kelapa di habitat liarnya. Selain itu pohon kelapa biasanya
tumbuh di daerah pinggir pantai dan dengan ketinggian pohon kelapa yaitu
30 meter (Aliansyah 2008). Menurut Sastrapradja (1996), landak termasuk
satwa terestrial yaitu hidup di tanah sehingga tidak memungkinkan landak
memanjat terlalu tinggi untuk mencari makan. Menurut USDA (2011), buah
kelapa memiliki kandungan lemak yang paling besar yaitu 33.49/100 g dari
keseluruhan jenis pakan lainnya dalam menu tersebut. Hal ini juga
mempengaruhi pencernaan tubuh landak dan saat pemberian menu berisi
buah kelapa, landak mengalami diare. Dari hasil penelitian ini, diduga
landak tidak memilih pakan dengan kandungan lemak tinggi sebagai
alternatif sumber energinya.
Jagung menjadi jenis pakan yang selalu diberikan sebagai alternatif
yang selalu ada apabila keempat jenis pakan diubah setiap pergantian menu.
Hal ini didasarkan oleh penelitian Wardi et al. (2011) terhadap landak Raya
dengan pemilihan lima jenis pakan, dan hasilnya adalah jagung manis
sebagai pakan yang paling banyak habis dimakan. Pada Tabel 4
menunjukkan adanya perbedaan hasil pada landak Jawa pada tingkat
konsumsi jagung yang rendah pada menu II (68.88%) dan menu VIII
(67.50%). Hasil yang berbeda ini diduga karena landak Jawa memenuhi
kebutuhan nutrisinya dari sumber pakan lain yang ada pada setiap menu.
Diduga landak Jawa dapat mengatur kebutuhan tubuhnya terhadap pakan
dan nutrisi yang dibutuhkan tiap hari.
Pada menu VIII terjadi penurunan secara keseluruhan pada tiap jenis
pakan yaitu sawi (87.12%), pisang (85.04%), mentimun (84%), wortel
(69.76%), dan jagung (67.50%) yang ditunjukkan pada Tabel 4. Hal ini
diduga dipengaruhi oleh kombinasi pakan dalam menu dan pengaruh dari
hewan itu sendiri. Konsumsi pakan yang menurun dapat disebabkan oleh
hewan itu sendiri artinya hewan dapat menyesuaikan dan memilah jenis
pakan dengan nilai nutrisi yang dibutuhkan. Menurut Parakkasi (1999), ada
tiga faktor yang memengaruhi tingkat konsumsi dari hewan yaitu hewan itu
sendiri, makanan yang diberikan dan lingkungan sekitar. Tetapi secara
keseluruhan kenaikan dan penurunan konsumsi pada kedelapan menu yang
diberikan tidak berbeda jauh.
Pada habitat asli, landak umumnya memakan berbagai vegetasi
termasuk rumput, daun, bunga, ranting, akar, tunas, dan biji dari tanaman
(Banfield 1974). Tetapi pada penelitian ini, pada umbi-umbian seperti
singkong, kentang, dan wortel menempati urutan bawah pada tingkat
konsumsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Wardi et al. (2011) bahwa
landak tidak menyukai umbi-umbian.
Pada Tabel 5 didapatkan bahwa menu V mengandung nilai nutrisi
pada karbohidrat dan protein yang besar dibandingkan pada ketujuh menu
lainnya. Hasil yang tinggi juga didapatkan pada menu VII, sebagai menu
tingkat ketiga yang juga memiliki nilai karbohidrat dan protein yang tinggi.
Bahwa karbohidrat dan protein bagi landak Jawa sebagai sumber energi
utama. Hal ini didukung oleh pemaparan Sutardi (1980), bahwa hewan
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh yang akan berpengaruh

16
pada tingkat pencapaian dalam penampilan produksi tertinggi dan sesuai
potensi genetiknya. Menurut Parakkasi (1995), protein menjadi salah satu
nutrisi penting selain karbohidrat karena digunakan hewan untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan tubuh hewan, terutama untuk hewan ternak
yang tujuannya untuk menghasilkan daging. Hal ini didukung dengan
pemaparan Wulansari (2012), bahwa landak Jawa memiliki sel-sel chief
pada lambungnya menghasilkan enzim pepsin. Enzim ini digunakan untuk
mencerna protein menjadi asam amino sehingga mudah diserap ke dalam
darah. Sel chief pada lambung landak ini diduga memiliki kemampuan
untuk mencerna protein dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis pakan yang
disukai oleh landak Jawa secara berurutan adalah apel, kembang kol,
bengkoang, kangkung, sawi, mentimun, pisang, dan ubi jalar. Sedangkan,
jenis pakan yang tidak disukai oleh landak Jawa adalah kelapa, singkong,
kentang, wortel, dan jagung. Pada tingkat pemilihan menu menunjukkan
bahwa delapan menu yang merupakan kombinasi acak dari tiga belas jenis
pakan tersebut menunjukkan hasil menu V (jagung, kembang kol, singkong,
kentang, dan kangkung) sebagai menu dengan tingkat konsumsi terbaik
disusul oleh menu VI (jagung, sawi, apel, ubi jalar, dan mentimun), menu
VII (jagung, kembang kol, apel, ubi jalar, dan kangkung) dan menu IV
(jagung, apel, wortel, kembang kol, dan kangkung). Tingkat preferensi
terhadap jenis pakan dan menu pada landak berkaitan dengan kandungan
nutrisi sehingga didapatkan bahwa sumber energi utama pada landak Jawa
adalah karbohidrat, protein, dan air.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang jenis-jenis
pakan yang ekonomis dan dapat memengaruhi kenaikan bobot tubuh,
menambah data ilmiah dan dapat digunakan peternak dalam usaha budidaya
ternak landak Jawa.

DAFTAR PUSTAKA
Aliansyah. 2008. Kelapa. [Internet]. [diunduh 2012 Desember 12]. Tersedia
pada: http://id.wikipedia.org.
Anggorodi R. 1973. Ilmu Makanan Ternak Umum. Proyek Peningkatan
Mutu Perguruan Tinggi. Bogor (ID): IPB Pr.
Arifin. 2004. Kajian Produktivitas dan Produk oleh Napu (Trangulus napu)
di Provinsi Jambi. [Disertasi]. Bogor (ID): IPB Pr.

17
Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta (ID):
UGM Pr.
Banfield AW.1974. The Mammals of Canada. Canada (US): University of
Toronto Pr.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah Penduduk Perkotaan dan
Pedesaan. [Internet]. [diunduh 2012 Januari 5]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=12.
Corbet GB, Hill JE. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: A
Systematic Review. United Kingdom (GB): Oxford University Pr
Direktorat Kesehatan Hewan. 2010. Petunjuk Teknis Penanggulangan
Gangguan Reproduksi dan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hewan.
Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Farida WR, Ridwan R. 2011. Giving formulated pellet on Javan Porcupine
(Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on Feed Intake, Feed
Conversion, and Digestibility in Pre-Domestication Condition. Jurnal
Biologi Indonesia. 7(1):157-170.
Grzimek B. 1975. Grzimek’s Animal Life Encyclopedia Vol. II Mammals II.
New York (US): Van Nostrand Reinhold Company.
Goodwin TS. 1865. Natural History, a Manual of Zoology. New York (US):
Van Nostrand Reinhold Company.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta (ID): Yayasan
Sarana Wana Jaya.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2011. Binatang Hama.
Jakarta (ID): Balai Pustaka.
Lunde D, Aplin K. 2008. Hystrix javanica. In: IUCN 2010. IUCN Red List
of Threatened Species. [Internet]. [diunduh 2012 Juni 12]. Tersedia
pada: http:// www.iucnredlist.org.
Muhni. 2011. Kajian Jenis Telur Cacing pada Tinja Landak Jawa (Hystrix
javanica). [Skripsi]. Bogor (ID): IPB Pr.
Norsuhana AH, Mohammad NS, Aminah, Zainal. 2009. Lakuan Maternal
Landak Raya (Hystrix brachyura) di Dalam Kurungan (Maternal
Behaviour of Malayan Porcupine (Hystrix brachyura) in Captivity).
Sains Malaysiana. 38(4):595-600.
Olson R, Andrea ML. 1999. Porcupine Ecology and Damage Management
Tecniques for Rural Homeowners. Amerika (US): Universitas
Wyoming Pr.
Parakkasi A. 1995. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Bandung (ID): Angkasa
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta
(ID): UI Pr.
Parker SB. 1990. Grzimek’s Encyclopedia of Mammals. New York (US):
McGraw Hill.
Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic Animal Nutrition and
Feeding. New York (US): McGraw Hill.
Roze U. 2002. A facilitated release mechanism for quills of the North
American porcupine (Erethizon dorsatum). J of Mammal. 83(2):381385.

18

Rustadi Y. 2012. Memanfaatkan Kulit Singkong Menjadi Pakan Alternatif Ternak
Kambing dan Domba. [Internet]. [diunduh 2012 Desember 12]. Tersedia
pada:http://www.stpp-malang.ac.id/index.php/component/content/article/68artikel/191-artikelkulitsingkong
Sastrapradja S. 1996. Binatang Hama. Bogor (ID): LIPI.
Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr.
Soesarsono W. 1981. Commercial Storage of Fruit, Vegetable, and Florist and
Nursery Stock. USDA Agris Handbook No. 66. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor (ID): IPB Pr.
Sulistya SJ. 2007. Ingin tambah stamina, cobalah sate landak. [Internet]. [diunduh
2011 Agustus 14]. Tersedia pada:
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0703/15/dar9. html
Sunarso M, Christiyanto. 2001. Manajemen Pakan. [Internet].
[diunduh 2012 Juli 28]. Tersedia pada:
http://nutrisi.awardspace.com/download/MANAJEMEN%20PAKAN.pdf
Sutardi T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): IPB Pr.
Tillman A et al. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
[USDA] United States Departement of Agriculture. 2011. National Nutrient
Database for Standard Reference. [Internet]. [diunduh 2012 Juli 18].
Tersedia pada: http:// ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/list.
[UPI] Universitas Pendidikan Indonesia. 2002. Penyuluhan Gizi Upaya
Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Pada Program Gerakan Sayang
Ibu. Bandung (ID): UPI Pr.
Wardi, Farida WR, Siregar HCH. 2011. Tingkah Laku Harian Landak Raya
(Hystrix brachyura) Pada Siang Hari di Penangkaran. Berk Penel Hayati.
Edisi Khusus. 4B(21-215).
Winarno FG, Laksmi. 1973. Pigmen dalam Pengolahan Pangan. Jakarta (ID):
Gramedia.
Wulansari FM. 2012. Kajian Morfologi Lambung Landak Jawa (Hystrix javanica).
[Skripsi]. Bogor (ID): IPB Pr.

19

Lampiran 1 Hasil uji ANOVA dengan software statistik pada Menu Rataan
Sumber
Model
Error
Total Koreksi

DF
7
32
39

R-Square
0.933099

Nilai Tengah
327393.9190
23473.4560
350867.3750

Rata-rata
46770.5599
733.5455

Koefisien Variasi
3.090992

F Value
63.76

Root MSE
27.08405

Pr>F
F
F