POSISI KASUS Analisis Yuridis Terhadap Kewenangan Penyidik Mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi ( Studi Kasus Judicial Review Pasal 40 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Ti

Tahun 2002 tentang KPK. Adapun pasal yang dipermasalahkan oleh Mulyana adalah Pasal 6 huruf c, pasal 12 ayat 1 huruf a, Pasal 40, Pasal 70 dan Pasal 72.

1. POSISI KASUS

Pemohon Mulyana Wira Kusuma telah mengajukan surat permohonan bertanggal 3 Agustus 2006 yang diterima dan terdaftar di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 10 Agustus 2006 dengan registrasi Nomor 016PUU- IV2006, yang telah diperbaiki dengan perbaikan permohonan bertanggal 31 Agustus 2006 dan diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 11 September 2006. Permohonan Mulyana didasarkan dengan alasan bahwa dengan berlakunya pasal 40 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang KPK telah melanggar hak konstitusionalnya yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945, berarti bahwa ketentuan UU KPK tidak mengenalmelanggar asas praduga tidak bersalah, suatu asas utama dalam hukum acara, yang harus diterapkan dan ditegakkan dalam negara Republik Indonesia yang ditetapkan oleh Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 sebagai negara hukum. Mulyana juga merasa telah dirugikan dan diperlakukan dikriminatif oleh KPK. Menurutnya pasal ini telah mengebiri hak asasi warga negara sebab tanpa adanya SP3, maka seseorang yang terlanjur dinyatakan tersangka oleh KPK tidak lagi memiliki kemungkinan untuk dipulihkan kehormatan dan martabatnya. Padahal filosofi dari SP3 ini adalah sebuah mekanisme koreksi dan instrumen untuk memulihkan kehormatan dan martabatnya bila penyidik tidak cukup bukti Universitas Sumatera Utara untuk meneruskan kasus ini ke tingkat penuntutan. Maka tanpa adanya mekanisme SP3, KPK akan memaksakan setiap kasus yang ditanganinya untuk diteruskan ke level penuntutan dan pengadilan. Dalam rapat permusyawaratan hakim, yang dihadiri oleh sembilan Hakim Konstitusi, Jimly Asshiddiqie selaku Ketua merangkap Anggota dan I Dewa Gede Palguna, Maruarar Siahaan, H. Achmad Roestandi, H.M. Laica Marzuki, H.A.S. Natabaya, Harjono, H. Abdul Mukthie Fadjar, serta Soedarsono, masing-masing sebagai anggota, pada hari Senin, 18 Desember 2006, dan diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk umum pada hari ini, Selasa, 19 Desember 2006, Majelis hakim Mahkamah Konstitusi menolak permohonan judicial review Mulyana tersebut dengan dasar yuridis bahwa sebelumnya terhadap Pasal 40 sudah pernah diajukan permohonan judicial review, yang putusannya adalah ditolak. Adapun dasar yang diberikan Mahkamah Konstitusi adalah bahwa ketentuan Pasal 40 tidak melanggar hak konstitusional siapapun melainkan hanya salah satu bentuk dari upaya penegakan hukum yang bertujuan menciptakan kepastian hukum.

2. ANALISIS KASUS a. Manfaat Pasal 40 UU KPK ditinjau dari perspektif kepentingan

Dokumen yang terkait

Pembuktian Terbalik Dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang

3 71 102

Analisis Yuridis Terhadap Kewenangan Penyidik Mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi ( Studi Kasus Judicial Review Pasal 40 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana K

1 41 110

Kebijakan Hukum Pidana Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Perkara No.77/PID.B/2010/PN.Medan)

3 110 147

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Analisis Yuridis Terhadap Kewenangan Penyidik Mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi ( Studi Kasus Judicial Review Pasal 40 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidan

9 105 110

Analisis Yuridis Straf Minimum Rules (Aturan Hukuman Minimal) Terhadap Tindak Pidana Korupsi Pada Pasal 2 Ayat (1) Dan Pasal 3 Undang–Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 56 84

Kewenangan Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

16 167 135

Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang

0 4 87

Tinjauan Yuridis Kewenangan Kejaksaan dalam Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi

0 8 71

Tinjauan Yuridis Terhadap Upaya Pengembalian Keuangan Negara Atas Tindak Pidana Korupsi Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 6 42