Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab. Rokan Hulu, Riau


 

INFESTASI GULMA PADA AGROEKOLOGI YANG
BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TAMBUSAI
ESTATE, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB. ROKAN
HULU, RIAU

RATIH LARASATI
A24080149

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit Tambusai
Estate, PT. Panca Surya Agrindo, Kab. Rokan Hulu, RIAU
Weeds infestations on Different Agroecologi of Oil Palm Plantations Tambusai Estate (Elaeis
guieensis Jacq.), PT. Panca Surya Agrindo, Rokan Hulu Distric, Riau
Ratih Larasati1, Edi Santosa2

1
2

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

Abstract
Weed control in oil palm plantation can improve the productivity of oil palm trees. This
in was carried out internship Tambusai Estate, Rokan Hulu, Riau, from February to May 2012.
The objective of this apprentice was to improve the knowledge, skills, work experience and
analyze factors that affect weed dynamic in different agroecological areal at oil palm plantation.
Data were collected by direct method for primary data and indirect method for secondary data.
Data of weed were collected using vegetation analysis of 1 m x 1m kuadran. The number of
samples were 264. Weed were scored and tested using cluster analysis and shown as a
dendogram. The results showed that agro-ecological factors, especially soil subgroup
determined weed population and dominance in Tambusai Estate. Weed invasion on palm oil
plantation spread based on the nature of the morphology, botany, and nature of damage to
plants as well as palm oil is the difference in the form agroekologi subgroup of land. The humid
soil conditions is an optimum for weeds Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis

bisserata (Sw.) Schott, and various kinds of other ferns which is the dominant weeds in Tambusai
Estate.

Key words: Agroecological, sum of dominance ratio, weed analysis, weed control
 

RINGKASAN

RATIH LARASATI. Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab.
Rokan Hulu, Riau (Dibimbing oleh EDI SANTOSA).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang memiliki prospek agrobisnis yang sangat cerah. Selain itu,
komoditas ini merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia.
Luas pertanaman dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat
setiap tahunnya. Pada perkebunan kelapa sawit, kegiatan pemeliharaan penting
untuk mempertahankan produksi dan kualitas produk kelapa sawit yang
dihasilkan. Salah satu kegiatan pemeliharaan adalah pengendalian gulma.
Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menekan
populasi pesaing tanaman budidaya dan memudahkan dalam pekerjaan

pemanenan hasil tanaman budidaya.
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih
keterampilan mengenai teknik budidaya kelapa sawit, menambah pengalaman
kerja, serta mendalami proses kerja secara nyata di perkebunan. Penulis secara
lebih khusus dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang
pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama di dalam pengendalian gulma kelapa
sawit serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi dan
dominansi gulma di perkebunan kelapa sawit. Pada pelaksanaannya, pengumpulan
data dilakukan dengan metode langsung (primer) maupun tidak langsung
(sekunder). Data secara langsung diperoleh melalui pengamatan pada saat bekerja
di lapangan. Data yang diamati yaitu: 1). Evaluasi pengendalian gulma dengan
prinsip 5 tepat (tepat dosis, waktu, jenis, cara, dan konsentrasi), 2). Kalibrasi alat
semprot, 3). Kalibrasi waktu penyemprotan gulma, dan 4). Pola penyebaran
gulma. Pengambilan data gulma di Tambusai Estate dilakukan dengan cara
pengambilan sampel gulma (inventarisasi gulma). Sampel gulma diambil secara
acak pada tiap 15 afdeling. Setiap afdeling diambil 3 blok, dan pada masingmasing blok diambil 6 petak contoh. Pengambilan peta contoh ini berdasarkan

ii
 


tahun tanam kelapa sawit dengan menggunakan kuadran 1m x 1m, sehingga
sampel yang diambil menjadi 264 buah sampel.
Kegiatan pemeliharaan di Tambusai Estate sudah cukup terorganisasi
dengan baik. Namun demikian, perlu ditingkatkan pengawasan pemeliharaan
terutama agar sesuai dengan standar pemeliharaan gulma yang telah ditetapkan
perusahaan. Perbaikan tersebut meliputi peningkatan skill mandor maupun
peningkatan kemampuan pekerja penyemprotan dalam memahami SOP
penyemprotan.

SOP

penyemprotan

di

Tambusai

Estate

meliputi:


1).

Penyemprotan herbisida di dalam piringan radius 2.5 cm, 2). Tinggi semprotan
30-40 cm dan tinggi babat gawangan 10 cm, 3). Dosis yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi riset, 4). Penggunaan alat semprot harus sesuai dengan rotasi,
dosis, dan kerapatan gulma yang ada, dan 5). Tidak menyemprot areal tapal batas
sungai (radius 2 m dari bibir sungai). Perbaikan kedua meliputi kalibrasi alat
sebelum melakukan penyemprotan, dan ketiga adalah meningkatkan ketersediaan
tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pekerjaan pemeliharaan.
Berdasarkan pengamatan di Tambusai Estate, gulma yang dominan adalah
gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan Nephrolepsis bisserata (Sw.)
Schott. Gulma yang memiliki dominansi tertinggi adalah gulma pakis-pakisan,
gulma ini memiliki adaptasi yang tinggi terhadap ekologi, distribusi luas,
pertumbuhan kembali (regrowth) yang sangat cepat, dan dapat tumbuh di lokasi
dengan intensitas cahaya tinggi maupun rendah. Gulma pakis-pakisan yang
menempel pada pohon sawit walau tidak terlalu berbahaya, tetapi perlu di
dikendalikan karena dapat menahan berondolan sehingga tidak terlihat.
Hasil analisis menunjukkan sebelas kriteria gulma yang menyerang
perkebunan dibagi menjadi tiga grup yaitu grup A, B, dan C. Grup A cenderung

mengelompok berdasarkan karakteristik morfologi gulma. Grup B mengelompok
berdasarkan karakteristik gulma yang memiliki sifat merusak bagi tanaman kelapa
sawit dan Grup C mengelompok berdasarkan karakteristik botani gulma tersebut.
Pada kemiripan 55%, terdapat 6 sub grup gulma yaitu subgrup A1, A2, B1, B2,
C1, dan C2. Sub grup A1 memiliki 2 karakteristik yaitu 1) Karakteristik sulitnya
pengendalian gulma menggunakan herbisida dan 2) Biaya pengendalian mahal.
Gulma yang termasuk ke dalam sub grup ini adalah gulma Melastoma affine D.

iii
 

Don, Stachytarpheta indica Vahl.,dan Chromolaena odorata (L.) King and
H.E.Robins. Sub grup A2 adalah sub grup dengan karakteristik: 1) Ketahanan
terhadap kekeringan dan 2) Mengganggu bagi pekerja panen, dengan contoh
gulma Mimosa invisa Mar., Mimosa pigra L. dan Passiflora foetida L.
Sub grup B1 memiliki 2 karakteristik berupa distribusi gulma yang luas
dan dapat merusak tanaman budidaya dengn jenis gulma Asystasia intrusa
(Forssk.) Blume., Nephrolepsis biserrata (Sw.) Schott., dan Stenochlaena palustris
Bedd. Karakteristik gulma yang memiliki potensi sebagai inang HPT merupakan
karakteristik subgrup B2 dengan contoh gulma Paspalum conjugatum P.J. Berg.,

Leptochloa chinensis (L.) Ness., dan Euphorbia hirta L.
Selanjutnya karakteristik untuk subgrup C1 adalah karakteristik
pertumbuhan gulma yang cepat “ regrowth” atau suksesi yang cepat dan memiliki
karakteristik propagul yang mudah terbawa oleh pekerja panen. Dicranopteris
linearis (Burm. f. Underw)., Centotheca lappacea (L.) Desv., Gleichenia linearis
(Burm. F.) C. B. Clarke., dan Imperata cylindrica (L.) Beauv.,
Subgrup C2 adalah karakteristik gulma yang tahan terhadap genangan dan
memiliki perbanyakan masal. Contoh gulma yang termasuk ke dalam subgrup ini
adalah gulma Caladium tuberosum (S. Moore) Bogner M., Chromolaena odorata
(L.) King and H.E.Robins., Clidemia hirta (L.) D. Don., Eleusine indica (L. )
Gaertn., dan Pteridium aquilinum (L.) Kuhn.
Faktor agroekologi tanah di Tambusai Estate juga mempengaruhi sebaran
serangan gulma. Kondisi tanah lembab merupakan tempat yang optimum bagi
gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott.,
dan berbagai jenis tumbuhan paku lainnya. Hal ini yang menyebabkan gulma
diatas menjadi gulma dominan dengan NJD rata-rata sebesar 23% setelah
dilakukan inventarisasi gulma di wilayah Tambusai Estate.

iv
 


INFESTASI GULMA PADA AGROEKOLOGI YANG
BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TAMBUSAI
ESTATE, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB. ROKAN
HULU, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RATIH LARASATI
A24080149

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

v
 


Judul

: INFESTASI

GULMA

PADA

AGROEKOLOGI

YANG BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT

TAMBUSAI

ESTATE,

KAB.


ROKAN

HULU, RIAU
Nama

: RATIH LARASATI

NIM

: A24080149

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si
NIP. 19700520 1996011 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor


Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

vi
 

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bajubang, Kabupaten
Batanghari, Provinsi Jambi pada tanggal 25 Januari 1990.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Supriyono dan Ibu Eny Ridaryati.
Penulis lulus dari SD YKPP Bajubang pada tahun 2002,
kemudian melanjutkan studi ke SLTP N 2 Batanghari selama 6 bulan pada tahun
2002, dan meneruskan pendidikan di SLTP N 7 Kota Jambi pada tahun yang sama
hingga lulus SLTP pada tahun 2005. Setelah lulus dari SLTP penulis melanjutkan
ke SMA N 1 Kota Jambi dan menyelesaikan studi pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor,
Program Studi Agronomi dan Hortikultura melalui jalur seleksi nasional masuk
perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Selama kuliah, penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa: 1). Tahun
2008/2009 sebagai anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Gentra Kaheman
dan UKM Volly IPB, 2). Tahun 2010/2011 sebagai bendahara divisi PSDM
(Pengembangan

Sumberdaya

Masyarakat)

DPM

A

(Dewan

Perwakilan

Mahasiswa) Faperta IPB, 3). Tahun 2011/2012 sebagai anggota divisi syar FKRD
A (Forum Kerohanian Rohis Departemen) Faperta IPB, 4). Panitia IAC (IPB Art
Contest), dan kepanitian lain di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selain
itu, penulis aktif dalam kegiatan luar kampus yaitu sebagai anggota divisi seni dan
budaya HIMAJA (Himpunan Mahasiswa Daerah Jambi). Penulis pernah
mengikuti Program Goes to Field pada tahun 2010.

vii
 

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab.
Rokan Hulu, Riau”.
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada:
1. Ayahanda Supriyono, ibunda Eny Ridaryati, kakak Tika Fajar Wulandari, adik
Bimo Bhirawa Annoraga dan semua keluarga yang memberikan dukungan
selama pendidikan.
2. Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai
dengan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang
telang banyak membantu dan memberi saran selama proses pendidikan penulis
di Institut Pertanian Bogor.
4. Dr. Dwi Guntoro, M.Si dan Dr. Ir. Herdhata Agusta, MS sebagai dosen penguji
yang memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan penulisan skripsi ini.
5. Direksi First resources yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan kegiatan magang, H. Juwahir, SP (General manager), Patria
Darma, SP dan Gita Mustika, SE (Deputy I dan II) selaku staf tertinggi di
Tambusai Estate yang telah memperlancar pelaksanaan dan juga H. Sihotang
asisten afdeling VIII selaku pembimbing lapangan, Hasnan, SP Field manager
Tambusai Estate dan semua keluarga di afdeling VIII (Pak Livontus, Suhardi,
Budi, Subadi, Pakde, Bu Ani, Pak Ca’mat, Pak Yusuf) serta seluruh staf
laboratorium, staf umum dan karyawan Tambusai Estate yang memberikan
arahan teknis lapangan.
6. Sahabat terbaikku (Pipit, Wulan, Dinda, Alma, Ryanda dan Hesti) atas
kenangan dan pengalaman tidak terlupakan selama di IPB. Teman-teman

viii
 

 

INDIGENOUS 45 yang sangat dicintai, tim magang First resources IPB’12
(Yelli yang setia menemani analisis vegetasi gulma), Wahyu, Rani, Ika dan
Dimas), penghuni wisma lestari (Dian, Kak Meri, Kak Novi, Kak Ana, dan
Kak Esy) atas kenangan yang tak terlupakan, teman-teman KKP’11 (Erick,
Syakir, Winda, Santi, Miftah, dan Mae), penghuni pondok iswara (Fya, mbak
Julia, mbak wie, mbak ulfa),

teman se - PS (Lisna dan Irvanda) yang selalu

membantu dan menemani mengerjakan tugas akhir, kakak Eky Perdana, SP
atas semangat dan dukungannya, teman sekamar 367 (Arin, Sasti, dan Azza)
yang sangat kusayang, serta Lodeh (lorong 8 TPB) yang setia menemani dari
asrama sampai sekarang.

Bogor, Oktober 2012

Penulis

ix
 

 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL…………………..……………………………………...

Hal
xii

DAFTAR GAMBAR……………….……………………….……………..

xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………...……..

xvii

PENDAHULUAN………………………………...……………………….
Latar Belakang……………………….………………………….........
Tujuan Magang………………………….……………………………
Hipotesis………………………………………………………...........

1
1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………............
Botani Kelapa Sawit…………………………………………….........
Syarat Tumbuh………………………...……………………………...
Gulma ……………………………..………………...………….........

4
4
5
5

BAHAN DAN METODE………………………………………….……….
Waktu dan Tempat……………………………………………………
Metode Pelaksanaan…………………………………………….........
Pengamatan dan Pengumpulan Data…………………………………
Analisis Data ………………………………………………………...

7
7
7
9
10

KEADAAN UMUM …………………………………………………........
Letak Wilayah Administratif……………………………....................
Keadaan Iklim dan Tanah………………………………..………….
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan…………………………...........
Keadaan Tanaman dan Produksi……………………………………
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan…………… .

12
12
12
13
14
16

ASPEK MANAJERIAL…………………………………………………..
Pendamping Mandor…………………………………………….......
Pendamping Asisten Afdeling……………………………………

21
21
24

ASPEK TEKNIS………………………………………………………….
Pengendalian Gulma………………………………………………...
Pemupukan………………………………………………………….
Panen……………………………………………………………......
Pengolah Minyak Kelapa Sawit…………………………………….

25
25
35
51
63

ASPEK KHUSUS…………………….......................................................
 
Evaluasi Pengendalian Gulma…………………………........................
Kalibrasi Alat Semprot dan Waktu Penyemprotan…………………...
Penyebaran Infestasi Gulma………………………………………..
NJD (Nisbah Jumlah Dominansi Gulma)………………………….......
 
Pengendalian Asystasia intrusa dan Suksesi Cleome rutidosperma..

74
74
75

81 
94
104

x
 

 

KESIMPULAN……………………………....………………………...

109

Kesimpulan……………………………………………………….
Saran……………………………………………………………..

109
109

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

110

LAMPIRAN……………………………………………………………

113

xi
 

 

DAFTAR TABEL
Nomor

Hal

1. Sebaran pengambilan sampel gulma di Tambusai Estate……………

10

2. Luas areal kebun di Tambusai Estate……………………………….

14

3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di
Tambusai Estate………………………………………………………

15

4. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate………………………...

15

5. Jumlah karyawan staf dan non-staf Tambusai Estate tahun 2012…...

18

6. Daftar premi perawatan tanaman di Tambusai Estate………………..

25

7. Daftar penyesuaian harga perawatan………………………………....

26

8. Rekomendasi takaran pupuk sesuai dosis kg / pohon………………...

38

9. Rekomendasi takaran pupuk berdasarkan jumlah untilan…………....

38

10.Rekomendasi supply point ………………..........................................

39

11.Persentase kandungan hara janjang kosong tiap ton.....…………….

45

12.Harga pupuk , Maret 2012……………………………………..………

49

13.Kriteria buah matang berdasarkan berondolan………………………

53

14.Daftar perhitungan denda pemanen, mandor panen, dan kerani
panen…………………………………………………………………..

54

15.Peta kaveld panen afdeling VIII di Tambusai Estate………………....

56

16.Deskripsi alat-alat panen……………………………………………..

58

17.Daftar premi pemanen……………………………...………………...

59

18.Evaluasi lima tepat metode pengendalian gulma……………………..

74

19.Kalibrasi alat penyemprotan Tambusai Estate afdeling VIII…………

76

20.Kalibrasi waktu penyemprotan pada piringan………………………...

80

21.Lokasi penyebaran gulma di Tambusai Estate……………… ……........

82

22.Indeks tingkat mengganggu dan infestasi gulma di perkebunan kelapa
sawit……………………………………………………………….......

84

xii
 

 

23.Hasil evaluasi indeks kriteria infestasi gulma di Tambusai Estate.......

86

24.Hasil analisis pengelompokkan berdasarkan tingkat kemiripan
sebelas variabel berupa kriteria gulma yang menginfentasi
perkebunan…………………………………………………………...

87

25. Perbedaan agroekologi berupa sub grup tanah ………………………

91

26. Penyebaran gulma berdasarkan karakteristik gulma dan perbedaan
agroekologi………………………………………………………….

92

27.Nilai kerapatan, bobot kering, NJD, dan frekuensi gulma pada
blok N20 afdeling VIII Tambusai Estate……………………………..

95

28.Nilai kerapatan, bobot kering, NJD, dan frekuensi gulma
pada blok X5 afdeling XII Tahun Tanam 2006………………………

96

29.Gulma yang tumbuh dominan di Tambusai Estate……………………

98

30.Pengamatan pengendalian Asystasia intrusa dan
Centotheca lappacea pada blok N20………………………...………...

106

xiii
 

 

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Hal

1. Peta pengambilan gulma di Tambusai Estate……………….………….

9

2. Struktur organisasi di Tambusai Estate ……………………..…………

19

3. Struktur organisasi tingkat afdeling VIII di Tambusai Estate………….

20

4. Babat gawangan di Tambusai Estate…………………………………...

26

5. Kegiatan dongkelan anakan kelapa sawit di Tambusai Estate:
a). Kegiatan DAK (tukulan), b). Tempat anak kayu diletakan
setelah didongkel (anjang-anjang………… …………………………...

27

6. Bahan dan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi:
a). Bahan herbisida (amiron + metil metsulfuron) yang
digunakan di Tambusai Estate , b). Kegiatan penyemprotan
di pinggir collection road di Tambusai Estate……………………….....

28

7. Cara kerja penyemprotan dalam blok di Tambusai Estate……………...

31

8. Tim pengendalian gulma secara kimia yang dilengkapi dengan APD:
a). Penggunaan APD (alat pelindung diri) bagi karyawan,
b). Sarung tangan dan sepatu merupakan alat yang wajib digunakan
di Tambusai Estate…..............................................................................

32

9. Gulma bermanfaat pada tanaman kelapa sawit dan hama UPDKS:
a). Antigonon leftopus, b). Casia tora, c). Turnera subulata,
d). Erechtites valerianifolia, e). Euphorbia heterophylla, f). Ageratum
conyzoides, g).Urena lobata, dan hama UPDKS: h). Setothesa asigna,
dan Setora
nitens……………………………………………………………………..

34

10 Jenis pupuk yang diaplikasikan di Tambusai Estate:
a).Pupuk anorganik (rock phospate) dan b). Pupuk organik
(janjang press)……………………………………………………………

35

11.Organisasi pemupukan di Tambusai Estate:
a). Organisasi penguntilan, c). Organisasi pengeceran, dan
d). Organisasi penaburan…………………………………………..........

36

12.Organisasi penguntilan di Tambusai Estate: a). Pembokaran
muatan di gudang pupuk, b). Peralatan di gunakan saat
penguntilan, c). Penimbangan pupuk per untilan sesuai
dengan takaran, dan d). Untilan pupuk…………………………………

37

13. Pola distribusi pupuk menurut Hidayat (2012)………………………...

39

xiv
 

 

14. Kondisi tanaman kekurangan Fe: a). Tingkat defisiensi Fe rendah,
b). Tingkat defisiensi sedang, dan c).Tingkat defisiensi berat…………..

43

15. Kegiatan pengimpusan kelapa sawit: a). Alat mencampurkan pupuk,
b). Chelat yang ditaburkan di piringan, c). Kegiatan mencari akar
aktif dengan menggunakan dodos, d). Akar aktif, e). Pengisian FeSO4
ke dalam plastik pembungkus akar, dan f). Penimbunan dengan seresah..

44

16.Tim panen yang sedang melakukan persiapan di Tambusai Estate:
a). Check roll dipimpin oleh asisten dan b). Pembagian hanca
panen oleh mandor panen…………………………………………………

51

17.Cara pemanenan yang benar menggunakan APD dengan baik:
a). Pemotongan TBS dengan menggunakan egrek, b). Pelangsiran dan
penimbunan TBS di TPH, dan c). Pemanenan menggunakan APD……...

55

18.Sistem transportasi TBS di Tambusai Estate: a). Dump truck,
b). Pengangkutan TBS dari TPH dengan menggunakan “tojok”,
c). Looder, dan d). Rakit (alternatif transportasi TBS dalam
hancak di daerah banjir dan rendahan)…………………………………..

61

19.Kehilangan penen TBS (losses) yang ditemukan di Tambusai Estate:
a). Losses TBS di gawangan mati dan b). Losses TBS di parit collection
road………………………………………………………………………..

62

20.Proses pemasukan TBS ke pabrik PKS: a). Timbangan otomatis
di PKS, b). Dump truck yang berisi TBS ditimbang……………………..

63

21.TBS di dalam lori dimasukan ke dalam ketel.……………………………

65

22.Ketel tempat merebus TBS………………………….……………………

65

23.TBS yang telah matang dikeluarkan…………………………………......

65

24.Alat yang digunakan pada proses perebusan: a). CVM
(alat control sterilisasi) dan b). Pencatat waktu perebusan…..…………..

66

25.Mesin pencacahan dan pemipilan (thresher)……………………………..

67

26. Mesin pengaduk (digester)…………………….…………………………

68

27.Alat pengempaan TBS (screw press)…………………………………….

69

28.Crude oil tank dan Vibrating screen…………………...…………………

70

29.Nut silo (tempat penampungan biji sementara)………....……………….

70

30.Clay bath dan kalsium pemisah cangkang dan kernel....………………...

71

xv
 

 

31.Alat proses pengolahan kernel (inti): a). Alat pengering inti (kernel silo)
dan b). Polishing drum……………………………………...…………….

72

32.Dendogram pengelompokkan tingkatan kerusakan gulma di Tambusai
Estate…………………………………….…………...…………………..

88

33.Gulma daun lebar yang dominan di Tambusai Estate …………………..

99

34. Gulma paku-pakuan yang dominan di Tambusai Estate……………….

100

35.Gulma rumput yang tumbuh dominan di Tambusai Estate……………..

100

36.Pola penyebaran dominansi gulma di Tambusai Estate menurut tahun
tanam……………………………………….....…………………………

102

37.Kematian gulma Chentotecha lappacea (L.) Desv. setelah aplikasi
(penyemprotan) herbisida: a). Kematian gulma setelah 1 hari aplikasi,
b). Kematian gulma setelah 1 minggu aplikasi, c). Setelah 2 minggu
aplikasi,
d. Setelah 3 minggu aplikasi, e). Setelah 4 minggu
aplikasi, dan f). Setelah 5 minggu aplikasi……………………..……….

107

38.Pengendalian Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. setelah aplikasi
(penyemprotan) herbisida dan suksesi Cleome rutidosperma D.C:
a). Kematian gulma setelah 1 hari aplikasi, b). Kematian gulma
setelah 1 minggu aplikasi, c). Setelah 2 minggu aplikasi,
d). Setelah 3 minggu aplikasi, e). Setelah 4 minggu aplikasi,
f). Setelah 5 minggu aplikasi, dan g). Bersamaan dengan kematian
gulma Asystasia intrusa muncul gulma baru Cleome rutidospermae
setelah 5 minggu aplikasi.……. ………………………………………..

108

xvi
 

 

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Peta perkebunan Tambusai Estate……………………………………...

Hal
114

2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL)..

115

3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Mandor/ Mandor
besar…………………………………………………………………….

116

4. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten/ Kepala
Afdeling…………………………………………………………………

118

5. Curah hujan rata-rata di Tambusai Estate………………………………

120

6. Peta kesesuaian jenis lahan di Tambusai Estate………………………...

121

7. Summed dominance ratio (SDR) gulma dominan di perkebunan
kelapa sawit di Tambusai Estate………………………………………..

122

8. Data iklim Kabupaten Rokan Hulu, Riau 2005-2010…………………...

125

9. Efisiensi upah tenaga kerja dan PK SPKL di Afdeling VIII Tambusai
Estate…………………………………………………………………….

128

10.Areal konsesi dan jumlah pohon Tambusai Estate tahun 2012…………

129

11.Rekapitulasi produksi, produktivitas TBS, CPO, dan kernel oil………..

129

12.Potensi tandan buah segar PPKS, Marihat……………………………...

130

xvii
 

1
 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di
dunia. Permintaan ekspor dari berbagai negara meningkat tajam seiring dengan
perkembangan konsumsi minyak kelapa sawit (CPO) dunia. Pertumbuhan akan
permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 10%, dengan negara
pengkonsumsi CPO terbanyak yaitu China dan Uni Eropa (Hero, 2011). Peluang
industri pengolah kelapa sawit (PKS) masih sangat besar untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam dan luar negeri terutama dengan meningkatnya harga
minyak mentah dunia dapat menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku
pembuatan bioenergi.
Masa depan agrobisnis kelapa sawit menunjukkan perannya yang penting
bagi ekonomi Indonesia. Perkembangan luas dan produksi perkebunan kelapa
sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir telah meningkat dari 4.2 juta ha
pada tahun 2000 menjadi 7.8 juta ha pada tahun 2010 atau meningkat rata-rata
sebesar 6% setiap tahunnya (Ditjenbun, 2012). Produksi juga meningkat dari 7
juta ton pada tahun 2000 menjadi 19 juta ton pada tahun 2010 atau meningkat
rata-rata sebesar 9% setiap tahunnya (Ditjenbun, 2012) dengan luasan 7.8 juta ha.
Hal ini menjadikan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di
dunia.
Namun demikian, produktivitas minyak kelapa sawit di perkebunan di
Indonesia masih tergolong rendah. Produktivitas per ha tahun 2010 mencapai 2.5
ton CPO/ha, meningkat produktivitasnya menjadi 2.97 ton CPO/ha/tahun pada
tahun 2011, dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki produktivitas 4.7 CPO
ton/ha/tahun (Hero, 2011). Rendahnya produktivitas kelapa sawit di Indonesia
dapat disebabkan oleh teknis agronomis yang tidak dijalankan sesuai dengan
rekomendasi, khususnya dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit (Barchia,
2006). Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit salah satunya adalah pengendalian
gulma. Pengolahan lahan terlalu intensif akan memacu perkecambahan biji gulma,
terutama biji yang terdapat di dalam tanah (Sastroutomo, 1990). Masalah gulma
pada perkebunan kelapa sawit perlu dikendalikan. Menurut Pahan (2010)

1
 

2
 

kehadiran gulma dapat menurunkan produksi kelapa sawit karena adanya
persaingan dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma
juga dapat menurunkan mutu dan produksi, menjadi inang bagi hama, dan
meningkatkan biaya pemeliharaan. Selanjutnya, menurut Hakim (2007) kelapa
sawit akan mempunyai masalah gulma yang serius jika jarak tanam lebar, karena
cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi
gulma.
Pengendalian gulma ini merupakan tahapan penting dalam pemeliharaan
kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman kelapa sawit dan
juga mempelancar tata guna air ataupun drainase pada lahan gambut maupun
mineral. Pahan (2010) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus
dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput di piringan, dan
anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan
secara kimia dengan teknik sesuai populasi ilalang yang ada. Gulma rumput di
piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia, dan gulma
berkayu dapat dikendalikan dengan dongkel anak kayu.

Tujuan
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih
keterampilan mengenai teknik budidaya kelapa sawit, menambah pengalaman
kerja dan mendalami proses kerja secara nyata di perkebunan. Penulis secara lebih
khusus dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang
pemeliharaan kelapa sawit terutama di dalam pengendalian gulma pada tanaman
kelapa sawit. Selain itu, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas pengendalian gulma, melihat dinamika populasi, dan infestasi gulma di
perkebunan yang dipengaruhi oleh faktor agroekologi yang berbeda.

2
 

3
 

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada kegiatan magang ini adalah:
1.

Perbedaan agroekologi akan mempengaruhi dinamika populasi dan infestasi
gulma pada tanaman kelapa sawit.

2.

Terdapat perbedaan dominansi gulma yang menginfestasi tanaman kelapa
sawit pada agroekologi yang berbeda.

3
 

4
 

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Tanaman

kelapa

sawit

menurut

Pahan

(2010)

termasuk

divisi

Embryophyta siphonagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili
Arecaceae, subfamili Cocoideae, dan genus Elaeis. Kelapa sawit memiliki spesies
Elaeis guineensis Jacq., Elaeis oleifera (H. B. K.) Cortes., dan Elaeis odora.
Tanaman kelapa sawit pada umumnya berasal dari Afrika dan Amerika
Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamili
Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan seperti spesies Elaeis
oleifera dan Elaeis odora. Menurut Pahan (2010) Elaeis guineensis berasal dari
Afrika.
Kelapa sawit berkembang biak dengan biji. Biji sawit yang telah matang
embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula). Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang,
tetapi akar tersebut mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Kelapa
sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat
dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah atau vertikal dengan
diameter 6 - 10 mm dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping atau
horizontal dengan diameter 2 - 4 mm (Sastrosayono, 2006).
Umur produktif kelapa sawit rata - rata adalah 20 - 25 tahun. Pada tiga
tahun pertama disebut kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan kelapa sawit
tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia 4 - 6
tahun. Pada usia 7 - 10 tahun disebut sebagai periode matang (the mature periode)
dimana pada periode ini menghasilkan buah tandan segar (fresh fruit bunch) yang
optimum. Tanaman kelapa sawit pada usia 11 - 20 tahun mulai mengalami
penurunan produksi dan tanaman mulai diremajakan setelah 25 - 30 tahun (Pahan,
2010).
Buah muda berwarna hijau pucat, semakin tua berubah menjadi hijau
hitam hingga kuning. Buah sawit yang masih mentah masih berwarna hitam
(nigrescens), dan buah matang berwarna merah kuning (orange). Buah terlalu
matang akan rontok (brondol), sebagai tanda bahwa tandan kelapa sawit sudah

4
 

5
 

siap panen. Biasanya tandan buah dipanen berdasarkan jumlah jatuhnya
brondolan, yakni minimal 1 - 2 buah per TBS (Sunarko, 2009).

Syarat Tumbuh
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit adalah di atas 2,000 mm dan merata sepanjang tahun. Kekeringan selama 3
bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat (anak daun tidak dapat
memecah). Kondisi tersebut juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah,
karena buah yang sudah cukup umur tidak mau brondol. Hujan yang terlalu
banyak tidak menghambat produksi buah kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan
penyinaran matahari cukup baik. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan
baik di banyak jenis tanah, asal tersedia air pada musim hujan dan drainase baik.
Akar akan busuk, jika tanaman tergenang untuk waktu lama (Sastrosayono, 2006).
Tanaman kelapa sawit termasuk heliofil atau menyukai cahaya matahari.
Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa
sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit misalnya, akan
terhambat pertumbuhannya.

Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan
manusia (Sembodo, 2010). Kehadiran gulma menjadi pesaing tanaman kelapa
sawit yang kuat atau kompetitif dalam memperolah air, cahaya, CO2, dan ruang
tumbuh. Kerugian akibat gulma dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Kerugian langsung misalnya menjadi kontaminan produk pertanian, melukai
petani, menaikkan biaya produksi, menyita waktu petani atau merusak alat-alat
pertanian. Kerugian tidak langsung misalnya menurunkan hasil pertanian
(Sembodo, 2010), sebagai inang dari penyakit atau parasit tanaman, mengurangi
mutu hasil, menghambat kelancaran aktivitas pertanian (Sastroutomo, 1990),
dapat mengeluarkan senyawa alelopati, dan mengganggu tata guna air, sehingga
akan meningkatkan biaya usaha tani (Pahan, 2010).

5
 

6
 

Menurut Rambe et al. (2010) gulma Mikania micrantha (H. B. K) RM.
King. dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 20%. Pada
tahun 2010, di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit
yang disebabkan oleh Mikania micrantha (H. B. K) RM. King. sebesar Rp 38 juta
dengan luas serangan 757.5 Ha, Imperata cylindrica (L.) Beauv. sebesar Rp 60
juta dengan luas serangan 1,086 Ha, dan Paspalum conjugatum P.J. Berg. sebesar
Rp 43 juta dengan luas serangan 1,150 Ha.
Metode pengendalian gulma yang dilakukan pada awal penyemaian adalah
kultur

teknis.

Implementasi

kultur

teknis

dilakukan

dengan

menanam

kacang - kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma pada saat awal tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Pengendalian gulma yang lain adalah
secara biologis, manual, dan kimiawi. Pengendalian biologis dilakukan dengan
musuh alami gulma. Tumbuhan liar berperan sebagai inang dari predator atau
parasitoid terhadap ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). Pengendalian
kimia dilakukan khususnya area piringan, jalan pikul, dan tempat pemungutan
hasil (TPH) berdasarkan kriteria penutupan gulma. Herbisida yang digunakan
yaitu paraquat (Wibawanti, 2011).

6
 

7
 

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari
hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab.
Rokan Hulu, Riau. Tambusai Estate merupakan salah satu anak perkebunan dari
group First Resources. Perkebunan ini milik swasta asing asal Singapura. First
Resources didirikan tahun 1992 dengan 9 perkebunan di Indonesia, dan terdaftar
di bursa efek Singapura pada tahun 2007. First Resources merupakan salah satu
perusahaan produsen kelapa sawit yang memiliki perkembangan tercepat di Asia
Pasifik. Kegiatan utama yang dilakukan di perkebunan Tambusai Estate yaitu
kegiatan agronomis meliputi pemeliharaan (pengendalian gulma, dan hama
penyakit), pemupukan, pemanenan, dan pemeliharaan jalan. Peta perkebunan
Tambusai Estate dapat dilihat pada Lampiran 1.

Metode Pelaksanaan
Selama magang, penulis turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan teknis
lapangan dibimbing asisten divisi, serta wawancara dan diskusi terkait
pengelolaan kebun. Data pendukung berupa laporan bulanan, laporan tahunan,
dan arsip kebun diperoleh dengan meminta izin manajer kebun. Penulis
melaksanakan aspek teknis dan manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan.
Kegiatan yang dilakuan di lapang adalah menjadi kerja harian lepas (KHL),
pendamping mandor, dan pendamping asisten. Jurnal kegiatan selama magang
dapat dilihat di Lampiran 2, 3, dan 4.
Kegiatan penulis pada satu bulan pertama adalah sebagai kerja harian
lepas (KHL). Penulis melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan aktivitas
kebun yaitu, pemupukan, pengendalian gulma, kastrasi, penunasan, pengimpusan,
pengendalian hama penyakit, aplikasi limbah pabrik, perawatan jalan dan
jembatan, sensus pohon dan pemanenan. Kegiatan yang dilakukan penulis selain
kegiatan lapang KHL adalah survei lapang untuk aspek khusus terkait dengan
status gulma. Perbedaan gulma pada tingkat kanopi berbeda pada tanaman sawit

7
 

8
 

digunakan untuk membandingkan dominansi gulma yang ada di tanaman sawit
pada tahun tanam yang berbeda (umur tanaman) ataupun menganalisis faktor yang
mempengaruhi serangan gulma pada agroekologi yang berbeda. Selain itu, penulis
meneliti efektivitas pengendalian gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan
Centotheca lappacea (L.) Desv., serta efisiensi upah perawatan KHL.
Bulan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor
dalam melaksanakan aspek manajerial. Pada saat menjadi pendamping mandor,
penulis turut bertugas memberikan pengarahan kerja kepada karyawan, mengatur
dan mengawasi pekerjaan karyawan, melakukan check roll dan mengisi buku
kerja mandor (BKM). Selain melakukan kerja mandor penulis juga membuat
laporan. Pada saat menjadi mandor, penulis juga melakukan grading buah di TPH
(Tempat Pengumpulan Hasil), pengecekan APD (Alat Pelindung Diri), kalibrasi
alat penyemprotan, dan juga pemetaan tapal batas. Pada bulan ketiga, penulis
melakukan kegiatan sebagai pendamping asisten, dengan tugas melakukan kontrol
lapangan, mempelajari aspek

manajerial dan administrasi tingkat divisi dan

kebun, serta mengisi buku harian asisten. Penulis melakukan pengamatan ke
pabrik dan mempelajari cara memperoleh rendemen maupun ALB (Asam Lemak
Bebas) di laboratorium.
Selain kegiatan utama, penulis juga melakukan kegiatan untuk melengkapi
kelengkapan data magang seperti, analisis vegetasi, pengendalian Asystasia
intrusa dan menghitung efektivitas penyemprotan. Kegiatan khusus magang
adalah melakukan studi pengelolaan gulma, menganalisis vegetasi gulma,
menganalisis faktor yang mempengaruhi serangan gulma, menganalisis efisiensi
upah pemeliharaan gulma serta melakukan pengamatan pada gulma Asystasia
intrusa (Forssk.) Blume. dan Centotheca lappacea (L.) Desv. Kegiatan studi
pengelolaan gulma dilakukan dengan melakukan kerja di lapangan, wawancara
dan menganalisis RKT (Rencana Kerja Tahunan) serta laporan kerja harian.
Sampel gulma diambil secara acak dari 15 afdeling. Setiap afdeling diambil 3
blok, dan pada masing-masing blok diambil 6 petak contoh. Pengambilan petak
contoh ini berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pengamatan Asystasia intrusa
(Forssk.) Blume. dan Centotheca lappacea (L.) Desv. dilakukan dengan

8
 

9
 

mengamati tingkat kematian dan pertumbuhan kembali gulma-gulma tersebut
setelah penyemprotan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh penulis secara langsung (primer)
maupun tidak langsung (sekunder). Data secara langsung diperoleh melalui
pengamatan pada saat bekerja di lapangan melalui prinsip 5 tepat pengendalian
gulma (dosis, waktu, jenis, cara, dan konsentrasi). Pengamatan tersebut
mengamati 5 penyemprot dan juga kalibrasi alat semprot. Selanjutnya, penilaian
efektivitas pengendalian dilakukan dengan cara pengambilan sampel gulma.
Sampel gulma diambil secara sampling bertingkat pada blok berdasarkan tahun
tanam. Pengambilan sampel gulma menggunakan kuadran 1 m x 1 m yang
diambil pada gawangan mati. Jumlah sampel yang diambil 264 buah sampel. Data
sebaran pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Tabel 1. Peta blok
pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Gambar 1.

Warna
Tahun
Tanam

2002

2003

1999

2004

1997

1998

1995

2006

2005

1996

1991

1990

Gambar 1. Peta posisi pengambilan gulma di Tambusai Estate

9
 

10
 

Tabel 1. Sebaran pengambilan sampel gulma di Tambusai Estate
Tahun
Tanam

Blok

Luas Lahan
(ha)

10% Luas
lahan (ha)

Jumlah
Sampel

1990
1991

F
E
E
F
G
B
C
F
B
C
E
G
I
K
L
M
N
U
R
S
T
U
P
V
G
O
Q
N
T
M
R
S
O
V
K
X

24.90
23.48
23.19
23.47
25.02
35.94
63.65
60.61
39.22
29.14
27.66
92.49
30.18
61.46
27.20
25.73
34.26
30.48
28.17
39.89
30.70
29.14
53.75
27.75
16.75
52.49
28.03
27.62
29.66
27.19
37.87
29.70
32.39
29.85
27.21
24.09

2.49
2.35
2.32
2.35
2.50
3.59
6.37
6.06
3.92
2.91
2.77
9.25
3.02
6.15
2.72
2.57
3.43
3.05
2.82
3.99
3.07
2.91
5.38
2.78
1.68
5.25
2.80
2.76
2.97
2.72
3.79
2.97
3.24
2.99
2.72
2.41

6
6
6
6
6
6
12
12
12
6
6
18
6
12
6
6
6
6
6
6
6
6
12
6
6
12
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

1995

1996

1997

1998

1999
2002
2003
2004
2005
2006

Jumlah
Sampel
Blok
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
3
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Analisis Data
Analisis dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kematian dan
tumbuh kembalinya (regrowth) gulma Asystasia intrusa dan Centotheca

10
 

11
 

lappacea. Analisis kuantitatif yang dilakukan disajikan dengan statistika
sederhana yaitu rataan dan persentase.
Data gulma diolah untuk memperoleh NJD (Nisbah Jumlah Dominan) atau
summed dominance ratio (SDR). Nilai SDR menunjukan dominansi suatu gulma
yang ada. Jika nilai SDR gulma tinggi maka dominansi gulma di areal tersebut
tinggi, begitupula sebaliknya makin rendah SDR dominansi gulma semakin
rendah. Data juga diolah dengan metode skoring dan diuji dengan multivariate
cluster analysis untuk mengetahui pengelompokan gulma.

Adapun rumus perhitungan SDR menurut Moenandir (1993) adalah:


Kerapatan mutlak (KM)
KM :



Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh.

Kerapatan nisbi (KN)
KN :

KM spesies tertentu

x 100%

Jumlah KM semua spesies


Bahan kering mutlak (BKM)
BKM : Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh, diperoleh dengan
cara dioven



Berat kering nisbi (BKN)
BKN : Berat Spesies tertentu

x 100%

Total BKM semua spesies


Frekuensi mutlak (FM)
FM :



Jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu

Frekuensi nisbi (FN)
FN :

FM spesies tertentu x 100%
Total FM semua spesies



Nilai penting (NP)
NP :



KN + BKN + FN

Nisbah jumlah dominansi (NJD)
NJD :

KN + BKN + FN

11
 

12
 

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif
Tambusai Estate terletak di antara 1000 37’ - 1000 24’ Bujur Timur dan 10
04’ - 10 14’ Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan
Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Sebelah utara Tambusai Estate
berbatasan dengan sungai Air Hitam Simpang Kanan dan sungai Merah, sebelah
selatan berbatasan Desa Kepenuhan Barat, areal SAH Estate, dan Desa
Kepenuhan Tengah. Sebelah barat Tambusai Estate berbatasan Desa Tambusai
Timur, areal PT. Torganda, dan Desa Tambusai Timur, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Kepenuhan Timur dan Sungai Air Hitam Simpang Kiri. Peta kebun
disajikan pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah
Curah hujan rata - rata di Tambusai Estate dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir (2001 - 2011) adalah 1,918 mm dengan jumlah hari hujan rata - rata 117
hari. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi
umumnya terjadi pada bulan April (rata - rata 302 mm), sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Mei dengan rata - rata curah hujan sebesar 100 mm.
Menurut kelas iklim Schmidth - Ferguson, keadaan iklim di Tambusai Estate
termasuk dalam tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan
hujan tropika.
Tanah di Tambusai Estate tergolong ke dalam ordo entisol. Tanah tersebut
merupakan endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi empat subgrup yaitu: 1).
Typic haplosaprist, 2). Typic endoaquent, 3). Humic dystrudepts, dan 4). Typic
dystrudepts. Sub grup typic haplosaprist memiliki regim kelembaban udic (tidak
pernah kering selama 90 hari kumulatif pada kedalaman 10 – 90

cm dari

permukaan tanah) dan pada kedalaman > 120 cm terdapat muka air tanah,
drainase terhambat, masam, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa sangat
rendah. Jenis sub grup typic haplosaprist mencakup areal seluas 3% dari total 11
914.40 Ha luas lahan.

12
 

13
 

Ciri-ciri typic endoaqouent memiliki regim kelembaban udic (tidak pernah
kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 40 cm dari
permukaan tanah) dan pada kedalaman > 30 cm terdapat muka air tanah dangkal,
drainase terhambat, masam, kapasitas tukar kation sangat rendah, kejenuhan basa
sangat rendah. Typic endoaquent mencakup areal seluas 125 Ha atau 1% total luas
lahan yang ada di Tambusai Estate.
Subgrup humic dystrudept memiliki ciri-ciri rejim kelembaban udic (tidak
pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah ini mempunyai
epipedon umbrik. Horizon umbrik secara kasat mata berwarna hitam, dan
mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50%. Jenis sub grup humic dystrudept
memiliki cakupan seluas 5,719 Ha atau 48% dari total luas lahan yang ada di
Tambusai Estate. Subgrup typic dystrudepts memiliki ciri rejim kelembaban udic
(tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah memiliki
kejenuhan basa yang rendah yakni kurang dari 50%. Jenis sub grup typic
dystrudepts memiliki cakupan seluas 5,596 Ha atau 46% total luas lahan yang ada
di Tambusai Estate.
Areal Tambusai Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi yaitu
kemiringan 1 - 3% seluas 11,803 Ha. Derajat kemasaman tanah (pH) 4.65 - 5.30,
dengan ketinggian tempat 12 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata
tahunan berkisar antara 28°C – 31oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk
kelapa sawit, Tambusai Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable). Peta
kesesuaian jenis lahan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Luas hak guna usaha (HGU) Tambusai Estate adalah sebesar 11,914.40
ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 11,028.66 ha untuk
tanaman menghasilkan (TM) tidak termasuk wilayah KKPA. Selanjutnya, 827.21
ha digunakan jalan (Main and collection road), untuk bangunan atau emplasement
26.60 ha, dan areal pabrik seluas 31.93 ha. Luas areal Tambusai Estate dapat
dilihat pada Tabel 2.
 

13
 

14
 

Tabel 2. Luas areal kebun di Tambusai Estate
Nama
KEBUN INTI
Afdeling 1
Afdeling 2
Afdeling 3
Afdeling 4
Afdeling 5
Afdeling 6
Afdeling 7
Afdeling 8
Afdeling 9
Afdeling 10
Afdeling 11
Afdeling 12
Afdeling 13
Afdeling 14
Afdeling 15
Sub total
PLASMA
KKPA Bunga Tanjung 1
KKPA Bunga Tanjung 2
KKPA Pekan Tebih
Total

Luas areal (ha)
719.22
700.95
740.83
722.16
779.78
795.87
729.91
798.27
824.17
684.12
759.06
750.23
713.16
560.66
750.27
11,028.66
801.00
801.66
700.00
13,331.32

Sumber: Kantor Pusat Kebun, Tambusai Estate (April, 2012)

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Tambusai Estate adalah
varietas tenera (dura x pisifera), yang terdiri dari tenera Papua New Guinea
(PNG), tenera Socfindo dan tenera Marihat (PPKS). Jarak tanam yang digunakan
adalah jarak tanam segitiga sama sisi 9.3 x 9.3 x 9.3 m dengan jarak dalam barisan
9.35 m dan jarak antar barisan 8.097 m serta populasi 132 tanaman/ha. Namun,
berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan, populasi tanaman per hektar bisa
lebih tinggi ataupun lebih rendah daripada populasi yang seharusnya. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya penyisipan tanaman, penebangan pohon pisifera yang
merupakan pohon kelapa sawit jantan untuk perangsang pertumbuhan pohon
tenera dan pohon mati, jarak tanam yang tidak teratur, dan tumbang. Populasi

14
 

15
 

tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Tambusai Estate dapat
dilihat pada Tabel 3. Menurut RKAP areal statement tahun 2012, tanaman kelapa
sawit di Tambusai Estate ditanam pada beberapa tahun tanam, yaitu dari tahun
1990 hingga tahun 2006. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate tahun
2004 - 2009 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di
Tambusai Estate
Tahun
Tanam

Kebun Inti
Tahun
Kebun KKPA
Luas (ha)
Jumlah Populasi Tanam Luas (ha)
Jumlah Populasi
Tanaman
/ha
Tanaman /ha

19

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Kajian Faktor Agroekologi Untuk Peramalan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sei Air Hitam Estate, PT. Perdana Inti Sawit Perkasa, Kab. Rokan Hulu, Riau.

1 14 203

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Tambusai PT. Panca Surya Agrindo, First Resources Ltd., Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

0 11 125

Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Sei Air Hitam, Pt. Perdana Intisawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau

2 17 58