Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Sei Air Hitam, Pt. Perdana Intisawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, PT. PERDANA INTI
SAWIT PERKASA I, KAB. ROKAN HULU, RIAU

IKA SARITA ANGGRAENI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT. Perdana
IntiSawit Perkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Ika Sarita Anggraeni
NIM A24080156

ABSTRAK
IKA SARITA ANGGRAENI. Pengendalian Gulma Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT. Perdana IntiSawit Perkasa I, Kab.
Rokan Hulu, Riau. Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA dan SOFYAN
ZAMAN.
Magang ini dilakukan di Divisi 3 Kebun Sei Air Hitam (SAH) PT Perdana
IntiSawit Perkasa I, First Resources Grup, Kab. Rokan Hulu, Riau mulai dari
Februari 2012 sampai Mei 2012. Penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas
selama satu bulan, sebagai pendamping mandor selama satu bulan, dan sebagai
pendamping asisten divisi selama satu bulan. Kegiatan magang ini bertujuan
untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan penulis tentang aspek teknis dan
manajerial di perkebunan kelapa sawit terutama dalam kegiatan pengendalian

gulma. Pengamatan yang dilakukan meliputi dominansi gulma: kerapatan,
frekuensi, dan berat kering biomassa gulma; jenis dan dosis herbisida yang
digunakan; dan kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi. Asystasia
intrusa (Forssk.) Blume dan Centotheca lappacea (L.) Desv. merupakan gulma
dominan di Kebun SAH. Pengendalian gulma dilakukan secara manual (babat
dempes) dan kimia (campuran isopropilamina glifosat 0.16 L/ha dan metil
metsulfuron dengan dosis 0.008 kg/ha). Secara umum, kegiatan pengendalian
gulma di Kebun SAH sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat beberapa
kendala di antaranya: kekurangan jumlah dan kualitas tenaga kerja, serta
ketersediaan alat dan keterlambatan penyediaan dan penyaluran bahan.
Kata kunci: Kelapa sawit, gulma, dominansi, pengendalian

ABSTRACT
The apprentice was conducted at Division 3 Sei Air Hitam (SAH) Estate,
PT Perdana IntiSawit Perkasa I, First Resources Group, Rokan Hulu Regency,
Riau from Februari 2012 until Mei 2012. The assigment composed as field
worker for one month, as accompanied foreman for one month, and as
accompanied of division’s assistant for one month. This apprentice was aim to
extend the knowledge and skill about technical and managerial aspects of palm
oil plantation especially in weed control. The specifik observation were conducted

weed dominance: density, frequency, and dry weight of weed biomass;
herbicide’s type and dosage; and speed regrowth after application. Asystasia
intrusa (Forssk.) Blume dan Centotheca lappacea (L.) Desv. were the dominant
weeds in SAH Estate. Weed control was conducted in mechanically (chop off)
and chemically way (combination of 0.16 L/ha isopropilamina glifosat and 0.008
kg/ha metil metsulfuron). Generally, weed control at SAH Estate have been
performed well enough, however there were need some improvement for
overcoming less still worker quantity and quality, tools availability and delays in
supply and distribution of materials.
Keywords: Palm oil, weed, dominance, control

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) DI KEBUN SEI AIR HITAM, PT. PERDANA INTISAWIT
PERKASA I, KAB. ROKAN HULU, RIAU

IKA SARITA ANGGRAENI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
petunjuk-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Pengendalian Gulma
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana
IntiSawitPerkasa I, Kab. Rokan Hulu, Riau” yang merupakan hasil dari kegiatan
magang ini dapat diselesaikan.
Skripsi merupakan tugas akhir akademik yang harus diselesaikan
mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan atas bantuan
dan pertolongan selama pelaksanaan magang dan proses penulisan skripsi ini
kepada :
1. Dr Ir Herdata Agusta, MS dan Ir Sofyan Zaman, MP selaku pembimbing
skripsi atas bimbingan dan saran yang diberikan.
2. Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr atas kesediaannya sebagai dosen
penguji dan masukan-masukan yang diberikan.
3. Dr Ir Yudiwanti WEK selaku pembimbing akademik atas bimbingan
yang diberikan selama pelaksanaan studi.
4. Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku panitia magang yang telah mengusahakan
tempat magang dan pelaksanaan magang tepat pada waktunya.
5. Pihak Manajemen PT Perdana IntiSawit Perkasa I atas ketersediaannya
memberikan tempat magang dan bantuan selama mahasiswa magang di

lapangan.
6. Keluargaku di Divisi 3: Bapak Rizali (Asisten Divisi) dan keluarga Ibu
Ellys Jelija (Kerani Divisi) dan keluarga, Bapak Aan Samosir (Mandor
Panen) dan keluarga, Bapak Budiman Sitohang (Mandor Panen) dan
keluarga, Bapak Johan (Kerani Produksi) dan keluarga, Bapak Armalis
(Kerani Produksi) dan keluarga, Bapak Bairun Saragih (Mandor
Perawatan) dan keluarga, serta Bapak M. Zaenuddin (Mandor
Pemupukan) dan keluarga atas pengalaman dan rasa kekeluargaan yang
diberikan selama pelaksanaan magang.
7. Para staf Laboratorium PT Perdana IntiSawit Perkasa I atas keterbukaan
dan ketersediaannya menerima mahasiswa magang.
8. Ibu Sumi dan Bapak Irawan yang telah memberi perhatian yang sangat
besar selama magang.
9. Bapak, Mamak, dan adik-adikku Eri Anggriawan dan Andika Irawan atas
doa dan motivasi yang tulus kepada penulis.
10. Rekan-rekan: Maharani Rahman, Munandar Irfanda, Dimas Guntur
Julianto atas solidaritas dan persahabatan selama magang.
11. Tama, Dito, Nida, Nisa, Fardil, Arga, Andre, Riri, Susi, Mariski, Endah,
dan semua teman-temanku Agronomi 45 atas kebersamaannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2015

Ika Sarita Anggraeni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

i

DAFTAR LAMPIRAN

ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan


1
1
1

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh
Gulma
Pengendalian Gulma

2
2
3
3
4

METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Metode Pelaksanaan

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi

5
5
5
6
7

KEADAAN UMUM KEBUN
Letak Geografis dan Administratif
Keadaan Topografi, Tanah, dan Iklim
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Kondisi Tanaman
Struktur Organisasi
Ketenagakerjaan
Produksi

7
7

7
8
8
9
10
11

PELAKSANAAN MAGANG
Pelaksanaan Teknis Lapangan
Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit
Pengendalian Hama
Penanaman Tanaman Beneficial Plant
Penunasan (Pruning Pelepah)
Pemanenan
Pemeliharaan Jalan
Sensus Pokok dan Pemetaan Blok
Pelaksanaan Manajemen Kebun

12
12

12
17
19
19
20
22
23
23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gulma dan Permasalahannya di Kebun SAH PT PISP I
Vegetasi Gulma Divisi 3 Kebun SAH PT PISP I

25
25
25

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma
Organisasi Pengendalian Gulma
Ketenagakerjaan
Teknik Pengendalian Gulma
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Gulma
Analisis Ekonomi Pengendalian Gulma

30
32
33
33
38
40

KESIMPULAN DAN SARAN

42

DAFTAR PUSTAKA

42

LAMPIRAN

44

DAFTAR TABEL
1 Komposisi areal tahun tanam per divisi
2 Data tenaga kerja Kebun Pertanaman Kelapa Sawit
Kebun SAH
3 Data tenaga kerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun SAH
4 Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit di Kebun SAH
5 Jenis dan spesifikasi pupuk yang dianjurkan dalam
rekomendasi pemupukan Kebun SAH Divisi 3
6 Kandungan unsur hara dalam 30 ton/ha tandan kosong
7 Kandungan unsur hara dalam 75 ton/ha limbah cair
8 Jumlah pelepah ditinggalkan di pokok sesuai umur tanaman
9 Kriteria matang panen kelapa sawit
10 Jumlah tenaga kerja panen Divisi 3 Kebun SAH
111 Penggolongan gulma di Divisi 3 Kebun SAH
12 Spesies gulma beserta NJD di pasar pikul blok sampel
Divisi 3 Kebun SAH
13 Spesies gulma beserta NJD di gawangan blok sampel
Divisi 3 Kebun SAH
14 Lokasi dan teknik pengendalian gulma di Divisi 3 Kebun SAH
15 Hasil analisis vegetasi di piringan blok sampel Divisi 3 Kebun
SAH
16 Perubahan fisik/morfologis setelah aplikasi isopropilamina
glifosat 0.48 L/ha dan metil metsulfuron dengan dosis 0.024
kg/ha di piringan

9
10
11
13
14
14
15
20
20
21
26
27

29
34
35

36

DAFTAR GAMBAR
1 Struktur organisasi tingkat Divisi Kebun SAH
2 Alat dan bahan serta cara pengaplikasian infus akar
3 Kalibrasi penguntilan, pengeceran pupuk, dan
penaburan pupuk
4 Penemuan gumpalan pupuk urea di piringan pokok
5 Titik tanam Turnera subulata
6 Gupon (kandang burung hantu)
7 Perawatan bunga Turnera subulata
8 (a) Gulma di Sawit tahun tanam 2004
(b) Gulma di sawit tahun tanam 1993
9 Struktur organisasi pengendalian gulma
10 Tenaga kerja laki-laki dan perempuan untuk pengendalian
gulma

11 Pengendalian manual gulma di piringan
12 Hasil penyemprotan 1 MSA – 2 MSA – 3 MSA – 4 MSA di
piringan kelapa sawit

10
15
17
17
18
18
19
31
32
33
35
36

13
14
15
16
17

Pengendalian manual gulma di gawangan
Pengendalian gulma dengan babat di bahu jalan
Kondisi jalan berlubang Divisi 3
Penggunaan air parit yang kotor
Persiapan dan aplikasi semprot tanpa APD

38
38
39
39
40

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan magang KHL di Kebun SAH
2 Jurnal harian kegiatan magang pendamping mandor di Kebun
SAH
3 Jurnal harian kegiatan magang pendamping asisten di
Kebun SAH
4 Curah hujan PT Perdana IntiSawit Perkasa I tahun 2005 2010
5 Data total produksi kelapa sawit PT Perdana Inti Sawit Perkasa
I tahun 2007 – 2010
6 Peta areal kerja PT Perdana IntiSawit Perkasa I
7 Peta realisasi dongkel anak kayu PT Perdana IntiSawit
Perkasa I
8 Peta realisasi chemist piringan PT Perdana IntiSawit Perkasa I
9 Peta realisasi garuk piringan PT Perdana IntiSawit Perkasa I
10 Peta realisasi pasar pikul PT Perdana IntiSawit Perkasa I

45
46
48
49
50
51
52
53
54
55

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Beberapa isu nasional seperti angka pengangguran yang cenderung tinggi,
kemiskinan yang cenderung meningkat, kelangkaan energi, adanya kerusakan
lingkungan, dan makin melemahnya sektor riil di Indonesia menjadikan kebijakan
pembangunan pertanian yang fokus pada komoditas perkebunan diharapkan
mampu berperan besar di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk dalam komoditas prioritas utama
untuk diunggulkan (Sunarko 2010).
Kelapa sawit di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun, baik itu
pertambahan luas areal maupun peningkatan produksi. Data pada tahun 2013
menunjukkan luas areal kebun kelapa sawit adalah 10.45 juta ha dan pada tahun
2014 meningkat sebanyak 4.69% menjadi 10.95 juta ha. Data produksi tahun 2013
yaitu 27.78 juta ton dan pada tahun 2014 meningkat sebanyak 5.62% menjadi
29.34 juta ton (Direktorat Jenderal Perkebunan 2014).
Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia
setelah Malaysia. Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh
Indonesia dan Malaysia (Pahan 2011). Produktivitas tanaman kelapa sawit yang
tinggi dapat dicapai dengan pemeliharaan yang intensif. Salah satu faktor utama
yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit adalah
pengendalian gulma. Pengendalian gulma dimaksudkan untuk mengurangi
terjadinya persaingan dengan tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan
pemupukan dan pemanenan, serta mencegah berkembangnya hama/penyakit
tertentu.
Lubis dan Widanarko (2011) menyatakan bahwa pengendalian gulma
harus dilakukan secara benar supaya perusahaan tidak mengalami kerugian
produksi akibat adanya persaingan antara gulma dengan tanaman kelapa sawit.
Pahan (2011) menambahkan bahwa pengendalian gulma dilakukan dengan
pendekatan konsep ambang ekonomis. Artinya, selama kerugian yang ditimbulkan
oleh kehadian gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan
untuk pengendaliannya maka pengendalian tidak perlu dilakukan.
Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada 4 (empat)
tempat, yaitu di piringan, gawangan, pasar pikul, dan bahu jalan. Pengendalian
gulma dapat dilakukan secara mekanis, biologis, maupun kimiawi. Pengendalian
mekanis yaitu dengan penggunaan alat-alat seperti cados (cangkul dodos) dan
parang panjang. Pengendalian biologis dengan penggunaan tanaman atau
organisme yang dapat menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian kimiawi
dengan penyemprotan herbisida maupun dengan wiping.
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah menambah pengalaman,
meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial di perkebunan kelapa sawit,
serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara

2
nyata. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini adalah mempelajari teknik dan
efektifitas manajemen pengendalian gulma pada pertanaman kelapa sawit yang
telah menghasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Menurut Suwarto dan Octavianty (2010) klasifikasi tanaman kelapa sawit
adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Arecales
Famili
: Arecaceae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis
Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) secara pasti belum
bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu
Amerika Selatan dan Afrika (Guinea). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis
oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis
berasal dari Afrika (Guinea) (Sastrosayono 2005).
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari
famili Arecaceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh
memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi
akar primer (Sunarko 2010). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas.
Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40-60 cm, tetapi pada pangkalnya
membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun
dan memanjangkan batang. Selama empat tahun pertama, titik tumbuh
membentuk daun-daun yang pelepahnya membungkus batang sehingga batang
tidak terlihat (Setyamidjaja 2010). Daun kelapa sawit membentuk susunan
majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun ini membentuk satu
pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5-9 m (Suwarto dan Octavianty
2010).
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan
mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan berbentuk
lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit
mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari
pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan
perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko 2007).
Pahan (2011) mengatakan bahwa buah kelapa sawit digolongkan sebagai
buah drupe, terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp
(yang secara salah kaprah biasanya disebut pericarp), dan endocarp (cangkang)
yang membungkus 1-4 inti/kernel (umumnya hanya satu inti). Inti memiliki testa
(kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio.

3
Syarat Tumbuh
Fauzi et.al (2007) mengatakan bahwa faktor iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Curah hujan optimum
yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan
distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan.
Sunarko (2010) menambahkan bahwa lama penyinaran matahari minimum 1 600
jam/tahun atau selama 5-7 jam/hari. Sementara itu, suhu optimum bagi kelapa
sawit berkisar antara 27-29°C.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti
podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Akan tetapi,
kemampuan produksi tanaman untuk setiap tanah berbeda-beda, tergantung sifat
fisik dan sifat kimia tanah. Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah
besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Sementara
itu, keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara
dalam tanah (Suwarto dan Octavianty 2010).

Gulma
Sastroutomo (1990) mengatakan bahwa pakar-pakar ekologi cenderung
melihat gulma sebagai tumbuhan yang mempunyai kemampuan khusus untuk
menguasai lahan-lahan yang telah mengalami gangguan manusia, atau dalam
bahasa ilmiahnya “gulma adalah tumbuhan pioner dari suksesi sekunder terutama
pada lahan-lahan pertanian”.
Sukman dan Yakup (2002) menyebutkan berbagai padanan kata untuk
gulma dalam beberapa bahasa banyak berbeda, seperti Unkraut (Jerman), Onkruid
(Belanda), mauvaise herbe (Perancis), malerbe (Italia), mala herba (Spanyol), dan
Zasso (Jepang). Sementara dalam bahasa Indonesia diketahui sebagai rerumputan
atau rumpai yang berarti tumbuhan yang berumput (grassy plants), herba (herb),
tumbuhan pengganggu (noxious plants), dan akhirnya sekarang adalah gulma
berarti tumbuhan yang tidak diinginkan.
Pahan (2011) menambahkan bahwa gulma adalah tumbuhan yang
tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar
tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma
mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi.
Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga unggul dalam
persaingan dengan tanaman budi daya. Secara fisik, gulma bersaing dengan
tanaman budi daya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting,
serta zat kimia (alelopati) yang disekresikan.
Apabila dilihat dari struktur dan bentuk tanaman gulma, seringkali sangat
membingungkan sehingga gulma dibedakan berdasarkan morfologi dan
kehidupannya. Berdasarkan morfologi, gulma dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu (1) golongan berdaun lebar/broadleaves, termasuk di dalamnya golongan
Dicotyledoneae atau paku-pakuan dan daun lebar, (2) golongan rumput (berdaun
sempit)/grasses, yang merupakan tumbuhan dengan batang bulat atau agak pipih,
umumnya berongga dan berdaun soliter/tunggal pada buku-buku yang memiliki
tulang daun sejajar, (3) golongan teki (berakar menjalar dan berumbi)/sedges,

4
tumbuhan yang umumnya berbatang segitiga dan daun yang tersusun dalam tiga
deretan, serta buah pipih berbentuk segitiga membuka (Arief 1994).
Bila dilihat dalam kehidupan pertumbuhannya, gulma dibedakan atas tiga
jenis, yaitu gulma semusim (annual), yaitu hidupnya mulai dari biji hanya kurang
dari satu tahun. Gulma dua tahunan (biennial), yaitu hidupnya mulai dari biji
hanya sampai dua tahun. Gulma tahunan (perennial), yaitu hidupnya mulai dari
biji sampai lebih dari dua tahun (Arief 1994).

Pengendalian Gulma
Pemberantasan gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut
penyiangan. Gulma yang tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu
diberantas sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menurunkan produksi.
Gulma menjadikan tanaman pokok berkompetisi dalam memperoleh air, unsur
hara, cahaya, maupun CO2. Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tanaman
inang bagi hama dan penyakit (Fauzi et.al 2007).
Suwarto dan Octavianty (2010) menyebutkan beberapa gulma yang umum
ditemui pada areal pertanaman kelapa sawit, antara lain Imperata cylindrica
(alang-alang), Axonopus compressus (rumput pahit), Cyperus rotundus (rumput
teki), Mimosa invisa (kucingan), Mikania micrantha (mikania), dan Ageratum
conyzoides (babadotan). Pengendalian gulma dilakukan pada piringan pokok,
gawangan, dan pasar pikul atau pasar rintis. Rotasi pengendalian dilakukan 3-4
kali per tahun.
Menurut Pahan (2011) pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan
usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya
saing gulma. Tidak ada satu pun metode/cara yang dapat mengendalikan semua
spesies gulma secara tuntas di pertanaman. Suatu metode mungkin dapat menekan
spesies-spesies tertentu, tetapi beberapa spesies yang lain justru mendapat
pengaruh yang menguntungkan, baik langsung maupun tidak langsung.
Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma, yaitu secara mekanis
(manual), kimiawi dan biologis. Pemberantasan secara mekanis adalah
pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Alat yang
digunakan antara lain sabit, cangkul, dan garpu. Pemberantasan mekanis dapat
dilakukan dengan cara clean weeding atau penyiangan bersih pada daerah
piringan dan selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu,
seperti alang-alang, kerisan, teki. Pemberantasan gulma dengan cara ini dapat
dilakukan 5-6 kali pada tahun pertama atau tergantung keadaan perkebunan (Fauzi
et.al 2007).
Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
herbisida. Keuntungan cara kedua ini adalah penggunaan tenaga kerja yang relatif
sedikit. Namun, cara ini dapat mengganggu organisme lain dan kelestarian alam
(Fauzi et.al 2007). Suwarto dan Octavianty (2010) menambahkan beberapa
herbisida yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma adalah herbisida
berbahan aktif glifosat (konsentrasi 2 l/500 l air), diuron, aminotriazol, florosipir,
dan paraquat diklorida.
Menurut Sunarko (2010) menyiang (wiping) berfungsi untuk
mengendalikan lalang, gulma, dan anak kayu. Wiping dapat menggunakan

5
herbisida glifosat pada konsentrasi 0.5% dengan dosis 6-10 ml per hektar per
rotasi. Biasanya seorang pekerja wiping menghabiskan empat liter larutan
herbisida per hari kerja. Selain wiping, penyiangan perlu dilakukan di luar lalang
(weeding). Berdasarkan sasarannya, weeding dibedakan menjadi tiga, yaitu (1)
weeding gawangan, untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman kacangan
penutup tanah, (2) weeding piringan/bokoran, untuk menjaga kebersihan piringan
dan daerah sekitar tanaman, dan (3) weeding jalan buah/jalan pikul, untuk
memelihara atau merawat jalan buah agar transportasi buah tidak terhambat.
Pemberantasan gulma secara biologi yaitu dengan menggunakan tumbuhtumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh
buruk dari gulma (Fauzi et.al 2007). Sembodo (2010) menambahkan bahwa
organisme yang digunakan sebagai pemangsa gulma harus spesifik, sebisa
mungkin yang bersifat monofag, sehingga tidak menyerang tanaman.

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat
Kegiatan magang berlangsung selama 3 bulan, mulai dari Februari 2012
hingga Mei 2012. Magang dilaksanakan di Divisi 3 Kebun Sei Air Hitam, PT
Perdana IntiSawit Perkasa I, First Resources Group, Desa Kepenuhan Baru, Kec.
Kepenuhan, Kab. Rokan Hulu, Riau.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini merupakan suatu kegiatan praktik teknis di lapangan
dan kegiatan manajerial di perkebunan. Selama satu bulan pertama, penulis
berstatus sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan yang dilakukan
meliputi pengendalian gulma secara manual (pembersihan piringan, gawangan,
dongkel anak kayu dan babat bahu jalan), pengendalian gulma secara kimiawi
(semprot gulma di piringan dan pasar pikul), pengendalian hama, perawatan
bunga Turnera subulata, pemupukan, manajemen kanopi (tunas pokok dan
sanitasi pelepah sengkleh), sensus pokok dan pemetaan blok, sensus berat janjang
rata-rata dan kegiatan panen, serta pemeliharaan sarana pendukung yang meliputi
pemeliharaan jalan dan saluran air.
Satu bulan selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersangkutan dengan aspek manajerial seperti
membagi hanca pekerja, mengawasi kerja karyawan, mengawasi pemakaian alat
semprot dan herbisida, dan membuat laporan kerja harian mandor. Kemandoran
yang diikuti meliputi kemandoran panen, kemandoran perawatan, kemandoran
chemist, kemandoran pemupukan, dan kerani panen. Kegiatan selama satu bulan
selanjutnya yaitu sebagai pendamping asisten divisi. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan antara lain: mengontrol buku absensi pekerja, mengontrol pekerjaan di
lapangan, mengontrol ketersediaan bahan kimia, mengontrol ketersediaan

6
peralatan kerja, membuat rencana kerja divisi, membuat rencana kerja
pengendalian gulma, dan membuat perencanaan pencapaian produksi. Penulis
juga melakukan kunjungan ke pabrik kelapa sawit (PKS) di sela-sela kegiatan
magang.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Metode pengambilan data dilakukan secara langsung (data primer) dan
tidak langsung (data sekunder). Data primer adalah informasi yang didapatkan
secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi dengan KHL,
mandor dan asisten kebun, sedangkan data sekunder digunakan untuk melengkapi
informasi di lapangan dan diperoleh dari arsip laporan manajemen di kantor
administrasi kebun maupun studi pustaka. Data primer yang dikumpulkan antara
lain umur tanaman pokok; dominansi gulma: kerapatan, frekuensi, dan berat
kering biomassa gulma; jenis dan dosis herbisida yang digunakan; dan kecepatan
pertumbuhan kembali setelah aplikasi, hal ini berkaitan dengan keadaan vegetasi,
teknik pengendalian gulma, dan kebutuhan alat dan bahan.
Pengamatan vegetasi gulma yang dilakukan penulis di lapangan dilakukan
dengan menggunakan metode kuadrat (bujur sangkar yang terbuat dari bambu
berukuran 1 m x 1 m) pada 6 blok dengan 3 (tiga) tahun tanam yang berbeda; 20
sampel per blok (185.09 ha): 10 sampel untuk pasar pikul dan 10 sampel untuk
gawangan. Pemanenan gulma setinggi permukaan tanah untuk menentukan
kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma, selanjutnya dilakukan
penghitungan persentase dominansi gulma menggunakan metode nisbah jumlah
dominansi (NJD).
1. Kerapatan Mutlak (KM)
= Jumlah individu spesies gulma
tertentu dalam petak contoh
2. Kerapatan Nisbi (KN)

=

3. Frekuensi Mutlak (FM)

= jumlah petak contoh yang berisi
spesies tertentu

4. Frekuensi Nisbi (FN)

=

5. Berat Kering Mutlak (BKM)

= Berat kering total spesies tertentu
dalam petak contoh

6. Berat Kering Nisbi (BKN)

=

7. Nilai penting

= KN + FN + BKN

8. Nisbah Jumlah Dominansi (NJD)

=

x 100%

x 100%

x 100%

7
Pengamatan kecepatan pertumbuhan kembali setelah aplikasi dilakukan
mulai dari satu minggu setelah pelaksanaan aplikasi penyemprotan. Pengamatan
dilakukan sampai terlihat kembali adanya pertumbuhan gulma di tempat tersebut.
Hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan untuk kemudian dilakukan
pembahasan.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: (1) kondisi kebun, yang
terdiri dari: peta areal, letak geografis, topografi lahan, jenis tanah, produksi dan
produktivitas, iklim dan curah hujan, luas areal, tata guna lahan, jenis varietas,
umur tanaman, komposisi dan populasi tanaman; (2) standar dan target kebun
yang meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi dan tenaga kerja; (3)
organisasi dan manajemen yang meliputi: struktur organisasi, jumlah dan status
karyawan; (4) sarana dan prasarana kebun.

Analisis Data dan Informasi
Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kuantitatif
dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan prestasi kerja di kebun,
lalu diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma yang
berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang telah ditetapkan
perusahaan.

KEADAAN UMUM KEBUN
Letak Geografis dan Administratif
PT Perdana IntiSawit Perkasa I merupakan perusahaan swasta di bawah
naungan grup First Resources yang terletak di Desa Kepenuhan Barat, Kecamatan
Kepenuhan Raya, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan
dapat dicapai dengan jalan darat dalam waktu 5–6 jam dari Kota Pekanbaru
menuju ke Pasir Pangaraian hingga Kota Tengah. Lokasi perkebunan dengan kota
terdekat berjarak 30 km. PT Perdana IntiSawit Perkasa I secara geografis
berbatasan dengan kebun PT Panca Surya Agrindo sebelah utara dan barat,
sebelah timur berbatasan dengan kebun plasma PIR-TRANS, dan sebelah selatan
berbatasan dengan kebun masyarakat, Plasma KKPA.

Keadaan Topografi, Tanah, dan Iklim
Berdasarkan data yang diperoleh dari arsip Badan Research First Resources,
PT PISP I merupakan dataran aluvial dengan kemiringan lahan 1-3%. Jenis tanah
yang dijumpai di kebun ini diklasifikasikan menjadi dua sub grup, yaitu Humic
Dystrudepts dan Typic Dystrudepts. Jenis tanah didominasi oleh tanah mineral
(aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kation–kation basa seperti Ca, Mg, K
dan Na. Kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) tanah umumnya
sangat rendah sampai rendah.

8
Kondisi lahan Kebun Sei Air Hitam (SAH) tergolong kesesuaian lahan kelas
S2 dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu dan beberapa
titik lahan yang rawan banjir. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, kebun SAH
cukup sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan
upaya-upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah sehingga dapat
memberikan dampak positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit.
Iklim di PT PISP I adalah tipe iklim A menurut Schmidth-Ferguson di mana
iklim bersifat sangat basah dengan curah hujan rata-rata 2 711 mm/tahun (rata-rata
enam tahun terakhir). Curah hujan rata-rata tahunan selama enam tahun terakhir
(2005-2010) yaitu merata sepanjang tahun dengan rata-rata hari hujan per tahun
124 hari dan rata-rata curah hujan adalah 229 mm/bulan atau 2 299.57 mm/tahun
disajikan pada Lampiran 4.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
PT Perdana IntiSawit Perkasa I dibagi menjadi 3 areal, yaitu Kebun Inti
dengan luas 2 467 ha dengan luas areal tanaman 2 379.16 ha, kebun plasma PIR
seluas 8 694.27 ha, dan kebun plasma integrasi KKPA seluas 1 758.73 ha. Kebun
inti terbagi menjadi 3 areal, yaitu Divisi 1 dengan luas 749.96 ha (25 blok), Divisi
2 dengan luas 770.86 ha (26 blok), dan Divisi 3 dengan luas 858.34 ha (28 blok).
Pembukaan lahan dimulai dari tahun 1993 kemudian tahun tanam 1994,
1995, 1998, 2002 dan 2004, serta tanaman sisipan dengan tahun tanam 2008 dan
2010. PT PISP I memiliki pabrik pengolahan CPO (Crude Palm Oil) seluas 23.80
ha dengan kapasitas olah 60 ton/jam, pabrik ini berdekatan dengan Sungai Air
Hitam yang berjarak sekitar 200 meter di sebelah utara lokasi pabrik.
Kebun plasma yang berada di sebelah timur kebun inti memiliki luas
8 694.27 ha yang terdiri dari 5 satuan pemukiman (SP). Di mana masing-masing
SP mempunyai luas areal sebagai berikut: PIR-Trans SP I sebanyak 535 KK
seluas 1 066.1 ha; PIR-Trans SP II sebanyak 506 KK seluas 1 012.54 ha; PIRTrans SP III sebanyak 500 KK seluas 1 000 ha; PIR-Trans SP IV sebanyak 500
KK seluas 1 000 ha; dan PIR-Trans SP V sebanyak 380 KK seluas 760 ha. Kebun
plasma integrasi SKPD desa Suka Maju Kecamatan Tambusai sebanyak 470 KK
dengan luas 940 ha. Kebun plasma integrasi dan kebun KKPA Muara Nikum
seluas 818.73 ha.

Kondisi Tanaman
Varietas yang ditanam di Kebun SAH adalah varietas Tenera yang
merupakan hibrida F1 dari persilangan Dura dengan Pisifera (D x P). Jarak tanam
yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga populasi tiap hektar
adalah 136 tanaman. Komposisi areal tahun tanam per divisi disajikan pada Tabel
1 berikut ini.

9
Tabel 1 Komposisi areal tahun tanam per divisi
Tahun Tanam
Divisi
1
2

3
Total

1993
1994
1995
1998
1999
2000
2002
2004
Jumlah
........................................................................ha....................................................................
393.96
356
749.96
0
0
0
0
0
0
143.21
770.86
0 54.51
0 542.38 30.76
0
0
736.21
22.29
858.34
0
0
0
0 22.49 77.35
393.96
54.51 1235.42
22.29 542.38
30.76
22.49
77.35
2 379.16
Sumber: Kantor Divisi 1, 2, dan 3 PT PISP I

Struktur Organisasi
Sistem organisasi yang dilakukan di Kebun SAH adalah sistem organisasi
yang vertikal, di mana perintah dari atasan disampaikan kepada bawahan secara
bertahap yang akhirnya sampai kepada pekerja, sedangkan pertanggungjawaban
juga dilaksanakan oleh pimpinan terendah kepada atasan. Pimpinan tertinggi di
Kebun SAH adalah General Manajer (GM) yang diangkat berdasarkan keputusan
Direksi First Resources. Seorang GM dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh
seorang Humas Regional, seorang Kepala Personalia, seorang Kepala Tata Usaha
(KTU), seorang Kepala Keamanan, dan seorang Asisten Kebun Inti serta seorang
Asisten Kebun Plasma.
General manajer bertanggung jawab langsung kepada direksi. Tugasnya
adalah melaksanakan kegiatan direksi di unit usahanya dan dapat mengajukan,
menyampaikan, memberi masukan, pendapat maupun saran kepada direksi, baik
diminta maupun tidak diminta mengenai usaha peningkatan, perbaikan, atau
penyempurnaan pengelolaan perusahaan.
Asisten Kebun adalah seseorang yang bertanggung jawab dan memimpin di
kebunnya. Tugas dan tanggung jawab asisten kebun meliputi beberapa fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan
pengendalian dalam mengelola kebun yang terdiri dari 3 divisi ini. Asisten kebun
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang asisten divisi yang masingmasing memiliki mandor panen dan mandor pemeliharaan yang bertugas
mengoordinasikan pekerjaan teknis di lapangan, serta seorang kerani divisi untuk
pekerjaan administrasi.
Asisten Divisi adalah seseorang yang bertanggung jawab dan memimpin di
divisinya. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi meliputi beberapa fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, dan
pengendalian dalam mengelola kebun di tingkat divisi, baik teknis maupun
administrasi. Asisten divisi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh mandor
panen dan mandor pemeliharaan yang bertugas mengoordinasikan pekerjaan
teknis di lapangan, serta seorang kerani divisi untuk pekerjaan administrasi.
Struktur organisasi tingkat divisi di Kebun SAH disajikan pada Gambar 1.

10
Asisten Divisi

Kerani Divisi

Mandor Panen

Pemanen

Mandor
Pemeliharaan
Petugas
Pemeliharaan

Kerani Produksi
-

Supir
Pemuat

Gambar 1 Struktur organisasi tingkat Divisi Kebun SAH
Kerani produksi bertugas membantu mandor panen dalam mencatat
jumlah tandan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemanen dari tiap mandoran
dan juga melakukan grading di lapangan supaya buah yang diangkut ke pabrik
benar-benar buah yang matang tidak ada buah mentah. Seorang kerani produksi
dalam melaksanakan tugasnya, dibantu oleh seorang supir dan 2 orang pemuat.

Ketenagakerjaan
Sistem ketenagakerjaan sesuai dengan kantor direksi, maka status
kepegawaian di Kebun SAH dibagi atas Pegawai Bulanan Tetap (PBT) yang
terbagi atas pegawai staf dan non staf, Karyawan Harian Tetap (KHT) dan
Karyawan Harian Lepas. Berdasarkan data tenaga kerja bulan Maret 2012 jumlah
karyawan Kebun SAH adalah 272 orang untuk kebun kelapa sawit dan 123 orang
untuk Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Data tenaga kerja kebun kelapa sawit disajikan
pada Tabel 2 dan data tenaga kerja PKS disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 Data tenaga kerja Kebun Pertanaman Kelapa Sawit Kebun SAH
PBT
KHT
KHL
Total
Uraian
Staf
Non Staf
L P L
P L
P L
P L
P
General Manajer
1
1
Tata Usaha
1
6
1 1
1 2
9
3
Personalia Umum
1
2
8 3
9
5
Keamanan
1
23
1
25
Teknik Traksi
1
5
11
17
Land Application
1
4
3
8
Rayon A
1
1
2
Divisi 1
1
6
48
2
57

11

Tabel 1 Lanjutan
Uraian
Divisi 2
Divisi 3
Rayon B
SP 1, 2, 3
SP 4, 5
DK 4
KKPA Muara Nikum 1
KKPA Muara Nikum 2
Integrasi Selatan
Total per status
Total Pekerja per Maret 2012

Staf
L P
1
1
1
1
1
1
1
1
1
17 0
17

PBT
Non Staf
L
P
6
6

KHT

KHL

L P
49
55

L

1
1
1
1
59
2 178 4
61
182

Total

P

L
P
56
62
1
1
2
3
1
1
1
4
4
7
10 2 264
8
12
272

Tabel 3 Data tenaga kerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun SAH
PBT
KHT
KHL
Uraian
Staf
Non Staf
L P
L
P L P L P
Mill Manajer
1
Asisten PKS
1
TU/Kepala Timbangan
1
3 1
3 1
Laboratorium
2
2
7 1
Sortasi
1
1
11 1
Maintenance
2
6
15
Mill Compond
6
Proses Shift 1 dan 2
4
11
42
Total per status
12 0
23 1 84 3
0 0
Total Pekerja per Maret 2012
12
24
87
0

Total
L
1
1
7
11
13
23
6
57
119
123

P

2
1
1

4

PT Perdana IntiSawit Perkasa I juga menyediakan fasilitas sosial dan
pendidikan berupa sarana pendidikan (1 TK), sarana ibadah (2 masjid, 3 musholla,
1 gereja), sarana kesehatan (1 Poliklinik) dan sarana olahraga (1 lapangan futsal, 1
lapangan sepak bola, dan 1 lapangan bola voli).

Produksi
Panen dan produksi merupakan hasil dari aktifitas kerja di bidang
pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan
tercermin pada hasil panen dan produksi. Data produksi harian, bulanan, dan
tahunan dipantau secara kontinyu dan intensif untuk mengetahui persentase
realisasi (pencapaian target) produksi bulanan dan tahunan yang ditargetkan. Data

12
realisasi total produksi TBS Kebun SAH mulai tahun 2007 sampai dengan tahun
2010 disajikan pada Lampiran 5.

PELAKSANAAN MAGANG
Pelaksanaan Teknis Lapangan
Pengelolaan tanaman kelapa sawit yang ada di Kebun SAH adalah
pengelolaan tanaman menghasilkan yang dibedakan menjadi dua yaitu
pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Pemeliharaan tanaman terdiri atas
pemeliharaan yang berhubungan langsung dan tidak langsung dengan tanaman.
Pemeliharaan yang langsung berhubungan dengan tanaman meliputi pemupukan,
tunas pokok, pengendalian hama dan penyakit, serta pengendalian gulma.
Pemeliharaan yang tidak berhubungan langsung dengan tanaman yaitu
pemeliharaan sarana pendukung yang meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air.
Pelaksanaan magang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu orientasi lapangan,
pelaksanaan teknis lapangan, dan pelaksanaan manajemen kebun. Kegiatan lain
yang dilakukan adalah diskusi dengan staf dan karyawan serta mempelajari
administrasi kebun.
Kegiatan orientasi lapangan dilaksanakan dengan menghadap manajemen
kebun dan staf-stafnya.Tujuan orientasi adalah untuk menyosialisasikan kegiatan
magang. Pelaksanaan magang sebagai karyawan dilakukan dengan mengikuti
aktivitas fisik pemeliharaan tanaman menghasilkan seperti pemupukan, tunas
pokok, pengendalian hama, panen, dan pemeliharaan jalan.
Kegiatan pengendalian gulma sebagai aspek yang ditekankan dalam
pelaksanaan teknis magang tidak dimasukkan ke dalam pelaksanaan teknis
lapangan. Aspek ini dibahas khusus dalam Bab Hasil Pengamatan dan
Pembahasan. Waktu efektif kerja selama 7 jam per hari kecuali hari Jumat selama
5 jam.

Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit
Pemupukan merupakan kegiatan pemberian pupuk pada tanaman ataupun
pada tanah dan substratnya. Pupuk yang digunakan pada pertanian modern
bertujuan untuk mengoreksi tingkat kekurangan hara tanaman agar diperoleh
nutrisi tanaman pada tingkat yang cukup, membantu tanaman dalam kondisi stres,
mengelola tingkat kesuburan tanah yang optimum, meningkatkan produksi
ataupun memperbaiki kualitas tanaman dan mendorong pertumbuhan tanaman.
Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) bertujuan untuk menyediakan
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif sehingga
diperoleh hasil yang optimal (Setyamidjaja 2010). Kegiatan pemupukan
merupakan komponen biaya terbesar dari pemeliharaan tanaman sekitar 40-60%.
Pupuk merupakan akhir dari kegiatan pemeliharaan yang hasilnya dapat dilihat
enam bulan kemudian, karena itu pemupukan merupakan aspek penting dalam
usaha memperoleh hasil yang tinggi.

13
Jumlah pupuk yang akan diberikan dan frekuensi pemberian pupuk pada
TM didasarkan pada hasil analisa daun, produktivitas dan kesuburan tanahnya.
Rekomendasi pemupukan kelapa sawit yang diberikan oleh badan research
perkebunan untuk pemupukan di Kebun SAH disajikan pada Tabel 4.

No
1
2
3
4
5

Tabel 4 Rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit di Kebun SAH
Dosis Aplikasi (kg/pokok)
Jenis Pupuk
Aplikasi I
Aplikasi II
Kieseriete
0.89
0.65
Kalium
1
0.76
Nitrogen
3.17
Phosphore
0.59
Borate
0.00078
-

Administrasi Pupuk
Pelaksanaan pemupukan dilaksanakan dengan sistem borong berdasarkan
kesepakatan antara pemborong dan perkebunan dengan alur administrasi sebagai
berikut: PB Divisi, Persetujuan GM, Gudang, Penguntilan, Aplikasi lapangan,
Laporan Manajemen aplikasi.
Upah harian yang diperoleh karyawan berdasarkan tonase pupuk yang
telah dikerjakan dengan perincian penguntil Rp 20/kg dan bongkar muat Rp 6/kg.
Upah untuk pemupukan dengan cara infus akar telah ditetapkan berdasarkan dosis
aplikasi, yaitu Rp 700,00/pokok untuk defisiensi ringan, Rp 800,00/pokok untuk
defisiensi sedang, dan Rp 900,00/pokok untuk defisiensi berat.
Upah untuk tenaga kerja langsir tandan kosong adalah tenaga kerja dengan
sistem borongan yang diketuai oleh ketua rombongan dengan pekerja laki-laki.
Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi tandan kosong adalah 13 titik/HK
atau 3 ton/HK. Pengupahan aplikasi tandan kosong adalah Rp 7 000,00/titik
aplikasi.

Pelaksanaan Pemupukan
Pemupukan dilaksanakan berdasarkan rekomendasi pemupukan badan
research First Resources Group. Rekomendasi ditetapkan berdasarkan analisis
kandungan unsur hara tanah dan kandungan unsur hara daun (analisa daun).
Kegiatan pelaksanaan pemupukan menyangkut: jenis dan spesifikasi pupuk, dosis
dan keperluan pupuk, cara pemberian, waktu dan frekuensi, kebutuhan tenaga
kerja, alat angkut dan sistem pengawasan.
Jenis dan spesifikasi pupuk. Jenis pupuk yang digunakan di Kebun SAH
ada dua jenis yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik dengan
menggunakan limbah padat berupa tandan kosong dan limbah cair berupa Land
Application (LA), sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah jenis pupuk
tunggal seperti Urea, RPH (Rock Posphate), MOP (Muriate of Potash), Kieseriete,
dan FeSO4.
Pupuk Urea yang mengandung unsur N berperan dalam proses fisiologi
tanaman dan pembentuk utama protoplasma sel, protein, asam amino, amida, dan
alkaloid, meningkatkan aktifitas metabolisme dan pertumbuhan tanaman yang

14
berpengaruh terhadap produksi tandan. Pupuk MOP yang mengandung unsur K
berperan dalam proses fotosintesis, transpirasi unsur, katalisator proses biokimia,
regulator dalam proses pembentukan. Pupuk RPH yang mengandung unsur P
berperan sebagai komponen utama asam nukleat dalam pembentukan dan
perkembangan akar, respirasi, kematangan buah, pertumbuhan dan produksi
tandan.
Pupuk Kieseriete yang mengandung unsur Mg berperan dalam proses
pembentukan klorofil, pembentuk ikatan phospolipid dalam minyak. Pupuk
FeSO4 yang mengandung unsur Fe berperan sebagai komponen pembentuk
beberapa enzim tanaman, terlibat dalam proses pertumbuhan meristem atau titik
tumbuh pada ujung akar, dan sebagai aktivator dalam proses biokimia dalam
tanaman, seperti fotosintesis & respirasi. Jenis dan spesifikasi pupuk yang
dianjurkan dalam rekomendasi pemupukan Kebun SAH Divisi 3 dicantumkan
dalam Tabel 5.
Tabel 5 Jenis dan spesifikasi pupuk yang dianjurkan dalam rekomendasi
pemupukan Kebun SAH Divisi 3
No.
Jenis Pupuk
Spesifikasi Pupuk
1.
Urea
Kandungan N 46.48%
Kieseriete
Kandungan MgO 26.01%
2.
Dolomit
Kandungan MgO 20.04%
MOP/Rusia
Kandungan K2O 60.55%
3.
MOP/Kanada
Kandungan K2O 60.40%
Tandan kosong yang merupakan produk dari pabrik kelapa sawit (PKS)
setelah TBS diproses di sterilizer dan stripper kaya akan kandungan materi
organik dan nutrisi bagi tanaman. Aplikasi tandan kosong dapat meningkatkan
proses dekomposisi sehingga kandungan fisik, biologi, dan kimia pada tanah
meningkat. Tandan kosong juga dapat meningkatkan peremajaan tanah yang
penting untuk jangka waktu lama dalam rangka mempertahankan produksi TBS
(Tandan Buah Segar) agar tetap tinggi (Pahan 2010).
Tabel 6 Kandungan unsur hara dalam 30 ton/ha tandan kosong
Kandungan
Unsur Hara
Unsur
Kg
Nitrogen
N
300
Phosphore
P2O5
30
Kalium
K2O
360
Magnesium
MgO
30
Kalsium
Ca
35
Sumber : First Resources Research Centre (April 2012)

POME (Palm Oil Mill Effluent) adalah limbah cair dari hasil pengolahan
PKS yang berasal dari proses sterilizer dan proses pemurnian minyak (clarifier).
POME diaplikasikan pada blok – blok yang sudah ditentukan dan ditampung di
kolam effluent treatment. Aplikasi POME sering disebut dengan Land Application
(LA). Limbah cair mengandung banyak bahan organik yang dibutuhkan oleh

15
tanaman. Persentase kandungan unsur hara limbah cair tiap 75 ton/ha dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Kandungan unsur hara dalam 75 ton/ha limbah cair
Kandungan
Unsur Hara
Unsur
%
Nitrogen
N
0.16
Phosphore
P2O5
0.08
Kalium
K2O
0.52
Magnesium
MgO
0.16
Sumber : First Resources Research Centre (April 2012)

Cara Pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Urea, RPH, MOP, Kieseriete disebar secara merata pada daerah piringan
dengan lebar piringan 2 m dari pangkal batang ke arah luar piringan.
2) FeSO4 diinjeksikan ke dalam pokok sawit dengan cara membungkus akar
primer dengan plastik bening berisi campuran pupuk. Hal pertama yang
harus dilakukan oleh pekerja sebelum melakukan penginfusan adalah
mengamati pokok yang mengalami defisiensi Fe yang dapat dilihat dari
pucuk muda yang berwarna kuning, semakin kuning pucuk maka semakin
parah tingkat defisiensinya. Setelah menginfus pokok yang mengalami
defisiensi pekerja wajib menandakan pokok tersebut dengan cara
menuliskan bahan infus, tanggal aplikasi serta tingkat keparahan pada
batang pokok.

Gambar 2 Alat dan bahan serta cara pengaplikasian infus akar
3) Tandan kosong diaplikasikan secara manual dengan cara dilangsir ke blokblok yang akan diaplikasikan dengan menggunakan truk, satu trip
pengangkutan membawa ±6–7 ton tandan kosong. Aplikasi tandan kosong
dilakukan setiap satu tahun sekali, dosis aplikasi tandan kosong per pokok
adalah 230 kg/pokok atau setara dengan 30 ton/ha/tahun. Pertama kali
pekerja harus melangsir tandan kosong ke pokok yang akan dipupuk
dengan menggunakan angkong. Setiap pokok mendapat 200-250 kg
tandan kosong.

16
Tandan kosong disusun di gawangan mati dalam baris dengan
menggunakan gancu, tandan kosong disusun berbentuk persegi dengan
ukuran 2 m x 2 m dan disusun sebanyak satu lapis untuk menghindari
perkembangbiakan hama Oryctes rhynocheros yang menyukai tempat
lembab. Selain diaplikasikan pada pokok kelapa sawit, tandan kosong juga
diaplikasikan pada beneficial plant (Turnera subulata).
4) POME diaplikasikan ke lapangan dengan dosis 75 ton/ha/tahun. Limbah
cair diaplikasikan dalam enam blok, yaitu blok D23, D24, D25, C25, C24,
dan C23. Blok D masing-masing memiliki 63 longbed sementara blok C
memiliki 54 longbed. Pelaksanaan aplikasi limbah dikoordinasikan dengan
baik antara pihak kebun dan PKS. POME yang diaplikasikan disarankan
mempunyai kandungan BOD 2 000 – 3 500 ppm, pihak laboratorium
melakukan pengukuran parameter limbah, seperti BOD, COD, dan pH
secara rutin di kolam pendingin, serta memantau kondisi sumur pantau
yang berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air
tanah.
Limbah POME di areal pertanaman ditampung dalam flat bed yang
dialirkan dari kolam limbah dengan menggunakan pipa PVC atau baja
dengan ukuran 8 inchi untuk pipa induk, 4 inchi untuk pipa primer, dan 2
inchi untuk pipa sekunder. Terdapat 28 flat bed/ha yang berukuran 20 m x
2 m x 0.8 m dengan volume 896 m3/ flat bed. Dosis aplikasi untuk flat bed
sebesar 780 m3 effluent/hari, dengan rotasi pengisian flat bed 2 kali dalam
setahun.
Waktu dan Frekuensi Pemupukan. Frekuensi pemupukan dilakukan dua
kali setahun untuk jenis pupuk Urea, MOP, dan Kieseriete, sementara Borate dan
RPH hanya satu kali aplikasi dalam setahun. Waktu pemupukan dilaksanakan dari
pukul 08.00 – 15.00 WIB atau 7 jam kerja efektif.
Kapasitas Tenaga Kerja. Norma pemupukan 1 blok/HK untuk jenis
pupuk Urea, MOP, RPH, Kieseriete, dan Borate. Hasil pengamatan lapangan
menunjukkan prestasi tenaga kerja borongan di atas norma, karena pada sistem
borong para pekerja mengejar prestasi kerja untuk mendapatkan pendapatan yang
lebih tinggi.
Distribusi pupuk. Distribusi pupuk tunggal dari gudang sentral ke gudang
kebun dilakukan berdasarkan kebutuhan pupuk yang tertuang di dalam RUP
pemupukan dan diperinci ke dalam berita acara pemupukan harian, berita acara
pemupukan mingguan, dan berita acara pemupukan bulanan. Hasil pengamatan
lapangan menunjukkan adanya keterlambatan penyaluran pupuk yang
mengakibatkan ketersediaan dan aplikasi pupuk tidak sesuai dengan rekomendasi.
Penggunaan pupuk yang ada di dalam gudang tidak sesuai dengan urutan
pemberian pupuk, yaitu RPH, MOP, Urea, Kieseriete, dan Borate.
Angkutan yang digunakan adalah mobil truk, untuk mendistribusikan
pupuk ke lapangan dengan jumlah pupuk sesuai kebutuhan hari itu dan hanya
dibawa dalam satu kali perjalanan, tidak beberapa kali langsir. Setiap angkutan
pupuk dilengkapi dengan petugas bongkar muat sekaligus ecer yang bertugas
untuk mengangkut dan mengecer pupuk ke blok yang akan diaplikasikan pupuk.
Pengeceran pupuk dilakukan dengan menempatkan beberapa until pupuk dari
ujung blok mengarah ke jalan sesuai dengan jumlah pokok dan dosis rekomendasi.

17
Pengeceran pupuk yang kurang teliti mengakibatkan kerusakan karung pupuk dan
kehilangan pupuk. Pupuk yang telah diecer dipindahkan ke dekat piringan dan
tidak diperbolehkan membuka untilan di saluran air.

Gambar 3 Kalibrasi penguntilan, pengeceran pupuk, dan penaburan pupuk
Sistem Pengawasan. Pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk
mengontrol semua pekerjaan agar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengawasan adalah untuk memastikan
dosis pupuk, cara pemupukan sesuai dosis rekomendasi, dan tepat sasaran.
Pengawasan yang kurang teliti mengakibatkan pemupukan tidak efektif
seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah ini di mana pupuk urea ditemukan masih
menggumpal belum hancur seutuhnya di piringan sawit, pertumbuhan tanaman
yang kerdil, produksi yang rendah pada blok dengan tahun tanam yang sama
khususnya pada pohon yang jauh dari pasar pikul dan di dae