Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena
memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan investor para pemegang saham tetapi internal financial
perusahaan akan semakin kuat. Dividend payout ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan
dibagikan dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan uang mempunyai risiko tinggi cnderung untuk membayar dividend payout ratio
ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba
yang menurun adalah tinggi Jogiyanto 2003 : 280.
2.1.2.3 Kebijakan Pemberian Dividen
Kebiijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba tersebut dapat dibagikan
berupa dividen atau sebagai saldo laba untuk diinvestasikan kembali. Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend
yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut adalah:
a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu
walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dipertahankan untuk beberapa tahun dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya mantap dan stabil, maka dividen
juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya depertahankan selamaa beberapa perusahaan.
b. Kebijakan dividen dengan ratio yang kostan
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh
semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil dividen yang dbayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering
disebut Devidend Payout Ratio DPR yaitu persentase dividen per lembar saham terhadap pendapatan per lembar saham.
c. Kebijakan pemberian dividen regular yang rendah ditambah extra
Kebijakan ini merupakan kombinasi dua kebijakan diatas. Cara ini memberikan fleksibilitas kepada perusahaan, hanya saja investor masih
merasa tetap kurang pasti tentang jumlah yang akan diterimanya. Pada perusahaan yang pendapatannya sangat tidak pasti, cara ini yang mungkin
terbaik. Kebijakan ini menetapkan jumlah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Bagi investor ada kepastiaan akan menerima
jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk, kalau keadaan keuangan perusahaan baik
maka investor akan menerima investor dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen tambahan jika keadaan keuangan memburuk, maka yang
dibayarkan hanya dividen yang minimal saja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Dividen yang fleksibel Fleksible Dividend
Kebijakan ini menetapkan besarnya dividen yang dibayarkan perusahaan disesuaikan dengan posisi dfinansial dan kebijaksanaan financial dari
perusahaan yang bersangkutan.
2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen mempertimbangkan apakah penghasilan setelah pajak pada tahun berjalan sbaiknya diinvestasikan kembali atau dibagikan saja sebagai
dividen merupakan saldo laba. Saldo laba itu sendiri merupakan sumber pembiayaan internal yang relative murah. Ada sejumlah pertimbangan saat
perusahaan ingin membuat satu kebijakan dividen. Pertimbangan-pertimbangan tambahan ini harus berhubungan dengan konsep teori pembayaran dividend an
penilaiian perusahaan. Berikut ini faktor-faktor yang dianalisis perusahaan dalam memutuskan kebijakan dividen. Memuat Horne dan Wachhowicz terjemahan
Fitriasari dan Deny 2007 : 280 a. Peraturan-peraturan Hukum
Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan batasan-batasan hukum dimana kebijakan dividen dapat digunakan. Peraturan-
peraturan hukum ini berhubungan dengan penurunan modal, ketidak solvabilitasan dan laba ditahan yang tidak semestinya.
Secara khusus badan usaha Perseroaan Terbatas diatur dalam undang- undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT, yang secara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
efektif berlaku sejak tanggal 16 agustus 2007. Sebelum UUPT 2007, berlaku UUPT No. 1 tahun 1995 yang diberlakukan sejak 7 maret 1996 satu tahun setelah
diundangkan s.d 15 agustus 2007, UUPT tahun 1995 tersebut sebagai pengganti ketentuan-ketentuan Perseroan Terbatas yang diatur dalam KUHD Pasal 36
sampai dengan pasal 56 dan segala perubahannya. Dalam undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UUPT juga mengatur tentang dividen
antara lain : 1. Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan
dibagiakan kepada pemegang saham sebagai dividen, kecuali ditentukan lain dalam RUPS.
2. Dividen hanya boleh dibagikan apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.
3. Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan baerakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan.
4. Pembagian dividen interim dapat dilakukan apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal
ditempatkan dan disetor ditambah cadangan wajib. 5. Pembagian dividen interim tidak boleh mengganggu atau
menyebabkan Perseroan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada kreditor atau mengganggu kegiatan perseroan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Pembagian dividen interim ditetapkan berdasarkan keputusan Direksi setelah memperoleh persetujuan Dewan Kominsaris.
b. Kebutuhan pendanaan perusahaan Pada saat batasan-batasan hukum bagi kebijakan dividen perusahaan telah
ditetapkan. Langkah selanjutnya adalah penafsiran kebutuhan pendanaan perusahaan. Untuk itu perlu dipersiapkan anggaran kas, proyeksi laporan sumber
dan penggunaan dana, dan proyeksi laporan arus kas. Tujuan utamanya adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang mngkin tejadi tanpa adanya
perubahan kebijakan dividen. Disamping memperkirakan hasil yang mungkin diterima, perusahan juga harus mempertimbangkan resiko bisnis sehingga dapat
diperolah menjadi macam hasil arus kas yang mungkin terjadi. c. Likuditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam keputusan dividen. Karena dividen merupakan arus keluar kas, semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang berkembang dan menguntungkan mungkin tidak likuid
karena dana yang dimilikinya digunakan untuk keperluan aktiva tetap dan kerja permanen.
d. Kemampuan untuk meminjam Posisi likuid bukan merupakan satu-satunya cara untuk memberikan
perlindungan fleksibilitas keuangan terhadap ketidak pastian. Jika memiliki
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemampuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu singkat, perusahaan dapat dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan yang relative baik. Kemampuan
meminjam ini dapat berupa batas kredit atau perjanjian kredit beruntun dari bank, atau kemampuan tidak resmi kelembagaan keuangan untuk memerlukan kredit.
e. Batasan-batasan dalam perjanjian hutang Penjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman
seringkali berisikan batasan-batasan pembayaran dividen. Batasan ini digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang. Biasanya batasan ini dinyatakan sebagai persentase maksimum laba ditahan komulatif perusahaan. Jika batasan harus diterapkan, maka akan
mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan. f. Pengendalian
Jika perusahaan membayar dividen dalam jumlah besar, perusahaan kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk mendanai peluang
investasi yang memungkinkan. Dalam situasi tersebut kepentingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika pemegang saham yang memiliki tidak mau atau
tidak dapat memesan tambahan saham. Para pemegang saham ini lebih memilih pembayaran dividen yang rendah dan pendanaan kebutuhan investasi melalui laba
ditahan. Kebijakan dividen ini mungkin tidak memaksimalkan kekayaan keseluruhan pemegang saham, namun dividen tersebut dilakuan demi kepentingan
terbaik pihak yang memiliki kendali.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu