Analisis Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Deviden Kas pada Peresahaan Konsumsi yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN LABA AKUNTANSI DAN LABA TUNAI DENGAN DEVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN KONSUMSI YANG GO PUBLIC DI BURSA

EFEK INDONESIA

Oleh :

NAMA : FITRI ANITA BR SITEPU NIM : 060503008

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul, “ Analisis Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Deviden Kas pada Peresahaan Konsumsi yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia ” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Mei 2010

Yang Membuat Pernyataan

Fitri Anita Br Sitepu NIM. 060503008


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim, segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat melalui hari demi hari dengan penuh semangat dalam menulis skripsi ini. Dan ini merupakan suatu usaha untuk membantu penulis dalam mencapai tujuan pendidikan. Karena anugerah-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Deviden Kas pada Perusahaan Konsumsi yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, semoga kesabaran beliau dapat menjadi contoh teladan dalam perjalanan hidup kita di dunia maupun di akhirat kelak.

Skripsi ini ditulis dalam upaya melengkapi syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata-1 fakultas ekonomi, jurusan akuntansi, dan lebih dari itu sesungguhnya penelitian ini merupakan rangkuman dari proses pembelajaran yang telah ditempuh selama masa perkuliahan. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini dapat memberi sumbangsih bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan para pembaca.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan banyak bantuan selama proses penyusunan skripsi, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, SE, MM, Ak. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, MM, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak. dan Bapak Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku dosen penguji dan pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ayahanda Rikson Sitepu dan Ibunda tersayang Rina Br Sembiring yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya untuk penulis sehingga penulis mampu melewati segala suka dan duka dalam masa perkuliahan serta proses penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmuah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2010 Penulis

Fitri Anita Br Sitepu NIM. 060503008


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas dari perusahaan Konsumsi yang Go public di Bursa Efek Indonesia. Pengujian ini memakai korelasi, yang menentukan apakah terdapat hubungan atau korelasi antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba akuntansi, laba tunai, dan deviden kas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni laporan keuangan yang dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory. Dalam penelitian ini digunakan analisis statistic sebagai metode penganalisisan data, model Spearman Rank koefisien korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan korelasi pada penelitian ini.

Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa ada hubungan positif, signifikan, dan kuat antara laba akuntansi dan laba tunai dengan devidden kas. Hasil penelitian ini menyatakan ada hubungan positif antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas tetapi tidak signifikan.


(6)

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between accounting earnings and cash earnings with cash dividends from companies that go public consumption in Indonesia Stock Exchange. This test uses the correlation, which determines whether there is any relationship or correlation between accounting earnings and cash earnings in cash dividends

Variables used in this research is accounting earnings, cash earnings, and cash dividends. Source of data used in this research is secondary data, the published financial statements. Data were obtained from the Indonesian Capital Market Directory. This study used statistical analysis as a method of analyzing the data, Spearman's rank correlation coefficient model used to analyze the correlation in this study.

Results of previous research stating that there is a positive relationship, significant, and the strong link between accounting earnings and cash earnings with cash deviddens. The results suggest there is a positive relationship between accounting earnings and cash earnings in cash dividends but not significant.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Batasan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7


(8)

A. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan ... 10

B. Tujuan Laporan Keuangan ... 14

C. Pengguna dan Pemakai Informasi Laporan Keuangan ... 16

D. Konsep Laba ... 17

E. Laba Akuntansi... 19

F. Laba Tunai... 22

G. Deviden Kas... 24

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

I. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 31

B. Populasi dam Sampel ... 31

C. Jenis Data ... 32

D. Metode Pengumpulan Data ... 33

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 34

F. Metode Analisis Data ... 34

G. Jadwal Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 38


(9)

1. Data Akuntansi ... 39

2. Data Laba Tunai ... 41

3. Data Deviden Kas ... 43

3. Data Peringkat Laba Akuntansi, Laba Tunai, dan Deviden Kas ... 44

B. Analisis Hasil Penelitian ... 45

C. Analisis Hasil Statistik ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

Daftar Pustaka ... 57


(10)

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Judul

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

Halaman Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 37

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 38

Tabel 4.2 Data Laba Akuntansi ... 39

Tabel 4.3 Data Laba Tunai ... 41

Tabel 4.4 Data Deviden Kas ... 43

Tabel 4.1.1 Crelation Tahun 2006 ... 48

Tabel 4.12 Corelation Tahun 2007 ... 49


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Judul

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual... 28 Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran i Tabel Sampel dan Populasi ... 58 Halaman

Lampuran ii Data Penelitian Tahun 2006, 2007,dan 2008 ... 60


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas dari perusahaan Konsumsi yang Go public di Bursa Efek Indonesia. Pengujian ini memakai korelasi, yang menentukan apakah terdapat hubungan atau korelasi antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba akuntansi, laba tunai, dan deviden kas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni laporan keuangan yang dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory. Dalam penelitian ini digunakan analisis statistic sebagai metode penganalisisan data, model Spearman Rank koefisien korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan korelasi pada penelitian ini.

Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa ada hubungan positif, signifikan, dan kuat antara laba akuntansi dan laba tunai dengan devidden kas. Hasil penelitian ini menyatakan ada hubungan positif antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas tetapi tidak signifikan.


(14)

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between accounting earnings and cash earnings with cash dividends from companies that go public consumption in Indonesia Stock Exchange. This test uses the correlation, which determines whether there is any relationship or correlation between accounting earnings and cash earnings in cash dividends

Variables used in this research is accounting earnings, cash earnings, and cash dividends. Source of data used in this research is secondary data, the published financial statements. Data were obtained from the Indonesian Capital Market Directory. This study used statistical analysis as a method of analyzing the data, Spearman's rank correlation coefficient model used to analyze the correlation in this study.

Results of previous research stating that there is a positive relationship, significant, and the strong link between accounting earnings and cash earnings with cash deviddens. The results suggest there is a positive relationship between accounting earnings and cash earnings in cash dividends but not significant.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada umunya setiap perusahaan, baik perusahaan industri, dagang, maupun jasa dengan motif profit, mempunyai tujuan utama untuk memperoleh laba seoptimal mungkin dengan memberikan pengorbanan seminimal mungkin. Perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuannya yaitu memperoleh keuntungan (Profit) menjaga kelangsungan hidup (going concern) dan pertumbuhan (grouwth). Laba yang diperoleh mencerminkan tingkat prestasi suatu perusahaan dan untuk mengukur tingkat keuntungan tersebut dapat dibaca dalam laporan perhitungan laba rugi yang merupaka bagian laporan keuangan. Daftar laba rugi merupakan sumber informasi yang penting bagi pihak- pihak yang berkepentingan, baik pihak internal misal manajemen maupun pihak eksternal misal investor, pemerintah, kreditor, dan lai sebagainya. Perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam menjalankan usahanya membutuhkan dana yang cukup besar. Oleh sebab itu perusahaan senantiasa dihadapkan pada permasalahan mengenai bagaimana memperoleh, menggunakan, mengembalikan dana yang diperoleh tersebut dengan suatu tingkat pengembalian yang dapat memuaskan pihak pemberi dana.

Kebutuhan dana pada dasarnya dapat diperoleh melalui beberapa alternatif pendanaan. Misalnya alternatif pendanaan adalah melalui penerbitan dan penjualan saham di pasar modal atau bursa efek. Dengan menjual saham di pasar modal perusahaan akan memperoleh dana untuk dapat menjalankan dan mengembangkan uasahanya.

Dipihak lain, Investor mengivestasikan dananya dengan cara membeli saham yang diterbitkan dan dijual di pasar modal. Investor yang melakukan investasi melalui pembelian


(16)

saham bermaksud untuk mendapatkan keuntungan melalui deviden yang di bagikan oleh perusahaan yang menerbitkan saham disamping capital gain dari saham yang dimiliki investor.

Investor saham dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu buy and hold & buy and

sell. Kelompok yang dikatakan sebagai buy and hold adalah pihak yang membeli saham

untuk disimpan atau dimiliki dalam jangka waktu panjang. Pendapatan yang diharapkan kelompok investor ini terutama deviden yaitu hasil yang diperoleh dari setiap lembar saham yang dimiliki. Kelompok kedua yaitu kelompok buy and sell yang termasuk kelompok ini adalah investor yang pendapatannya mengharapkan capital gain.

Dalam menjalankan usahanya tentu saja perusahaan ingin mencapai tujuan. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Menurut Margaretha (2005:1), tujuan perusahaan ialah memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan bagi para pemegang saham/pemilik. Dalam era globalisasi saat ini dunia usaha dihadapkan pada situasi dan kondiai persaingan yang sangat ketat yang menuntut perusahaan untuk menjalankan usahanya dengan lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut manajemen perusahaan harus dapat mengkoordinir secara rasional sumber-sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

Setiap pemilik perusahaan menginginkan kesinambungan hidup perusahaan. Untuk tercapainya kesinambungan hidup (going concern) tersebut, haruslah berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja tersebut dapat dilihat melalui laba yang sering digunakan sebagai ukuran kinerja, yang disajikan dalam laporan laba rugi. Informasi laba merupakan di dalam laba rugi perusahaan yang bertujuan untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Laba yang diperoleh perusahaan akan ditahan sebagai retained earning sedangkan sisanya akan


(17)

dibagikan sebagai deviden. Deviden ada beberapa bentuk, umumnya yang biasa pdibagikan berbentuk deviden saham (stock dividend) dan deviden kas (cash dividend). Jumlah deviden yang dibayarkan kepada investor tergantung kebijakan deviden masing-masing perusahaan. Deviden kas umumnya lebih sering dibagikan pada pemegang saham, biasanya dalam sekali setahunbahkan lebih dari satu kali setahun. Kebijakan manajemen membagikan deviden dalam bentuk kas biasanya ditentukan dalam rapat pemegang saham, yang merupakan keputusan perusahaan tertinggi pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Untuk memutuskan kebijakan pembagian deviden tersebuut ada beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan. Faktor yang menjadi perhatian manajemen adalah besarnya laba yang dihasilkan perusahaan, namun kebanyakan perusahaan juga sering mempertimbangkan laba tunai yang pada darasnya merupakan laba akuntansi setelah disesuakan non kas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi, penjualan kredit, beban gaji, beban pajak, dan beban bunga yang belu dibayar, serta pembelian kredit.

Besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan kepada investor tergantung kebijakan perusahaan. Bagi investor sudah tentu mengharapkan jumlah deviden yang besar tetapi perusahaan mempunyai pertimbangan yang logis karena perusahaan harus memikirkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan dalam operasi normalnya terkadang laba yang besar dalam kegiatan bisnisnya dalam setahun tetapi laba tersebut tidak mencerminkan jumlah kas atau likuiditas perusahaan yang sebenarnya. Karena pada saat itu seluruh pendapatan maupun penjualan tidak selamanya diterima bebrapa bulan kedepan, namun meskipun demikian perusahaan mengakui sebagai pendapatan dan melaporkan kedalam laba rugi sesuai dengan (SAK) dalam hal pengakuan pendapatan untuk tujuan akuntansi meskipun tidak menerima jumlah kas seluruhnya. Dengan demikian kondisi tersebut dapat mempengaruhi perusahaan dalam hal pembagian deviden kepada pemegang saham.


(18)

Sejumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia membagikan deviden kepada pemegang saham dengan jumlah deviden yang berbeda-beda, tergantung laba yang diperoleh dan kecukupan dana untuk membagikan deviden, hal ini akan menjadi pertimbangan bagi investor yang ingin memiliki sejumlah saham yang nantinya investor mengharapkan sejumlah deviden maupu gain. Beberapa perusahaan memiliki jumlah laba yang besar tetapi deviden yang dibagikan tidak sebanding dengan laba yang diperoleh. Secara umum disebabkan oleh jumlah kas yang terbatas maupun likuiditas perusahaan.

Perusahaan harus menganalisis faktor yang mempengaruhi alokasi laba untuk deviden atau untuk laba ditahan (retained earnings). Ada dua faktor utama yang harus dipertimbangkan yaitu ketersediaan kas karena walaupun perusahaan memperoleh laba namun jika uang kas tidak mancukupi maka ada kemungkinan perusahaan untuk menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali bukan dibagikan kedalam bentuk deviden. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah deviden yang akan dibayarrkan menjadi relatif kecil. Sementara dipihak pemegang saham tentu saja menginginkan jmlah deviden kas yang tinggi sebagai hasil dari modal yang mereka investasikan.

Tujuan pembagian dividen untuk memaksimumkan pemegang saham atau harga saham dan menunjukan likuiditas perusahaan. Dari sisi investor dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana dipasar modal. Investor lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Perilaku ini diakui oleh Gordon-Litner sebagai “The bird in the hand theory” bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Selain itu investor juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisasi yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya. Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang


(19)

sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba (Muqodim, 2005:114).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Barita 2006 dan Reagen 2007 menggunakan sampel dari perusahaan industri makanan dan minuman yang merupakan sub bidang dari industri konsumsi dasar dan perusahaan manufaktur. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dan laba tunai terhadap deviden kas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu tahun yang diamati yaitu tahun 2006, 2007, dan 2008 serta perusahaan yang dijadikan sampel yaitu perusahaan industri konsumsi dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Deviden Kas pada Perusahaan Konsumsi yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas dan hasil penelitian-penelitian terdahulu maka masalah dirumuskkan sebagai berikut:

1. apakah terdapat hubungan antara laba akuntansi dengan dividen kas? 2. apakah terdapat hubungan antara laba tunai dengan dividen kas?

C. Batasan Penelitian

Penelitian ini terbatas pada hal-hal dibawah ini:


(20)

2. laba tunai yang akan dianalisis adalah laba akuntansi setelah disesuaikan dengan transaksi-transaksi non kas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi, penjualan kredit, beban gaji, beban pajak, dan beban bunga yang belum dibayar,

3. perusahaan yang akan dianalisis terbatas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara laba akuntansi dengan deviden kas,

2. untuk mengetahui dan menganalisis hubungan laba tunai dengan deviden kas.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. investor maupun calon investor, sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menjual, atau menahan saham berdasarkan harapan atas jumlah deviden kas yang akan dibagikan dengan menggunalan informasi laba akuntansi dank as yang dilaporkan perusahaan,

2. bagi penulis, untuk menambah wawasan tentang perilaku pasar modal khusuanya mengenai kebijakan deviden,

3. emiten maupun calon emiten sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan membagi deviden agar dapat memperoleh dana sehingga dapat memaksimumkan laba.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan produk dari proses pelaporan keuangan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan. Menurut Harahap (2004:5) “Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu dan bagi para analis merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi pada kondisi ekonomis suatu perusahaan.” Laporan keuangan menjadi bahan sarana informasi bagi para pengguna baik internal maupun eksternal dalam suatu proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam satu periode, dan arus kas perusahaan dalam periode tertentu.

Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No.1 (2007) merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap dari laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan serta materi penjelasan yang merupakan bagian intergral dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan yang sebenarnya merupakan produk akhir dari proses atau kegiatan akuntansi dalam satu kesatuan. Proses akuntansi dimulai dari pengumpulan bukti- bulti transaksi yang terjadi sampai pada penyusunan laporan keuangan. Proses akuntansi tersebut harus dilaksanakan menurut cara tertentu yang lazim dan berterima umum serta sesuai dengan standar akuntansi keuangan.


(22)

Informasi laporan keuangan tersebut dapat menjadi sebuah keputusan penting oleh pemakai ataupun yang berkepentingan (stakeholders) didalam mengambil keputusan bisnis.

Stakholders dapat dibedakan menjadi dua bagian, (1) Pemakai internal, yaitu pengambil

keputusan secara langsung mempengaruhi kegiatan internal membutuhkan informasi untuk membantu mereka merencanakan dan mengendalikan kegiatan serta mengelola (mengalokasikan) sumber daya perusahaan. sistem akuntansi yang ada harus mampu mengendalikan kegiatan sehari-hari dan untuk mengambil keputusan bisnis perusahaan. Dan (2) pemakai eksternal, yaitu pengambil keputusan yang menyangkut hubungan mereka dengan perusahaan. Pemakai eksternal yang paling utama informasi keuangan yaitu kreditur dan investor. Alasan yang paling utama mengapa kedua kelompok ini sangat penting, yaitu (1) Keputusan mereka sangat mempengaruhi pengalokasian sumber daya didalam perekonomian. (2) informasi yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan para investor dan kreditor kemungkinan besar juga berguna bagi para kelompok anggota lain yang tertarik akan aspek-aspek keuangan perusahaan yang pada hakikatnya menjadi pusat perhatian investor dan kreditor.

Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf 07 (IAI,2007) dinyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

a. neraca,

b. laporan laba rugi,

c. laporan perubahan ekuitas, d. laporan arus kas, dan

e. catatan atas laporan keuangan.

Neraca, pada waktu tertentu, melaporkan sumber daya yang dimiliki perusahaan aktiva, pasiva atau hutang, dan selisih bersih antara aktiva dan kewajiban, yang mewakili ekuitas


(23)

atau modal pemilik. Laporan laba rugi, untuk rentang waktu tertentu, melaporkan aktiva bersih yang dihasilkan oleh operasi perusahaan, (pendapatan aktiva bersih yang digunakan (beban), dan selisihnya, yang disebut laba bersih. Laporan laba rugi merupakan usaha yang terbaik akuntan dalam mengukur kinerja ekonomi suatu perusahaan pada periode tertentu (Smith, Stice, dan Sukousen,2004:12).

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:1,14). Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:

a) pendapatan; b) laba rugi usaha; c) beban pinjaman;

d)dari laba rugi perusahaana flikasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas;

e) beban pajak;

f) laba rugi dari aktivitas normal perusahaan; g) pos luar biasa;

h) hak minopitas;

i) laba rugi untuk periode berjalan.

Pos, judul, dan sub judul lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi keuangan atas penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan perusahaan secara wajar

Laporan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan dan penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan ekuitas pemilik menyajikan perubahan- perubahan pada pos- pos ekutas. Laporan ini sangat bermanfaat untuk


(24)

mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktiva perusahaan. Laporan ini merinci perubahan ekuitas pemegang saham yang disebabkan penerbitan, pembelian kembali saham, dan reinventasi laba. Laporan ekitas pemilik melaporkan perubahan modal pemilik selam jangka waktu tertentu. Laporan ini dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih perode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga laporan perubahan modal dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekutas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca. Oleh karena itu laporan ekuitas sering kali dipandang sebagai penghubung antara laporan laba rugi dan neraca. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti storan modal dan pembayaran deviden, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan (IAI, Paragraf 66).

Laporan arus kas untuk rentang waktu, melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan perusahaan melalui tiga tipe aktivitas, operasi, investasi, dan pendanaan. Menurut Sukoeson, Stice, (2004:12) “Laporan arus kas merupakan yang paling objektif karena menggunakan berbagai estimasi dan penilaian akuntansi yang dibutuhkan untuk menyusun neraca dan laporan laba rugi”.

Tujuan menyajiakan laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi yang releven tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan ini akan membantu para investor, kreditur, dan para pemakai lainnya untuk:

1. menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas di masa yang akan datang, 2. menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya membayar deviden


(25)

3. menilai alasan- alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas,

4. menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi keuangan lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen, catatan atas laporan keuangan mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akntansi Keuangan (PSAK) serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan pelaporan keuangan secara wajar (PSAK No.1 Paragraf 70).

Seringkali catatan laporan keuangan dibuat untuk menjelaskan metode penilaian, ekstensi, dan jumlah deviden yang tertunggak, adanya pos-pos bersyarat, rencana pembelanjaan khusus, kebijaksanaan dan perubahan kebijaksanaan akuntansi yang penting atau kejadian atau pos-pos yang tidak lazim yang kiranya lebih data dimengerti dengan penjelasan tambahan.

B. Tujuan Laporan Keuangan

Ikatan akuntansi Indonesia (2007:412) “Tujuan laopran keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kenerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.


(26)

APB Statetment No. 4 (AICPA) menggmbarkan tujuan laporan keuangan (Harapan,2001:21) membaginya menjadi dua yaitu:

1. Tujuan khusus

Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai General Accepted Accounting Principle (GAAP).

2. Tujuan umum

a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan maksud;

b. untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan c. untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasi

d. untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan utang utangnya

e.Menunjukkan kemampuan sumbe-sumber kekayaan yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.

1) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud:

a) memberikan gambaran tentang deviden yang diharapkan pemegang saham, b) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada

kreditur, supplier, pegawai, pajak, mengumpulksn dana untuk perluasan perusahaan,

c) memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan,

d) menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangaka panjang.

2) Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir posisi perusahaan dalam menghasilkan laba.

3) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahaan harta dan kewajiban.

4) Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibuktikan para pemakai laporan.

3. Tujuan Kualitatif

Adapun tujuan kualitatf yaitu:

a) relevan (relevance), memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan,

b) dapat dipahami (understandability), informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga informasi yang harus dimengerti para pemakainya, c) dapat deperiksa (verifiability), hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh


(27)

d) netral (neutrality), laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja,

e) tepat waktu (time liness), laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.

f) dapat dibandingkan, laporan akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain,

g) lengkap (completeness), informasi akuntansi yang dilaporakan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.

Dalam PSAK No.1 paragraf 5 (IAI,2007) dinyatakan tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercaya kepada mereka.

C. Pengguna dan Pemakai Infomasi Laporan Keuangan

Didalam PSAK: Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, paragraf 9 (IAI,2007) menyatakan:

Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, serta lembaga-lembaga lainnya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi keuangan perusahaan. beberapa kebutuhan meliputi:

a. Investor, penamaan resiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

b. Karyawan, karyawan dan kelompok-kelompok lain yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaandalam memberikan balas jasa, imbalan paska kerja, dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman, pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta harganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.


(28)

d. Pemasok dan kreditur lainnya, usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka memutuskan apabila jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali laba sebagai pelanggan utama mereka tergantung kelangsungan hidup perusahaan.

e. Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang, dengan atau bergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaan kepentingan dengan alokasi sumber daya karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga butuh informasi waktu mengatur perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya,

g. Masyarakat, perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai cara misal, perusahaan dapat memberikan kontribusi dalam perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dikerjakan dengan perlindungan penanaman modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyadiakan informasi kecurangan dan informasi terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

D. Konsep laba

Menurut Moqodim (2005:110) Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep FASB disebut dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earning adalah laba yang diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha selama periode tertentu. Earning merupakan konsep yang paling sempit sedangkan pendapatan merupakan konsep paling luas. Penghasilan (income) adalah kenaikan menfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.


(29)

Konsep laba dinyatakan dalam IAI (2007:23) menyatakan,

Pendapatan dan beban sehubungan dengan suatu transaksi atau kejadian tertentu diakui secara bersamaan, proses ini biasanya mengacu pengaitan pendapatan dan beban (

matching revenue and expense). Beban termasuk jaminan beban dan biaya lain yang

terjadi setelah pengiriman barang, biasanya dapat diukur dengan andal bila kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan dapat dipenuhi. Tetapi tidak dapat diakui bila beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian setiap imbalan yang telah diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai kewajiban.

Menurut Suwardjono (2005:455) makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, pendapatan dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam Standar Akuntansi Keuangan. Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang dimaksud pendapatan dalam buku-buku tersebut.

Muqodim (2005:111) menyatakan bahwa banyak literatur akuntansi sebagian penulis mengutip pendapat tentang tujuan penghitungan laba dan pengertian laba sebagaimana dikemukakan oleh ekonom John Hiks (1949) yang dapat dikemukakan bahwa laba pribadi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi selama periode (misalnya satu minggu atau satu bulan) dengan harapan keadaannya pada akhir periode tetap sama (as well off) seperti keadaan awal periode.

E. Laba Akuntansi

Menurut Harahap 2007 ”Laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu.” Laba akuntansi yang dilaporkan


(30)

pada laba rugi merupakan merupakan laba akuntansi Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Secara konseptual, akuntansi akrual mengkonversi arus kas menjadi suatu pengukuran yang secara prinsip mendekati konsep laba ekonomi. Akuntansi akrual berusaha untuk memperoleh pengukuran laba yang mempertimbangkan baik arus kas kini maupun transaksi terhadap arus kas masa depan.

Pendapatan dalam berbagai pengukuran diperluas tak terbatas (adinfinitum). Pendapatan merupakan item laporan keuangan memberi dasar dan penting memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Pendapatan secara diyakini sebagai dasar untuk perpajakan, penentuan dasar pembagian deviden, petunjuk investasi, dan pembuatan keputusan serta prediksi (Belkaoui 2001:124). Pendapatan merupakan dasar untuk perpajakan dan pendistribusian dan kesejahteraan kembali untuk individu. Pendapatan juga sebagai prediksi yang memberitahu prediksi pendapatan masa yang akan datang dan kejadian ekonomi dimasa yang akan datang. Pendapatan masa lalu berdasarkan kas historis dan nilai sekarang yang telah ditemukan bermanfaat dalam memprediksi nilai pendapatan dimasa mendatang. Pendapatan terdiri atas hasil operasi atau pendapatan biasa yang jumlahnya sama dengan pendapatan bersih.

Ahmed Belkaoui (2000:332) menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Dalam metode historical cost (biaya historis) laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yang masing-masing diukur dengan biaya historis, sehingga hasilnya akan sama dengan laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya.

Laba akuntansi sebelum pajak adalah jumlah laba sebelum pajak penghasilan yang ditentukan menurut standar akuntansi keuangan, karena dihitung hanya untuk tujuan


(31)

pelaporan keuangan, maka laba akuntansi sebelum pajak tidak berpengaruh pada jumlah pajak penghasilan yang sebenarrnya bagi pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan dan karena terdapat peraturan pengukuran alternatif yang dapat dipilih untuk mengukur laba akuntansi sebelum pajak. Perubahan modal suatu kesatuan usaha di antara dua titik waktu tidak termasuk perubahan-perubahan akibat investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik, dimana modal dinyatakan dengan ukuran nilai dan didasarkan pada skala tertentu.

Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya (Muqodim, 2005:111). Suwardjono (2005:455) mendefinisian laba sebagai pendapatan dikurangi biaya merupakan pendefinisian secara struktural atau sintaktik karena laba tidak didefinisi secara terpisah dari pengertian pendapatan dan biaya. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual. Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Secara konseptual, akuntansi akrual mengkonversi arus kas menjadi suatu pengukuran yang secara perinsip mendekati konsep laba ekonomi. Akuntansi akrual berusaha untuk memperoleh pengukuran laba yang mempertimbangkan baik arus kas kini maupun implikasi terhadap arus kas masa depan. Misalnya, akuntansi akrual mengakui arus kas masa depan yang berasal dari penjualan kredit dengan mengakui pendapatan saat terjadi penjualan sebalum kas diterima.

Akuntansi akrual bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pemakai mengenai konsekuensi aktivitas usaha tehadap arus kas perusahaan di nasa depan secepat mungkin dengan tingkat kepastian yang layak. Hal ini dapat dicapai dengan mengakui pendapatan dan beban saat terjadi, tanpa memperhatikan apakah terdapat arus


(32)

kas pada saat bersamaan. Pemisahan pengakuan pendapatan dan beban dengan arus kas masuk dan keluar untuk memperoleh pendapatan dan beban. Penyesuan akrual dicatat setalah membuat asumsi dan estimasi yang layak, tanpa mengorbankan keandalan informasi akuntansi secara material.

Laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan tentang bagaimana cara menghitung laba. Karateristik dari perhitungan laba akuntansi tersebut memiliki beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang ikemukakan oleh Muqodim (2005: 144) adalah:

1. terbukti teruji dari sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan,

2. laba akuntansi talah diukur dan dilaporkan secara onyektif dapat diuji kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti, 3. berdasarkan prinsip realisasi dala mengakui pendapatan laba akuntansi

memenuhi dasar konservatisme,

4. laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan tanggung jawab manajemen.

F. Laba Tunai

Menurut Evan (2003:199) “Cash income is struktly objective, it is besed on cash inflow

and outflows. Cash realization is the only trigger for recocnition of income.” Laba tunai

adalah laba akuntansi setelah disesuaikan dengan transaksi non kas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi, beban gaji, penjualan kredit, beban pajak, dan beban bunga yang belum dibayar serta pembelian kredit. Laba tunai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laba akuntansi yang telah disesuaikan dengan transaksi non kas. Laba tunai merupakan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Menurut Dycmand,et.al (2001:553) “Arus kas operasi adalah semua arus kas yang tidak didefinisikan sebagai kegiatan investasi atau pendanaan.” Arus kas operasi ditentukan dengan kegiatan memproduksi dan menyerahkan barang, menyediakan jasa, serta transaksi lainnya yang diperhitungkan dalam penetuan laba. Arus kas operasi yang mencakup arus kas dari kegiatan mengadakan,


(33)

menyediakan, dan menagih pokok pinjaman yang dicatat sebesar nilai pasar dan dimiliki hanya untuk beberapa waktu dengan tujuan akan dijual kembali. Metode langsung mengurangkan arus kas operasi menghasilkan arus kas bersiah. Metode tidak langsung menentukan arus kas operasi bersih secara tidak langsung, tetapi metode ini mengurutkan masing-masing arus kas operasi.

Dalam PSAK paragraf 12 (IAI:2007) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikasi yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendapatan dari luar.

Penyusutan merupakan pengalokasian biaya dari aktiva berwujud, sedangkan amortisasi yang merupakan akun beban non kas. Amortisasi untuk menyesuakan jumlah aktiva tak berwujud atau dengan kata lain untuk menyusutkan jumlah dari aktiva tak berwujud. Utang gaji adalah utang yang sudah menjadi beban tapi belum dibayarkan karena belum tepat tanggal pembayarannya. Hal ini dikarenakan perusahaan tutup buku tetapi pembayaran belum dilakukan, demikian juga dengan utung bunga belum dilakukan tetapi sudah menjadi beban dan dicatat sebagai kewajiban perusahaan.

Depresiasi sebagai biaya tidak berbeda dengan jenis biaya operasi lainnya. Depresiasi merupakan biaya yang benar-benar terjadi dan dikeluarkan seperti biaya lainnya. Memang benar biaya depresiasi untuk periode tertentu tidak menunjukan pengeluaran pada periode tersebut. Biaya depresiasi mengukur bagian pengeluaran masa lalu yang dipandang layak dibebankan terhadap kegiatan atau pendapatan periode berjalan. Jadi dapat dikatakan bahwa biaya fasilitas fisis merupakan suatu bentuk ekstrem biaya dibayar di muka. Akuntansi


(34)

depresiasi merupakan sarana untuk membebankan biaya dibayar di muka tersebut ke produksi atau periode berjalan (Suwardjono, 2005: 437-438).

G. Deviden Kas

Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan, 2000:434). Semua keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam suatu rapat pemegang saham.

Menurut Sandjaja dan Barlian (2002:332) :” Deviden kas adalah sumber dari aliran kas untuk peegang saham dan memberiikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.” biasanya sebuah korporasi harus memnuhi tiga kondisi tarlebih dahulu agar dapat membayar deviden tunai yaitu laba ditahan yang mencukupi, kas memadai dan tindakan formil dari Dewan Komisaris. Pembayaran deviden tunai kepaa pemegang saham perusahaan diputuskan leh dewan Direksi Perusahaan. Direksi umumnya mengadakan pertemuan yang membahas tentang deviden setiap kuartal atau setengah tahun dimana mereka, mengevaluasi posisi keuangan periode lalu dan menentukan posisi yang akan datang dalam pembagian. Menentukan jumlah deviden yang harus dibayar. Menentukan tanggal- tanggal yang berkaitan dengan pembayaran deviden. Baiasanya investor lebih tertarik dengan deviden yang berupa tunai daripada deviden saham. Hal ini dikarenakan para investor beranggapan deviden yang diterima dalam bentuk kas lebih menggambarkan seberapa besar return dari modal yang mereka tanamkan dan memberikan kepuasan tersendiri.

Deviden merupakan distribusi laba kepada pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit. Jenis deviden (Dyckman, 2001:439) adalah sebagai berikut:


(35)

1. deviden kas yaitu distribusi laba dalam bentuk oleh sebuah perusahaan kepada pemegang sahamnya,

2. deviden likuditas yaitu pengembalian tambahan modal disetor dan bukan laba ditahan, 3. deviden properti yaitu deviden dalam bentuk aktiva non kas, berupa sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang, atau setiap aktiva non kas lainnya,

4. deviden saham yaitu distribusi proporsional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada para pemegang saham,

5. deviden skip/wesel yaitu deviden yang diberikan dalam bentuk wesel promes, kepada pemegang saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi deviden yaitu:

a. pengurangan dengan pembagian aktiva (deviden) kepada para pemegang saham,

b. ditahan dan aktivitas yang mengafsetnya digunakan dalam operasi perusahaan.

Kebijakan pembagian dividen tergantung pada keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS). Kebijakan dividen penting bagi perusahaan dengan dua alasan, yaitu:

1) pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut,

2) laba ditahan biasanya merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan perusahaan.

Menurut Arifin (2005:104), faktor utama yang mempengaruhi kebijakan deviden adalah: a) pertumbuhan perusahaan,

b) kebutuhan dana investasi, c) profitabilitas,

d) variabilitas earning,

e) karakteristik aset (komposisi tangible dan intangible assets).

Jenis-jenis kebijakan deviden,

Menurut Sawir (2004:138) ada tiga jenis kebijakan pembiayaan deviden yang bisa dilakukan perusahaan yaitu:


(36)

(1) satble amount per share, deviden diberikan dalam nilai rupiah yang relatif stabil

atas sahamnya,

(2) constant payout ratio, deviden atas dasar persentase tetap dari laba bersih

perusahaan,

(3) low regular deviden plus ekstra, dalam kebijakan ini perusahaan akan memberikan suatu tingkat deviden yang relatif rendah tapi sudah pasti jumlahnya dan ditambah suatu ekstra yang biasanya disesuaikan dengan tingkat keuntungan perusahaan.

Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa tetap (tidak mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan (ada kenaikan atau penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Dividen dapat berupa uang, skrip (script), barang atau saham (modal saham). Menurut Soemarson 2005 ada tiga macam tanggal yang relevan dengan pembagian dividen yaitu :

(1) tanggal pengumuman yaitu tanggal direksi mengumumkan akan membayar dividen, (2) tanggal pencatatan dividen yaitu tanggal dimana pemilikan saham ditentukan,

sehingga dapat diketahuikepada siapa deviden dibagikan,

(3) tanggal pembayaran dividen yaitu tanggal deviden mulai dibayarkan. Tanggal pengumuman adalah tanggal dimana direksi secara formal mengumumkan dibagikannya deviden. Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana secara formal pemilikan saham ditentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa deviden dibagikan.

Pengumuman deviden merupakan salah satu informasi yang akan ditanggapi oleh pasar. Pengumuman deviden dan pengumuman laba pada periode sebelumnya merupakan dua jenis pengumuman deviden yang paling sering digunakan manajer untuk menginformasikan prestasi prospek perusahaan. Bagu para investor, deviden merupakan hasil yang diperolah dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apbila harga jual saham lebih tinggi dibandingkan harag belinya. Dviden tersebut didapat dari perusahaan sebagai diatribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan.


(37)

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama

Penelitian dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel Hasi Penelitian

1 Barita Stepanus Sihombing (2006)

Analisis Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Deviden Kas pada Industri Makanan dan Minuman di BEJ

Laba akuntansi, laba tunai, dan deviden kas

Laba akuntansi dan laba tunai mempunyai hubungan yang kuat dan positif dengan deviden kas

2 Reagen Pangaribua n (2007)

Analisis Hubungan Antara Laba Akuntansi dan Kas dengan Deviden Kas pada Perusahaan

Manufaktur di BEJ

Laba akuntansi dan kas sebagai variabel independen dan deviden kas sebagai variabel dependen Laba akuntansi mempunyai hubungan

yang kuat dan positif terhadap pembagian deviden kas debandingkan

jumlah kas perusahaan

I. Kerangka Konseptual dan Hipotesis a. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka diatas dapat disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka konseptual merupakan model yang menerangkan bagaimana hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas, berdasarkan uraian

Laba akuntansi

Deviden kas Laba tunai


(38)

penelitia terdahulu, maka variabel independen penelitia ini adalah laba akuntansi dan laba tunai dan deviden kas varibel dependen. Laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu. Laba akuntansi yang dilaporkan pada laba rugi merupakan merupakan laba akuntansi. Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Secara konseptual, akuntansi akrual mengkonversi arus kas menjadi suatu pengukuran yang secara prinsip mendekati konsep laba ekonomi dan laba tunai berhubungan dengan deviden kas. Laba tunai adalah laba akuntansi setelah disesuaikan dengan transaksi non kas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi, beban gaji, penjualan kredit, beban pajak, dan beban bunga yang belum dibayar serta pembelian kredit. Deviden kas adalah sumber dari aliran kas untuk peegang saham dan memberiikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa laba akuntansi dan laba tunai mempunyai hubungan yang positif dengan deviden kas dalam pembagian deviden kepada para pemegang saham.

b. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerngka konseptual diatas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. laba akuntansi berhubungan dengan deviden kas, b. laba tunai berhubungan dengan deviden kas Sehingga dirumuskan hipotesa sebagai berikut :

1. Ho1 = Tidak terdapat hubungan antara laba akuntansi dengan dividen kas Ha1 = Terdapat hubungan antara laba akuntansi dengan dividen kas

2. Ho2 = Tidak terdapat hubungan antara laba tunai dengan dividen kas Ha2 = Terdapat hubungan antara laba tunai dengan dividen kas


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilkukan adalah penlitian hipotesis yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variebel, yakni hubungan yang bersifat korelasional.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2000:72) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.” Menurut Prasetyo (2005:18) “Populasi merupakan keseluruhan gejala atau yang ingin diteliti.” Sedangkan menurut Gulo (2004:76) “Populasi adalah sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian, yang daripadanya terkandung informasi yang ingin diketahui. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak disektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesis dan memperoleh laba serta membandingkan deviden kepada pemegang saham dari tahun 2006-2008.

Menurut Prasetyo (2005:118) ”Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti”. Sedangkan menurut Gulo (2004:118) ”sampel yaitu himpunan bagian yang memberikan gambaran yang benar dari suatu populasi”. Menurut Suliyanto (2006:125) “Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampling purposif, yaitu teknik penetapan sampel dengan didasarkan pada kreteria- kreteria tertentu”. Beberapa kriteria tersebut adalah:


(40)

b) perusahaan tersebut tidak dilisting pada tahun 2006 sampai dengan 2008,

c) perusahaan tersebut memperoleh laba bersih pada tahun 2006 sampai dengan 2008, d) perusahaan tersebut membayar deviden kas pada tahun 2006 sampai dengan 2008.

C. Jenis Data

Menurut Kuncoro (2003:124) ”data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu sekala numerik”. Sumber data penelitian ini merupakan data sekunder, berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai denga tahun 2008. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu:

1. informasi mengenai laba akuntansi perusahaan, 2. informasi mengenai arus kas dari aktivitas operasi,

3. informasi mengenai deviden kas.

Data tersebut dikumpulkan secara runtun waktu (time-series), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu kewaktu pada suaru periode dangan tujuan menggambaarkan perkembangan dan secara silang tempat (cross-section), yaitu data yang dikumpulkan pada suatu tititk waktu tertentu pada beberapa objek dengan tujuan menggambarkan keadaan (sulianto, 2006:133), yang disebut dengan pooling atau combined model.


(41)

D. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan penelitian. Jawaban ini masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibuhkan pengumpulan data. Data diperoleh berdasarkan lokasi eksternal, yaitu penyimpanan data dimana saja secara eksternal, yaitu penyimpanan data diluar perusahaan. Dalam pengumpulan data sekunder, penulis melakukan secara manual, berdasarkan lokasi eksternal, yaitu penyimpanan data dimana saja diluar perusahaan. Data diperoleh secara tidak langsung dari media internet melalui situs

E. Definisi Operasionsl dan Pengukuran Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan yaitu:

1. variabel bebas (variabel independen) yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba akuntansi dan laba tunai pada setiap perusahaan obyek penelitian,

2. variabel terikat (variabel dependen) yang digunakan dalam penelitian ini adalah deviden kas pada setiap perusahaan obyek penelitian.

Laba akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba yang diperoleh dariselisih hasil pendapatan dikurangi harga pokok dan biaya-biaya perusahaan. Laba tunai adalah laba akuntansi setelah disesuaikan dengan transaksi- transaksi non kas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi penjualan kredi, beban pajak, dan beban bunga yang belum dibayar, serta pembelian kredit. Informasi tentang laba tunai ini diperoleh dari jumlah arus kas dari aktiva operasi dari laporan arus kas. Deviden kas adalah laba yang dibagikan kepada


(42)

pemegang saham berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam bentuk kas.

F. Metode Analisis Data

Secara garis besar, metode statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian adalah stastistik inferensi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dari data yang telah dicatat dan diringkas tersebut (Singgih Santoso, 2005: 3). Menurut Suliato (2006:175) ”statistik nonparametrik digunakan jika data dalam riset bersekla nominal dan ordinal, kemudian penyebaran data tidak mengikuti distribusi normal”. Penelitian yang dilakukan penulis ini menggunakan metode korelasional. Menerut bungi (2005:197) ”metode korelasional digunakan untuk menentukan ada atau tidak adanya korelasi antara data ordinal dan data ordinal lainnya”. Metode ini merupaka suatu yang menemtukan ada atau tidaknya hubungan atau korelasi antara laba akuntansi dengan deviden kas dan laba tunai dengan deviden kas. Untuk menguji hubungan laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas digunakan model persamaan korelasi Spearman Rank dengan bantuan SPSS versi 15.0. Menurut Muliono (2003:245) ”persamaan korelasi bertujuan untuk mengukur keeratan hubunhan antar variabel”.

Langkah pertama dalam menganalisis data penelitian adalah pemilihan perusahaan yang dipilih secara sampling purposive sesuai kreteria. Kemudian menganalisis laba akuntansi dengan deviden kas. Lalu menghitung laba tunai dari sampel tersebut. Setelah itu dibuat tabel mengenai perusahaa- perusahaan tersebut dan selanjutnya menghitungbeda peringkat data kuadrat perbedaan antara peringkat laba akuntansi dan deviden kas, serta perbedaan antara peringkat pada kuadrat perbedaan antara laba tunai dengan deviden kas.


(43)

Penelitian ini menggunakan model Korelasi Spearman yang merupakan suatu koefisien untuk mengukur ert tidaknya antara dua variabel. Menghitung korelasi Spearman Rank (rs) dengan menggunakan rumus:

            − − =

) 1 ( 6 1 2 2 n n D r Dimana:

r = koefisien Korelasi Spearman Rank

1= bilangan konstan

2= bilangan konstan

D = merupakan perbedaan peringkat untuk setiap pasangan

n = jumlah pasangan pengamatan

∑= sigma atau jumlah

Melakukan pengujian hipotesis dengan uji t dengan rumus:

Dimana:

t = uji signifikan rs 1 = bilangan konstan 2 = bilangan konstan


(44)

n = jumlah pasangan pengamatan

Menurut Nachrowi (2002:25) “ uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien korelasi signifikan atau tidak”. Sebelum nilai t diuji,diharuskan menetapkan besarnya derajat kebebasan (df) yang dipakai. Dalam penelitian ini derajat kebebasan n-2. Lalu membandingkan nilai uji t hitung dengan nilai tabel t dengan menggunakan derajat kebebasan yaitu n-2. Langkah berikutnya menarik kesimpulan statistik mengenai hipotesis nol (Ho).

1. Ho diterima apabila t ≤ nilai t tabel

2. Ho ditolak dan akan menerima Ha , apabila t ≥ nilai t tabel.

G. Jadwal Penelitian Tahapan

Penelitian

Februari 2010

Maret 2010

April 2010

Mei 2010 Juni 2010

Pengajuan Judul

Penyelesaian Proposal

Bimbingan Proposal

Seminar Proposal

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Penyampaian Hasil Penelitia


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

Pembahasan tentang analisis hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas harus terlebih dahulu memperhatikan data para emiten. Data para emiten perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum melakukan pembahasan hubungan dari variabel independen dan variabel depanden. Jumlah populasi emiten pada perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ada 36 perusahaan. Dimana jumlah ini hanya ada 14 perusahaan yang menjadi sampel yang sesuan dengan kriteria- kriteria yang telah ditentukan. Untuk mengetahui penetapan sampel penelitian dapat dilihat pada lampiran 1. Pada tabel 4.1 berikut ini adalah daftar sampel perusahaan konsumsi yang menjadi data penelitian. Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, emiten yang bergerak disektor industri konsumsi yang memenuhi kreteria ada 14 perusahaan.

Tabel 4.1

Daftar Sampel Perusahaan No Nama Perusahaan

1 Aqua Golden Mississippi Tbk 2 Delta Djakarta Tbk

3 Indofood Sukses Makmur Tbk 4 Mayora Indah Tbk

5 Multi Bintang Indonesia Tbk

6 Bentoel International Investama Tbk 7 Gudang Garam Tbk

8 HM Sampoerna Tbk


(46)

No Nama Perusahaan 10 Kalbe Farma Tbk 11 Merck Tbk

12 Tempo Scan Facific Tbk 13 Mandom Indonesia Tbk 14 Unilever Indonesia Tbk

Sumber: Indonesia Capital Market Directory

1. Data Laba Akuntansi

Pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa Kalbe Farma Tbk memperoleh laba akuntansi terbesar yaitu sebesar Rp 1.071.271.451.115 dan Tempo Scen Facific Tbk memperoleh deviden kas terbesar yaitu sebesar Rp 135.000.000.000. Sedangkan Multi Bintang Indonesia Tbk memperoleh laba akuntansi terkecil yaitu sebesar Rp 131.108.000, dan Indofood Sukses Tbk memperoleh deviden kas terkecil yaitu sebesar Rp 42.642.000.

Tabel 4.2

Data Laba Akuntansi (dalam rupiah) No Nama

Perusahaan 2006 2007 2008

1

Aqua Golden Mississippi Tbk

85.699.106.348 89.270.712.280 95.634.374.933

2

Delta Djakarta Tbk

51.681.667.000 60.611.899.000 100.038.783.000

3

Indofood Sukses Makmur Tbk

1.962.486.000 2.876.440.000 4.341.476.000

4 Mayora

Indah Tbk 170.904.609.793 238.713.343.143 345.420.105.123

5

Multi Bintang Indonesia Tbk


(47)

6

Bentoel International Investama Tbk

166.503.038.662 343.319.235.437 410.139.935.334

7 Gudang

Garam Tbk 2.526.343.000 2.528.677.000 3.165.635.000 8

HM

Sampoerna

Tbk 5.175.282.000 5.577.278.000 6.225.233.000

9 Bristol Meyrs Squibb Indonesia Tbk

78.881.058.000 80.370.154.000 134.212.109.000

10 Kalbe Farma Tbk 1.071.271.451.11 5 1.129.354.542.48 6 1.142.712.402.5 21 11 Merck Tbk 119.534.575.000 123.852.505.000 140.153.570.000 12 Tempo Scan

Facific Tbk 314.043.556.010 320.560.299.182 363.370.832.489 Mandom

Indonesia Tbk

138.803.350.194 320.560.299.182 175.319.472.297 Unilever

Indonesia Tbk

2.435.370.000 2.777.360.000 3.431.098.000 Sumber : Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia

Pada tahun 2007 dapat dilihat bahwa Kalbe Farma Tbk merupakan industri yang memperoleh laba akuntansi terbesar yaitu sebesar Rp 1.129.354.542.486 dan deviden kas sebesar Rp 112.500.000.000. Sedangkan Multi Bintang Indonesia Tbk memperoleh laba akuntansi terkecil sebesar Rp 133.153.000 dan untuk deviden kas terkecil diperoleh oleh Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar Rp 84.837.000.

Pada tahun 2008 dapat dilihat bahwa Kalbe Farma Tbk memperoleh laba akuntansi terbesar yaitu sebesar Rp 1.142.712.402.521 sedangkan laba akuntansi terkecil yaitu Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar Rp 3286.286.000. untuk deviden kas Kalbe Farma Tbk


(48)

memperoleh deviden kas terbesar yaitu sebesar Rp 270.000.000.000 sedangkan Multi Bintang Indonesia Tbk memperoleh deviden kas terkecil yaitu sebesar Rp 75.582.000.

2. Data Laba Tunai

Pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa Kalbe Farma Tbk memperoleh laba tunai tersebar yaitu sebesar Rp 640.610.354.353 dan Multi Bintang Indonesia Tbk memperoleh laba tunai terkecil yaitu sebesar Rp 166.742.000. Pada tahun 2007 dan 2008 Kalbe Farma Tbk masih memperoleh laba tunai terbesar yaitu sebesar Rp 362.898.238.846 dan pada tahun 2008 laba tunai Kalbe Farma sebesar Rp 807.700.535.344. pada tahun 2007 Multi Bintang Indonesia Tbk memperoleh laba tunai terkecil yaitu sebesar Rp 227.271.000 dan tahun 2008 Multi Bintang Indonesia Tbk memperoleh laba tunai terkecil yaitu sebesar Rp 415.213.000. Deviden kas terbesar pada tahun 2007 yaitu Tempo Scan Facific Tbk yaitu sebesar Rp 112.500.000.000 dan pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 270.000.000.000. Deviden kas terkecil pada tahun 2007 yaitu diperoleh oleh Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar Rp 84.837.000 dan pada tahun 2008 sebesar Rp 75.582.000.


(49)

Tabel 4.3

Data Laba Tunai (dalam rupiah) No Nama

Perusahaan

2006 2007 2008

1 Aqua Golden Mississippi Tbk

56.659.911.185 115.989.209.324 123.763.513.411 2 Delta

Djakarta Tbk

18.108.286.000 87.272.573.000 161.946.514.000

3 Indofood Sukses Makmur Tbk

1.614.931.000 2.613.759.000 2.684.806.000 4 Mayora Indah

Tbk

24.389.308.219 178.699.351.379 138.452.987.153

5 Multi Bintang Indonesia Tbk

166.742.000 227.271.000 415.213.000

6

Bentoel International Investama Tbk

115.042.512.289 552.085.102.941 55.097.907.586

7 Gudang Garam Tbk

1.905.618.000 1.449.178.000 2.260.895.000 8 HM

Sampoerna Tbk

3.538.693.000 1.786.380.000 4.745.113.000

9

Bristol Meyrs Squibb Indonesia Tbk

98.975.851.000 77.247.648.000 171.852.959.000

10 Kalbe Farma Tbk

640.610.354.353 362.898.238.846 807.700.535.344 11

Merck Tbk 116.776.903.000 110.966.960.000 145.237.471.000 12 Tempo Scan

Facific Tbk

234.892.877.849 294.712.577.526 292.296.080.215

13 Mandom Indonesia Tbk

90.108.309.327 178.542.842.753 101.359.599.478

14 Unilever Indonesia Tbk

2.174.808.000 2.250.013.000 2.785.785.000 Sumber :Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia


(50)

3. Data Deviden Kas

Table 4.4

Data Deviden Kas (dalam rupiah) No Nama

Perusahaan 2006 2007 2008

1 Aqua Golden

Missippi Tbk 15.510.730.505 8.260.746.944 13.116.133.421 2

Delta Jogjakarta Tbk

11.224.049.000 20.226.164.000 22.846.856.000

3

Indofood Sukses Makmur Tbk

42.642.000 264.386.000 366.730.000 4 Mayora Indah

Tbk 19.140.676.295 26.830.440.000 30.663.360.000 5

Multi Bintang Indonesia Tbk

102.405.000 84.837.000 75.582.000

6

Bentol Internasional Ivestama Tbk

31.112.925.000 95.798.196.029 50.456.765.650 7 Gudang

Garam Tbk 962.045.000 481.022.000 481.022.000 8

HM

Sampoerna Tbk

2.410.650.000 1.292.985.000 3.462.570.000

9 Bristol Meyers Squibb Indonesia Tbk

13.824.000.000 25.600.000.000 38.912.000.000

10 Kalbe Farma

Tbk 1.620.723.456 100.786.240.522 96.707.694.218 11 Merk Tbk 31.360.000.000 44.800.000.000 51.520.000.000 12 Tempo Scan

Fasific Tbk 135.000.000.000 112.500.000.000 270.000.000.000 13

Mandom Indonesia Tbk

39.803.487.500 45.207.104.450 50.669.048.916

14

Unilever Indonesia Tbk

1.522.296.000 1.636.560.000 1.994.516.000 Simber : Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia


(51)

Deviden kas terbesar diperoleh oleh Tempo Scen Facific Tbk pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 135.000.000.000, pada tahun 2007 sebesar Rp 112.500.000.000. dan pada tahun 2008 sebesar Rp 270.000.000.000. deviden kas terkecil diperoleh oleh Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2006 sebesar Rp 42.642.000, pada tahun 2007 sebesar Rp 84.837.000, dan pada tahun 2008 sebesar Rp 75.582.000.

4. Data Peringkat Laba Akuntansi, Laba Tunai, dan Deviden Kas

Dalam menentukan peringkat baik itu laba akuntansi, laba tunai maupun deviden kas adalah dengan memperhatikan jumlah nominal dari masing- masing perkiraan. Pada laba akuntansi untuk menentukan peringkat adalah dengan melihat jumlah laba akuntansi dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil. Laba akuntansi yang terbesar diberi peringkat satu, begitu seterusnya hingga laba yang terkecil diberi peringkat terakhir. Pada tahun 2006 Kalbe Famra Tbk memperoleh laba akuntansi terbesar diperingkat pertama, dan Tempo Scan Facific Tbk memperoleh laba akuntansi terbesar kedua dan begitu seterusnya hingga peringkat laba akuntansi terakhir dimana Multi Bintang Indonesia Tbk yang mempunyai laba akuntansi terkecil yang diberi peringkat keempat belas. Cara ini juga sama untuk memberi peringkat pada tahun 2007 dan tahun 2008.

Menentukan peringkat laba tunai dan deviden kas juga dilakukan dengan cara yang sama dengan laba akuntansi. Dimana jumlah nominal yang terbesar deberi peringkat pertama, begitu seterusnya hingga jumlah nominal yang terkecil diberi peringkat terakhir. Pada tahun 2006 jumlah deviden kas Kalbe Farma Tbk merupakan deviden kas terbesar diberikan peringkat pertama, jumlah deviden kas Madom Indonesia Tbk merupakan deviden kas terbesar kedua diberi peringkat kedua, begitu seterusnya hingga peringkat terakhir dimana


(52)

Multi Bintang Indonesia Tbk yang mempunyai jumlah deviden kas terkecil diberi peringkat keempat belas.

Pada tahun 2006 jumlah laba tunai Kalbe Farma Tbk merupakan laba tunai terbesar diberi peringkat pertama, jumlah laba tunai Tempo Scan Facific Tbk merupakan laba tunai terbesar kedua diberi peringkat kedua, begitu seterusnya hingga peringkat terakhir dimana Multi Bintanng Indonesia Tbk yang mempunyai laba tunai terkecil diberi peringkat keempat belas.

B. Analisis Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang berupa informasi-informasi keuangan yang berasal dari laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan selama tiga tahun dari setiap perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Laba akuntansi diperoleh dari laporan laba rugi. Informasi tentang laba tunai diperoleh dengan menyesuaikan lab akuntansi dengan transaksi- transaksi nonkas. Informasi transaksi- transaksi nonkas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi, penjualan kredit, beban gaji, beban pajak, dan beban bunga yang belum dibayar, serta pembelian kredit, diperoleh dari laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dan informasi tentang deviden kas diperoleh dari laporan arus kas.

Dalam analisis ini, laba akuntansi dan laba tunai diuji apakah terdapat hubungan dengan deviden kas. Analisis ini menggunakan analisis Spearman Rank. Setelah diperoleh hasilnya, kemudian hipotesis diuji dengan uji t untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau tidak dapat diterima.


(53)

1. Ho1: tidak dapat hubungan positif antara laba akuntansi dengan deviden kas

Ha1: terdapat hubungan positif antara laba akuntansi dengan deviden kas

2. H02: tidak terdapat hubungan positif antara laba tunai dengan deviden kas

Ha2: terdapat hubuangan positif antara laba tunai dengan deviden kas.

Dalam menentukan apakah Ho diterima atau ditolak, yaitu melelui perbandingan t hitung dengan t tabel:

a. Kriteria koefisien positif:

1) Ho diterima apabila t hitung t < t tabel 2) Ha diterima apabila t hitung > t tabel b. Kriteria koefisien negatif:

1) Ho doterima apabila t hitung > t tabel 2) Ha diterima apabila t hitung < t tabel

1. Analisis Hubungan Laba Akuntansi dengan Deviden Kas a. Tahun 2006

Berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi Spearman Rank antara laba akuntansi dengan devide kas tahun 2006 (lihat tabel 4.11) menunjukkan nilai rs > 0 (0.336 >0).

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara laba akuntansi dengan deviden kas merupakan hubungan positif dan kuat. Untuk mrembuktikan apakah koefisien korelasi rs sebesar 0.336 signifikan atau tidak, maka perlu diuji dengan uji t.


(54)

t tabel(ά=0,05)=1,782

karena nilai t1 < t tabel (1,428<1,782) maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 diterima dan Ha1 tidak dapat diterima yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dengan deviden kas pada tahun 2006.

b. Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman Rank antara laba akuntansi dengan devide kas tahun 2007 (lihat tabel 4.12) menunjukkan nilai rs > 0 (0.029 >0).

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara laba akuntansi dengan deviden kas merupakan hubungan positif dan kuat. Untuk mrembuktikan apakah koefisien korelasi rs sebesar 0.029 signifikan atau tida,maka perlu diuji dengan uji t.

=0,029 = 0,029 x 3,466 = 0,102

t tabel (ά=0,05)= 1,782

karena nilai t1 < t tabel (0,102<1,782) maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 diterima dan Ha1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang positif antara laba akuntansi dengan deviden kas pada tahun 2007.

c. Tahun 2008

Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman Rank antara laba akuntansi dengan deviden kas tahun 2008 (lihat tabel 4.13) menunjukkan nilai rs < 0 (-0.20 <0).


(55)

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara laba akuntansi dengan deviden kas merupakan hubungan negatif dan kuat. Untuk mrembuktikan apakah koefisien korelasi rs sebesar -0,020 signifikan atau tidak ,maka perlu diuji dengan uji t.

=-0,020 = -0.020 x 3,465 = -0,069

t tabel (ά=0,05)=1,782

karena nilai t1< t tabel (-0,069<1,782) maka dapat disimpulkan Ho 1 ditolak dan Ha1 ditermia artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara laba akuntansi dengan deviden kas walaupun nilainya negatif.

Tabel 4.11 Tahun 2006 Correlations

Laba

Akuntansi Laba Tunai

Deviden Kas Spearman's

rho

Laba Akuntansi

Correlation

Coefficient 1.000 .648(*) .336

Sig. (2-tailed) . .012 .240

N 14 14 14

Laba

Tunai

Correlation

Coefficient .648(*) 1.000 .068

Sig. (2-tailed) .012 . .817

N 14 14 14

Deviden

Kas

Correlation

Coefficient .336 .068 1.000

Sig. (2-tailed) .240 .817 .

N 14 14 14

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: lampiran 3


(56)

Tabel 4.12 Tahun 2007 Correlations

Laba

akuntansi Laba Tunai

Deviden Kas Spearman's rho Laba kuntansi Correlation

Coefficient 1.000 .622(*) .029

Sig. (2-tailed) . .018 .923

N 14 14 14

Laba

Tunai

Correlation

Coefficient .622(*) 1.000 .292

Sig. (2-tailed) .018 . .311

N 14 14 14

Deviden

Kas

Correlation

Coefficient .029 .292 1.000

Sig. (2-tailed) .923 .311 .

N 14 14 14

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: lampiran 3

Tabel 4.13 Tahun 2008 Correlations

Laba

Akuntansi Laba Tunai

Deviden Kas Spearman's rho Laba Akuntansi Correlation

Coefficient 1.000 .314 -.020

Sig. (2-tailed) . .274 .946

N 14 14 14

Laba Tunai Correlation

Coefficient .314 1.000 .099

Sig. (2-tailed) .274 . .737

N 14 14 14

Deviden

Kas

Correlation

Coefficient -.020 .099 1.000

Sig. (2-tailed) .946 .737 .

N 14 14 14


(57)

2. Analisis Hubungan Laba Tunai dengan deviden Kas a. Tahun 2006

Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman Rank antara laba tunai dengan deviden kas tahun 2006 (lihat tabel 4.11) menunjukkan nilai rs > 0 ( 0,068). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara laba tunai dengan deviden kas tahun 2006 merupakan hubungan positif dan kuat. Untuk membuktikan apakah koefisien korelasi rs sebesar 0.068 signifikan atau tidak, maka perlu diuji dengan uji t.

=0,068 = 0,068 x 3,473 = 0,236

t tabel (ά=0,05)=1,782

karena nilai t2 <t tabel (0,236<1,782) maka dapat disimpulkan bahwa Ho2 diterima dan Ha2 ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang positif antara laba tunai dengan deviden kas pada tahun 2006.

b. Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman Rank antara laba tunai dengan deviden kas tahun 2007 (lihat tabel 4.12) menunjukkan nilai rs > 0 ( 0,292). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara laba tunai dengan deviden kas tahun 2007 merupakan hubungan positif dan kuat. Untuk membuktikan apakah koefisien korelasi rs sebesar 0.292 signifikan atau tidak, maka perlu diuji dengan uji t.

=0,292 = 0,292x 3,621 = 1,057


(58)

karena nilai t2 < t tabel (1,057<1,782) maka dapat disimpulkan Ho2 diterima dan Ha2 ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang positif antara laba tunai dengan deviden kas pada tahun 2007.

c. Tahun 2008

Berdasarkan hasil analisis korelasi Spearman Rank antara laba tunai dengan deviden kas tahun 2008 (lihat tabel 4.13) menunjukkan nilai rs > 0 ( 0,099). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara laba tunai dengan deviden kas tahun 2008 merupakan hubungan positif dan kuat. Untuk membuktikan apakah koefisien korelasi rs sebesar 0.099 signifikan atau tidak, maka perlu diuji dengan uji t.

=0,099 = 0,099x 3,482 = 0,345

t tabel (ά=0,05)=1,782

karena nilai t2< t tabel (0,345<1,782) maka dapat disimpulkan bahwa Ho2 diterima dan Ha2 ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang positif antara laba tunai dengan deviden kas pada tahun 2008.

C. Analisis Hasil Statistik

Hasil analisis statistik menunjukkan untuk tahun 2006 terdapat hubungan yang positif antara laba akuntansi, laba tunai dengan deviden kas. Hasil koefisien korelasi Spearman Rank (rs) antara laba akuntansi dengan deviden kas lebih besar dibandingkan dengan hasil koefisien korelasi Spearman Rank (rs) antara laba tunai dengan deviden kas dengan demikian dapat dikatakan bahwa tahun 2006 laba akuntansi lebih besar kuat hubungannya deviden kas dibandingkan dengan laba tunai.


(59)

Hasil analisis statistik untuk tahun 2007 terdapat hubungan yang positif antara laba akuntansi, laba tunai dengan deviden kas. Hubungan antara laba akuntnasi dengan deviden kas tidak signifikan karena pada uji t hipotesis tidak diterima. Demikian juga pada laba tunai dengan deviden kas tidak signifikan, ini berarti pada tahun 2007 laba akuntansi dan laba tunai memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikan.

Hasil analisis statistik menunjukkan untuk tahun 2008 terdapat hubungan negatif antara laba akuntansi dengan deviden kas dan hubungan yang positif antara laba tunai denga deviden kas. Hasil koefisien korelasi Spearman Rank (rs) antara laba akuntansi dengan deviden kas lebih signifikan dibandingkan dengan laba tunai dengan deviden kas, waluapun laba akuntansi negatif. Karena setelah di uji dengan uji t ternyata laba akuntansi lebih signifikan daripada laba tunai. Hal ini mrngindikasikan bahwa posisi likuiditas yang rendah tidak menunda pembayaran deviden kepada pemegang saham. Artinya pendapatan yang belum berbentuk uang diperkirakan sepatutnya akan menjadi kas, sehingga tidak meragukan RUPS dalam mengambil keputusan untuk menetapkan kebijakan deviden.

Hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas dapat diketahui setelah dilakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan yaitu menggunakan SPSS dan untuk membuktikan hasil dari output SPSS maka dilakukan lagi uji t, dimana pengujian ini dilakukan agar diketahui seberapa kuat hubungan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan deviden kas, dapat dilihat dari laba yang diperoleh perusahaan maka kemungkinana beser perusahaan itu mampu untuk membayar deviden sebab laba akuntansi dan laba tunai sudah dikurangi beben- beban. Jadi laba tersebut kemungkinan besar perusahaan dapat membayar deviden dalam bentuk kas kepada para investor yang berinvestasi pada perusahan tersebut, sehingga dapat diambil kesimpulan dari kedua variabel tersebut mana yang lebih berpengaruh dalam pembagian deviden kas kepada para pemegang saham.


(1)

25 Kimia Farma Tbk √ √ √  

26 Merck Tbk √ √ √ √ Sampel 11

27 Pyridam Farma Tbk √ √ √  

28 Schering Plough Indonesia Tbk

√ √ √  

29 Tempo Scan Facific Tbk

√ √ √ √ Sampel 12

30 Mandom Indonesia Tbk

√ √ √ √ Sampel 13

31 Mustika Ratu Tbk √ √ √ - -

32 Sara Lee Body Care Indonesia Tbk

√ √ √  

33 Unilever Indonesia Tbk

√ √ √ √ Sampel 14

34 Kedaung Indah Can Tbk

√ √ √  

35 Kadawung Setia Industrial Tbk

√ √ √  

36 Langgeng Makmur Industri Tbk


(2)

Lampiran ii

Data Penelitian Tahun 2006 (dalam Rp)

No Nama Perusahaan Laba Akuntansi Laba Tunai Deviden Kas 1 Aqua Golden Mississippi

Tbk

85.699.106.348 56.659.911.185 15.510.730.505 2 Delta Djakarta Tbk 51.681.667.000 18.108.286.000 11.224.049.000

3 Indofood Sukses

Makmur Tbk

1.962.486.000 1.614.931.000 42.642.000 4 Mayora Indah Tbk 170.904.609.793 24.389.308.219 19.140.676.295 5 Multi Bintang Indonesia

Tbk

131.108.000 166.742.000 102.405.000 6 Bentoel International

Investama Tbk

166.503.038.662 115.042.512.289 31.112.925.000 7 Gudang Garam Tbk 2.526.343.000 1.905.618.000 962.045.000 8 HM Sampoerna Tbk 5.175.282.000 3.538.693.000 2.410.650.000 9 Bristol Meyrs Squibb

Indonesia Tbk 78.881.058.000 98.975.851.000 13.824.000.000 10 Kalbe Farma Tbk 1.071.271.451.11

5 640.610.354.353 1.620.723.456 11 Merck Tbk 119.534.575.000 116.776.903.000 31.360.000.000 12 Tempo Scan Facific Tbk

314.043.556.010 234.892.877.849

135.000.000.00 0 13 Mandom Indonesia Tbk 138.803.350.194 90.108.309.327 39.803.487.500 14 Unilever Indonesia Tbk 2.435.370.000 2.174.808.000 1.522.296.000


(3)

Lampiran ii

Data Penelitian Tahun 2007 (dalam Rp)

No Nama Perusahaan Laba Akuntansi Laba Tunai DevidenKas

1 Aqua Golden

Mississippi Tbk

89.270.712.280 115.989.209.324 8.260.746.944 2 Delta Djakarta Tbk 60.611.899.000 87.272.573.000 20.226.164.000

3 Indofood Sukses

Makmur Tbk

2.876.440.000 2.613.759.000 264.386.000 4 Mayora Indah Tbk 238.713.343.143 178.699.351.379 26.830.440.000

5 Multi Bintang

Indonesia Tbk

133.153.000 227.271.000 84.837.000 6 Bentoel International

Investama Tbk 343.319.235.437 552.085.102.941 95.798.196.029 7 Gudang Garam Tbk 2.528.677.000 1.449.178.000 481.022.000 8 HM Sampoerna Tbk 5.577.278.000 1.786.380.000 1.292.985.000 9 Bristol Meyrs Squibb

Indonesia Tbk

80.370.154.000 77.247.648.000 25.600.000.000 10 Kalbe Farma Tbk 1.129.354.542.486 362.898.238.846 100.786.240.522 11 Merck Tbk 123.852.505.000 110.966.960.000 44.800.000.000 12 Tempo Scan Facific

Tbk

320.560.299.182 294.712.577.526 112.500.000.000 13 Mandom Indonesia

Tbk

320.560.299.182 178.542.842.753 45.207.104.450 14 Unilever Indonesia

Tbk


(4)

Lampiaran ii

Data Penelitian Tahun 2008 (dalam Rp)

No Nama Perusahaan Laba akuntansi Laba Tunai Deviden Kas

1 Aqua Golden

Mississippi Tbk

95.634.374.933 123.763.513.411 13.116.133.421 2 Delta Djakarta Tbk 100.038.783.000 161.946.514.000 22.846.856.000 3 Indofood Sukses

Makmur Tbk

4.341.476.000 2.684.806.000 366.730.000 4 Mayora Indah Tbk 345.420.105.123 138.452.987.153 30.663.360.000

5 Multi Bintang

Indonesia Tbk

286.286.000 415.213.000 75.582.000 6 Bentoel International

Investama Tbk

410.139.935.334 55.097.907.586 50.456.765.650 7 Gudang Garam Tbk 3.165.635.000 2.260.895.000 481.022.000 8 HM Sampoerna Tbk 6.225.233.000 4.745.113.000 3.462.570.000 9 Bristol Meyrs Squibb

Indonesia Tbk

134.212.109.000 171.852.959.000 38.912.000.000 10 Kalbe Farma Tbk 1.142.712.402.521 807.700.535.344 96.707.694.218 11 Merck Tbk 140.153.570.000 145.237.471.000 51.520.000.000 12 Tempo Scan Facific

Tbk

363.370.832.489 292.296.080.215 270.000.000.000 13 Mandom Indonesia

Tbk

175.319.472.297 101.359.599.478 50.669.048.916 14 Unilever Indonesia

Tbk


(5)

Lampiaran iii

Output SPSS Tahun 2006 Correlations Laba Akuntansi Laba Tunai Deviden Kas Spearman's rho Laba Akuntansi Correlation

Coefficient 1.000 .648(*) .336

Sig. (2-tailed) . .012 .240

N 14 14 14

Laba Tunai Correlation

Coefficient .648(*) 1.000 .068

Sig. (2-tailed) .012 . .817

N 14 14 14

Deviden Kas Correlation

Coefficient .336 .068 1.000

Sig. (2-tailed) .240 .817 .

N 14 14 14

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: Data diolah dengan SPSS

Output SPSS Tahun 2007

Correlations Laba Akuntansi Laba Tunai Deviden Kas Spearman's rho Laba Akuntansi Correlation

Coefficient 1.000 .622(*) .029

Sig. (2-tailed) . .018 .923

N 14 14 14

Laba Tunai Correlation

Coefficient .622(*) 1.000 .292

Sig. (2-tailed) .018 . .311

N 14 14 14

Deviden Kas Correlation


(6)

Output SPSS Tahun 2008

Correlations

Laba Akuntansi

Laba Tunai

Deviden Kas Spearman's

rho

Laba Akuntansi Correlation

Coefficient 1.000 .314 -.020

Sig. (2-tailed) . .274 .946

N 14 14 14

Laba Tunai Correlation

Coefficient .314 1.000 .099

Sig. (2-tailed) .274 . .737

N 14 14 14

Deviden Kas Correlation

Coefficient -.020 .099 1.000

Sig. (2-tailed) .946 .737 .

N 14 14 14


Dokumen yang terkait

Analisis Hubungan Laba Akuntansi, Laporan Arus Kas Operasi Dengan Deviden Tunai Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 27 70

Analisis Pengaruh Laba Akuntansi Dan Laba Tunai Terhadap Deviden Kas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

4 74 72

Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

14 80 70

Analisis Hubungan Laba Akuntansi dan Laba Tunai Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008

0 24 79

Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan industri konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 56 82

Hubungan antara Laba Akuntansi, Laba Bersih dan Laba Tunai dengan Dividen Kas Perusahaan Perbankan yang Go Publik di BEI

0 27 84

Analisis Hubungan Antara Laba Akuntansi dan Laba Tunai dengan Dividen Kas (Studi Kasus pada Industri Makanan dan Minuman yang Go Public di Bursa Efek Jakarta

0 26 88

Analisis Hubungan Laba Akuntansi, Laba Tunai, Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan dengan Dividen Kas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 9 93

ANALISIS PENGARUH LABA AKUNTANSI, LABA TUNAI DAN LIKUIDITAS TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 1 21

Pengaruh Laba Akuntansi dan Laba Tunai terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2014.

5 18 27