Dari hasil perhitungan dan grafik dibawah dapat dilihat besarnya effisiensi termal untuk masing-masing perhitungan, untuk bahan bakar premium effisiensi
termal terendah terjadi pada pembebanan pengemudi 70 kg dan 90 kg 5371 rpm dan 5387 rpm yaitu sebesar 29,29 sedangkan effisiensi termal tertinggi terjadi
pada pembebanan 60 kg 2562 rpm yaitu sebesar 37,27 . Untuk pertamax plus effisiensi termal terendah terjadi pada pembebanan pengemudi 60 kg 5005 rpm
yaitu sebesar 25,27 sedangkan effisiensi termal tertinggi terjadi pada pembebanan 60 kg dan 70 kg 3514 rpm dan 3515 rpm yaitu sebesar 31,18 .
Ada beberapa hal yang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya effisiensi termal dari suatu mesin diantaranya adalah perbandingan antara bahan bakar dan
udara AFR semakin tinggi AFR maka effisiensi akan meningkat dimana laju aliran bahan bakar akan semakin kecil namun keadaan ini akan sangat
mempengaruhi suhu dari ruang bakar yang diakibatkan dari gas oksigen yang berlebih, semakin tinggi kadar oksigen di ruang bakar maka akan semakin tinggi
temperatur yang ditimbulkan. Selain itu nilai kalor bahan bakar dan rasio kompresi juga sangat mempengaruhi effisiensi termal.
4.2 Pengujian Emisi Gas Buang
Selain mengetahui torsi, daya, perbandingan udara dan bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik dan effisiensi termal dari suatu mesin maka
pengujian emisi gas buang juga sangat penting dilakukan untuk mengetahui jumlah emisi yang dikeluarkan suatu mesin. Hal ini sangat berkaitan dengan
performa mesin dimana mesin yang baik dan effisien adalah mesin yang juga bersahabat dengan lingkungan, kadar emisinya memenuhi standar dan ketentuan
yang berlaku. Pengujian ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus.
4.2.1 Kadar Karbon Monoksida CO dalam Gas Buang
Berikut data hasil pengujian kadar karbon monoksida CO pada mesin otto dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11. Hasil pengujian kadar karbon monoksida CO terhadap putaran dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus
Jenis Beban
Pengemudi
N
CO Bahan
Bakar kg
rpm Vol
Hasil Pengukuran
Premium 60
2170 0,577
2562 0,548
3370 0,725
4360 0,852
5208 0,754
5953 0,741
70 2180
0,684 2581
0,704 3389
0,857 4377
0,99 5371
0,897 6029
0,679
90 2260
0,688 2668
0,82 3497
0,845 4452
0,823 5387
0,891 6187
0,656
Pertamax Plus
60 2133
0,545 2485
0,666 3514
1,014 4340
0,917 5005
0,871 6000
0,765
70 2222
0,809 2585
0,854 3515
1,085 4377
1,099 5215
0,964 6097
0,961
90 2244
0,85 2630
0,846 3489
0,915 4484
1,075 5262
0,922 6159
0,718
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Perbandingan persen kadar karbon monoksida CO terhadap putaran dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus
Premium Pertamax plus
Galaterror
0,577 0,545
5,55 0,548
0,666 21,53
0,725 1,014
39,86 0,852
0,917 7,63
0,754 0,871
15,52 0,741
0,765 3,24
0,684 0,809
18,27 0,704
0,854 21,31
0,857 1,085
26,60 0,99
1,099 11,01
0,897 0,964
7,47 0,679
0,961 41,53
0,688 0,85
23,55 0,82
0,846 3,17
0,845 0,915
8,28 0,823
1,075 30,62
0,891 0,922
3,48 0,656
0,718 9,45
Gambar 4.11 Grafik kadar CO vs putaran mesin
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel dan grafik diatas dapat dilihat besarnya kadar karbon monoksida CO untuk masing-masing pengujian, untuk bahan bakar premium kadar karbon
monoksida terendah terjadi pada pembebanan pengemudi 60 kg 2562 rpm yaitu sebesar 0,548 sedangkan kadar karbon monoksida tertinggi terjadi pada
pembebanan 70 kg 4377 rpm yaitu sebesar 0,99. Untuk pertamax plus kadar karbon monoksida terendah terjadi pada pembebanan pengemudi 60 kg 2133
rpm yaitu sebesar 0,545 sedangkan kadar karbon monoksida tertinggi terjadi pada pembebanan 70 kg 4377 rpm yaitu sebesar 1,099.
Gas karbon monoksida adalah gas paling berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dimana sifatnya tidak berbau, tidak berwarna
namun beracun. Umumnya kandungan gas karbon monoksida dalam emisi gas buang adalah 0,2 – 5, hal ini ditimbulkan karena tidak cukupnya gas oksigen
untuk mengubah karbon menjadi karbon dioksida. Biasanya pencampuran bahan bakar dan oksigen yang tidak baik akan menghasilkan gas karbon monoksida hal
ini terjadi pada pembakaran kaya dimana jumlah bahan bakar sangat tinggi dibanding gas oksigen yang idealnya 14,7 : 1.
4.2.2 Kadar Karbon Dioksida CO