AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA HASIL

ii Qapa, Lava Welirang II Qlw II, Lava Kembar II, Aliran Piroklastik Kembar II, Lava Kembar I, Aliran piroklastik Kembar I, Lava Bakal, Lava Kembar II. Struktur geologi yang berkembang umumnya berarah utara–selatan Sesar Cangar, Sesar Puncung dan Sesar Claket, baratlaut–tenggara Sesar Padusan, Sesar Kemiri, dan Sesar Bakal, baratdaya- timurlaut Sesar Welirang, Sesar Kembar dan Sesar Bulak, dan barat–timur Sesar Ledug dan Sesar Ringit.. Selain itu terbentuk beberapa stuktur vulkanik seperti ring fracture dan zona amblasan. Hasil analisis air memperlihatkan mata air panas Padusan, Coban, dan Cangar termasuk ke dalam tipe air bikarbonat yang mengindikasikan adanya pengenceran air klorida dengan air bikarbonat yang berasal dari permukaan. Analisis gas dari fumarol menunjukkan konsentrasi SO 2 yang signifikan yang mengindikasikan sistem berkorelasi dengan daerah vulkanik. Hasil penghitungan geotermometer gas CO 2 diperoleh temperatur resevoir di daerah ini adalah 260 o C Dedi Kusnadi dkk, Survei Terpadu 2010.

2. AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

Area survei geofisika melingkupi area 9 x 13 km 2 dengan distribusi titik di sisi utara dan dari barat lereng komplek Gunung Arjuno-Welirang Gambar 3 dengan pola sebaran titik berbentuk grid dengan panjang 4 - 7 km sebanyak tujuh lintasan dan sebagian titik tersebar secara acak atau random gaya berat dan magnet. Akuisisi data gaya berat, meliputi pengukuran data dan pengukuran densitas conto batuan, kemudian data diolah dan untuk mendapatkan anomali Bouguer, Regional dan Sisa. Metode magnetik meliputi pengukuran suseptibilitas magnet conto batuan dan intesitas magnet total dan harian, kemudian data dikoreksi terhadap IGRF dan variasi harian. Pengukuran geolistrik menggunakan sumber arus searah, yang metodenya meliputi pemetaan dan pendugaan tahanan jenis. Untuk penafsiran sistem panas bumi dilakukan kompilasi dari semua metode geofisika Penafsiran sistem panas bumi data geofisika dilakukan dengan membuat model berdasarkan anomali yang diperoleh untuk menggambarkan informasi bawah permukaan dalam bentuk model yang selanjutnya dijadikan data acuan untuk evaluasi prospek dan penelitian lebih lanjut.

3. HASIL

Hasil pengolahan data geofisika menghasilkan peta anomali Bouguer, Regional dan Residual untuk metode gaya berat, peta intesitas magnet dan peta tahanan jenis serta penampang tahanan jenis untuk geolistrik. Gaya Berat Nilai anomali Bouguer Gambar 4a di bagian tengah ke arah barat memperlihatkan nilai anomali 30-50 mgal, sedangkan sisi utara anomali relatif lebih rendah dan seragam dengan rentang nilai 25–30 mgal. Di bagian timur, anomali cenderung menurun sampai dengan 20 mgal dengan perubahan nilai yang cukup kontras. Anomali tertinggi terukur di bagian selatan sekitar manifestasi air panas Cangar dengan perubahan nilai yang iii kontras. Anomali Residual Gambar 4.b memperlihatkan anomali sangat rendah - 5 mgal di Gunung Pundak dan bagian barat Komplek Arjuno Welirang. Bagian tengah anomali sisa relatif memiliki rentang anomali 0-8 mgal dengan gradiasi anomali yang rendah. Anomali tertinggi berada di selatan atau sekitar mata air panas Cangar. Manifestasi panas bumi di area ini muncul ke permukaan akibat adanya suatu jalur sesar yang mengarah dari komplek Gunungapi Arjuno-Welirang. Struktur yang mengontrol manifestasi tersebut terdeteksi dari anomali gaya berat seperti liniasi di utara puncak Gunung Welirang yang berarah tenggara-baratlaut. Struktur ini diperkirakan mengontrol kemunculan mata air panas Padusan. Untuk manifestasi panas bumi di barat komplek Gunungapi Arjuno-Welirang AP Coban dan Cangar muncul ke permukaan melalui jalur sesar yang berarah timur-barat. Berdasarkan kelurusan struktur pengontrol dari ketiga manifestasi panas tersebut, kemungkinan sumber panasnya berasal dari komplek Gunungapi Arjuno-Welirang. Geomagnet Anomali Magnet Gambar 5 relatif rendah terlihat di sebelah tenggara, baratdaya, baratlaut, dan timurlaut mata air panas Padusan. Anomali rendah yang mengisi bagian tenggara dan baratdaya ditafsirkan berkaitan dengan batuan yang bersifat non magnetik yang disusun oleh batuan andesit yang telah terubah lemah, terutama anomali rendah ini di tenggara yang membuka ke arah kaldera Gunung Welirang, sedangkan anomali rendah di bagian baratdaya kemungkinan berkaitan dengan aktivitas panas bumi yang dicirikan dengan keberadaan manifestasi air panas Cangar dan Coban. Anomali rendah di baratlaut, utara dan timurlaut membentuk pola anomali yang membuka ke arah utara di luar daerah Arjuno Welirang, dan ditafsirkan sebagai respon batuan piroklastik dan lava breksi. Pada anomali rendah ini pula muncul manifestasi air panas Padusan dimana kemunculan mata air panas ini diduga berasal dari anomali rendah di bagian baratlaut atau merupakan outflow dari anomali rendah dari bagian tenggara. Anomali Magnet memberikan gambaran struktur sesar kelurusan anomali yang mempunyai trend hampir utara-selatan, barat-timur baratlaut-tenggara, Geolistrik Pada peta tahanan jenis semu bentangan AB2= 800 dan 1000 meter Gambar 6, terlihat adanya sebaran tahanan jenis tinggi 250 Ohm-m di sebelah tenggara mata air panas Padusan dan sebaran tahanan jenis sedang antara 50 Ohm-m sampai dengan 250 Ohm-m di sebelah timur dan timurlaut mata air panas Padusan. Tahanan jenis sedang dan tinggi ini diinterpretasikan sebagai respon dari batuan produk Gunung Welirang yang masif dan diperkirakan tidak terubahkan oleh adanya aktivitas panas bumi. Tahanan jenis rendah 50 Ohm-m tersebar di sekitar mata air panas Padusan, menerus ke arah selatan dan cenderung membuka ke arah utara. Tahanan jenis rendah ini diinterpretasikan sebagai respon dari batuan yang terubahkan akibat adanya interaksi antara fluida panas dengan batuan iv di sekitarnya. Batuan ubahan ini diperkirakan merupakan batuan penudung pada sistem panas bumi di daerah Gunung Arjuno-Welirang.

4. PEMBAHASAN