• Muraeni Mursanib, Meningkatkan Keterampilan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus….
20
MENINGKATKAN KETERAMPILAN IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAGI MAHASISWA
PROGRAM STUDI PG-PAUD FKIP UNIVERSITAS TADULAKO Muraeni Musanib
Dosen Program Studi PG-PAUD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
Abstrak
Tujuan kegiatan Pelatihan Identifikasi Anak berkebutuhan Khusus di Program Studi PGPAUD adalah: 1 meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus; 2 meningkatkan kemampuan mahasiswa mengelompokkan anak berkebutuhan khusus; 3 meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam melakukan penanganan awal anak berkebutuhan khusus. Kegiatan ini diikuti sebanyak 30 orang mahasiswa semester VII. Metode
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab, Kuesioner. Kegiatan ini dilaksanakan selama 1 hari dimulai pukul 08.00 sampai
dengan pukul 17.00 WIB, bertempat di Ruang Lab. PGPAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Hasil kegiatan adalah pengetahuannya
dan keterampilan mahasiswa meningkat dari pengetahuan awalanya yang tidak tahu sama sekali menjadi; 1 76 mahasiswa mampu mengidentifikasi anak
berkebuthan khusus 2 57 mahasiswa mampu mengelompokkan anak berkebutuhan khusus, 3 32 mahasiswa mampu dalam melakukan penanganan
awal anak berkebutuhan khusus.Dengan demikan, pelatihan ini efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang identifikasi anak
berkebutuhan khusus.
Kata Kunci: Pelatihan, Keterampilan Identifikasi, Anak Berkebutuhan Khusus I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Fenomena anak berkebutuhan khusus tiap tahun menunjukkan peningkatan jumlah. Data penelitian di bawah ini menunjukkan jumlah peningkatan anak
berkebutuhan khusus dari tahun ke tahun. Ekowarni 2003 menyebutkan data dari unit Psikiatri Anak daycare RSUD Dr.Soetomo Surabaya adanya peningkatan
Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2 Edisi 4 Juli-Desember 2013
•
21 sebesar 3.33 jumlah pasien anak ADHD dengan berbagai karakteristik dari
tahun 2000 ke tahun 2001. Secara rinci, terdapat 30 jumlah anak dengan ADHD yang tanpa disertai gangguan lain 32,96, 15 anak dengan ADHD dan gangguan
tingkah laku 16.48, 8 anak dengan spektrum autis 8.79, 12 anak dengan ADHD dan epilepsi 13.19, 13 anak dengan ADHD dan gangguan berbahasa
14.28, 6 anak dengan ADHD dan kecerdasan batas ambang 6.59 dan 2 anak dengan ADHD dan antisosial 2.20. Data Balitbang Direktorat Pendidikan Luar
Biasa pada tahuin 2006 yang menyoroti gangguan emosi dan perilaku anak, secara umum menemukan bahwa dari 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang
rata-rata nilai rapornya kurang dari 6, dinyatakan 33 mengalami gangguan emosi dan perilaku dalam Mahabbati, 2010. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh
dr.Dwijo,Sp.KJ pada tahun 2000-2004, dari 4.015 siswa usia 6-13 tahun di 10 SD wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat menunjukkan prevalensi 26,2 anak
ADHD berdasarkan kriteria DSM IV dalam Mahabbati, 2010. Peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus tersebut tidak seiring dengan
pelayanan pendidikan inklusi. Merujuk data dari Direktorat PSLB tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah Anak Berkebutuhan Khusus yang sudah mengikuti
pendidikan formal baru mencapai 24,7 atau 78.689 anak dari populasi anak cacat di Indonesia, yaitu 318.600 anak. Ini artinya masih terdapat sebanyak 65,3 Anak
Berkebutuhan Khusus yang masih terseklusi, termarjinalisasikan dan terabaikan hak pendidikan. Bahkan angka tersebut diperkirakan dapat jauh lebih besar mengingat
kecilnya angka prevalensi yang digunakan, yaitu 0,7 dari populasi penduduk serta masih buruknya sistem pendataan dalam Sunaryo, 2009.
Berdasarkan hasil penelitian Sunardi 2009, dalam Suyanto, 2009 terhadap 12 sekolah penyelenggara inklusi di Kabupaten dan Kota Bandung, secara umum
saat terdapat lima kelompok issue dan permasalahan pendidikan inklusi di tingkat sekolah,
yaitu : pemahaman dan implementasinya, kebijakan sekolah, proses pembelajaran, kondisi guru, dan support system. Lebih spesifik, dari lima
kelompok isu permasalahan pendidikan inklusi di tingkat sekolah khususnya di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini PAUD, menurut Adnan, dkk 2012 adalah
para pendidik anak usia dini di lembaga PAUD sebagai tangan kedua setelah orang
• Muraeni Mursanib, Meningkatkan Keterampilan Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus….
22 tua di rumah, masih banyak yang mengalami kesulitan dalam mengenali anak
berkebutuhan khusus dengan berbagai karakteristiknya, sehingga mengakibatkan sulitnya anak-anak bekebutuham khusus ini diterima di lembaga PAUD untuk
belajar bersama dengan anak lain. Tentu ini sangat bertentangan dengan konsep pendidikan untuk semua dan konsep pendidikan sedini mungkin.
II. Landasan Teori
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan
berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus
sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Untuk mengetahui anak berkebutuhan khsusus melalui proses identifikasi.
Identifikasi dini Anak Berkebutuhan Khusus dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk melakukan proses penjaringan terhadap anak yang mengalami
kelainanpenyimpangan fisik, intelektual, sosial, emosional tingkah laku seawal mungkin dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Hasil dari
identifikasi adalah ditemukannya anak-anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui program inkulusi. Pengelompokan
anak berkebutuhan khusus dapat dibagi menjadi: 1. Tunanetraanak yang mengalami gangguan penglihatan
2. Tunanrunguanak yang mengalami gangguan pendengaran 3. Tunadaksaanak yang mengalami kelainan anggota tubuhgerakan
4. Anak Berbakatanak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa 5. Tunagrahita
6. Anak lamban belajar 7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik disleksia, disgrafia, atau
diskalkulia 8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
9. Tunalarasanak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku
Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan Vol.2 Edisi 4 Juli-Desember 2013
•
23
III. Metode Penelitian A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah mahasiswa program studi PGPAUD Semester VII dan mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir, sebanyak 30 orang.
B. Rancangan Penelitian 1. Pendataan