Dapatkah jenis pungutan UU NO.201997: DAPATKAH MENINGKAKAN EFISIENSI
BAHASAN UTAMA
Edisi 6November 1997 59
adalah peraturan yang bersifat non-pungutan, namun berpotensi
menimbulkan pungutan
ter- utama pungutan yang bersifat
ilegal. Beberapa contoh yang terdapat di daerah NTB adalah
regulasi tentang penentuan jatah alokasi pengiriman ternak ke luar
daerah,
keharusan untuk
menjual sapi di pasar ternak, dan kewajiban bagi peternak untuk
mengurus surat keterangan asal ternak di kantor kecamatan atau
kantor desa. 2.
Pengurangan jenis
pungutan dan jasa pe- layanan di sektor per-
tanian menurut UU No.20 th.1997 dan PP-nya
Untuk komoditas
pertanian tampak tidak banyak perubahan
dalam jumlah dan jenis pos pungutan yang dikenakan oleh
pemerintah pusat sebagaimana tercantum dalam PP No.22 tahun
1997. Hampir seluruh dari pos pungutan dan jasa pelayanan di
sektor
pertanian yang
ada sebelumnya masih tetap terdapat
walaupun telah diberlakukan UU No.20 tahun 1997 berikut PP-
nya. 3.
Sinkronisasi jenis pungut- an di sektor pertanian
antara UU No.20 tahun 1997 dan UU No. 18 tahun
1997
Sinkronisasi ini perlu untuk menghindari
tumpang tindih
antara pungutan
pemerintah daerah dan pungutan peme-
rintah pusat
yang dapat
merugikan kegiatan
usaha termasuk
usaha di
sektor pertanian. Pungutan berganda
harus dihilangkan
karena seringkali jenis pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah pusat ternyata sama dengan pelayanan
yang diberikan
pemerintah daerah, walaupun secara harfiah
nama pungutan-nya berlainan. Walaupun PP telah keluar,
sebagian pos pungutan terutama pada sub-sektor perikanan dan
peternak-an
masih tumpang
tindih dengan pungutan yang ditetap-kan
oleh pemerintah
daerah. Oleh karena itu perlu diklarifi-kasi kembali, jenis pos
pungutan dan jasa pelayanan yang memang benar-benar layak
menjadi porsi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ada
baiknya jika pemerintah pusat hanya
mengelola pungut-an
pada kegiatan
usaha yang
memiliki ruang lingkup makro, berdampak ekonomi besar atau
mencakup kepentingan nasio- nal. Sementara pos pungutan
lainnya
harus diberikan
ke daerah
dalam rangka
me- nunjang
program otonomi
daerah.