26
d. Perencanaan problem based learning PBL
Menurut Sugiyanto 2009: 155 PBL, perencanaan yang harus di siapkan oleh guru adalah:
1. Memutuskan sasaran dan tujuan
2. Merancang situasi bermasalah yang tepat.
3. Mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistik.
e. Langkah pelaksanaan problem based learning PBL
Menurut Sugiyanto 2009: 159 ada lima tahapan dalam pembelajaran model PBL dan perilaku yang dibutuhkan oleh guru. Adapun sintaks untuk PBL
sebagai berikut: Tabel 4. Tahapan dalam pembelajaran PBL menurut sugiyanto 2009: 159
Fase Perilaku Guru
Fase 1: Memberikan orientasi
tentang permasalahannya kepada siswa
Guru membahas tujuan pelajaran, mendiskripsikan dan memotifasi siswa
untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
Fase 2: Mengorganisasikan siswa
untuk meneliti Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan
permasalahannya
Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi
Fase 4: Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan hasil- hasil yang tepat, seperti laporan,
rekaman vidio. Dan model-model dan membantu mereka untuk
menyampaikan kepada orang lain
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses
mengatasi masalah Guru membantu siswa untuk
melakukan refkeksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang
mereka gunakan
27
Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning PBL adalah sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan sintaks
menurut Sugiyanto 2009: 159 dalam pembelajarannya. F.
Kajian tentang Karakteristik Siswa SD Kelas IV
Siswa kelas IV termasuk dalam siswa kelas tinggi. Hetty Tumurung, 2006:98 menyatakan bahwa siswa kelas tinggi menunjukkan sifat antara lain:
1. adanya perhatian terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit,
2. sangat realistik, ingin tahu, ingin belajar, menjelang akhir masa ini telah
ada menat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus, 3.
menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus,
4. sampai kira-kira usia 11 tahun siswa membutuhkan bantuan guru atau
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya dan sesudah siswa menghadapi tugas dengan bebas dan
berusaha menyelesaikannya sendiri,
5. nilai telah dipandang sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi di
sekolah, 6.
gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat bermain-main bersama. Selanjutnya Martha Kaufeldt 2008: 38 mengemukakan karakteristik
siswa SD usia 9-12 antara lain: 1.
fokus pada atribut ganda pada satu waktu, 2.
sangat peduli tentang teman dan penerimaan, 3.
memiliki kesukaran berpikir abstrak dan memahami sebab akibat, 4.
tidak melihat implikasi tindakan, 5.
fokus disini dan sekarang, 6.
dapat mengingiat kira-kira 4-6 gumpal dari informasi, 7.
dapat memberi perhatian selama 10-14 menit. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa SD
kelas IV yaitu: memiliki kesukaran berpikir abstrak, lebih memiliki perhatian terhadap kehidupan sehari-hari yang konkrit dan realistik, lebih fokus pada
28
peristiwa yang dialami, ingin tahu disaat belajar, berminat pada mata pelajaran tertentu, masih membutuhkan bantuan dari orang lain dan lebih suka
berkelompok. Dari sifat-sifat yang dimiliki tersebut perhatian terhadap kehidupan sehari-hari yang konkret ditujukan terhadap permasalahan yang terjadi di
lingkungan. Dengan siswa yang memiliki kesukaran berpikir kongkret dan sebab akibat diharapkan akan bisa membantu siswa untuk meningkatkan berpikir
kongkret dalam kehidupan. Dengan itu maka akan menimbulkan kemampuan berpikir kritis siswa meningkat.
G. Kerangka Pikir