arteriography. Pada kelainan kolagen, arteriography tidak begitu berguna untuk diagnosis awal, meskipun pasien
dengan skleroderma sistemik mudah menunjukkan vasospasme, pembuluh-pembuluh darah akan berkontraksi
menjadi benang halus selama pemeriksaan Birnstingl, 1971.
Tes Laboratorium. Hemoglobin, WBC White Blood Cell dan
platelet count, pemeriksaan hapusan darah dan ESR Erythrocyte Sedimentation Rate harus terus dipantau.
Peningkatan sedang dari ESR umum terjadi pada kelainan kolagen, sementara sedimentasi yang sangat cepat dapat
mengindikasikan adanya haemagglutination Birnstingl, 1971.
2.2.6 Manajemen
1. Terapi suportif Perubahan gaya hidup efektif dapat membantu pada
pasien dengan penyakit ringan. Menghentikan kebiasaan merokok, menghentikan penggunaan obat-obatan yang
berhubungan dengan RP Raynaud ’s phenomenon, maupun
merubah pekerjaan juga dapat membantu. Pil kontraseptif seharusnya dihentikan bila diketahui ada hubungan dengan
perkembangan RP Belch, 1996. Ketakutan terhadap penyakit juga dapat memperburuk
gejala dan penghiburan kadang diperlukan. Saran untuk mempertahankan kehangatan dan proteksi dari dingin sangat
penting, antara lain dapat dengan menggunakan sarung tangan dan kaos kaki penghangat electrically heated gloves
and socks Belch, 1996. Perawatan luka yang baik pada ulcer digitalis juga
harus dilakukan. Jika ada ulkus yang lembab, harus dilakukan swab dan dikirim untuk pemeriksaan kultur Belch, 1996.
2. Simpatektomi
14
Simpatektomi operatif pada ekstremitas atas memiliki relapse rate yang tinggi dan respons yang buruk pada RS
Raynaud ’s Syndrome. Karena itu, terapi ini tidak lagi
direkomendasikan untuk RP Raynaud ’s phenomenon pada
ekstremitas atas. Di sisi lain, simpatektomi masih memainkan peran penting pada terapi RP yang mengenai ekstremitas
bawah di mana hasilnya dapat menguntungkan Belch, 1996. 3. Terapi Obat
Penggunaan vasodilator pada RP Raynaud ’s
phenomenon masih kontroversial karena banyak studi yang menunjukkan tidak terkontrol. Tetapi, masih ada beberapa
senyawa yang dapat memberikan keuntungan, antara lain inositol, nicotinate, naftidrofuryl, dan oxpentifylline, yang
efeknya baru akan tampak setelah 2 sampai 3 bulan terapi. Pada pasien yang lebih berat, pengobatan ini tidak
memberikan keuntungan Belch, 1996. Banyak studi yang telah dilakukan untuk mempelajari
penggunaan calcium channel antagonist pada RP dan nifedipine sekarang telah menjadi gold standard terapi
Raynaud ’s. Meskipun demikian, penggunaannya dibatasi oleh
efek samping vasodilator yang susceptible pada pasien RP. Hal ini meliputi kemerahan pada wajah, palpitasi, sakit kepala
dan, pada jangka panjang, ankle swelling. Jika pengobatannya perlu dihentikan karena efek samping ini,
calcium antagonist lain seperti diltiazem dan amilodipine dapat dicoba Belch, 1996.
Salah satu pendekatan yang paling efektif pada RS Raynaud
’s Syndrome yang berhubungan dengan sklerosis sistemik adalah pengembangan terapi prostaglandin, yaitu
dengan PGE
1
dan PGI
2
. Iloprost adalah analog PGI
2
yang memberikan keuntungan pada terapi RP, di mana iloprost
lebih stabil dibandingkan PGE
1
dan PGI
2
Belch, 1996.
15
Gambar 2.3. Flow chart management Raynaud
’s phenomenon Belch, 1996
2.3 Terapi Oksigen Hiperbarik 2.3.1 Pengertian
Kesehatan hiperbarik adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah kesehatan yang timbul akibat pemberian tekanan
lebih dari 1 atmosfer Atm terhadap tubuh dan aplikasinya untuk pengobatan, dimana Pemberian oksigen tekanan tinggi untuk
pengobatan yang dilaksanakan dalam ruang udara bertekanan tinggi RUBT Riyadi, 2013.
Terdapat 3 hukum yang berperan dalam terapi oksigen hiperbarik, yaitu :
1. Hukum Boyle Pada suhu tetap, tekanan berbanding terbalik dengan volume.
2. Hukum Henry
16