Pada  proses  ini  dikenai  thinning  sebagai  preprocessing  untuk menghilangkan  bagian  atau  piksel-piksel  yang  tidak  perlu  sehingga
ukurannya  lebih  kecil  dan  menghasilkan  informasi  yang  esensial.  Pada listing  program  di  atas,  thinning  dilakukan  dengan  bantuan  function
bwmorph :
4.2 Proses clustering menggunakan Agglomerative Hierarchical Clustering
Input proses pembentukan cluster adalah berupa matriks jarak antar obyek. Digunakan 3 metode berdasarkan cara pengelompokannya, yaitu  single, average,
dan  complete  linkage.  Cara  kerja  single  linkage  adalah  dengan  mencari  nilai terkecil dalam matriks jarak kemudian menggabungkan dua obyek yang memiliki
nilai  jarak  terkecil.  Sedangkan  complete  linkage  adalah  dengan  mencari  nilai terkecil dalam matriks jarak kemudian menggabungkan dua obyek yang memiliki
nilai  jarak  terbesar  dan  average  linkage  adalah  dengan  dengan  mendefinisikan jarak rata-rata antar setiap titik dalam satu cluster untuk setiap titik di cluster lain.
Ketiga  metode  tersebut  akan  coba  diimplementasikan  dibuat  dalam  beberapa function.
Parameter function
singleLinkage, completeLinkage,
dan averageLinkage adalah nama variabel yang menyimpan matriks jarak yang sudah
didapat.
Dist adalah  variabel  yang  menyimpan  matriks  jarak dari obyek  A dengan dihitung menggunakan euclidean distance. Kemudian hasil dari perhitungan akan
disimpan  pada  variabel  z  dengan  memanggil  masing-masing  function  untuk singleLinkage,  completeLinkage  dan  averageLinkage  serta  parameter  Dist.
Berikut isi listing program singleLinkage, completeLinkage dan averageLinkage :
Output  dari  function  di  atas  adalah  matriks  z  berukuran  49x3  dimana kolom  pertama  dan  kedua  adalah  obyek  yang  digabungkan,  sedangkan  kolom
ketiga  adalah  jarak  hasil  penggabungan  obyek  pada  kolom  pertama  dan  kedua. Dari  matriks  z,  dapat  dilihat  hirarki  antar  obyek  dengan  memanggil  function
dendrogram untuk melihat dalam bentuk dendrogram :
Dendrogram Single Linkage
Dendrogram Complete Linkage
Dendrogram Average Linkage
Gambar 4.2. Dendrogram Hirarki Hasil Clustering
Setelah  itu  dikelompokkan  ke  dalam  3  cluster  sesuai  bentuknya  segitiga, segi empat, dan lingkaran dengan memanggil function cluster :
Untuk mendapatkan nilai matriks fitur sebagai model dari masing-masing klaster digunakan potongan program berikut :
Untuk  melihat  anggota  dari  masing-masing  klaster  melalui  dendrogram, dapat  digunakan  perintah  findT==1,  dimana  angka  1  adalah  nilai  vertikal  dari
dendrogram  yang  didalamnya  berisi  indeks  anggota  klaster.  Jika  ditampilkan dalam dendrogram untuk masing-masing klaster, hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Single Linkage
Detail dendrogram klaster 1 segitiga
Detail dendrogram klaster 2 segi empat
Detail dendrogram klaster 3 lingkaran
Gambar 4.3. Dendrogram masing-masing cluster dengan single linkage
2. Complete Linkage
Detail dendrogram klaster 1 segitiga
Detail dendrogram klaster 2 segi empat
Detail dendrogram klaster 3 lingkaran
Gambar 4.4. Dendrogram masing-masing cluster dengan complete linkage
3. Average Linkage
Detail dendrogram klaster 1 segitiga
Detail dendrogram klaster 2 segi empat
Detail dendrogram klaster 3 lingkaran
Gambar 4.5. Dendrogram masing-masing cluster dengan average linkage
4.3 Menghitung validasi cluster
Proses  ini  penting  dilakukan  untuk  mengetahui  seberapa  akurat  cluster yang dihasilkan sebagai pemodelan. Dalam pengujian  yang  akan dilakukan, data
testing akan dibagi ke dalam 3 kelompok yang berisi  kombinasi dari keseluruhan gambar  testing.  Antara  hasil  cluster  dari  beberapa  kelompok  gambar  itu
diabdingkan  dengan  hasil  cluster  yang  didapat.  Setelah  itu,  masing-masing kelompok  akan  dihitung  nilai  akurasi  sebagai  analisa  validasi  cluster.  Untuk
membantu  perhitungan  dalam  mendapatkan  nilai  ukuran  validasi  cluster, digunakan  beberapa  potongan  program  di  bawah  untuk  mendapatkan  nilai
confussion matriks :
4.4 Uji Tunggal
Pada  proses  uji  tunggal,  akan  memanfaatkan  user  interface  untuk memasukan gambar bangun datar  satu per satu  dan kemudian akan keluar nama,
rumus dan keterangan dari bangun datar yang tersebut.  Graphical User Interface atau GUI dibuat menggunakan Matlab supaya proses menjadi lebih mudah.
Gambar 4.6. Interface searching bangun datar untuk user
72
BAB V HASIL DAN PENGUJIAN
Bab ini berisi mengenai data input testing, hasil pengujian sistem sebagai evaluasi  dari  hasil  aplikasi  yang  telah  diimplementasikan  berupa  nilai  akurasi
yang didapat dan analisanya.
5.1 Data Input Testing
Data  input  yang  digunakan  sebagai  testing  merupakan  file  gambar  atau citra  bangun  datar  yang  berekstensi  .jpg.  File  yang  akan  digunakan  sebagai
pengujian  terdiri dari 45 gambar  yang didapat dari  hasil gambar tangan  yang di- scan,  gambar  scan  dari  buku  materi  dan  beberapa  gambar  dari  sumber  lain
internet  yang  tidak  digunakan  dalam  pembuatan  model.  45  gambar  tersebut didapat  dari  hasil  gambar  tangan  yang  di-scan,  beberapa  buku  Matematika
Sekolah Menengah Pertama SMP, antara lain  yaitu Matematika Kreatif Konsep dan  Terapannya  untuk    Kelas  VII  seri  1  penerbit  Tiga  Serangkai  Sujatmiko,
2005,  Matematika  untuk  SMP  Kelas  VIII  seri  2A  Penerbit  Erlangga  Cholik Sugijono,  2004,  Matematika  untuk  SMP  Kelas  VIII  seri  2B  Penerbit  Erlangga
Cholik    Sugijono,  2004,  dan  Matematika  untuk  SMP  dan  MTs  Kelas  VII Penerbit  Grahadi  Mujiyono    Retno,  2005  serta  beberapa  gambar  lain  yang
didapat dari internet. Untuk  membuat gambar atau citra tersebut  menjadi  bentuk  file  yang  siap
untuk  dikenali  komputer,  gambar  tersebut  melewati  tahap  penghapusan  objek yang  tidak  diperlukan  sebagai  langkah  untuk  mengurangi  noise.  Gambar