Perancangan Media Informasi Penyakit Sinusitis Melalui Video Motion Graphic

(1)

(2)

(3)

(4)

54 Nama : M. Rizhar Hutani

Tempat Tanggal Lahir : Balikpapan, 30 Juni 1994 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Fakultas : Desain dan Seni

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Jenjang : S-1

Alamat : Jl. Kebon nanas utara no 6 Rt 02 Rw 004 kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur

Telp : 089651982563

Email : murihut@gmail.com Instagram : @murihut


(5)

MELALUI VIDEO MOTION GRAPHIC

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2015-2016

Oleh:

Muhammad Rizhar Hutani

NIM. 51912158

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iii Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga perancangan tugas akhir yang berjudul Perancangan media informasi penyakit sinusitis melalui video motion graphic” ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini dibuat guna sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa/i yang telah menempuh pendidikan pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Desain di Universitas Komputer Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis sekaligus ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat disusun dan dapat diselesaikan dengan tepat waktu, terutama kepada pembimbing Bapak Setia Surya Kusuma, M.Ds, dosen wali yang selalu memberikan arahan dan nasihatnya Ibu Yulli Ambarsih Ekawardhani, M.Sn, seluruh Dosen DKV, sekretariat yang telah memberikan pelayanan yang baik. Dan Kepada kedua orang tua penulis yang atas kasih sayangnya selama ini selalu mendorong dan mengingatkan akan pentingnya pendidikan formal maupun non formal, terlebih lagi agama bagi kehidupan anak-anaknya. Tak lupa mengucapkan terimakasih kepada anggota kosan pak Toha, Rahma Yuni Syamsiyah, Apriyulia Suherman, M. Tazul Arifin, Dr. Ridovi Osmar, dan kerabat penulis, keluarga DKV-1 UNIKOM 2012, dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Atas semua dukungan, motivasi dan semangat yang selalu diberikan.

Akhir kata, semoga perancangan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca.

Bandung,19 Agustus 2016 Penulis,

M. Rizhar Hutani


(7)

(8)

vi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

I.6 Manfaat Perancangan ... 4

BAB II PENYAKIT SINUSITIS ... 5

II.1.Penyakit ... 5

II.1.1 Hidung ... 6

II.1.2 Sinus Paranasal ... 10

II.2 Sinusitis ... 11

II.2.1 Penyebab Sinusitis ... 12

II.2.2 Gejala-gejala Sinusitis ... 14

II.2.3 Penanganan Sinusitis ... 14

II.3 Laporan Hasil Kuisioner ... 15

II.4 Target Audiens…...18


(9)

vii

III.1.1 Tujuan Komunikasi ... 22

III.1.2 Pendekatan Komunikasi ... 22

III.1.3 Materi Pesan ... 23

III.1.4 Gaya Bahasa ... 23

III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan... 24

III.1.6 Strategi Kreatif ... 24

III.1.7 Strategi Media ... 25

III.1.8 Strategi Distribusi... 29

III.2 Konsep Visual ... 30

III.2.1 Format Desain ... 30

III.2.2 Layout ... 31

III.2.3 Huruf ... 31

III.2.4 Storyboard ... 32

III.2.5 Ilustrasi dengan teknik cat air ... 32

III.2.6 Ilustrasi Karakter ... 33

III.2.7 Warna ... 35

III.2.8 Audio ... 36

BAB IV TEKNIK PRODUKSI MEDIA DAN APLIKASI MEDIA ... 38

IV.1 Pra Produksi ... ....38

IV.2 Produksi... ...40

IV.2.1 Media Utama ... 40

IV.2.2 Media Pendukung ... 43

IV.2.2.1 Poster...44

IV.2.2.2 T-Shirt ... 44

IV.2.2.3 Jam Dinding ... 45

IV.2.2.4 Stiker ... 45

IV.2.2.5 Pin ... 46


(10)

(11)

ix

Gambar II.1 Kerangka luar hidung ... 6

Gambar II.2 Kerangka Luar Hidung Dari Sisi Bawah) ... 7

Gambar II.3 Permukaan Medialis Tulang Hidung Kiri ... 7

Gambar II.4 Septum nasi tanpa mokosa ... 8

Gambar II.5 Serabut Saraf hidung ... 9

Gambar II.6 Cara kerja hidung... 9

Gambar II.7 Anatomi Sinus di Bagian Kepala... 11

Gambar III.2 Referesi layout untuk video Motion Graphic ... 30

Gambar III.3 Headline/Judul ... 31

Gambar III.4 Typografi body teks ... 31

Gambar III.5 Typografi Headline Media Pendukung, Dll ... 32

Gambar III.6 Storyboard ... 32

Gambar III.7 Referensi karakter (a), Sketsa karakter (b) ... 33

Gambar III.8 Referensi virus (a), ilustrasi virus (b) ... 34

Gambar III.9 Rongga Sinus (a), ilustrasi lendir sinus (b) (c) ilustrasi rongga sinus (d) ilustrasi rongga sinus yang meradang ... 34

Gambar III.10 hidung meler (a), ilustrasi hidung mampet (b) (c) ilustrasi hidung Meler ... 34

Gambar III.11 air hangat (a), ilustrasi air hangat (b) ... 35

Gambar III.12 Garam (a), ilustrasi garam (b) ... 35

Gambar III.13 Color Guide ... 36

Gambar IV.1 Storyline ... 38

Gambar IV.2 Hasil gambar manual dengan pensil, dan cat air ... 39

Gambar IV.3 Tahap Menaikan warna 2 di Adobe photoshop ... 39

Gambar IV.4 Proses Animating ... 40

Gambar IV.5 Proses Penggabungan Scene ... 40

Gambar IV.6 proses perekaman narasi ... 41

Gambar IV.7 Proses Rendering... 41

Gambar IV.8 Tampilan scene awal video Motion Graphic ... 42


(12)

x

Keseluruhan... 43

Gambar IV.12 Poster ... 44

Gambar IV.13 T-Shirt ... 44

Gambar IV.14 Jam Dinding ... 45

Gambar IV.15 Stiker ... 45

Gambar IV.16 Pin ... 46

Gambar IV.17 Fanpage Facebook ... 46

Gambar IV.18 Fanpage Instagram ... 47


(13)

xi Tabel II.3.1 Identifikasi Responden yang Mengetahui Sinusitis ... 15 Tabel II.3.2 Identifikasi Responden yang Mengetahui Penyebab Penyakit Sinusitis ... 16 Tabel II.3.3 Identifikasi Responden yang Mengetahui ... 16 Tabel II.3.4 Identifikasi Responden yang Mengetahui ... 17

Tabel II.3.5 Identifikasi Responden Mengetahui Cara Mencegah Penyakit Sinusitis ... 17


(14)

xii Lampiran A Sketsa ...49 Lampiran B Karya Tercetak...50


(15)

48 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Admiral, Surasetja. 1983. Ilmu Penyakit Dasar Untuk Perawat. Jakarta: Bhratara Karya Aksara

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bajpai. 1991. Osteologi Tubuh Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara

Ballenger, John Jacob. 1994. Penyakit Telingga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta: Binarupa Aksara

Corbeil, Jean Claude dan Ariane Archambault. 2004. Kamus Visual. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer

Depkes RI. 2003. Pola Penyakit 50 Peringkat Utama Menurut DTD Pasien Rawat. Jakatra: Depkes RI

Herawati, Sri dan Rukmini, Sri. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hidung Tenggorokan untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Hidup: Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Hutapea, Albert M. 2006. Keajaiban-keajaiban: dalam tubuh manusia. Jakarta: Gramedia

Iskandar, Nurbaiti. 1993. Tumor Telinga, Hidung, Tenggorokan: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Plasse, Harvey dan Masline, Shelagh R. 2002. Sinusitis Relief. New York: Macmillan

Pratiwi, dkk. 2006. Biologi: Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Soepardi, Eflaty Arsyad. et. all. (ed). 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher: Edisi Ketujuh Cetakan Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI


(16)

49 Surya, Yohanes. 2013. Gasing Science 4A. Tangerang: PT Kadel

Tim Redaksi Plus. 2009. 252 Tips Seputar Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus Tim Sains Quadra. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA): Kelas 4 SD Semester

Pertama. Jakarta: Quadra

Tim Tentor Jitu. 2015. Bidikan jitu lulus US/M: Untuk SD/MI. Tangerang: Edu Penguin

Trident Referensi Publishing. 2009. Bebas Pilek dan Flu. Yogyakarta: Kanisius Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (LNRI

tahun 1960 Nomor 131 TLNRI Nomor 2068)

Widjaja, M. C. 2008. Mencegah & Mengatasi Alergi & Asma pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka

Wolfson, Allan B. et. all. (ed). 2009. Harwood-Nuss’: Clinical Practice Of Emegency Medicine. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins


(17)

50 Sumber Jurnal Internet

Explainer video Bukalapak.com tersedia di:

https://www.youtube.com/watch?v=fChHis_UmW0 ( [ 24 April 2016 ] Nead, Sam. 2013. Epitel Olfaktori Hidung Manusia.

https://medicalstudentnotes.files.wordpress.com/2013/06/epitel-olfaktori-hidung-manusia.jpg. [19 Januari 2016]

Setiawan, Ebta. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Kamus versi online/dalam jaringan. http://kbbi.web.id. [19 Januari 2016]


(18)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang terletak pada posisi garis khatulistiwa yang menyebabkan indonesia memperoleh pancaran sinar matahari maksimal atau merata sepanjang tahun. Ciri dari daerah yang beriklim tropis hanya ada dua musim yang terjadi, yakni musim kemarau dan musim hujan. Pancaroba merupakan istilah saat terjadinya peralihan dua musim antara musim penghujan dan kemarau atau sebaliknya. Perubahan musim ini rentan munculnya berbagai macam penyakit yang dapat menyerang kesehatan manusia. Menurut kepala UPTD Yankes Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung dr. Dita Jumarya “musim pancaroba dapat menurunkan kekebalan tubuh manusia” (galamedianews.com/, 3 Oktober 2015). Dengan menurunnya kekebalan tubuh, manusia lebih mudah terkena penyakit.

Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan adanya gangguan pada makhluk hidup (KBBI online). Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem faal atau jaringan pada organ tubuh pada makhluk hidup. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan Nomor 9 tahun 1960, sakit adalah adanya gangguan jasmani, rohani, dan sosial sehingga tidak dapat berfungsi secara normal, selaras, serasi, dan seimbang.

Penyakit mudah menular menjangkiti tubuh yang tidak prima karena terlalu lelah ketika menjalani aktivitas rutin yang begitu padat, beban kerja yang berat dan melelahkan. Selain itu, aktivitas dan kesibukan yang menyebabkan manusia cenderung kurang beristirahat dengan cukup, makan makanan yang kurang bernutrisi, olahraga yang jarang dilakukan. Masalah-masalah seperti ini yang dialami oleh para usia produktif baik yang sudah bekerja maupun yang berstatus mahasiswa yang memiliki aktivitas padat yang menyebabkan terjangkit berbagai penyakit dalam tubuh bahkan penyakit kronis (Puspitarani, 2010, h. 1).


(19)

2 Hidung adalah alat indera manusia yang berfungsi sebagai indera pencium, menghirup udara pernafasan, menghangatkan udara pernafasan, menyaring udara, dan juga berperan dalam resonansi suara. Hidung salah satu jalan masuk utama oksigen dan keluarnya karbondioksida. Menjaga kesehatan hidung sama pentingnya dengan menjaga kesehatan organ tubuh lainnya. Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi rangsangan berupa bau atau zat kimia yang berupa gas. Didalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau memiliki rambut-rambut halus (silisolfaktori) yang ujung nya diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung.

Pada saat kita bernafas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk kedalam hidung. Zat kimia yang merupakan sumber bau akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian merangsang rambut-rambut halus pada sel pembau. Sel pembau akan meneruskan rangsang ini ke otak untuk diolah sehingga bisa mengetahui jenis bau dari zat kimia yang ada di udara. Udara tidak selalu bersih, ada udara yang kotor mengandung banyak bakteri, pada saat orang lain bersin dan tidak sengaja terhirup oleh orang lainnya, kemudian orang tersebut akan tertular penyakit, banyak penyakit dapat terjangkit di hidung contohnya Influenza,sinusitis,renitis dan lain-lain.

Data dari Depkes RI (2003) menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada dalam urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Survei kesehatan indra penglihatan dan pendengaran 1996 yang di adakan oleh Binkesmas bekerja sama dengan PERHATI dan bagian THT RSCM mendapatkan data penyakit hidung dari 7 provinsi. Data dari rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435 pasien, 69 % adalah sinusitis (Soepardi, 2007, ).

Sinusitis merupakan inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebabnya utamanya adalah


(20)

3 selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri (Soepardi, 2007, h.127).

Bedasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 50 responden diketahui bahwa sebanyak 51,79% tidak mengetahui penyebab penyakit sinusitis, sebanyak 61.82% tidak mengetahui bagian bagian sinus di kepala manusia, sebanyak 51,79% tidak mengetahui gejala-gejala penyakit sinusitis, sebanyak 73,21% tidak mengetahui cara mencegah penyakit sinusitis.

Dari studi pendahuluan tersebut maka diketahui bahwa sebagian besar responden kurang mengetahui, penyebab sinus, bagian-bagian sinus, gejala-gejala sinusitis dan cara mencegah penyakit sinusitis

I.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, terdapat permasalahan sebagai berikut:

 Penyakit sinusitis menjangkiti lebih dari satu tempat di bagian hidung.

 Kurangnya pemahaman gejala-gejala dan penyebab sinusitis.

 Serta kurangnya pengetahuan cara mencegah penyakit sinusitis.

I.3 Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalah yang dijabarkan melalui beberapa pertanyaan yaitu:

“Bagaimana cara memberi pemahaman secara jelas tentang penyakit sinusitis.”

I.4 Batasan Masalah

Pemecahan masalah yang di fokuskan pada penyakit sinusitis, yaitu meliputi pengertian penyakit sinusitis, penyebab penyakit sinusitis, gejala sinusitis, cara pencegahan penyakit sinusitis pada masyarakat kota bandung yang berkategorikan dewasa awal berusia 19-27 tahun.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka didapat tujuan dari perancangan sebagai berikut :


(21)

4

 Memberikan media informasi kepada masyarakat tentang penyakit hidung khususnya sinusitis, bagian-bagian yang terjangkit sinusitis

 Memberikan visualisasi menarik tentang anatomi hidung , penyakit hidung khususnya sinusitis dan bagian-bagian yang terjangkit penyakit sinusitis.

 Memberikan informasi kepada masyarakat cara merawat hidung

 Memberikan informasi kepada masyarakat cara pemeriksaan dini terhadap sinus dan pencegahaan dini penyakit sinus


(22)

5 BAB II. PENYAKIT SINUSITIS

II.1 Penyakit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyakit adalah suatu yang menyebabkan adanya gangguan pada makhluk hidup. Gangguan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan jaringan pada organ tubuh pada makhluk hidup. Admiral (1983), Penyakit adalah sesuatu di dalam tubuh yang mengganggu kinerja tubuh. Ilmu penyakit di bagi sebagai berikut:

 Ilmu penyakit dasar merupakan ilmu yang menguraikan pokok-pokok dasar pengetahuan tentang penyakit agar penyakit lebih mudah dipahami dan dijelaskan.

 Ilmu penyakit khusus merupakan ilmu yang menguraikan penyakit satu persatu dengan detail masing-masing bagian (h.1).

Achamdi (seperti dikutip Oktaviani, 2015) menjelaskan secara umum, penyakit bisa diartikan sebagai suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan/atau morfologi suatu organ dan/atau jaringan tubuh manusia. Termasuk didalamnya kelainan enzim, namun oada dasarnya juga akan menimbulkan gangguan fungsi (h.8).

Pada umumnya gangguan penyebab penyakit dibagi menjadi dua jenis yaitu, hidup seperti hama dan mati seperti racun. Dalam dua jenis tersebut bisa dibagi dua bagian lagi yaitu gangguan yang menyerang jasmani dan gangguan yang menyerang rohani. Bisa pula juga menyerang keduanya.

Contoh-contoh gangguan yang menyerang jasmani sebagai berikut:

 Gangguan dari hama penyakit ke dalam tubuh, lazim nya di sebut infeksi seperti, malaria, disentri, dan sebagainya.

 Salah mengatur makanan seperti pada penyakit avitaminois dan lain-lain

 Gangguan pertumbuhan, khusus nya sel-sel yang tumbuh tidak normal seperti tumor, pekung, atau daging jadi (tumbuh).


(23)

6

 Serangan yang terkena tubuh yang biasa disebut trauma atau jejas, misalnya terkena benda tajam atau benda tumpul.

 Keracunan.

 Cacat bawaan seperti bibir sumbing.

 penyempitan atau penyumbatan alat yang bersaluran seperti di saluran kencing

 bertambahnya umur

 alergi

 gangguan fisik

 gangguan fungsi kelenjar usus buntu (Admiral, 1983, h.2).

II.1.1 Hidung

Hidung adalah salah satu indra yang digunakan untuk mengenali sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Bentuk ukuran dan warna hidung setiap orang berbeda-beda. Rongga hidung merupakan tempat yang paling awal dimasuki udara pernapasan. Udara pernapasan masuk melalui lubang hidung menuju rongga hidung yang dilengkapi silia dan selaput lender. Rongga hidung berhubungan dengan tulang dahi, tulang ayak, kelenjar air mata, telinga bagian tengah, serta rongga mulut. Itulah sebabnya kita dapat bernafas melalui mulut (Pratiwi dkk, 2006, h.70).

Bagian-bagian hidung

Gambar II.1 Kerangka Luar Hidung

Keterangan: 1. Kartilago lateralis superior; 2. Septum; 3. Kartilago lateralis interior; 4. Kartilago alar minor; 5. Processus frontalis tulang maksila; 6.Tulang


(24)

7 Gambar II.2 Kerangka Luar Hidung Dari Sisi Bawah

Keterangan: 1. Kartilago alar; 2. Medial crus; 3. Lateral crus; 4. Spin hidungis anterior; 5. Vibro aleolar; 6. Kartilago; 7. Sutura intermaksilaris (Sumber:

Ballenger, 1994, h.2)

Gambar II.3 Permukaan Medialis Tulang Hidung Kiri

Keterangan: 1. Pinggir superior; 2. Pinggir medialis dan krista maksilaris; 3. Koramen vaskuler; 4. Sulkus untuk nervus ethmoidalis; 5. Pinggir lateral


(25)

8 Gambar II.4 Septum nasi tanpa mokosa

Keterangan: 1. Tulang frontal; 2. Spinal frontalis; 3. Tulang hidung; 4. Kartilago septalis; 5. Kartilago lateralis superior; 6. Kartilago alar; 7. Kartilago vomerohidung; 8. Spina hidungis anterior; 9. Incisura canal; 10.

Lamina perdendikularis tulang ethmoid; 11. Sinus spenoid;

12. Tulang fomer; 13. Kista palatum; 14.kista maksila (Ballenger,1994, h.3) .

Fungsi bagian-bagian dari hidung:

Vestiblum nasi berfungsi sebagai tempat melekatnya bulu hidung (vibrissae),

vestiblum nasi yang di lapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebutnares anterior dan lubang belakang disebut posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring

 Rongga hidung (cavum nasi) merupakan tempat pertama kali udara masuk kedalam tubuh.dan keluar

 Rambut hidung berfungsi untuk menahan kotoran yang masuk dan keluarnya udara pernafasan.

 Serabut saraf (olfaktori) berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara pernafasan.

 Sekat rongga hidung (konka nasalis/septum nasi) berfungsi sebagai pengatur suhu yang masuk melalui rongga hidung kanan maupun kiri, udara dibagi dalam tiga bagian konka yang terdiri dari 3 bagian pula, saat udara masuk ke rongga hidung akan disesuaikan temperaturnya saat melalui bagian konka.

 Selaput lendir berguna untuk menyaring debu, melekat kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu udara pernapasan dan meyelidiki adanya bau di udara.Selaput lendir juga berguna untuk meneruskan rangsangan aroma yang


(26)

9 larut dalam selaput lendir menuju saraf pembau yang berada di hidung (Tim Tentor Jitu, 2015, h.152).

Gambar II.5 Serabut Saraf Di Hidung.

Sumber: https://medicalstudentnotes.files.wordpress.com/2013/06/epitel-olfaktori-hidung-manusia.jpg (Diakses pada 11/4/2016).

Cara kerja hidung agar manusia bisa merasakan bau-bau karena zat bau yang terbawa oleh udara atau gas yang masuk melalui sistem pernafasaan kita melekat pada lendir hidung yang kemudian disampaikan ke otak.

Gambar II.6 Cara Kerja Hidung

Sumber: Buku Gasing Science Bilingual (Surya, 2013, h. 84)

 Bau atau aroma menyebar di udara.


(27)

10

 Setelah itu aroma atau bau larut di dalam selaput lendir.

 Aroma atau bau yang larut di selaput lendir menjadi reseptor yang merangsang saraf-saraf (olfaktori)

 Setelah itu rangsangan di lanjutkan ke otak dan menjadi respon (Surya, 2013, h. 84).

II.1.2 Sinus Paranasal

Sinus paranasal merupakan hasil pembentukan rongga-rongga udara (pneumatisasi) di tulang-tulang kepala. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Jenis-jenis sinus paranasal ada empat yaitu, sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid. Sinus Paranasal mulai terbentuk saat janin berusia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus frontal berkembang lebih dulu dari sinus sfenoid dimulai pada usia kurang dari 8 tahun. Sedangkan pembentukan rongga pada sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun. Sinus paranasal ini umumnya mencapai ukuran maksimal pada umur 15-18 tahun. Ada empat macam rongga sinus yaitu sinus frontal, sinus maksilaris, sinus etmoid dan sinus sfneoid (Soepardi, 2007, h.122)

Sinus frontal berada di tulang kepala bagian dahi, sinus frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat janin, sesudah lahir sinus frontal berkembang pada usia 8-10 tahun dan mencapai ukuran maksimal pada umur 20 tahun. Ukuran sinus frontal adalah 2.8 CM tinggi nya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm (Soepardi, 2007, h.122).

Sinus maksila merupakan sinus paranasal dengan ukuran terbesar bervolume 6-8 ml dan berkembang hingga 15ml saat dewasa. Berada di bawah mata (Soepardi, 2007, h.122).

Sinus etmoid berada di pinggir mata dekat hidung, berbentuk seperti pyramid dengan ukuran,panjang 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0.5 cm (Soepardi, 2007, h.124).

Sinus Sfenoid terletak di belakang mata. Sinus ini di bagi menjadi dua dengan sekat yang disebut septum, dengan ukuran 2 cm tingginya, dalamnya 2,3cm dan


(28)

11 lebar nya 1,7 cm, volumenya bervariasi dari 5 sampai dengan 7,5 ml (Soepardi, 2007, h.124).

Fungsi dari sinus adalah Beberapa teori di temukan bahwa sinus paranasal memiliki fungsi yaitu: sebagai pengatur kondisi suara, sebagai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perubahaan tekanaan udara dan, membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung. (Soepardi, h.125).

Cara untuk memeriksa rongga sinus menurut acara Dokter Oz Indonesia Trans TV padap tanggal 6 Desember 2013 adalah dengan memasukan senter kedalam mulut di tempat yang gelap lalu menghadap kaca sambil melihat apakah ada warna terang di daerah bawah mata, bila terlihat pudar atau beda sebelah maka bisa jadi terkena penyakit sinusitis.

Gambar II.7Anatomi Sinus Di Bagian Kepala Tampak Depan Dan Tampak Samping

Sumber: http://www.intechopen.com/source/html/44463/media/image5.png (Diakses pada 11/4/2016).

II.2 Sinusitis

Menurut Hagop M. Afarian, sinusitis merupakan penyakit peradangan pada sinus paranasal yang terjadi disebabkan oleh infeksi, alergi, atau masalah auto imun (Wolfson, 2009 h. 390). Endang Mangunkusumo dan Damajanti Soetjipto (dalam Soepardi, 2007) berpendapat bahwa: Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga


(29)

12 sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya ialah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. Sinusitis pada anak kerap dijumpai pada saat anak berusia 6-11 tahun. Pada rentang usia, tersebut, penyakut ini paling banyak dijumpai pada usia 5-8 tahun, dan mencapai puncaknya pada usia 7 tahun. (Widjaja, 2008, h. 28).

Jenis sinusitis menurut Widjaja (2008) yaitu: sinusitis maksila terdapat di dalam tulang pipi, sinusitis etmoid yang terdapat di belakang batang hidung di sudut mata, sinusitis frontal yang terdapat di dalam dahi, sinusitis sfenoid yang terletak di etmoid (h. 30). Sinusitis diartikan juga sebagai meradangnya mukosa sinus paranasal. Bila sinusitis menjangkit beberapa bagian sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila menjangkit semua bagian sinus disebut pansinusitis (Soepardi, 2007, h.127).

Sinusitis dapat diklasifkasikan sebagai, akut (< 4 minggu), subakut (4-12 minggu), kronis (212 minggu) dengan atau tanpa eksaserbasi (kambuh) akut, dan akut berulang (Wolfson, 2009 h. 390). Sedangkan menurut Plasse dan Masline (2002), secara klinis sinusitis dibagi menjadi sinusitis akut berlangsung hingga 4 minggu dari timbulnya gejala, sinusitis subakut berlangsung lebih dari 4 minggu tetapi terjadi kurang dari 12 minggu, sinusitis akut berulang terjadi 4 kali atau lebih dalam kurun waktu 1 tahun, dan sinusitis kronis berlangsung 12 minggu atau lebih (h. 11).

II.2.1 Penyebab Sinusitis

Sinusitis disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan nafas bagian atas dan dapat diperparah oleh infeksi kuman atau virus dan alergi. Kejadian sinusitis 20-200 kali lebih umumnya terjasi karena bakteri sinusitis. Lebih dai 20-200 virus yang menyebabkan sinusitis akut, dari serotipe rhinovirus, parainfluenza dan virus influenza yang paling umum penyababnya. Infeksi virus biasanya terjadi pada 10 hari pertama lalu diikuti dengan infkesi dari bakteri sesudahnya Sebagian besar kasus sinusitis terjadi karena virus URI (infeksi saluran pernapasan). Virus


(30)

13 melukai epitel (jaringan) sinus, sehingga terjadi kelainan fungsi pada serabut sinus dan terjadi peradangan (Wolfson, 2009 h. 390).

Menurut Endang Mangunkusumo dan Damajanti Soetjipto, berdasarkan penyebabnya sinusitis dibagi menjadi 2 yaitu sinusitis detogen dan sinus jamur. Sinusitis dentogen merupakan kelainan gigi yang menyebabkan sinusitis. Dasar terjadinya sinusitis dentogenkarena tulang membentuk dan membungkus gigi yang memisahkan gigi geraham dang sinus maksila sangat tipis, sehingga bila terjadi infeksi pada gigi geraham atas akan dengan mudah meyebar secara langsung ke sinus maksila. Sinusitis jamur adalah infeksi karena jamur pada sinus paransal. Sering terjadi karena penggunaan obat antibiotik, obat peningkat imun, obat mengandung kortikosteroid dan pengobatan dengan radioterapi (Soepardi, 2007, h.128).

Jamur yang menginfeksi sinus adalah Pseudomonas sp, spesies dari Mucoreceae

termasuk Rhizopus sp, Mucor sp dan Absida sp dan yang paling sering menginfeksi Aspergillus sp (Wolfson, 2009 h. 390). Jenis bakteri yang menginfeksi sinus adalah Streptococcus pneuminiae (30%), nontypeable Haemophilus influenzae (20%), Moraxella catarrhalis, Staphilococcus aureus,

spesies dari sterptococal lainnya dan bakteri yang berasal dari gigi lalu menyerang sinus. Menurut berbagai penelitian, bakteri yang sering menginfeksi sinus pada anak adalah Moraxella catarrhalis yaitu sebanyak 20% (Soepardi, 2007, h.128).

Penyebab sinusitis selain dari infeksi virus, bakteri, dan jamur langsung terjadi pula karena penyakit ISPA akibat virus, rinitis, polip hidung, kelainan anatomi (bentuk) sinus, infeksi tonsil, infeksi gigi, dan kelainan imun. Faktor lainya yang berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok (Soepardi, 2007, h.127).

Sinusitis maksila banyak dijumpai mengingat faktor drainase yang kurang baik (karena lubangnya terletak di dekat atap rongga hidung) dan posisi ostium (lubang) yang lebih rendah dibanding dengan sinus lain. Penyakit ini juga terjadi


(31)

14 akibat infeksi akut yang tidak diobati, dan adanya faktor peradangan pada gigi (Herawati dan Rukmin, h. 40).

II.2.2 Gejala-gejala Sinusitis

Gejala penyakit ini tidak jelas dan tidak banyak sehinga sering kali tidak diperhatikan penderita.

 Keluhan yang paling banyak dikemukan adalah sekret hidung yang mukopurulen (keluar cairan lendir hijau)

 Penderita terkadang juga mengeluh buntu hidung.

 Terdapat cairan di tenggorokan karena ingus yang turun ke tenggorokan (post nasal drip) pada sinus maksila

 Rasa nyeri di bagian sinus yang terkena

 Rasa nyeri kepala, bahkan kepala terasa sangat berat. Sakit akan diperberat lagi jika saat batuk, mengejan, atau membungkuk timbul rasa nyeri di kepala. Menandakan sinusitis frontal

 Suara menjadi bindeng (sengau)

 penciuman terganggu. Bengkak dan kemerahan di pipi pun menjalar ke mata (Widjaja, 2008, h. 29).

 napas berbau

 Deman dan lesu

 Nyeri di antara atau dibelakang dua bola mata pada sinus etmoid

 Nyeri alih dari gigi ke telinga pada sinus maksila

 Terkadang terlihat ada gumpalan jamur berwarna coklat kehitaman dan kotor dengan atau tanpa pus di sinus (Soepardi, 2007, h.127).

II.2.3 Penanganan Sinusitis

Sinusitis dapat diketahui setelah dilakukan pemeriksaan hidung rongent,

pemeriksaan fisik dan anamnesa (menanyakan keluhan) ke penderita. Pengobatan sinusitis biasa menggunakan.

 obat tetes hidung, anti biotik, dan kortikosteroid.


(32)

15

 pencucian sinus setiap hari pada anak setelah anak berusia dua tahun (Widjaja, 2008, h. 30).

Prinsip pengobatan sinusitis maksila adalah mengeluarkan cairan yang ada dalam kavum/rongga sinus yaitu dengan cara irigasi (menyemprotkan cairan). Irigasi dilakukan di meatus inferior dengan menggunakan alat yang disebut iroicart. Terapi diatermi dilakukana bila kelainan masih berupa udem (pembengkakan) mukosa. Selain itu, diberikan antibiotik dan dekongestan (penghilang nyeri). Penderita dianjurkan tidur miring ke sisi yang sehat dan menghindari makanan serta minuman dingin (Herawati dan Rukmin, h. 40). Terapi untuk sinusitis jamur invasif ialah pembedahan, debrideman, anti jamur sistematik dan pengobatan terhadap penyakit dasarnya (Soepardi, 2007, h.127).

II. 3 Laporan Hasil Kuisioner

Penulis melakukan penyebaran kuisioner pada tanggal 8 april 2016 melalui media online, target yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu masyarakat dari berbagai daerah yang berdomisili di Bandung, dengan target usia 18-40 tahun dengan gender yang berbeda.

Pengisian kusioner dilakukan sebagai studi pendahuluan mengenai pengetahuan masyarakat kota bandung tentang penyakit sinusitis, hasil yang di dapat dari kusioner sebagai berikut:

Tabel II.3.1 Identifikasi Responden yang Mengetahui Sinusitis. Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(33)

16 Dari 56 responden, sebanyak 55.36% mengetahui penyakit sinusitis dan sebanyak

44.64% tidak mengetahui penyakit sinusitis.

Tabel II.3.2 Identifikasi Responden yang Mengetahui Penyebab Penyakit Sinusitis.

Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

.

Dari 56 responden, sebanyak 48.21% mengetahui penyebab sinusitis dan sebanyak 51.79% tidak mengetahui penyebab penyakit sinusitis.

Tabel II.3.3 Identifikasi Responden yang Mengetahui Bagian-Bagian Sinus di Kepala Manusia. Sumber: Dokumen Pribadi (2016). (2016).


(34)

17 Dari 56 responden, sebanyak 38.18% mengetahui bagian-bagian sinus dan sebanyak 61.82% tidak mengetahui bagian-bagian sinus.

Tabel II.3.4 Identifikasi Responden yang Mengetahui Gejala-Gejala Penyakit Sinusitis.

Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Dari 56 responden, sebanyak 48.21% mengetahui gejala-gejala penyakit sinusitis dan sebanyak 51.79% tidak mengetahui gejala.gejala penyakit sinusitis.

Tabel II.3.5 Identifikasi Responden Mengetahui Cara Mencegah Penyakit Sinusitis.


(35)

18 Dari sebanyak 56 responden, sebanyak 26.79% mengetahui penyakit cara mencegah penyakit sinusitis dan sebanyak 73.21% tidak mengetahui cara mencegah penyakit sinusitis.

Dari hasil presentasi kuisioner di atas dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar masyarakat mengetahui penyakit sinusitis tapi tidak mengetahui secara detail, khusus nya gejala-gejala penyakit sinusitis, cara pencegahan penyakit sinusitis.

Selain melakukan kuesioner penulis juga langsung mewawancara penderita penyakit sinusitis,penulis mendapatkan bahwa penderita tidak mengetahui gejala awal sinusitis, penderita hanya berasumsi bahwa pilek atau batuk yang di derita tidak menimbulkan penyakit seperti sinusitis dan menganggap nya pasti sembuh, setelah mulai merasakan keluhan seperti nyeri di bagian wajah dan hidung mampet pada saat suhu udara dingin atau lingkungan sekitar berdebu baru pencertia mencari tahu. Penderita yang sudah merasakan penyakit sinusitis biasa mengalami ingus kental yang berwarna kecoklatan atau kehijauan, dan sakit saat berusaha mengeluarkan dari hidung.

II.4 Target Audiens

Target audience dipilih berdasarkan uraian secara spesifik dari sumber-sumber data yang diperoleh secara tepat berupa:

Demografis

 Usia : Remaja akhir, dewasa awal

 Jenis Kelamin : Laki-laki & Perempuan

 Status ekonomi sosial: Menengah

 Pendidikan: Pelajar, Mahasiswa,


(36)

19

Psikografis

Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004, 53) “masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa”.

Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja

Perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja antara lain sebagai berikut:

a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak. b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah.

c. Sudah mampu membedakan yang konkrit dengan yang abstrak. d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis

e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja.

f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi

g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri).

Perkembangan Emosi Remaja

Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya.

Perkembangan Moral Remaja

Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain).


(37)

20

Perkembangan Sosial Remaja

Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.

Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap yang kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya

(http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikologis-remaja/)

Dewasa Awal

Fase ini adalah masa peralihan dari ketergantungan ke masa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri, dan pandangan tentang masa depan.

Perkembangan sosial dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada sekarang ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Hurlock (1994), mengemukakan beberapa karateristik dewasa awal, salah satunya yaitu dewasa awal merupakan masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

Geografis

Seluruh masyarakat Indonesia, tetapi lebih difokuskan pada masyarakat Bandung dan sekitarnya. Dikarenakan iklim Bandung yang dingin dan sering hujan. Menyebabkan penyakit pilek dan batuk lebih cepat berkembang yang merupakan penyebab awal penyakit sinusitis.

II.5 Solusi Perancangan

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat masih banyak yang tidak mengetahui cara pencegahan penyakit sinusitis tersebut.


(38)

21 Melihat dari kenyataan tersebut, maka perlunya media informasi yang dapat menjelaskan tentang penyakit sinusitis dan cara pencegahannya.


(39)

22 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Pengertian strategi menurut Stephanie K (seperti dikutip dalam Bernado Periangan 2011). Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Dalam hal ini solusi media yang akan dibuat yaitu berupa video motion graphic

tentang penyakit sinusitis dan cara pencegahannya, sehingga dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang gejala – gejala yang terjadi pada penyakit sinusitis, agar masyarakat tetap menjaga kesehatan tubuh dengan pola hidup sehat.

Diharapkan dengan adanya perancangan ini bisa menyumbang sebuah media berupa video motion graphic yang memiliki daya tarik tersendiri bagi khalayak sasaran karena terdapat suara dan ilustrasi gambar yang bergerak dan juga mudah untuk mendapatkan informasi tersebut melalui video yang diunggah di media sosial seperti instagram, facebook dan line official account.

III.1.1 Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan ini antara lain:

A. Agar masyarakat mengetahui penyebab penyakit sinusitis dan cara pencegahannya.

B. Menambah media informasi tentang penyakit sinusitis melalui video motion graphic dengan menggunakan cat air.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Dalam penyampaian informasi dibutuhkan strategi untuk pendekatan komunikasinya agar mudah dimengerti oleh target audiens. Penyampaian komunikasi bisa berupa komunikasi secara visual maupun verbal, bisa juga dengan keduanya. Pendekatan tersebut diharapkan memberikan efek ketertarikan


(40)

23 kepada target audiens. dengan komunikasi yang disajikan dalam media. Berikut penjelasan mengenai pendekatan visual dan verbal:

 Pendekatan Visual

Pendekatan visual adalah faktor yang penting dalam mencapai daya tarik target audiens. Maka pendekatan visual yang akan digunakan adalah gambar ilustrasi menggunakan cat air, disesuaikan dengan gaya gambar pribadi dan juga tentunya target audiens. Sehingga informasi dapat diterima dengan baik oleh target audiens.

 Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dilakukan melalui sudut pandang kesehatan yang sifatnya santai namun tepat. Pendekatan komunikasi ini berdasarkan data dan sumber yang berhubungan dengan penyakit sinusitis. Semua data yang didapat dirangkum menjadi informasi yang jelas agar mudah tersampaikan informasinya, serta dapat memperkuat visual yang akan ditampilkan. Bahasa yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana, singkat dan jelas agar tersampaikan dengan baik kepada target audiens.

III.1.3 Materi Pesan

Materi pesan yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:

 Memberikan informasi tentang penyakit sinusitis, gejala – gejala dan cara pencegahannya.

 Meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya menjaga kesehatan.

III.1.4 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam perancangan ini terdiri dari bahasa verbal dengan menggunakan bahasa indonesia. Agar dapat dipahami oleh berbagai kalangan di Indonesia, karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu negara Indonesia. Hal ini menjadi penting karena, gaya bahasa menjadi salah satu alat penghubung komunikasi antara komunikator kepada komunikan agar memiliki kesamaan persepsi atas sebuah pesan yang dikirimkan.


(41)

24 III.1.5 Khalayak Sasaran Perancangan

Consumer Insight

Audiens yang dituju adalah yang memiliki pola hidup yang kurang seimbang dan tingkat kesibukan yang tinggi. Dengan kesibukan yang tinggi dan pola hidup yang kurang seimbang akan membuat target audiens cepat terkena penyakit.

Berikut insight dari target audiens:

 Ingin selalu fit disetiap aktifitas yang dilakukan

 Tidak cepat sakit

Consumer Journey

Suatu kebiasaan yang sering dilakukan oleh seseorang setiap harinya. Bangun tidur, cek social media, mandi, sarapan dan berangkat sekolah atau kerja, cek social media, selesai dengan rutinitas kuliah atau kerja mereka akan berkumpul bersama teman-temannya, kemudian pulang kerumah, makan, istirahat sambil online, tidur. Consumer journey ini lah yang nantinya akan digunakan untuk aplikasi dari media yang telah dibentuk agar penyampaian ide dapat menjangkau sasaran dengan tepat maka diperlukan daftar aktifitas dari target audiens tersebut.

III.1.6 Strategi Kreatif

Konsep kreatif dalam perancangan media informasi ini memiliki tiga tahapan yang mana tahapan – tahapan tersebut merupakan bagian dari keseluruhan proses penyampaian informasi mengenai penyakit sinusitis dan cara pencegahannya.

Attention (perhatian)

Untuk menarik perhatian target audiens media informasi tentang penyakit sinusitis melalui video motion graphic ini dibuat dengan ilustrasi menggunakan cat air. Penggunaan cat air dalam media ini dikarenakan video

motion graphic kebanyakan menggunakan ilustrasi digital imaging ataupun


(42)

25 sebelumnya agar penyampaian informasi kepada audiens lebih menarik dan mudah dipahami.

Interest (minat)

Dalam menumbuhkan minat target audiens diperlukannya hal yang dapat berpengaruh seperti halnya bahasa, warna, ilustrasi, layout, tipografi. Setelah informasi ini sampai kepada target audiens diharapkan mereka dapat memberikan informasi ini pada khalayak lebih luas lagi.

Action (tindakan)

Lalu ditahap ini target audiens akan mengikuti informasi yang telah tersampaikan untuk menyampaikannya lagi kepada orang lain sehingga informasi lebih cepat tersampaikan.

III.1.7 Strategi Media

Dilihat dari permasalahan yang dihadapi, maka dalam pemilihan suatu media di harapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab permasalahan. Strategi media yang akan dipakai untuk menginformasikan tentang penyakit sinusitis dan cara pencegahannya antara lain:

1. Media utama

Media utama yang dipakai dalam perancangan media informasi ini adalah video motion graphic. dimana video adalah media yang tepat untuk target audiens, karena kontak yang dilakukan oleh target audiens lebih banyak dengan menggunakan akses internet pada komputer, laptop, maupun handphone. Media ini tidak lengkap tanpa adanya media pendukung seperti poster, brosur dan media yang dapat memberikan informasi yang lebih jelas lainnya, sehingga di sebagian besar kegiatan target audiens terdapat media informasi mengenai penyakit sinusitis itu sendiri.


(43)

26

 Video

Video merupakan media informasi yang dapat memudahkan akses khalayak sasaran informasi dimana lingkungan remaja dewasa sangat senang mengakses video, terlebih waktu luang untuk mengakses internet sangatlah banyak mengingat point of contact pada customer journey.

Video adalah gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

Menurut Dwyer, video mampu merebut 94% saluran masuknya pesan atau informasi kedalam jiwa manusia melalui mata dan telinga serta mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dari tayangan program. Pesan yang disampaikan melalui media video dapat mempengaruhi emosi yang kuat dan juga dapat mencapai hasil cepat yang tidak dimiliki oleh media lain.

Motion Graphic

Motion graphic adalah potongan-potongan media visual berbasis waktu yang menggabungkan film dan desain grafis. Hal tersebut bisa dicapai dengan menggabungkan berbagai elemen-elemen seperti animasi 2D dan 3D, video, film, tipografi, ilustrasi, fotografi, dan music. Penggunaan

motion graphic yang umum adalah sebagai title sequence (adegan pembuka) film atau serial TV, logo yang bergerak di akhir iklan, elemen-elemen seperti logo 3D yang berputar-putar di sebuah siaran, dan dengan adanya internet, animasi berbasis web, dll.


(44)

27 Menurut Ahli Teori Perfilman Michael Betancourt, dalam artikelnya yang berjudul The Origins of Motion Graphics, yang terdapat di Cinegraphic pada tanggal 6 Januari 2012, motion graphic adalah media yang menggunakan rekaman video dan / atau teknologi animasi untuk menciptakan ilusi gerak dan biasanya dikombinasikan dengan audio untuk digunakan dalam sebuah output multimedia. Motion graphic

biasanya ditampilkan melalui teknologi media elektronik.

 Video Motion Graphic

Motion graphic Design adalah sebuah subset dari Multimedia yang menggunakan elemen grafis dan prinsip-prinsip desain grafis dalam konteks pembuatan film atau produksi video melalui animasi atau teknik perfilman lainnya. Contohnya adalah tipografi kinetik dan grafis-grafis yang sering terlihat dalam sebuah pembukaan (title sequence) film, atau

opening sequence untuk serial TV, juga animasi web-based, bahkan hingga logo 3D stasiun TV yang kerap dipakai dalam sebuah saluran TV. Meski motion graphic design telah ada selama beberapa dekade, akhir-akhir ini dengan majunya teknologi maka motion graphic design-pun telah mengalami kemajuan dalam konteks kemutakhiran teknis. Berisikan penjelasan tujuan berkarya dan/atau perancangan termasuk prosedur identifikasi gagasan dan penetapan konsep. Jelaskan tujuan (hasil akhir ideal) proses berkarya dan/atau perancangan yang ingin dicapai. Satu tujuan tertentu merupakan terjemahan dari satu tema tertentu yang menjadi prioritas. Oleh karena itu jumlah dan konten tujuan yang dirumuskan seyogyanya bersesuaian dengan jumlah dan konten tema yang diprioritaskan. Dalam penjelasan dapat digunakan gambar dan/atau ilustrasi untuk memperjelas proses yang dilakukan serta luaran (output) yang didapatkannya.


(45)

28 2. Media pendukung

Media pendukung merupakan media pelengkap atau tambahan bagi media utama untuk membantu menginformasikan maupun mengingatkan, diantaranya yaitu:

a. Tahap informasi

 Poster A3

Poster merupakan media informasi yang dapat diakses pada tempat-tempat umum seperti mading kampus, tembok tembok perjalanan menuju kampus, ruang tunggu RS, maupun kantor. Hal ini bertujuan agar target audiens dapat tertarik untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan merujuk pada media utama.

Fanpage Instagram, facebook, & Line Official

Media sosial seperti facebook,twitter dan line adalah salah satu media yang paling banyak di gunakan oleh masyarakat Indonesia. Jadi akan tepat bila menggunakannya sebagai salah satu media yang memberikan informasi dari awal sampai akhir yang dapat mendukung media utama.

b. Tahap pengingat

Ditahap ini akan digunakan media-media yang sangat dekat dengan target audiens pada kesehariannya. Sehingga target audiens bisa selalu mengingat. Gimmick yang akan diberikan akan memberikan kesan tersendiri untuk target audiens. Media yang akan digunakan adalah:

 Jam Dinding

Jam dinding analog dibuat sebagai media pengingat, gunanya untuk target audiens dapat disiplin waktu untuk pola makan dan pola istirahat yang seimbang.


(46)

29

 Stiker dan pin

Stiker dan gantungan pin dibagikan untuk masyarakat maupun target audiens untuk kepedulian terhadap penyakit sinusitis dan sebagai media pengingat.

 T-Shirt

Media kaos berfungsi sebagai media pendukung yang dapat menjadi reminder untuk masyarakat. Media ini dapat digunakan setiap hari karena merupakan media yang dapat bertahan cukup lama dan berfungsi sebagai reminder.

III.1.8 Strategi Distribusi

Tabel III. 1 Tabel Strategi Distribusi dan Penyebaran Media Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Tahap 1 Attention September 2016 Oktober 2016 November 2016 Desember 2016 Distribusi

 Poster Tempat Umum

Ex: Mading kampus

Tahap 2 Interest

- Instagram Media Sosial

- Twitter Media Sosial

- Line Media Sosial

Tahap 3 Media Informasi

Media Utama

Video Motion Graphic Youtube

Tahap 4 Remainding

- Jam dinding

Kampus, Klinik, RS

- T-Shirt

Kampus, Klinik, RS

- Stiker & Pin

Kampus, Klinik, RS, Car Free Day


(47)

30 III.2 Konsep Visual

Dalam sebuah media informasi, konsep visual sangat memegang peranan penting. Perancangan ini memperlihatkan tentang apa saja gejala-gejala yang timbul dikarenakan penyakit sinusitis serta cara pencegahannya. Keselarasan format desain, ilustrasi, layout, dan pemilihan warna yang sesuai dengan consumer journey, yang membuat target audiens tertarik untuk melihatnya dan dapat mengerti dengan isi pesan yang disampaikan dalam video ini.

III.2.1 Format Desain

Format video infografis ini menggunakan resolusi widescreen 16:9 mempertimbangkan pandangan mata seseorang yang bersifat horizontal, sehingga akan mendapatkan kenyamanan saat menonton, dengan spesifikasi format sebagai berikut :

- Custom video for windows

- Frame size: 1920 x 1080 px

- Frame rate: 25,59 fps

- Aspect ratio: PAL widescreen square pixel 16 : 9

- Channel: RGB

- Depth: Millions of Colors

- Format video: mp4

- Video Codec: Animation

- Duration: 00:01:00

- Audio sample rate: 320 Hz

- Audio channels: Stereo

- Format audio: mp3

Gambar III.2 Referensi untuk layout video motion graphic


(48)

31 III.2.2 (Layout)

Tata letak yang baik berfungsi sebagai salah satu kenyamanan dalam melihat video yang ditampilkan, serta membuat elemen visual dan verbal menjadi lebih komunikatif. Penyusunan dari elemen-elemen pada media perancangan ini menggunakan prinsip penekanan center of interest dan symmetrical balance. Tujuannya untuk menitikberatkan perhatian target audiens terhadap objek yang sedang dibahas dan menyeimbangkan komposisi antara kiri dan kanan.

III.2.3 Huruf

Jenis huruf dan tipografi merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah desain. Untuk pemilihan tipografi harus dipilih dengan seksama karena sangat mempengaruhi kenyamanan pembaca dalam membaca pesan yang disampaikan. Tipografi yang digunakan dalam video motion graphic ini disesuaikan dengan karakteristik dan tema yang berkaitan dengan kesehatan dengan tetap mempertimbangkan unsur keterbacaan yang baik. Untuk Headline menggunakan font buatan sendiri yang terinspirasi oleh lendir dari pilek yang tak kunjung sembuh penyebab awal penyakit sinusitis. Tujuannya agar lebih menggambarkan penyakit sinus yang banyak lendirnya. Untuk body text, typeface

yang digunakan adalah Bryant Bold dan DK Lemon Yellow Sun. Tujuannya agar tipografi nyaman dibaca dan kesan yang lebih santai.

Gambar III.3 Headline/ Judul Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Gambar III.4 Typografi body teks Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(49)

32 Gambar III.5 Typografi Headline Media Pendukung,Dll

Sumber : Dokumen Pribadi (2016). III.2.4 Story Board

Gambar III.6 Storyboard

Sumber: Dokumen Pribadi (2016). III.2.5 Ilustrasi dengan teknik cat air

Ilustrasi berasal dari kata illustrate yang berarti menghias, mengiringi, mendukung. Menurut Widyatmoko (2006) ilustrasi berguna sebagai proses pemahaman terhadap suatu objek, sebagai fasilitas berbagai macam orang dengan berbagai macam latar belakang dalam rangka merespon sebuah gambar. Sebuah unsur verbal yang divisualkan dalam sebuah kesan dan makna tersendiri (content/ meaning). Dalam suatu bentuk verbal, non fiksi, ilustrasi disajikan lebih terbatas dalam penyampaiannya agar tidak terjadi salah persepsi.

Cat air atau populer juga dengan sebutan aquarel adalah medium lukisan yang menggunakan pigmen dengan pelarut air dengan sifat transparan. Meskipun medium permukaannya bisa bervariasi, biasanya yang digunakan adalah kertas.


(50)

33 Selain itu bisa pula papyrus, kulit, kain, kayu, atau kanvas. Secara umum, cat air digunakan karena sifat transparansinya. Beberapa tokoh cat air di Indonesia adalah Raden Abdullah, Rusli, dan Zaini.

Penggunaan cat air menjadi pilihan dalam media informasi ini dikarenakan dengan segala kesulitan, kerumitan, serta keidahan pesona warnanya yang bersifat sangat ekspresif, atau sebaliknya sangat impresif, serta aktraktif dalam tetesan air yang mengalir diatas kertas ataupun media alternatif lainnya.

III.2.6 Ilustrasi Karakter

Gambar III.7 Referensi karakter (a), Sketsa karakter (b)

Sumber (a): https://id.pinterest.com/pin/57491332718437684/ (30 Mei 2016) (b) Dokumen Pribadi (2016).

Nama : Murihut

Pekerjaan : Mahasiswa, merangkap asisten Umur : 21 tahun

Hobi : Melukis, datang ke pameran seni, browsing

Murihut merupakan karakter seorang mahasiswa yang kurang aktif dalam hal olahraga dan bergerak, dia sosok yang lebih banyak diam dikosan untuk mengerjakan lukisan –lukisan pesannanya. Karakter ini dipilih karena sesuai dengan target audiens yaitu mahasiswa.


(51)

34 Gambar III.8 Referensi Virus (a), ilustrasi virus (b)

Sumber (a): http://www.necturajuice.com/mewaspadai-bahaya-kuman-dan-bakteri/ (30 Mei 2016)

(b) Dokumen Pribadi (2016).

Gambar III.9 Rongga Sinus (a), ilustrasi lendir sinus (b) (c) ilustrasi rongga sinus (d) ilustrasi rongga sinus yang meradang

Sumber (a): https://caramencegahpenyakitsinusitis.wordpress.com/ (30 Mei 2016) (b) (c) (d) Dokumen Pribadi (2016).

Gambar III.10 hidung meler (a), ilustrasi hidung mampet (b) (c) ilustrasi hidung meler

Sumber (a): http://pilekmenahun.blogspot.co.id/2014/05/pilek-menahun-disebabkan-oleh.html/ (30 Mei 2016)


(52)

35 Gambar III.11 air hangat (a), ilustrasi air hangat (b)

Sumber (a): http://www.sehatfresh.com/air-hangat-tawarkan-banyak-manfaat/ (30 Mei 2016) (b) Dokumen Pribadi (2016).

Gambar III.12 garam (a), ilustrasi garam (b)

Sumber (a): http://www.ataya.xyz/2015/11/pengertian-mineral-dan-jenis-jenis-mineral.html (30 Mei 2016)

(b) Dokumen Pribadi (2016).

III.2.7 Warna

Warna merupakan unsur yang dapat membuat sebuah gambar menjadi lebih hidup, karena masing-masing warna mampu memunculkan respon secara psikologis (Kusrianto. 2009: 47) sehingga Warna akan mempengaruhi pesan dan kesan yang ingin disampaikan kepada target audiens, gaya pewarnaan yang dipilih berdasarkan dari studi warna pada keseharian target audiens. Warna – warna yang digunakan untuk mempresentasikan dari objek-objek yang digambar, pada bagian air menggunakan warna merah meperlihatkan air panas, pada gambar rongga hidung menjelaskan bagian rongga tersebut yang mengalami bengkak menggunakan warna orange dan warna pink soft serta hijau kekuningan memprensentasikan warna lendir.


(53)

36 Warna yang sering digunakan:

Gambar III.13 Color Guide

Sumber: Dokumen Pribadi (2016). III.2.8 Audio

Audio merupakan elemen yang sangat penting pada perancangan berbasis audio-visual. Penggunaan audio dapat memberikan mood tertentu bagi audiens yang menonton kampanye sosial ini.

Voice Over

Voice over dalam video motion graphic digunakan dalam bentuk naratif, dengan cara bercerita mulai dari sinus sampai ke cara pencegahan peyakit sinusitis. Penggunaan voice over ini dapat membuat video menjadi lebih efektif, karena melibatkan dua indera, pendengaran dan penglihatan dalam menerima informasi, sehingga audiens lebih bisa menikmati gambar yang disajikan dan pesan yang kita bawa dapat tersampaikan secara jelas. Berikut konten dari narasi voice over pada media perancangan video motion graphic:

“Apakah kamu sering melihat kejadian ini? Mungkin, itu adalah sinusitis

Sinusitis adalah, penyakit pada rongga sinus yang terdapat pada wajah, rongga tersebut ada di bagian atas mata, bawah mata,belakang mata dan


(54)

37

sekitar hidung

Infeksi yang di sebabkan virus dan bakteri pada rongga sinus, menyebabkan rongga sinus meradang dan penuh dengan cairan ingus.

Gejala - gejala yang biasa di alami oleh penderita penyakit ini, seperti: pilek dengan ingus hijau kental berbau, hidung mampet, susah bernafas, Batuk yang tak kunjung sembuh dan rasa nyeri pada bagian sinus.

Untuk melancarkan hidung yang mampet, kamu bisa mencuci hidung dengan cara

menyiapkan air hangat, sedikit garam, dan suntikan tanpa jarum,

Pertama miringkan kepala mu, kedua tahan nafas dengan mulut sedikit

terbuka. lalu, masukan air melalui lubang hidungmu maka, air akan mengalir keluar melalui lubang hidung satunya

Bahaya sinusitis yang berkepanjangan bisa menyebakan kanker paru-paru, radang selaput otak, dan kebutaan.

Nah untuk itu jangan menyepelekan penyakit pilek dan batuk , jaga kesehatanmu dan rajin lah berolah raga.”

Background Music

Musik yang digunakan sebagai latar belakang untuk perancangan video infografis ini adalah musik instrumental ber-genre pop. Untuk membangun mood santai dan ceria, maka musik yang dipakai bergaya easy listening. Ciri-cirinya, music yang menciptakan suasana hangat, tidak agresif, dan memiliki tempo sedang. Pengaturan volume diterapkan pada pengaturan background music ini. Sekitar satu dua detik sebelum voice over terdengar, musik sudah mulai mengecil. Selama


(55)

38 BAB IV. TEKNIK PRODUKSI MEDIA DAN APLIKASI MEDIA

IV.1 Pra Produksi

Teknis pengerjaan media utama video motion graphic diawali dengan pembuatan

storyline, storyboard. storyline digunakan untuk membuat urutan cerita yang berkesinambungan atau continuity. storyboard akan mempermudah pengerjaan dan pengaturan proses produksi dalam menentukan angle, layout, efek, dan transisi. Sketsa dibuat dengan gambar tangan manual menggunakan pensil 2b dan pensil mekanik, begitu juga pewarnaan yang menggunakan cat air, serta media kertas khusus cat air setebal 190 gsm. Setelah gambar dibuat, kemudian gambar tersebut discan untuk diatur tone warna dengan menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS6 sehingga gambar menjadi lebih bercorak dan halus. Serta proses perekaman narasi dilakukan menggunakan menggunakan hp.

Gambar IV.1 Storyline


(56)

39 Gambar IV.2 Hasil gambar manual dengan pensil, dan cat air.

Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Gambar IV.3 Tahap Menaikan warna 2 di Adobe photoshop Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(57)

40 IV.2 Produksi

IV.2.1 Media Utama

Pada tahapan produksi, dilakukan proses compositing, animating, visual effect, dan juga transisi menggunakan software Adobe After Effect CS6.

Gambar IV.4 Proses Animating

Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Gambar IV.5 Proses Penggabungan Scene


(58)

41 Selanjutnya, dilakukan proses sound scoring untuk memasukkan narasi, backsound dan sound effect.

Gambar IV.6 Proses Perekaman Narasi Sumber: Dokumen Pribadi (2016). Setelah proses produksi selesai dilakukan tahap rendering.

Gambar IV.7 Proses Rendering


(59)

42 Setelah proses pasca produksi selesai, maka video pun siap untuk dipertontonkan.

Gambar IV.8 Tampilan Scene Awal Video Motion Graphic Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Gambar IV.9 Tampilan beberapa Scene video motion grafis


(60)

43 Gambar IV.10 Tampilan Scene penutupvideo motion grafis

Sumber:Dokumen Pribadi (2016).

Gambar IV.11 Tampilan Screen Shoot akhir video motion grafis

Sumber: Dokumen Pribadi (2016). IV.2.2 Media Pendukung

Media pendukung diperlukan sebagai pelengkap dan membantu dalam penyampaian informasi dari media utama.


(61)

44 IV.2.2.1 Poster

Gambar IV.12 Poster Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

 Ukuran: A3 (29,7 x 42 cm)

 Material: Jasmine

 Resolusi: 300dpi

 Teknis Produksi: Cetak Printing

IV.2.2.2 T-Shirt

Gambar IV.13 T-Shirt


(62)

45

 Format : Custom  Material: Cotton 30s

 Teknis Produksi: Cetak Printing  Resolusi: 300dpi

 Ukuran Gambar: 42cm x 29,7 cm IV.2.2.3 Jam Dinding

Gambar IV.14 Jam Dinding Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

 Spesifikasi : Jam dinding analog

 Format : Custom

 Teknis Produksi : Cetak Printing  Ukuran diameter: 15 cm

IV.2.2.4 Stiker

Gambar IV.15 Stiker Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(63)

46

 Ukuran : 5 cm x 7 cm

 Material : Stiker Cromo  Teknis Produksi : Cetak Printing

IV.2.2.5 Pin

Gambar IV.16 Pin

Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

 Format: A3

 Material : Plastik laminasi doff

 Ukuran : 5,8 cm

 Teknis Produksi: Cetak Printing

IV.2.2.6 Sosial Media

Gambar IV.17 Fanpage Facebook Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(64)

47 Gambar IV.16 Fanpage Instagram

Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Gambar IV.17 Line Official Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(1)

42 Setelah proses pasca produksi selesai, maka video pun siap untuk dipertontonkan.

Gambar IV.8 Tampilan Scene Awal Video Motion Graphic Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Gambar IV.9 Tampilan beberapa Scene video motion grafis Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(2)

43 Gambar IV.10 Tampilan Scene penutup video motion grafis

Sumber:Dokumen Pribadi (2016).

Gambar IV.11 Tampilan Screen Shoot akhir video motion grafis Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

IV.2.2 Media Pendukung

Media pendukung diperlukan sebagai pelengkap dan membantu dalam penyampaian informasi dari media utama.


(3)

44 IV.2.2.1 Poster

Gambar IV.12 Poster Sumber: Dokumen Pribadi (2016).  Ukuran: A3 (29,7 x 42 cm)

 Material: Jasmine  Resolusi: 300dpi

 Teknis Produksi: Cetak Printing IV.2.2.2 T-Shirt

Gambar IV.13 T-Shirt Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(4)

45  Format : Custom

 Material: Cotton 30s

 Teknis Produksi: Cetak Printing  Resolusi: 300dpi

 Ukuran Gambar: 42cm x 29,7 cm IV.2.2.3 Jam Dinding

Gambar IV.14 Jam Dinding Sumber: Dokumen Pribadi (2016).  Spesifikasi : Jam dinding analog

 Format : Custom

 Teknis Produksi : Cetak Printing  Ukuran diameter: 15 cm

IV.2.2.4 Stiker

Gambar IV.15 Stiker Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(5)

46  Ukuran : 5 cm x 7 cm

 Material : Stiker Cromo  Teknis Produksi : Cetak Printing IV.2.2.5 Pin

Gambar IV.16 Pin

Sumber: Dokumen Pribadi (2016).  Format: A3

 Material : Plastik laminasi doff  Ukuran : 5,8 cm

 Teknis Produksi: Cetak Printing IV.2.2.6 Sosial Media

Gambar IV.17 Fanpage Facebook Sumber: Dokumen Pribadi (2016).


(6)

47 Gambar IV.16 Fanpage Instagram

Sumber: Dokumen Pribadi (2016).

Gambar IV.17 Line Official Sumber: Dokumen Pribadi (2016).