Lindungi Hutan Kami smp9bhsind AsyiknyaBelajar Suci

Bab VII Lindungi Hutan Kami

123 4. Lakukanlah diskusi dengan penuh semangat kekeluargaan. 5. buatlah catatan mengenai hal-hal yang terjadi dalam diskusi, pertanyaanserta jawaban yang diungkapkan selama diskusi berlangsung. Apakah diskusi yang kalian laksanakan berlangsung dengan lancar? Buatlah laporan hasil diskusi setiap kelompok Tulislah pada kertas HVS dan sampaikanlah di depan kelas Banyak orang yang menjadi sukses karena dia berhasil menulis cerita dalam bentuk novel. Contohnya J.K. Rowling, sang penulis buku populer Harry Potter dinobatkan sebagai salah seorang wanita terkaya di dunia berkat karya-karyanya tersebut. Di Indonesia sendiri banyak penulis novel yang berhasil, misalnya Putu Wijaya, Pramoedya, Dewi Lestari, dan lain-lain. Keberhasilan mereka dalam menulis novel harus kalian jadikan pemicu untuk terus semangat dalam berkarya. Sebagai langkah awal, kalian harus banyak membaca karya-karya yang sudah ada. Bacalah cerpen kutipan novel Amungme Karya Peringga Ancala di bawah ini dengan baik Amungme Bangunan itu berbentuk seperti tabung silinder. Berdinding dan berlantai kayu dengan sebuah pintu untuk keluar masuk. Itulah honae, sebutan orang Amungme untuk rumah mereka. L atihan 7.4 Tujuan: Setelah pembelajaran ini diharapkan Kalian dapat menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang dibacakan C . MEMBACA NOVEL DAN MENERANGKAN SIFAT TOKOH- TOKOHNYA L atihan 7.5 Di unduh dari : Bukupaket.com 124 Asyiknya Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia SMPMTs Kelas IX Hari masih teramat pagi saat Omabak beranjak keluar dari itore, honae khusus kaum laki-laki Amungme. Kabut seolah enggan pergi. Omabak hanya dapat memandang sampai beberapa meter ke depan karena terhalang kabut. Tapi, Omabak bisa memastikan, di sekelilingnya adalah pegunungan yang membiru. Suku Amungme memang tinggal di bagian tengah gugusan Pegunungan Jayawijaya, daerah yang berketinggian sekitar dua ribu meter di atas permukaan laut. Omabak sedikit menggigil. Tubuhnya belum beradaptasi sepenuhnya dengan udara sekitar. Dulu, ia hanya bertelanjang dada, seperti pemuda Amungme lainnya. Sekarang, ia tak sanggup lagi. Selain tentunya, ia mempunyai perasaan malu yang lebih banyak ketimbang dulu. Omabak menggerakkan tubuh seperti gerakan senam, sekadar pemanasan. Dirapatkan jaket yang sedikit terbuka bagian depan. Omabak menggosok kedua telapak tangan sekadar menghangatkan diri. Menikmati hijaunya rumput dan pepohonan di dekatnya. Begitu menyejukkan mata. Berbeda dengan Yogya, yang di mana-mana berseliweran kendaraan roda dua dengan asap yang tak hentinya disemprotkan knalpot. Begitu terpolusinya hingga teman kuliahnya banyak yang mengenakan masker. Menutupi mulut dan hidung bia tengah berkendaraan. Omabak tersenum sendiri mengingat Yogya. Yogyalah yang membuat ia menemukan jalan menuju kebenaran. Omabak menundukkan pandangan ke bawah. Jauh di sana, tampak jalan setapak keluar dari Opitawak. Jalan yang berliku dari lerengn tempatnya berdiri hingga menuju Lembah Waa. Omabak tidak menyadari bahwa Impamai, ibunya, telah berada di belakang. Hanya berjarak sekitar satu meter. “kau sudah bangun, Omabak?” impamai, wanita tua itu tak bisa menyembunyikan keheranan melihat Omabak yang sudah terbangun di pagi buta. Biasanya, anak tertuanya itu agak sulit untuk dibangunkan. Itu pun harus disertai amarah Omabak yang kesal karena tidurnya terganggu. Omabak membalikkan tubuh. Tersenyum hangat kepada Impamai. Gurat keriput di wajah ibunya terlihat semakin jelas. Lebih banyak dari delapan tahun yang lalu. “Iya, Bu....” “Ibu rasa, kau....” “Apa, Bu?” Di unduh dari : Bukupaket.com

Bab VII Lindungi Hutan Kami