Data Deskripsi dan Analisa data

dengan biaya operasional rendah. Mereka mempelajari jumlah jarak tempuh per liter bensin dari setiap mobil. Manakah variabel yang nampaknya akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per liter bensin?. Dalam hal ini jarak tempuh per liter adalah variabel terikat. Maka variabel yang yang tepat untuk mempengaruhi variabel terikat adalah jawaban B yaitu “Ukuran mesin”, sebanyak 20 guru menjawab benar. Sebagian besar guru memilih jawaban D yaitu “Berat mobil” dan “ukuran mesin”. Ukuran mesin merupakan jawaban yang paling tepat karena ukuran mesin adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap jarak tempuh per liter bensin. Sedangkan berat mobil pasti sudah didesain sedemikian rupa sehingga ada keseimbangan dengan ukuran mesin. Karena berat mobil menyeuaikan ukuran mesin kendaraan. Hasil penelitian yang menarik adalah mencermati pola jawaban untuk bacaan nomor 9 sampai 12 serta bacaan nomor 20 sampai 23. Soal untuk nomor 10 sampai 12 dan nomor 21 smpai 23 memiliki pola yang sejenis yaitu secara berurutan menentukan variabel kontrol, variabel terikat, dan variabel bebas. Dari kasus yang disediakan, respon guru yang menjawab untuk nomor 10, 11, dan 12 secara berurutan yaitu 45, 50, dan 40, hasil yang serupa untuk nomor 20, 21, dan 23 secara berurutan yaitu 40, 50, dan 40. Untuk dua pola soal yang sejenis didapatkan hasil yang hampir sama yaitu guru lebih baik dalam menentukan variabel terikat daripada variabel kontrol dan variabel bebas. Dengan kata lain guru lebih mengalami kesulitan untuk menentukan variabel kontrol dan variabel bebas daripada variabel terikat. Untuk soal dengan bacaan nomor 9 sampai 12 banyak guru yang menjawab benar tetapi tidak sedikit juga yang menjawab salah. Kemungkinan guru menjawab salah dikarenakan guru kurang teliti dalam identifikasi variabel atau bisa juga guru kesulitan untuk mengidentifikasi variabel yang dimaksud. Bacaan untuk nomor 9 sampai 12 yaitu “Rini ingin mengetahui jika suhu mempengaruhi jumlah gula pasir yang akan larut di dalam air. Ia menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0˚C, 50˚C, 75˚C, dan 95˚C kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak mungkin kedalam botol dengan mengaduknya. Dalam hal ini 50 mL air merupakan variabel kontrol karena dibuat tetap, gula yang dilarutkan merupakan variabel terikat karena yang diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, dan suhu merupakan variabel bebas karena yang mempengaruhi. Sehingga nomor 10 dengan pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel kontrol dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah B yaitu “Jumlah air dalam setiap botol”. Untuk nomor 11 dengan pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel terikat dalam penelitian tersebut?, jawabannya adalah A yaitu “Jumlah gula yang di larutkan di dalam setiap botol”. Untuk nomor 12 dengan pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel bebas dalam kasus tersebut?, jawabannya adalah D yaitu “Suhu air”. Untuk nomor 10 sampai 12 banyak guru menjawab benar, tetapi tidak sedikit juga guru yang menjawab salah. Pada nomor 10 kemungkinan dari 35 guru berfikir bahwa variasi suhu air dalam empat botol merupakan variabel yang tetap sehingga memilih jawaban D yaitu “Suhu”. Selain itu untuk nomor 11 dan 12 kemungkinan guru terbalik dalam memilih yang menjadi variabel terikat dan variabel bebasnya karena sebanyak 30 guru menjawab salah pada nomor 11 dan 12 dengan pilihan D dan A. Seperti pada bacaan bacaan nomor 9 sampai 12, untuk bacaan soal nomor 20 sampai 23 juga banyak guru yang menjawab benar tetapi tidak sedikit yang menjawab salah. Bacaan untuk soal nomor 20 sampai 23 yaitu “Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah sampah daun yang dimasukkan kedalam tanah memberikan pengaruh terhadap buah tomat yang dihasilkan. Tanaman-tanaman tomat ditanam di empat bak yang besar. Setiap bak diisi jenis dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 Kg sampah daun yang dicampur dengan tanah. bak kedua diisi 10 kg, bak ketiga 5 kg, dan bak keempat diisi sampah daun. Semua bak diletakkan diluar rumah agar mendapat sinar matahari dan dilakukan penyiraman. Kemudian jumlah tomat yang dihasilkan di setiap bak dihitung”. Dalam kasus ini jumlah tanah setiap bak merupakan variabel kontrol karena tetap, jumlah tomat yang dihasilkan merupakan variabel yang menentukan adanya pengaruh variabel bebas, sedangkan jumlah sampah adalah variabel bebas. Untuk nomor 21 yaitu “Manakah yang merupakan variabel kontrol dalam penelitian tersebut”, jawabannya adalah C yaitu “Jumlah tanah di dalam setiap bak”. Nomor 22 yaitu “Manakah yang merupakan variabel terikat dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah A yaitu “Jumlah tomat yang dihasilkan dalam setiap bak”. Nomor 24 yaitu “manakah yang merupakan variabel bebas dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah B “Jumlah sampah daun yang ditambahkan kedalam kotak”. Pada nomor 21 sebanyak 35 guru menjawab salah pada pilihan B yaitu “Jumlah sampah daun yang ditambahkan dalam bak”, mungkin guru berfikir ini merupakan variabel kontrol dikarenakan jumlah sampah yang ditambahkan sudah ditetapkan tetapi dalam hal ini jumlah sampah tiap bak berbeda sehingga bukan merupakan variabel kontrol. Pada nomor 23 sebanyak 30 guru memilih jawaban A yaitu “Jumlah tomat yang dihasilkan dalam setiap bak” dan 30 guru memilih jawaban D yaitu “Jumlah bak yang diisi sampah daun”, mungkin pada jawaban A guru berfikir hasil dari bak yang berbeda-beda merupakan variabel bebas padahal dalam hal ini tomat merupakan hasil atau variabel respon. Sedangkan pada jawaban D kemungkinan guru berfikir karena penggunaan jumlah bak dalam penelitian ini padahal dalam hal ini yang diubah isian dalam bak bukan bak nya. b Mendefinisikan Variabel Secara Operasional Berdasarkan tabel 4. 1, dapat diketahui bahwa skor rata-rata untuk aspek variabel secara operasional yaitu sebesar 53. Dengan mengacu pada tabel 3. 3, maka aspek variabel secara operasional dapat dikatakan cukup. Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini yang meliputi 5 item soal dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4. 3. Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Variabel Secara Operasional Aspek No Item Jumlah Guru yang menjawab A B c d Kosong Tota l variabel operasional 2 15 55 5 25 100 13 20 40 5 35 100 14 45 10 45 100 17 10 75 15 100 24 35 5 5 55 100 Keterangan : Arsir : Kunci jawaban Cetak Tebal Bold : Jawaban salah paling banyak Dalam kegiatan ilmiah, mendefinisikan variabel secara operasional juga dianggap penting karena berkaitan dengan bagaimana sebuah kegiatan penelitian ilmiah berlangsung. Namun demikian hasil menunjukkan bahwa tingkat penguasaan guru terkait dengan mendefinisikan variabel secara operasional adalah cukup. Beberapa kelemahan dalam aspek mendefinisikan variabel secara operasional dapat dilihat dengan mengamati respon guru dalam setiap item dalam aspek ini. Dari keseluruhan soal pada aspek ini guru banyak menjawab salah pada nomor 13 sebanyak 40 dan nomor 14 sebanyak 45. Pertanyaan nomor 13 yaitu ”Seorang tukang kebun menyadari bahwa tanaman labu nya terserang hama. Ia harus memusnahkan hama tersebut. Saudaranya mengatakan bahwa obat pembasmi hama berbentuk serbuk yang bermerk “Masagri” adalah yang terbaik untuk membasmi hama. Sedangkan, tetangganya mengatakan bahwa obat bermerk “Tonik” berbentuk cairan yang disemprotkan adalah yang paling baik untuk membasmi hama. Tukang kebun ingin mengecek keefektifan obat pembasmi dan menggunakan obat serbuk ke dalam 3 tanaman dan cairan ke 3 tanaman yang lain. Seminggu kemudian, ia menghitung jumlah hama yang masih hidup di setiap tanaman. Bagaimanakah keefektifan pembasmi hama tersebut dapat terukur?”. Jawaban yang tepat untuk nomor 13 adalah jawaban D yaitu “Menghitung jumlah hama yang tersisa di tanaman”, tetapi 40 guru menjawab salah pada pilihan B yaitu “Menentukan kondisi tanaman se telah disemprot atau diberi serbuk”. Dalam soal ini yang diukur yaitu keefektifan pembasmi hama. Pada soal ini juga sudah disebutkan variabel operasionalnya yaitu “Seminggu kemudian, ia menghitung jumlah hama yang masih hidup di setiap tanaman”. Kemungkinan guru berfikir keefektifan pembasmi hama dengan menentukan kondisi tanaman padahal dalam kasus ini yang dilakukan tukang kebun yaitu dengan menghitung jumlah hama yang masih hidup. Untuk item soal nomor 14 dapat diamati prosentase jawaban paling banyak pada jawaban salah dan prosentase jawaban benar yaitu sama. Pertanyaan nomor 14 yaitu “Lisa ingin mengukur jumlah energi panas yang bisa dihasilkan oleh nyala api dalam waktu tertentu. Sebuah alat pembakarbunsen akan digunakan untuk memanaskan sebuah beker gelas yang berisi satu liter air dingin selama sepuluh menit. Bagaimana Lisa akan mengukur jumlah energi panas yang dihasilkan oleh nyala api tersebut?. Jawaban yang tepat untuk persoalan ini adalah jawaban A yaitu “Mencatat perubahan suhu air setelah sepuluh menit”. Sebanyak 45 dari keseluruhan guru menjawab salah dengan jawaban D yaitu “Menghitung waktu yang dibutuhkan hingga satu liter air mendidih”. Dalam persoalan ini jelas disebutkan variabel operasionalnya yaitu memanaskan beker gelas selama sepuluh menit. Dalam soal ini menanyakan bagaimana lisa mengukur jumlah energi panas yang dihasilkan oleh nyala api sehingga berhubungan dengan perubahan suhu air. Kemungkinan guru kurang teliti dalam membaca soal dikarenakan pada jawaban D menyebutkan menghitung waktu yang dibutuhkan padahal dalam soal sudah disebutkan waktu yang digunakan yaitu selama sepuluh menit. c Merumuskan Hipotesis Berdasarkan skor jawaban dari guru pada tabel 4. 1, dapat diketahui bahwa skor rata-rata aspek merumuskan hipotesis yaitu sebesar 56,67. Dengan mengacu pada tabel 3. 3. Berdasarkan tabel 3. 3, maka aspek merumuskan hipotesis dapat dikatakan cukup. Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini yang meliputi 6 item soal dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4. 4. Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Hipotesis Aspek No Item Jumlah Guru yang menjawab A b c D Kosong Total merumuskan hipotesis 4 10 10 10 70 100 8 45 30 5 20 100 9 10 5 80 5 100 18 20 15 45 15 5 100 20 15 10 10 65 100 25 10 55 35 100 Keterangan : Arsir : Kunci jawaban Cetak Tebal Bold : Jawaban salah paling banyak Merumuskan hipotesis merupakan kegiatan perkiraan atau dugaan yang beralasan pada pengamatan yang akan diuji. Dalam hal ini dugaan guru menjadi penting untuk memperkirakan sebuah penelitian. Dengan cara dugaan maka memungkinkan guru dapat merumuskan sebuah hipotesis. Namun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan guru terkait dengan merumuskan hipotesis adalah cukup. Beberapa kelemahan dapat dilihat dengan mengamati respon guru dari setiap aspek ini. Berdasarkan keseluruhan item pada aspek ini terlihat bahwa jawaban salah yang paling banyak yaitu pada nomor 25. Pertanyaan nomor 25 yaitu “Ani memelihara ikan emas di dalam akuarium. Ia menyadari bahwa beberapa ikan sangat aktif. Ia ingin tahu apa yang mempengaruhi keaktifan ikan-ikan tersebut. Hipotesa apa yang dapat ia uji untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan ikan- ikan tersebut?”. Jawaban yang tepat untuk soal ini adalah jawaban D yaitu “Semakin banyak cahaya masuk dalam akuarium, semakin aktif ikan- ikan tersebut”, sebanyak 35 dari keseluruhan menjawab ini. Sebanyak 55 dari keseluruhan guru menjawab salah pada jawaban B yaitu “Semakin aktif ikan tersebut, semakin banyak makanan yang dibutuhkan”. Dalam aspek merumuskan hipotesis, mengenali variabel bebas dan terikat adalah penting untuk perkiraan hasil. Dalam soal ini diketahui variabel terikat yaitu keaktifan ikan. Jadi variabel bebas yang tepat untuk menjawab persoalan ini yaitu semakin banyak cahaya masuk dalam akuarium. Untuk pernyataan B salah karena peryataannya terbalik dengan menyebutkan variabel bebas sebagai akibat dari variabel terikat. Kemungkinan guru berfikir dengan aktifnya ikan maka semakin banyak makanan yang dibutuhkan tetapi dalam hal ini yang ditanyakan penyebab aktifnya ikan, maka ikan aktif disebabkan oleh cahaya yang masuk akuarium bukan semakin banyak makanan yang dibutuhkan karena ikan aktif. d Merancang Penelitian Eksperimen Berdasarkan tabel 4. 1, dapat diketahui skor rata-rata untuk aspek merancang eksperimen yaitu sebesar 55. Dengan mengacu pada tabel 3. 3, maka aspek merancang eksperimen dapat dikatakan kurang. Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini yang meliputi 2 item soal dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4. 5. Jawaban Guru dalam Aspek Merancang PenelitianEksperimen Aspek No item Jumlah Guru yang menjawab A b C D Kosong Total Merancang Eksperimen 6 10 80 5 5 100 15 60 30 10 100 Keterangan : Arsir : Kunci jawaban Cetak Tebal Bold : Jawaban salah paling banyak Dalam penyelidikan ilmiah, kegiatan eksperimen dilakukan untuk menguji melalui penyelidikan. Dalam hal ini penyelidikan variabel-variabel mana yang akan diukur. Dengan menyelidiki variabel-variabel yang diukur maka memungkinkan penyelidik untuk dapat merancang sebuah eksperimen. Namun demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan guru terkait dengan merancang eksperimen masih kurang. Beberapa kelemahan dapat dilihat dengan mengamati respon guru dalam setiap item dalam aspek ini. Dari tabel 4. 5 diketahui bahwa sebanyak 60 guru menjawab salah pada nomor 15. Pertanyaan nomor 15 yaitu “Vino sedang menyelidiki pengaruh suhu terhadap kecepatan aliran minyak. Hipotesis dalam penyelidikan ini adalah semakin tinggi suhu pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan mengalir. Bagaimana ia dapat menguji hipotesa tersebut?”. Jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini adalah pilihan B yaitu “Mengamati kecepatan tertentu dimana minyak dalam suhu yang berbeda- beda mengalir di permukaan yang licin”, sebanyak 30 guru menjawab benar. Hipotesa dalam soal ini yaitu “semakin tinggi suhu pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan mengalir”. Dari hipotesa dapat dilihat bahwa variabel terikatnya adalah kecepatan minyak yang mengalir sedangkan variabel bebasnya adalah suhu minyak. Maka rancangan eksperimen untuk menguji kecepatan minyak berdasarkan suhunya dapat dilakukan dengan mengalirkannya. Sebanyak 60 guru menjawab salah pada pilihan A yaitu “Memanaskan minyak dalam suhu yang berbeda- beda dan menimbangnya setelah minyak tersebut mengalir keluar kaleng”. Kemungkinan guru berfikir bahwa semakin panas minyak maka akan keluar dari kaleng dan kemudian dapat menimbang minyak yang berhasil keluar untuk medeskripsikan kecepatan minyak yang mengalir. Padahal dalam hipotesa tidak disebutkan untuk menimbang minyak yang mengalir. Hal ini juga dapat disebabkan guru tidak teliti dalam membaca hipotesa yang ada dalam soal. e Menyajikan Interpretasi Data Berdasarkan tabel 4. 1, diketahui bahwa skor rata-rata untuk aspek interpretasi data yaitu sebesar 76,25. Dengan mengacu pada tabel 3. 3, maka aspek interpretasi data dapat dikatakan baik. Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini yang meliputi 4 item soal dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4. 6. Jawaban Guru dalam Aspek MenyajikanInterpretasi Data Aspek No Item Jumlah Guru yang menjawab A B c D koson g Total Menyajikan Interpretasi data 5 75 15 10 100 7 80 20 100 16 20 5 70 5 100 19 10 80 10 100 Keterangan : Arsir : Kunci jawaban Cetak Tebal Bold : Jawaban salah paling banyak Dalam kegiatan ilmiah, menyajikan atau menginterpretasi data sangat diperlukan. Dengan menyajikan data yang diperoleh dari suatu percobaan maka orang lain akan mengerti hasil yang didapatkan. Dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan guru terkait dengan menyajikan interpretasi data adalah baik. Beberapa kelemahan dapat dilihat dengan mengamati respon guru dalam setiap item dalam aspek ini. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui jawaban benar paling tinggi yaitu 80 sedangkan jawaban salah paling besar yaitu 20. Aspek ini menuntut keterampilan untuk menafsirkan data. Pada nomor 7 dan 19 merupakan soal yang mirip yaitu data yang disajikan berupa grafik dan responden diminta untuk memilih dan menunjukkan hubungan antar variabelnya. Berdasarkan jawaban guru untuk nomor 7 dan 19 masing-masing dari keseluruhan guru menjawab benar 80. Hal ini berarti keterampilan interpretasi data guru sangat baik dalam menafsirkan data berupa grafik. Untuk guru yang menjawab salah mungkin dikarenakan kurang teliti dalam melihat data yang ada dalam tabel data atau mungkin melihat variabel-variabel dalam grafik yang ada.

D. Implikasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA SMP di Kabupaten klaten. Berdasarkan hasil analisa tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA SMP di Kabupaten Klaten mengenai jawaban yang diberikan dari keseluruhan guru menunjukkan bahwa penguasaan guru dalam keseluruhan aspek-aspek keterampilan proses sains adalah cukup yaitu dengan prosentase 57,18 . Jika dilihat berdasarkan aspek-aspeknya, aspek mengidentifikasi variabel adalah aspek keterampilan proses yang masih sangat kurang. Sedangkan aspek mendefinisikan variabel secara operasional dan merancang penelitianeksperimen masih kurang. Untuk penguasaan aspek merumuskan hipotesis sudah cukup serta menyajikan interpretasi data sudah baik. Kelima aspek keterampilan proses sains ini harus dikuasai oleh guru secara keseluruhan karena saling terkait satu dengan yang lainnya. Dengan melihat hasil analisis data dari penelitian yang dilakukan, maka perlu adanya usaha untuk meningkatkan penguasaan keterampilan proses sains. Berikut beberapa usaha yang dapat dilakukan supaya guru menguasai keterampilan proses sains: 1. Pelatihan keterampilan proses sains secara rutin. Pelatihan secara rutin bertujuan supaya guru secara menyeluruh memiliki keterampilan proses sains yang baik 2. Pendampingan guru dalam proses belajar mengajar PBM. Pendampingan ini bertujuan untuk melatih guru untuk membiasakan menerapkan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran serta mengevaluasi cara mengajar guru terkait dengan keterampilan proses yang digunakan. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan dari hasil penelitian yang berjudul “Keterampilan Proses Guru IPA Sekolah Menengah Pertama SMP di Kabupaten Klaten”, dapat disimpulkan bahwa: 1. Guru IPA di beberapa SMP di Kabupaten Klaten memiliki tingkat penguasaan keterampilan proses sains yang cukup dengan prosentase 57,18 dilihat dari keseluruhan rata-rata aspek yang meliputi mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, dan interpretasi data. 2. Aspek interpretasi data merupakan aspek dalam keterampilan proses sains yang sangat baik dikuasai oleh guru dengan prosentase 76,25 dan aspek mengidentifikasi variabel adalah aspek dalam keterampilan proses sains yang sangat kurang dipahami dengan prosentase 45.

B. Saran

Pada bagian akhir penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan saran agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik: 1. Bagi Guru dan Calon Guru Dengan melihat tingkat keterampilan proses sains guru maka guru lebih membiasakan untuk melakukan kegiatan PBM dengan menerapkan aspek keterampilan proses sains sehingga guru lebih percaya diri dalam penguasaan keterampilan proses sains yang dimiliki. Sedangkan untuk calon guru diharapkan lebih mempelajari serta memahami aspek-aspek keterampilan proses sains dengan baik. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Dapat menambahkan metode wawancara untuk mengungkap tingkat keterampilan proses sains guru sehingga peneliti lebih dapat mengetahui alasan serta sebab kesalahan guru dalam menjawab persoalan. b. Lebih memperhatikan proses alih bahasa soal dari bahasa inggris ke dalam bahasa indonesia sehingga lebih mudah dipahami dan dimengerti. c. Hasil penelitian lebih baik lagi untuk dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti jenjang SMA atau Perguruan Tinggi. 58 Daftar pustaka Burns, J.C., Okey, J.R. Wise K.C, 1985. Development of an Integrated Process Skills Test : TIPS II. Jounal of Research in Science Teaching. 22, 169- 177. Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Devi, Poppy Kamalia. 2010. Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA untuk Guru SMP. Jakarta : PPPPTK IPA. Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SDMI, SMPMTS dan SMAMA. Yogyakarta: AR-RUZZ Media Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Galia Indonesia. Idris, Z., Jamal, L. 1992. Pengantar Pendidikan 2. Jakarta: Grasindo. Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Nuh, Mohammad. 2013. Menyambut Kurikulum 2013. Jakarta: Kompas. Roestiyah. 1982. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: PT. BINA AKSARA. Rooijakkers, Ad. 1980. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia Semiawan, C.,Tangyong, Belen, S., Matahelemual, Y . 1985. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Sidiknas. 2012. Keberhasilan Kurikulum 2013. Dalam http:www.kemdikbud.go.idkemdikbuduji-publik-kurikulum-2013-5 . Diakses pada 9 Mei 2014. Suparno, Paul. 2007. Kajian Pengantar Kurikulum IPA SMP MT. Yogyakarta: USD. Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMAMA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: USD. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.