Keterampilan prosessains pada guru IPA Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Klaten.

(1)

vii ABSTRAK

Sugiarto. 2015. Keterampilan Proses Sains Pada Guru IPA Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Di Kabupaten Klaten. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui 1) Tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA SMP di kabupaten Klaten, dan 2) Keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten. Subyek penelitian ini adalah Guru IPA kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal-soal mengenai aspek-aspek keterampilan proses terpadu yaitu merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan menyajikan data. Instrumen diambil dari Journal of Research in Science Teaching yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II, kemudian diambil 25 soal 36 soal dengan menghilangkan soal-soal yang hampir sama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru dalam tingkat cukup dengan prosentase 57,18%. 2) Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel masih sangat kurang dengan prosentase 45% sedangkan tingkat penguasaan aspek interpretasi data sangat baik dengan prosentase 76,25%.

Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Guru IPA


(2)

viii ABSTRACT

Sugiarto. 2015. Science Process Skill on Science Teacher in junior High

School in Klaten. Thesis. Physics Education Study Program,

Department of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a descriptive quantitative research which aims to measure 1) the level of science process skill of science teachers in Junior High School in Klaten, and 2) The science process skill which is mastered and not mastered by science teachers in Junior High School in Klaten. The subject in this research is science teachers in grade 7-9 in Junior High School.

This research used an instrument which is some exercises related to skill aspects of integrated process, namely forming a hypothesis, identifying a variable operationally, designing a experiment, and presenting the data. The instrument was taken from Journal of Research in Science Teaching yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II. The researcher took 25 numbers of 36 numbers of the exercises by omitting some numbers which are similar.

The result of this research showed that 1) the teacher’s skill mastery level

of science process is sufficient , which reached 57.18%, 2) the teacher’s skill mastery level of science process in identifying a variable is low, which reached 45%, and 3) the mastery level of data interpretation aspect is very good, which reached 76.25%.


(3)

i

KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA GURU IPA

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KABUPATEN

KLATEN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Sugiarto

NIM: 101424049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

Sebenarnya tantangannya bukan me-manage waktu

Tapi

me-manage diri sendiri.

harapan akan masa depan memberikan kekuatan pada masa kini.

(Sebuah kata bijak dari lokerseni)

Karya ini kupersembahkan untuk :

Keluarga kecilku, Bapak dan Ibuku


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

Sugiarto. 2015. Keterampilan Proses Sains Pada Guru IPA Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Di Kabupaten Klaten. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui 1) Tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA SMP di kabupaten Klaten, dan 2) Keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten. Subyek penelitian ini adalah Guru IPA kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal-soal mengenai aspek-aspek keterampilan proses terpadu yaitu merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan menyajikan data. Instrumen diambil dari Journal of Research in Science Teaching yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II, kemudian diambil 25 soal 36 soal dengan menghilangkan soal-soal yang hampir sama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru dalam tingkat cukup dengan prosentase 57,18%. 2) Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel masih sangat kurang dengan prosentase 45% sedangkan tingkat penguasaan aspek interpretasi data sangat baik dengan prosentase 76,25%.

Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Guru IPA


(10)

viii ABSTRACT

Sugiarto. 2015. Science Process Skill on Science Teacher in junior High

School in Klaten. Thesis. Physics Education Study Program,

Department of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a descriptive quantitative research which aims to measure 1) the level of science process skill of science teachers in Junior High School in Klaten, and 2) The science process skill which is mastered and not mastered by science teachers in Junior High School in Klaten. The subject in this research is science teachers in grade 7-9 in Junior High School.

This research used an instrument which is some exercises related to skill aspects of integrated process, namely forming a hypothesis, identifying a variable operationally, designing a experiment, and presenting the data. The instrument was taken from Journal of Research in Science Teaching yang berjudul Development of an Integrated Process Skills Test:TIPS II. The researcher took 25 numbers of 36 numbers of the exercises by omitting some numbers which are similar.

The result of this research showed that 1) the teacher’s skill mastery level

of science process is sufficient , which reached 57.18%, 2) the teacher’s skill mastery level of science process in identifying a variable is low, which reached 45%, and 3) the mastery level of data interpretation aspect is very good, which reached 76.25%.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah Subhanah uwa ta’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keterampilan Proses Sains Guru IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Klaten”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang timbul dalam

penyelesaian skripsi ini, namun dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan dan

perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung memberi bantuan dan dukungan untuk terselesainya

skripsi ini:

1. R. Rohandi, Ph. D. selaku dosen pembimbing yang telah sabar serta murah

hati dalam membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaiakan

penulisan skripsi.

2. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas Sanata


(12)

x

3. Drs. Eguh Setyo Surono. Selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Trucuk

yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian.

4. Chatarina Eny Sulistyanti, S.Pd. Selaku kepala sekolah SMP Pangudi

Luhur Cawas yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

5. Drs. Kumiya. M. Pd. Selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Wedi yang

telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

6. Br. Valentinus Vembriyanto, FIC., S. Pd. Selaku kepala sekolah SMP

Pangudi Luhur Wedi yang telah berkenan memberikan ijin dan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Br. Antonius Hardianto, FIC. Selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur

1 Klaten yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada

penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Sr. Lidwina Suhartati, OSU, S.Pd., M.M. Selaku kepala sekolah SMP

Maria Assumpta Klaten telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Bapak / Ibu guru di beberapa SMP di Kabupaten Klaten yang diteliti yang

telah bersedia menjadi subyek penelitian dan bersedia membantu dengan


(13)

xi

10.Yohanes Marino. Selaku teman yang membantu dalam proses alih bahasa

instrumen penelitian.

11.Kedua orang tuaku serta kakak-adikku atas segala dukungan, kasih

sayang, dan doa kepada penulis.

12.Kelompok penelitian, Budi Lindrawati dan Wahyu Prabawati, atas

kebersamaan, bantuan, dan berbagi ilmu.

13.Keluarga Rumah Damai Adventure 15 (Ayub, Wahyu, Rico, Jo, Andre,

Hendri, Fahmy, Satria, Christin. Eliya, Rita), atas kebersamaannya serta

dukungan untuk selalu menyemangati selama penyusunan skripsi.

14.Sahabat kecilku Gosel dan Chandra yang selalau memberi motivasi untuk

segera menyelesaikan skripsi.

15.Teman-teman Pendidikan Fisika 2010. Atas kebersamaan dalam suka dan

duka untuk berjuang menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah


(14)

(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRAC ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Pembelajaran Sains ... 5

B. Keterampilan Proses ... 7

1. Pengertian Keterampilan Proses ... 7

2. Keterampilan Proses Mendasar ... 9


(16)

xiv

C. Pembelajaran dalam Perspektif Kurikulum 2013 ... 16

D. Peran Guru dalam Pembelajaran ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

C. Subjek Penelitian ... 22

D. Variabel Penelitian ... 23

E. Desain Penelitian ... 23

1. Kegiatan Penelitian ... 23

2. Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 24

G. Metode Penelitian ... 29

H. Analisis Data ... 29

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 33

A. Pelaksanaan Penelitian ... 33

B. Data ... 35

C. Deskripsi dan Analisis Data ... 35

1. Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru Secara Keseluruhan . 35 2. Tingkat Penguasaan Terhadap Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains Guru ... 38`

D. Implikasi ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 55

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Item Tes TIPS II Berdasarkan Keterampilan Proses Sains

Terpadu ... 26

Tabel 3.2 Tujuan dan Contoh Soal Tes Pada TIPS II ... 26

Tabel 3.3 Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains ... 31

Tabel 3.4 Keterampilan Proses Untuk Masing-masing Aspek ... 31

Tabel 3.5 Jawaban Guru Berdasarkan Aspek... 32

Tabel 4.1 Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru IPA SMP di Kabupaten Klaten ... 36

Tabel 4.2 Jawaban Guru dalam Aspek Mendefinisikan Variabel ... 39

Tabel 4.3 Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Variabel Secara Operasional ... 44

Tabel 4.4 Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Hipotesis ... 48

Tabel 4.5 Jawaban Guru dalam Aspek Merancang Penelitian/Eksperimen ... 50


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal TIPS II ... 60

Lampiran 2. Lembar Jawab ... 74

Lampiran 3. Hasil Jawaban Guru ... 75

Lampiran 4. Keadaan Jawaban Guru ... 77

Lampiran 5. Skor Keterampilan Proses Sains Guru ... 78

Lampiran 6. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Mengidentifikasi Variabel . 79 Lampiran 7. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Mendefinisikan Variabel secara operasional ... 80

Lampiran 8. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Merumuskan Hipotesis ... 81

Lampiran 9. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Merancang Penelitian / Eksperimen ... 82

Lampiran 10. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Menyajikan / Interpretasi Data ... 83


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa dengan

cara mengembangkan potensi-potensi sumber daya manusia. Pendidikan

merupakan bekal seseorang untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan

serta mencapai cita-cita yang diinginkan. Dengan adanya pendidikan

membuat seseorang lebih mengerti bagaimana untuk menjalani hidupnya

serta untuk meningkatkan taraf hidupnya. Pendidikan formal sudah mulai

dikenalkan sejak seseorang memasuki TK(taman kanak-kanak), SD, SMP,

SMA, hingga perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal dikenalkan

pendidikan mengenai sains (ilmu pengetahuan alam). Pendidikan

mengenai sains sudah mulai dikenalkan dari SD tetapi masih dalam tingkat

yang umum. Pendidikan mengenai sains mulai dipelajari secara khusus

pada jenjang SMP.

Dalam mata pelajaran sains, siswa dituntut untuk memiliki

kemampuan ketrampilan bukan hanya penguasaan materi. Hal ini

dikarenakan dalam mata pelajaran sains sangat memungkinkan untuk

melibatkan kegiatan pengamatan, percobaan, serta kemampuan analisis.

Keterampilan yang disebutkan ini sering dikenal sebagai keterampilan


(20)

pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan ilmiah ini

merupakan unsur yang ditekankan dalam kurikulum terbaru yaitu

kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini, scientific approach terdiri dari

kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,

menyimpulkan dan menciptakan. Scientific approach menekankan pada

keterampilan proses pembelajaran. Saat ini keterampilan proses siswa

kurang mendapat perhatian dalam pembelajaran. Para siswa meskipun

mendapatkan nilai-nilai yang tinggi dalam mata pelajaran, namun mereka

tampak kurang mampu dalam menerapkan perolehannya, baik berupa

pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, ke dalam situasi lain

(Semiawan, 1985). Untuk mengetahui keterampilan proses dapat diukur

dengan menggunakan uji keterampilan proses keterampilan terpadu. Uji

keterampilan proses dapat diukur dengan Test of Integrated Process Skill

II (TIPS II).

Peran guru dalam pembelajaran sangat menentukan untuk

mengembangkan keterampilan proses siswa. Agar keterampilan proses

siswa berkembang dengan baik maka seorang guru juga harus mengerti

dan memahami bagaimana keterampilan proses dan penerapannya. Guru

sains harus memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pendekatan

ilmiah dalam proses belajar mengajar sehingga keterampilan proses siswa

terbentuk dengan baik. Berdasarkan hal ini maka penelitian dilakukan

untuk menyelidiki sejauh mana keterampilan proses guru SMP di beberapa


(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka rumusan

masalah yang akan di teliti adalah:

1. Bagaimanakah tingkat penguasaan keterampilan proses sains pada

Guru IPA SMP di kabupaten Klaten.

2. Penguasaan aspek apa yang dikuasai dan kurang dikuasai oleh guru

IPA SMP di kabupaten klaten.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui tingkat keterampilan proses sains pada Guru IPA

SMP di kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui keterampilan proses sains yang dikuasai dan kurang

dikuasai oleh guru IPA SMP di kabupaten Klaten

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Bagi guru dan Calon guru

Memberikan gambaran tentang pendekatan sains dan keterampilan

proses sains serta bagaimana caranya untuk menerapkan dalam


(22)

2. Bagi peneliti

Memberikan gambaran bahwa untuk menjadi guru sains yang

profesional harus menguasai dan memahami pendekatan sains serta

keterampilan proses yang selanjutnya dapat diterapkan untuk kegiatan


(23)

5

BAB II

DASAR TEORI

A. Pembelajaran Sains

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya

di masa yang akan datang (UUR.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, pasal 1,

dalam Hamalik, 2007). Menurut Idris dan Jamal (1992), pendidikan

merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Untuk

mencapai suatu tujuan pendidikan maka siswa harus belajar. Untuk

mengerti suatu hal, dalam diri seseorang terjadi suatu proses, yang disebut

sebagai proses belajar (Rooijakkers, 1980). Dengan belajar diharapkan

peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesuai dengan

tujuan sistem pendidikan (Idris, Jamal, 1992). Menurut Gagne (1984)

(dalam Dahar, 2011), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses

dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Sains dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam (IPA).

Wahyana (dalam Trianto, 2012) mengatakan bahwa IPA adalah suatu

kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Carin dan

Sund (dalam Puskur, 2007: 3; Trianto, 2012), mendifinisikan IPA sebagai


(24)

umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan

eksperimen. Kumpulan teori sistematis lahir dan berkembang melalui

metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap

ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka dan jujur dan sebagainya (Trianto,

2012). Rasa ingin tahu membuat seseorang lebih konstruktivis.

Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakekat

pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi (Suparno, 2007).

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori kognitif yang baru

dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa menemukan

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi

baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu

tidak sesuai lagi (Trianto, 2012). Menurut Suparno, pengetahuan sains

bukan sesuatu yang sudah jadi, tetapi yang dibentuk dalam perjalanan

waktu, melalui proses panjang. Akibat dari pandangan itu maka ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Pengetahuan hanya terjadi bila siswa aktif mengkonstruksi.

2. Konstruksi itu terjadi lewat indrasiswa: dengan melihat, meraba,

mencium, mengukur dan memikirkan.

3. Konstruksi dapat melalui metode inkuiri, metode ilmiah, dengan siswa

membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan data,


(25)

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses

ilmiah, dan sikap ilmiah (Trianto, 2012). Untuk mempelajari sains maka

harus diperlukan proses ilmiah atau pendekatan ilmiah (Scientific

Approach). Pendekatan ilmiah (Scientific approach) menekankan pada

kemampuan keterampilan proses.

B. Keterampilan Proses

1. Pengertian Keterampilan Proses

Keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan

ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat

digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori,

untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun

untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan / falsifikasi

(Indrawati, dalam Trianto, 2012). Keterampilan proses merupakan

unsur yang dianggap perlu dalam kegiatan belajar-mengajar.

Semiawan (1985) mengidentifikasi empat alasan yang

melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam

kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Alasan pertama, perkembangan

ilmu pengetahuan semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru

mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Alasan kedua, para

ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah

memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan

contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi


(26)

penemuan konsep melalui perlakuan terhadap pernyataan fisik, melalui

penanganan benda-benda yang bersifat nyata. Alasan ketiga, penemuan

ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen,

penemuannya bersifat relatif. Alasan keempat, dalam proses

belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari

pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Funk (dalam Indrawati, 1999; Trianto, 2012) membagi

keterampilan menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat

dasar (basic science process skill) dan keterampilan proses terpadu

(integrated science process skill). Dalam keterampilan proses dasar

terdapat beberapa unsur yaitu pengamatan, pengukuran, menyimpulkan,

meramalkan, menggolongkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan

dalam keterampilan proses terpadu terdiri dari unsur pengontrolan

variabel, interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian variabel

secara operasional, dan merancang eksperimen. Dalam pendekatan

keterampilan proses, menurut Suyanto dalam Nuh (2013), siswa perlu

mengalami sendiri berbagai prosedur serta proses ilmu dan


(27)

2. Keterampilan Proses Mendasar

Menurut Semiawan, kemampuan-kemampuan atau

keterampilan mendasar itu adalah kemampuan dan keterampilan:

a) Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan

ilmiah yang mendasar (Semiawan, 1985). Mengobservasi atau

mengamati tidak sama dengan melihat tetapi kita

memilah-milah mana yang penting dan mana yang kurang penting

(Semiawan, 1985). Untuk melakukan observasi digunakan

semua indra yang kita punya. Beberapa perilaku yang

dikerjakan siswa pada saat pengamatan antara lain (Trianto,

2012):

1) Penggunaaan indera-indera tidak hanya penglihatan.

2) Pengorganisasian objek-objek menurut satu sifat tertentu.

3) Pengidentifikasian banyak sifat.

4) Melakukan pengamatan kuantitatif.

5) Melakukan pengamatan kulitatif.

b) Penghitungan

Kemampuan perhitungan merupakan komponen penting

dalam kegiatan ilmiah. Kita mungkin tak dapat membayangkan

seorang ilmuwan tanpa kegiatan menghitung (Semiawan,

1985). Perhitungan membantu untuk mengkomunikasikan hasil


(28)

c) Pengukuran

Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah

(Semiawan, 1985). Pengukuran adalah penemuan ukuran dari

suatu objek, berapakah massa suatu objek, berapa banyak ruang

yang ditempati suatu objek (Trianto, 2012). Dasar dari

pengukuran adalah pembanding (Semiawan, 1985). Kita dapat

membandingkan apa yang kita ukur.

d) Klasifikasi

Menurut Semiawan, keterampilan mengklasifikasi atau

menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang

penting dalam kerja ilmiah. Pengklasifikasian adalah

pengkelompokkan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu

(Trianto, 2012). Beberapa perilaku siswa adalah:

1) Pengidentifikasian suatu sifat umum.

2) Memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau

lebih.

e) Kesimpulan sementara (inferensi)

Membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering

dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam proses penelitiannya

(Semiawan, 1985). Kesimpulan tersebut bukan merupakan

kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara


(29)

f) Peramalan

Menurut Semiawan (1985), para ilmuwan sering membuat

ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi, pengukuran

atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan gejala

tertentu. Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin

dihasilkan dari suatu percobaan (Trianto, 2012).

Menurut Trianto (2012), ada beberapa perilaku yang

penting dilakukan pada saat peramalan yaitu:

1) Penggunaan data dan pengamatan yang sesuai.

2) Penafsiran generalisasi tentang pola-pola.

3) Pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.

g) Komunikasi

Menurut Semiawan, seorang ahli dituntut agar mampu

menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain.

Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang diketahui

dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau

grafik (Trianto, 2012).

Ada beberapa perilaku yang penting yang harus dikerjakan

oleh siswa dalam proses komunikasi menurut Trianto (2012),

antara lain:

1) Pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan


(30)

2) Pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan

pengamatan dan peragaan data.

3) Perancangan poster atau diagram untuk menyajikan data

untuk meyakinkan orang lain.

Uraian diatas merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam

keterampilan proses dasar.

3. Keterampilan Proses Terpadu

Sedangkan unsur-unsur dalam keterampilan proses terpadu

terdiri dari:

a. Mengidentifikasi Variabel

Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Dalam

penyelidikan ilmiah para ilmuwan sering mengendalikan

variabel eksperimen atau penelitian (Semiawan, 1985). Dalam

suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama

kecuali satu, yaitu variabel manipulasi (Trianto, 2012).

Pengontrolan variabel adalah memastikan bahwa segala sesuatu

dalam suatu percobaan tetap sama kecuali satu faktor (Trianto,

2012).

Dalam pengendalian variabel ada beberapa perilaku yang

harus diperhatikan. Menurut Trianto, beberapa perilaku

tersebut antara lain:

1) Pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil.


(31)

3) Pengidentifikasian variabel dikontrol dalam suatu

percobaan.

Pengendalian variabel merupakan suatu aktivitas yang

dipandang sulit, namun sebenarnya tidak terlalu sulit seperti

yang kita bayangkan (Semiawan, 1985). Menurut Devi (2010),

dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variabel yang

sama pentingnya yaitu:

1) Variabel Bebas atau Manipulasi

Variabel bebas atau variabel manipulasi adalah variabel

yang sengaja diubah atau dimanipulasi dalam suatu situasi.

2) Variabel Respon

Variabel respon adalah variabel yang berubah sebagai

hasil akibat dari kegiatan manipulasi.

3) Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja

dipertahankan konstan agar tidak berpengaruh terhadap

variabel respon.

b. Pendefinisian Variabel Secara Operasional

Pendefinisian variabel secara operasional adalah perumusan


(32)

atau yang anda amati (Trianto, 2012). Suatu definisi opersional

mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian

berlangsung.

c. Perumusan Hipotesa

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk

menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu

(Semiawan, 1985). Perumusan hipotesis adalah dugaan masuk

akal yang akan dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa

sesuatu terjadi (Trianto, 2012) . Dalam suatu kerja ilmiah,

seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian

diuji kebenarannya melalui eksperimen.

Menurut Trianto (2012), ada beberapa perilaku saat

merumuskan hipotesis antara lain:

1) Perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan

inferensi.

2) Merancang cara-cara untuk menguji hipotesis.

3) Merevisi hipotesis apabila tidak mendukung hipotesis

tersebut.

Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka

tabir penemuan-penemuan berbagai hal baru (Semiawan,


(33)

d. Merancang Penelitian

Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes

melalui penyelidikan praktis (Semiawan, 1985). Umumnya

kegiatan eksperimen di sekolah dilaksanakan dalam pelajaran

ilmu pengetahuan alam, fisika, biologi dan kimia.

e. Interpretasi data

Kemampuan menginterpretasikan atau menafsirkan data

adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai

oleh para ilmuwan (Semiawan, 1985). Di interpretasi disebut

juga menafsirkan. Penafsiran data adalah menjelaskan makna

informasi yang telah dikumpulkan (Trianto, 2012). Data yang

dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran,

eksperimen atau penelitian sederhana dapat dicatat atau

disajikan dalam bentuk seperti tabel, grafik, histogram atau

diagram (Semiawan, 1985). Data yang disajikan tersebut dapat

di interpretasikan atau ditafsirkan.

Pada hakekatnya, kegiatan belajar mengajar dengan melatihkan

keterampilan proses kepada siswa dapat dilaksanakan dengan keyakinan

bahwa IPA merupakan alat yang sangat potensial untuk membantu

mengembangkan kepribadian siswa (Trianto, 2012). Menurut Trianto

(2012), Keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses

berulang-ulang. Siswa tidak akan terampil (misalnya untuk merumuskan


(34)

pengukuran, mengolah data dan menarik kesimpulan) apabila tidak ada

peluang untuk melakukannya sendiri proses tersebut secara terus-menerus.

Dari hasil temuannya sendiri diharapkan siswa dapat memahami sains

secara lebih mendalam dan dapat diingat dalam waktu yang relatif lama,

sehingga dapat mencegah terjadinya miskonsepsi fisika pada khususnya

(Trianto, 2012). Apa yang dipelajari dan diperoleh peserta dilakukan

dengan indera dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara

langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan (Fadlillah, 2014).

Pendekatan pembelajaran ini merupakan pendekatan yang digunakan

dalam pembelajaran kurikulum 2013.

C. Pembelajaran dalam Perspektif Kurikulum 2013

kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah

ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis

pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada

tahun 2006 (Fadlillah, 2004). Menurut Fadlillah (2004), Kurikulum 2013

adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan

menyeimbangkan kemampuan Soft skills dan Hard skills yang berupa

sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan

pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep,

hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk


(35)

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”

(Hosnan, 2014). Menurut Fladlillah (2004), Pendekatan scientific ialah

pendekatan yang dilakukan melalui proses mengamati (observing),

menanya (queationing), mencoba (experimenting), menalar (associating),

dan mengkomunikasikan (communicating). Kelima aspek tersebut

diimplementasikan kedalam pembelajaran sehingga dapat membentuk

sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa Dengan kelima proses

pembelajaran tersebut diharapkan siswa mampu menghadapi dan

memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam Fadlillah, 2004),

tentang Sistem Satuan Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi

dalam bentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga kompetensi

yang diadopsi tersebut memiliki proses yang berbeda-beda. Menurut

Fadlillah (2004), sikap diperoleh dengan aktivitas “menerima, menjalankan, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memehami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Harapannya dengan menguasai ketiga kompetensi dalam kurikulum ini,

siswa mempunyai kemampuan soft skills dan hard skills yang mumpuni.


(36)

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi (Hosnan, 2014).

Keberhasilan kurikulum ini juga tidak terlepas dari peran guru di

dalamnya. Peran guru sangat penting untuk keberhasilan kurikulum yang

diterapkan. Menurut KEMENDIKBUD, kesiapan guru lebih penting dari

pada pengembangan kurikulum 2013. Pada diri guru, sedikitnya ada empat

aspek yang harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan

keterlaksanaan kurikulum 2013. Hal ini bertujuan mendorong peserta

didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,

dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), terhadap apa yang mereka

peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Ini

sesuai dengan apa yang ada dalam unsur-unsur ketrampilan proses sains.

Pada dasarnya unsur-unsur dalam keterampilan proses

mengembangkan pemikiran siswa sehingga lebih mencari tahu dan

konstruktivis. Dalam membentuk kontruksivis siswa, guru memiliki

peranan penting. Peran guru lebih sebagai fasilitator yang membantu agar

proses konstruksi siswa lancar, efektif, dan efisien (Suparno, 2009).

D. Peran Guru dalam Pembelajaran

Guru dapat di ibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),

yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab

atas kelancaran perjalanan itu (Mulyasa, 2007). Dalam aktivitas/kegiatan

belajar, guru harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang


(37)

baru, bahwa siswa perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode belajar

standar yang telah dialaminya untuk memaksimalkan informasi yang dapat

mereka pahami dalam kegiatan belajar mengajar (Hosnan, 2014).

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama

(Usman, 2008). Mengajar adalah merupakan salah satu komponen dari

kompetensi-kompetensi guru (Roetiyah, 1982). Kompetensi berarti suatu

hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik

yang kualitatif maupun kuantitatif (Usman, 2008). Dalam proses belajar

mengajar, guru perlu memiliki keterampilan-keterampilan dalam kegiatan

mengajar yang harus dilakukan untuk memperoleh suatu hasil. Menurut

Rooijakkers (1980), pengajar perlu mengetahui cara menyusun

pengajaran, cara mengisi bagian pendahuluan, dan bagian akhir

pengajaran.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific (ilmiah).

Karena tuntutan kurikulum diharapkan guru dapat menguasai keterampilan

mengajar dengan baik. Penguasaan keterampilan proses guru sangat

penting dikarenakan dalam proses pelaksanaan pembelajaran kurikulum

2013 terbagi menjadi tiga, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan

akhir. Ketiga kegiatan tersebut tersusun menjadi satu dalam suatu kegiatan

pembelajaran dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya

(Fadillah, 2014). Pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila guru


(38)

proses sains dengan baik. Kegiatan pembelajaran melalui pendekatan

saintifik meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup (Hosnan, 2014). Guru dapat

menerapkan keterampilan proses khususnya dalam kegiatan inti yang

terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kurikulum 2013.

Kegiatan inti mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan

data, menegosiasi, dan mengkomunikasikan.

Dalam proses belajar mengajar, guru menyediakan pengalaman

belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode

pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan

bermakna (Fadlillah, 2014). Melatihkan keterampilan proses dalam

pelaksanaannya diawali oleh pemodelan guru, kemudian barulah siswa

dimintakan bekerja dan berlatih sesuai petunjuk dan bimbingan guru

(Trianto, 2012). Guru dapat menjadi model dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk

pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk

melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan

pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta

didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan melakukan

umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik (Fadlillah, 2014).

Dengan menerapkan keterampilan proses sains yang dikuasai oleh

guru dalam pembelajaran, maka akan terjad kegiatan menanya,


(39)

Menurut Trianto (2012), keterampilan proses sains perlu dilatihkan karena

mempunyai peran yaitu 1) membantu siswa belajar mengembangkan

pikirannya, 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan

penemuan, 3) meningkatkan daya ingat, 4) memberikan kepuasan intrinsik

bila anak telah berhasil melakukan sesuatu, 5) membantu siswa

mempelajari konsep-konsep sains. Dengan keterampilan proses serta

pemodelan yang baik yang dilakukan oleh guru, maka siswa dapat


(40)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Penelitian yang akan mencari data untuk menentukan sifat-sifat tertentu

pada individu. Hasil penelitian ini hanya sebatas pada Guru SMP yang di

teliti saja. Sehingga hasil penelitian yang diperoleh peneliti tidak dapat

digeneralisasikan pada keadaan-keadaan yang ada di luar kasus yang

diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada 18 Mei 2014 sampai 28 Juni

2014 dan dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

kabupaten Klaten.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Guru-guru Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) kelas VII sampai kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Dalam penelitian ini menggunakan 7 (tujuh) SMP di kabupaten Klaten.


(41)

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan satu buah variabel yaitu

keterampilan proses sains. Variabel tersebut kemudian akan dilihat

hasilnya.

E. Desain Penelitian

1. Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan sebuah tes kepada Guru SMP berupa

pertanyaan-pertanyaan yang menguji unsur-unsur dalam

keterampilan proses terpadu. Hal ini digunakan untuk

mengetahui tingkat pendekatan keterampilan proses Guru

baik Guru kelas VII, kelas VIII, maupun kelas IX.

Pertanyaan-pertanyaan berupa pilihan ganda tanpa

menggunakan soal perhitungan.

b. Setelah tes dilakukan kepada guru, kemudian hasil tes

tersebut dianalisis dengan mengkoreksi jawaban yang benar

serta jawaban yang salah. Setelah dianalisis jawaban benar

dan salahnya kemudian dicari nilai rata-rata dari

keseluruhan aspek keterampilan proses sains. Kemudian

juga dicari rata-rata untuk tiap-tiap aspek keterampilan


(42)

2. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan satu macam instrumen yang berupa soal pilihan

ganda mengenai keterampilan proses sains yang disusun oleh

Burns (1985). Data tentang keterampilan proses sains Guru SMP

didapatkan dari hasil jawaban guru dalam soal pilihan ganda

tersebut. Kemudian jawaban dari guru dicocokkan dengan kunci

jawaban.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa soal-soal yang

mengukur keterampilan proses sains (Test of Integrated Process Skills II).

Soal terdiri dari 25 poin soal pilihan ganda yang diambil dari 36 poin soal.

Pengurangan beberapa poin soal dikarenakan beberapa item memiliki

peroalan yang hampir sama. Aspek yang dikurangi yaitu mengidentifikai

variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis.

Walaupun dari 36 soal dikurangi menjadi 25 soal tetapi dari 25 soal

tersebut sudah mewakili 5 unsur yang ada dalam keterampilan proses

sains.

Instrumen Test of Integrated Process Skils II (TIPS II) ini

sebenarnya berupa soal berbahasa inggris yang kemudian dibahasakan

dalam bahasa indonesia. Dalam proses alih bahasa peneliti dibantu oleh

saudara Yohanes Marino yaitu mahasiswa program studi bahasa inggris di


(43)

sepenuhnya sempurna. Untuk menyempurnakan bahasa yang digunakan,

peneliti melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing sampai

memperoleh bahasa yang baik untuk digunakan sebelum instrumen

digunakan. Berikut ini penjabaran tentang TIPS II yang digunakan dalam

penelitian:

1. Test of Integrated Process Skill II (TIPS II)

Test of Integrated Process Skill II (TIPS II) merupakan

suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

keterampilan proses seseorang. TIPS II terdiri dari 36 point soal

pilihan ganda yang mencakup unsur-unsur keterampilan proses

terpadu yang terdiri dari mengidentifikasi variabel, mendefinisikan

variabel secara operasional, merumuskan hipotesis,

menyajikan/interpretasi data, dan merancang

penelitian/eksperimen. Karena banyak soal yang hampir mirip,

maka dari 36 soal diringkas menjadi 25 soal saja.

Unsur-unsur dalam TIPS II yang terdiri dari 36 poin soal

tersebut diklasifikasikan menjadi 25 poin soal berdasarkan


(44)

Tabel 3. 1. Klasifikasi Item Tes TIPS II berdasarkan Aspek

Keterampilan Proses Sains Terpadu

No. Keterampilan Proses Terpadu

Item Soal

1. Mengidentifikasi Variabel

1,3,10,11,12,21,22,23

2. Mendefinisikan

Variabel secara operasional

2,13,14,17,24

3. Merumuskan Hipotesis 4,8,9,18,20,25 4. Merancang

Penelitian/Eksperimen

6,15

5. Menyajikan/Interpretasi Data

5,7,16,19

Berikut ini tujuan dan contoh soal tes pada TIPS II:

Tabel 3. 2. Tujuan dan Contoh Soal Tes pada TIPS II

Tujuan Contoh soal Memberikan

deskripsi tentang penyelidikan,

mengenali pendifinisian

opersional yang cocok untuk variabel

Sebuah penelitian tentang efisiensi kendaraan telah dilakukan. Hipotesa yang didapat adalah penambahan zat pada bensin dapat meningkatkan efisiensi mesin. Lima mobil yang identik diisi dengan jumlah bahan bakar yang sama tetapi jumlah additive (zat tambahan) yang berbeda lalu mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bensin habis. Tim Peneliti mencatat jarak tempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi mobil diukur dalam penelitian ini?

A) Waktu yang ditempuh mobil hingga kehabisan bensin.

B) Jarak tempuh tiap mobil.

C)Jumlah bahan bakar yang digunakan. D) Jumlah Additive (zat tambahan) A


(45)

Tujuan Contoh soal Memberikan

deskripsi dari variabel yang rumit, memilih hipotesis yang akan diuji

Susan sedang meneliti jumlah makanan yang diproduksi pada tanaman buncis. Dia mengukurnya dengan melihat pada jumlah zat tepung yang diproduksi. Dia mencatat bahwa dia dapat mengubah intensitas cahaya, jumlah karbon dioksida, dan jumlah air yang diterima oleh tanaman. Hipotesis manakah yang dapat diujikan jika Susan akan melakukan uji tersebut?

A) Semakin banyak karbon dioksida yang diterima oleh tanaman buncis, semakin banyak zat tepung itu diproduksi

B) Semakin banyak zat tepung pada tanaman buncis diproduksi, semakin banyak pula intensitas cahaya yang dibutuhkan.

C) Semakin banyak air yang diperoleh tanaman buncis, semakin banyak pula karbon dioksida yang dibutuhkan.

D) Semakin banyak intensitas cahaya yang diterima, semakin banyak pula karbon dioksida yang dibutuhkan.


(46)

Tujuan Contoh soal

Memberikan

deskripsi sebuah penyelidikan,

memperoleh data, mengenali grafik dari data, dan menjelaskan

hubungan antar variabel

Seorang peneliti sedang menguji pupuk baru dengan menggunakan lima lahan yang berukuran sama. Ia memberikan jumlah pupuk yang berbeda di setiap lahan. Satu bulan kemudian, ia mengukur tinggi rata-rata rumput di setiap lahan tersebut. Hasil pengukurannya ada pada tabel di bawah ini.

Jumlah Pupuk (kg)

Tinggi rata-rata rumput (cm) 10 7

30 10 50 12 80 14 100 12

Manakah grafik yang paling tepat menggambarkan data pada tabel?

Merencakanan penyelidikan untuk menguji hipotesis

Seorang ahli Biologi menguji hipotesa berikut: Semakin banyak jumlah vitamin yang diberikan pada tikus, semakin cepat tikus akan bertambah besar. Bagaimana ia dapat mengukur kecepatan perkembangan tikus tersebut?

A)Mengukur kecepatan tikus

B)Mengukur jumlah latihan yang diterima oleh tikus

C)Mengukur berat tikus setiap hari D)Mengukur jumlah vitamin yang akan


(47)

G. Metode Penelitian

Untuk mengetahui keterampilan proses sains Guru SMP yaitu

melalui pertanyaan-pertanyaan mengenai unsur-unsur yang terdapat pada

keterampilan proses. Hasil tes yang diperoleh kemudian di analisis dengan

menggunakan analisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk mendapatkan

data, semua guru yang di uji diberikan tes dengan soal yang sama.

Sebelum diadakan tes, Guru tidak diminta untuk mempelajari tentang

unsur-unsur dalam keterampilan proses. Hal ini bertujuan untuk menguji

seberapa jauh ketrampilan proses yang dimiliki oleh Guru. Sehingga apa

yang diketahui atau yang dikuasai guru mengenai keterampilan proses

dalam kegiatan pembelajaran akan di ungkapkan kembali sesuai yang

dipahami Guru.

H. Analisis Data

Melalui hasil jawaban tes yang diberikan kepada Guru tersebut,

maka dapat diketahui keterampilan proses Guru. Data-data yang diperoleh

melalui instrumen yang digunakan selanjutnya dianalisis secara deskriptif

kuantitatif untuk masing-masing bagian soal sehingga didapatkan jawaban

salah dan benar untuk tiap-tiap soal.

1. Tingkat Keterampilan Proses

Untuk mengukur tingkat keterampilan proses sains guru, maka

instrumen yang diberikan kepada guru dikoreksi dan dihitung hasil

benar dan salahnya. Setelah dihitung nilai benar dan salahnya


(48)

Skills II mengandung lima (5) unsur di dalamnya maka setelah

dihitung benar dan salahnya kemudian dikelompokkan menurut

masing-masing unsur. Setelah pengelompokkan kemudian dihitung

nilai rata-rata dari masing-masing unsur. Hasil tersebut digunakan

untuk menganalisis keterampilan sains guru IPA SMP. Untuk

mempermudah perhitungan maka digunakan program microsoft excel

dengan menggunakan 0 (nol) untuk jawaban yang salah dan 1 (satu)

untuk jawaban yang benar. Kemudian hasil jawaban dideskripsikan

dan disimpulkan untuk melihat tingkat keterampilan proses sains guru

SMP.

Setelah semua selesai dilakukan, kemudian hasil disajikan dalam

bentuk tabel yang selanjutnya dapat digunakan untuk menghitung

persentase. Dari nilai benar selanjutnya dihitung nilai rata-ratanya

kemudian dikualifikasikan berdasarkan kualifikasi yaitu sangat baik,

baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Kualisifikasi tersebut dibuat

dengan berdasarkan nilai tertinggi. Nilai tertinggi yang dipakai yaitu

nilai 100. Setelah itu dibuat dalam bentuk persentase 100% jika benar

semua. Dalam penentuan prosentase kualifikasi ini menggunakan

standar penilaian yang dipakai pada umumnya. Berikut kualifikasi


(49)

Tabel 3. 3. Kualifikasi Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains

Nilai rata-rata benar (%) Tingkat ketrampilan proses sains

≥80 Sangat baik 68 – 79 Baik 56 – 67 Cukup 46 – 55 Kurang

≤ 45 Sangat kurang

Adapun tabel yang digunakan untuk menganalisis

keterampilan proses menurut masing-masing unsur keterampilan

proses. Berikut tabel yang disajikan:

Tabel 3. 4. Keterampilan Proses Untuk Masing-masing Aspek

No. Aspek ���� �

(%)

������

(%) S.Dev 1. Mengidentifikasi Variabel

2. Mendefinisikan Variabel secara operasional

3. Merumuskan Hipotesis 4. Merancang

Penelitian/Eksperimen 5. Menyajikan/Interpretasi Data

Keterangan :

�����

= Skor rata-rata untuk setiap aspek

������

= Skor rata-rata untuk keseluruhan aspek S.Dev = Standar deviasi


(50)

Setelah dianalisis berdasarkan masing-masing aspek

selanjutnya setiap aspek dianalisis berdasarkan jawaban yang

diberikan oleh guru. Berikut tabel yang digunakan untuk

menganalisis berdasarkan jawaban guru.

Tabel 3. 5. Jawaban Guru Berdasarkan Aspek

Aspek

No Item

Jumlah Guru yang menjawab (%) a b c d Kosong Total

Keterangan :

Arsir : Kunci jawaban


(51)

33 BAB IV

DATA DAN ANALISA

A. Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui keterampilan

proses sains guru IPA di beberapa SMP di kabupaten klaten diawali

dengan kegiatan menyusun instrumen penelitian yang diambil dari soal

TIPS II yang melalui proses alih bahasa menjadi bahasa indonesia. Setelah

proses penyusunan instrumen penelitian kemudian mencari sekolah yang

bersedia untuk diadakan kegiatan penelitian. Kegiatan selanjutnya yaitu

pengambilan data dari guru IPA di beberapa sekolah SMP di kabupaten

klaten dengan cara guru diminta untuk mengerjakan soal mengenai

ketrampilan proses.

Kegiatan penyusunan instrumen sampai kegiatan penelitian

dilakukan dari bulan Januari sampai bulan September. Kegiatan penelitian

sedikit terkendala karena libur kenaikan kelas. Sebelum dilakukan tes,

guru tidak diminta untuk mempelajari tentang keterampilan proses sains

terlebih dahulu. Jenis soal yang digunakan yaitu soal pilihan ganda

sebanyak 25 item soal yang dikerjakan dalam waktu 30 menit.

Pengambilan data dengan menguji guru dalam mengerjakan soal mengenai

keterampilan proses sains. Guru diminta untuk memilih jawaban yang


(52)

dipilih oleh guru selanjutnya digunakan untuk mengetahui serta

mendeskripsikan keterampilan proses sains guru di beberapa SMP di

kabupaten Klaten.

Pelaksanaan penelitian pada bulan juni 2014 sampai september

2014. Pengambilan data dengan menguji semua guru mata pelajaran IPA

di sekolah yang dilakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian pertama kali

dilakukan pada hari senin, tanggal 26 mei 2014 pada pukul 10.00 – 10.30 WIB dilakukan di di SMP N 1 Trucuk dengan jumlah guru adalah 4 guru.

Pada hari rabu, tanggal 28 mei 2014 pada pukul 09.00 – 09.30 WIB dilakukan di SMP 2 Wedi dengan jumlah guru adalah 6 guru. Pada hari

sabtu, tanggal 31 mei 2014 pada pukul 10.00 – 10.30 WIB dilakukan di SMP N 2 Trucuk dengan jumlah guru adalah 3 guru. Pada hari senin,

tanggal 18 agustus 2014 pukul 09.30 – 10.00 WIB dilakukan di SMP Pangudi Luhur Cawas dengan jumlah guru adalah 2 guru. Pada hari kamis,

tanggal 28 agustus 2014 pada pukul 09.00 – 09.30 WIB dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten dengan jumlah guru adalah 3 guru, dan pada

pukul 10.30 – 11.00 WIB dilakukan di SMP Pangudi Luhur Wedi dengan jumlah guru adalah 1 guru. Pada hari sabtu, 30 agustus 2014 pukul 1.00 – 12.30 WIB dilakukan di SMP Pangudi Luhur Wedi dengan jumlah guru

adalah 1 guru. Jadi jumlah guru yang mengikuti tes yaitu sebanyak 20


(53)

B. Data

Tes diikuti oleh 20 guru dari kelas VII sampai guru kelas IX di

beberapa SMP di kabupaten klaten. Semua guru mengerjakan soal tentang

keterampilan proses sains. Dalam pengerjaan soal ini diberikan waktu

selama 30 menit. Soal terbagi dalam 5 aspek yang terdiri dari 25 item soal.

C. Deskripsi dan Analisa data

Pada bagian ini dideskripsikan jawaban guru mengenai

keterampilan proses sains yang diteliti. Aspek yang diteliti yaitu

aspek-aspek yang terdapat dalam keterampian proses terpadu. Berikut deskripsi

mengenai keterampilan proses sains guru di SMP di kabupaten Klaten.

1. Tingkat Penguasaan Keterampilan Proses Sains Guru Secara

Keseluruhan

Test of Integrated Proses Skills II adalah instrumen yang

digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan keterampilan proses

sains guru. Tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA

dapat dilihat dari 5 aspek yang terdapat dalam soal. Berdasarkan

instrumen yang digunakan, maka keterampilan proses sains guru

dibahas menurut masing-masing aspek serta dari keseluruhan aspek

keterampilan proses sains. Berikut ini adalah tabel tingkat


(54)

Tabel 4. 1. Tingkat Penguasan Keterampilan Proses Sains Guru IPA

SMP di Kabupaten Klaten

No. Aspek

����� (%) ������ (%) S.Dev

1 Mengidentifikasi Variabel 45

2 Mendefinisikan Variabel

secara operasional 53

3 Merumuskan Hipotesis 56,67 57,18 11,556

4 Merancang

Penelitian/Eksperimen

55

5 Menyajikan/Interpretasi Data

76,25

Keterangan :

�����

= Skor rata-rata untuk setiap aspek

������

= Skor rata-rata untuk keseluruhan aspek S.Dev = Standar deviasi

Berdasarkan tabel 4. 1, dapat dilihat skor rata-rata untuk

keseluruhan aspek keterampilan proses sains guru yaitu sebesar

57,18% dengan standar deviasi 11,56%. Jika di klasifikasikan

berdasarkan tabel 3. 3 (halaman 26), maka dapat dikatakan bahwa guru


(55)

keterampilan proses sains yang cukup. Dengan nilai standar deviasi

yang cukup besar, maka dapat dikatakan bahwa skor rata-rata guru

untuk untuk setiap aspeknya menyebar. Hal ini berarti terdapat aspek

keterampilan proses sains yang sangat dikuasai oleh guru serta aspek

yang kurang dikuasai oleh guru.

Pada aspek mengidentifikasi variabel didapatkan skor rata-rata

sebesar 45%, maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki tingkat

penguasaan yang sangat kurang dalam aspek mengidentifikasi

variabel. Pada aspek mendefinisikan variabel secara operasional

didapatkan skor rata-rata sebesar 53%, maka dapat dikatakan bahwa

guru memiliki tingkat penguasaan yang kurang dalam aspek

mendefinisikan variabel. Pada aspek merumuskan hipotesis didapatkan

skor rata-rata sebesar 56,67%, maka dapat dikatakan bahwa guru

memiliki tingkat penguasaan yang cukup dalam aspek merumuskan

hipotesis. Pada aspek merancang penelitian / eksperimen didapatkan

skor rata-rata sebesar 70%, maka dapat dikatakan bahwa guru

memiliki tingkat penguasaan yang baik dalam merancang penelitian /

eksperimen. Pada aspek menyajikan / interpretasi data didapatkan skor

rata-rata sebesar 76,25%, maka dapat dikatakan bahwa guru memiliki

tingkat penguasaan yang baik dalam aspek menyajikan / interpretasi

data. Ketersebaran skor rata-rata untuk setiap aspeknya ditunjukkan


(56)

data serta aspek yang kurang dikuasai guru yaitu aspek

mengidentifikasi variabel.

2. Tingkat Penguasaan Terhadap Setiap Aspek Keterampilan Proses

Sains Guru

Keterampilan proses sains yang tercantum dalam soal Test of

Integrated Process Skills II terdiri dari 5 (lima) aspek keterampilan

proses terpadu. Dalam keterampilan proses terdapat 5 aspek yang

diteliti yaitu mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel seara

operasional, merumuskan hipotesis, merancang penelitian/eksperimen,

menyajikan / interpretasi data. Berikut deskripsi dari aspek-aspek yang

terdapat dalam keterampilan proses sains.

a) Mengidentifikasi variabel

Berdasarkan tabel 4. 1, diketahui bahwa skor rata-rata

untuk aspek mengidentifikasi variabel yaitu sebesar 45%. Dengan

mengacu pada tabel 3. 3, maka tingkat penguasaan keterampilan

proses sains guru dalam aspek mengidentifikasi variabel dapat

dikatakan sangat kurang.

Sebaran data terkait jawaban guru pada aspek ini yang


(57)

Tabel 4. 2. Jawaban Guru dalam Aspek Mengidentifikasi Variabel

Aspek No item

Jumlah Guru yang Menjawab

(%) Total A b c D Kosong

Mengidentifikasi Variabel

1 5 5 15 75 0 100 3 10 20 0 70 0 100 10 20 45 0 35 0 100 11 50 20 0 30 0 100 12 30 5 20 40 5 100 21 15 35 40 10 0 100 22 50 20 25 5 0 100 23 30 40 0 30 0 100

Keterangan :

Arsir : Kunci jawaban

Cetak Tebal (Bold) : Jawaban salah paling banyak

Dalam penyelidikan bidang sains, pengenalan atau

identifikasi variabel sangat penting. Dengan mengamati variabel

yang berpengaruh, maka memungkinkan penyelidik untuk dapat

merumuskan hipotesis dan merancang eksperimen. Namun

demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan

guru terkait dengan identifikasi variabel masih sangat kurang.

Beberapa kelemahan dapat dilihat dengan mengamati respon guru

dalam setiap item dalam aspek ini.

Berdasarkan tabel 4. 2 dapat dilihat bahwa pada soal nomor

3 terdapat 70% guru menjawab salah yaitu pilihan D. Dari soal


(58)

dengan biaya operasional rendah. Mereka mempelajari jumlah

jarak tempuh per liter bensin dari setiap mobil. Manakah variabel

yang nampaknya akan mempengaruhi jumlah jarak tempuh per

liter bensin?. Dalam hal ini jarak tempuh per liter adalah variabel

terikat. Maka variabel yang yang tepat untuk mempengaruhi

variabel terikat adalah jawaban B yaitu “Ukuran mesin”, sebanyak 20% guru menjawab benar. Sebagian besar guru memilih jawaban

D yaitu “Berat mobil” dan “ukuran mesin”. Ukuran mesin merupakan jawaban yang paling tepat karena ukuran mesin adalah

faktor yang sangat berpengaruh terhadap jarak tempuh per liter

bensin. Sedangkan berat mobil pasti sudah didesain sedemikian

rupa sehingga ada keseimbangan dengan ukuran mesin. Karena

berat mobil menyeuaikan ukuran mesin kendaraan.

Hasil penelitian yang menarik adalah mencermati pola

jawaban untuk bacaan nomor 9 sampai 12 serta bacaan nomor 20

sampai 23. Soal untuk nomor 10 sampai 12 dan nomor 21 smpai 23

memiliki pola yang sejenis yaitu secara berurutan menentukan

variabel kontrol, variabel terikat, dan variabel bebas. Dari kasus

yang disediakan, respon guru yang menjawab untuk nomor 10, 11,

dan 12 secara berurutan yaitu 45%, 50%, dan 40%, hasil yang

serupa untuk nomor 20, 21, dan 23 secara berurutan yaitu 40%,

50%, dan 40%. Untuk dua pola soal yang sejenis didapatkan hasil


(59)

variabel terikat daripada variabel kontrol dan variabel bebas.

Dengan kata lain guru lebih mengalami kesulitan untuk

menentukan variabel kontrol dan variabel bebas daripada variabel

terikat.

Untuk soal dengan bacaan nomor 9 sampai 12 banyak guru

yang menjawab benar tetapi tidak sedikit juga yang menjawab

salah. Kemungkinan guru menjawab salah dikarenakan guru

kurang teliti dalam identifikasi variabel atau bisa juga guru

kesulitan untuk mengidentifikasi variabel yang dimaksud. Bacaan

untuk nomor 9 sampai 12 yaitu “Rini ingin mengetahui jika suhu mempengaruhi jumlah gula pasir yang akan larut di dalam air. Ia

menuangkan 50 mL air yang bersuhu 0˚C, 50˚C, 75˚C, dan 95˚C

kedalam empat botol. Kemudian, ia melarutkan gula sebanyak

mungkin kedalam botol dengan mengaduknya. Dalam hal ini 50

mL air merupakan variabel kontrol karena dibuat tetap, gula yang

dilarutkan merupakan variabel terikat karena yang diukur untuk

menentukan adanya pengaruh variabel bebas, dan suhu merupakan

variabel bebas karena yang mempengaruhi. Sehingga nomor 10

dengan pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel kontrol

dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah B yaitu “Jumlah

air dalam setiap botol”. Untuk nomor 11 dengan pertanyaan

“Manakah yang merupakan variabel terikat dalam penelitian


(60)

dilarutkan di dalam setiap botol”. Untuk nomor 12 dengan pertanyaan “Manakah yang merupakan variabel bebas dalam kasus tersebut?, jawabannya adalah D yaitu “Suhu air”.

Untuk nomor 10 sampai 12 banyak guru menjawab benar,

tetapi tidak sedikit juga guru yang menjawab salah. Pada nomor 10

kemungkinan dari 35% guru berfikir bahwa variasi suhu air dalam

empat botol merupakan variabel yang tetap sehingga memilih

jawaban D yaitu “Suhu”. Selain itu untuk nomor 11 dan 12 kemungkinan guru terbalik dalam memilih yang menjadi variabel

terikat dan variabel bebasnya karena sebanyak 30% guru

menjawab salah pada nomor 11 dan 12 dengan pilihan D dan A.

Seperti pada bacaan bacaan nomor 9 sampai 12, untuk

bacaan soal nomor 20 sampai 23 juga banyak guru yang menjawab

benar tetapi tidak sedikit yang menjawab salah. Bacaan untuk soal

nomor 20 sampai 23 yaitu “Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah sampah daun yang dimasukkan kedalam tanah

memberikan pengaruh terhadap buah tomat yang dihasilkan.

Tanaman-tanaman tomat ditanam di empat bak yang besar. Setiap

bak diisi jenis dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 Kg

sampah daun yang dicampur dengan tanah. bak kedua diisi 10 kg,

bak ketiga 5 kg, dan bak keempat diisi sampah daun. Semua bak

diletakkan diluar rumah agar mendapat sinar matahari dan


(61)

setiap bak dihitung”. Dalam kasus ini jumlah tanah setiap bak merupakan variabel kontrol karena tetap, jumlah tomat yang

dihasilkan merupakan variabel yang menentukan adanya pengaruh

variabel bebas, sedangkan jumlah sampah adalah variabel bebas.

Untuk nomor 21 yaitu “Manakah yang merupakan variabel

kontrol dalam penelitian tersebut”, jawabannya adalah C yaitu

“Jumlah tanah di dalam setiap bak”. Nomor 22 yaitu “Manakah

yang merupakan variabel terikat dalam penelitian tersebut?”,

jawabannya adalah A yaitu “Jumlah tomat yang dihasilkan dalam

setiap bak”. Nomor 24 yaitu “manakah yang merupakan variabel

bebas dalam penelitian tersebut?”, jawabannya adalah B “Jumlah sampah daun yang ditambahkan kedalam kotak”.

Pada nomor 21 sebanyak 35% guru menjawab salah pada

pilihan B yaitu “Jumlah sampah daun yang ditambahkan dalam

bak”, mungkin guru berfikir ini merupakan variabel kontrol dikarenakan jumlah sampah yang ditambahkan sudah ditetapkan

tetapi dalam hal ini jumlah sampah tiap bak berbeda sehingga

bukan merupakan variabel kontrol. Pada nomor 23 sebanyak 30%

guru memilih jawaban A yaitu “Jumlah tomat yang dihasilkan

dalam setiap bak” dan 30% guru memilih jawaban D yaitu

“Jumlah bak yang diisi sampah daun”, mungkin pada jawaban A guru berfikir hasil dari bak yang berbeda-beda merupakan variabel


(62)

respon. Sedangkan pada jawaban D kemungkinan guru berfikir

karena penggunaan jumlah bak dalam penelitian ini padahal dalam

hal ini yang diubah isian dalam bak bukan bak nya.

b) Mendefinisikan Variabel Secara Operasional

Berdasarkan tabel 4. 1, dapat diketahui bahwa skor rata-rata

untuk aspek variabel secara operasional yaitu sebesar 53%. Dengan

mengacu pada tabel 3. 3, maka aspek variabel secara operasional

dapat dikatakan cukup.

Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini

yang meliputi 5 item soal dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4. 3. Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Variabel

Secara Operasional

Aspek No Item

Jumlah Guru yang menjawab (%)

A B c d Kosong Tota l

variabel operasional

2 15 55 5 25 0 100 13 20 40 5 35 0 100 14 45 0 10 45 0 100 17 0 10 75 15 0 100 24 35 5 5 55 0 100

Keterangan :

Arsir : Kunci jawaban


(63)

Dalam kegiatan ilmiah, mendefinisikan variabel secara

operasional juga dianggap penting karena berkaitan dengan

bagaimana sebuah kegiatan penelitian ilmiah berlangsung. Namun

demikian hasil menunjukkan bahwa tingkat penguasaan guru

terkait dengan mendefinisikan variabel secara operasional adalah

cukup. Beberapa kelemahan dalam aspek mendefinisikan variabel

secara operasional dapat dilihat dengan mengamati respon guru

dalam setiap item dalam aspek ini.

Dari keseluruhan soal pada aspek ini guru banyak

menjawab salah pada nomor 13 sebanyak 40% dan nomor 14

sebanyak 45%. Pertanyaan nomor 13 yaitu ”Seorang tukang kebun menyadari bahwa tanaman labu nya terserang hama. Ia harus

memusnahkan hama tersebut. Saudaranya mengatakan bahwa

obat pembasmi hama berbentuk serbuk yang bermerk “Masagri”

adalah yang terbaik untuk membasmi hama. Sedangkan,

tetangganya mengatakan bahwa obat bermerk “Tonik” berbentuk

cairan yang disemprotkan adalah yang paling baik untuk

membasmi hama. Tukang kebun ingin mengecek keefektifan obat

pembasmi dan menggunakan obat serbuk ke dalam 3 tanaman dan

cairan ke 3 tanaman yang lain. Seminggu kemudian, ia

menghitung jumlah hama yang masih hidup di setiap tanaman.

Bagaimanakah keefektifan pembasmi hama tersebut dapat


(64)

Jawaban yang tepat untuk nomor 13 adalah jawaban D

yaitu “Menghitung jumlah hama yang tersisa di tanaman”, tetapi 40% guru menjawab salah pada pilihan B yaitu “Menentukan kondisi tanaman setelah disemprot atau diberi serbuk”. Dalam soal ini yang diukur yaitu keefektifan pembasmi hama. Pada soal

ini juga sudah disebutkan variabel operasionalnya yaitu “Seminggu kemudian, ia menghitung jumlah hama yang masih hidup di setiap

tanaman”. Kemungkinan guru berfikir keefektifan pembasmi hama dengan menentukan kondisi tanaman padahal dalam kasus

ini yang dilakukan tukang kebun yaitu dengan menghitung jumlah

hama yang masih hidup.

Untuk item soal nomor 14 dapat diamati prosentase

jawaban paling banyak pada jawaban salah dan prosentase

jawaban benar yaitu sama. Pertanyaan nomor 14 yaitu “Lisa ingin mengukur jumlah energi panas yang bisa dihasilkan oleh nyala api

dalam waktu tertentu. Sebuah alat pembakar/bunsen akan

digunakan untuk memanaskan sebuah beker gelas yang berisi satu

liter air dingin selama sepuluh menit. Bagaimana Lisa akan

mengukur jumlah energi panas yang dihasilkan oleh nyala api

tersebut?. Jawaban yang tepat untuk persoalan ini adalah jawaban

A yaitu “Mencatat perubahan suhu air setelah sepuluh menit”. Sebanyak 45% dari keseluruhan guru menjawab salah dengan


(65)

liter air mendidih”. Dalam persoalan ini jelas disebutkan variabel operasionalnya yaitu memanaskan beker gelas selama sepuluh

menit. Dalam soal ini menanyakan bagaimana lisa mengukur

jumlah energi panas yang dihasilkan oleh nyala api sehingga

berhubungan dengan perubahan suhu air. Kemungkinan guru

kurang teliti dalam membaca soal dikarenakan pada jawaban D

menyebutkan menghitung waktu yang dibutuhkan padahal dalam

soal sudah disebutkan waktu yang digunakan yaitu selama sepuluh

menit.

c) Merumuskan Hipotesis

Berdasarkan skor jawaban dari guru pada tabel 4. 1, dapat

diketahui bahwa skor rata-rata aspek merumuskan hipotesis yaitu

sebesar 56,67%. Dengan mengacu pada tabel 3. 3. Berdasarkan

tabel 3. 3, maka aspek merumuskan hipotesis dapat dikatakan

cukup.

Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini


(66)

Tabel 4. 4. Jawaban Guru dalam Aspek Merumuskan Hipotesis

Aspek

No Item

Jumlah Guru yang menjawab (%) A b c D Kosong Total

merumuskan hipotesis

4 10 10 10 70 0 100 8 45 30 5 20 0 100 9 10 5 80 5 0 100 18 20 15 45 15 5 100 20 15 10 10 65 0 100 25 10 55 0 35 0 100

Keterangan :

Arsir : Kunci jawaban

Cetak Tebal (Bold) : Jawaban salah paling banyak

Merumuskan hipotesis merupakan kegiatan perkiraan atau

dugaan yang beralasan pada pengamatan yang akan diuji. Dalam

hal ini dugaan guru menjadi penting untuk memperkirakan sebuah

penelitian. Dengan cara dugaan maka memungkinkan guru dapat

merumuskan sebuah hipotesis. Namun demikian hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat penguasaan guru terkait dengan

merumuskan hipotesis adalah cukup. Beberapa kelemahan dapat

dilihat dengan mengamati respon guru dari setiap aspek ini.

Berdasarkan keseluruhan item pada aspek ini terlihat bahwa

jawaban salah yang paling banyak yaitu pada nomor 25.

Pertanyaan nomor 25 yaitu “Ani memelihara ikan emas di dalam akuarium. Ia menyadari bahwa beberapa ikan sangat aktif. Ia


(67)

ingin tahu apa yang mempengaruhi keaktifan ikan-ikan tersebut.

Hipotesa apa yang dapat ia uji untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi keaktifan ikan-ikan tersebut?”. Jawaban yang tepat untuk soal ini adalah jawaban D yaitu “Semakin banyak cahaya masuk dalam akuarium, semakin aktif ikan-ikan tersebut”, sebanyak 35% dari keseluruhan menjawab ini.

Sebanyak 55% dari keseluruhan guru menjawab salah pada

jawaban B yaitu “Semakin aktif ikan tersebut, semakin banyak

makanan yang dibutuhkan”. Dalam aspek merumuskan hipotesis, mengenali variabel bebas dan terikat adalah penting untuk

perkiraan hasil. Dalam soal ini diketahui variabel terikat yaitu

keaktifan ikan. Jadi variabel bebas yang tepat untuk menjawab

persoalan ini yaitu semakin banyak cahaya masuk dalam akuarium.

Untuk pernyataan B salah karena peryataannya terbalik dengan

menyebutkan variabel bebas sebagai akibat dari variabel terikat.

Kemungkinan guru berfikir dengan aktifnya ikan maka semakin

banyak makanan yang dibutuhkan tetapi dalam hal ini yang

ditanyakan penyebab aktifnya ikan, maka ikan aktif disebabkan

oleh cahaya yang masuk akuarium bukan semakin banyak


(68)

d) Merancang Penelitian / Eksperimen

Berdasarkan tabel 4. 1, dapat diketahui skor rata-rata untuk

aspek merancang eksperimen yaitu sebesar 55%. Dengan mengacu

pada tabel 3. 3, maka aspek merancang eksperimen dapat

dikatakan kurang.

Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini

yang meliputi 2 item soal dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4. 5. Jawaban Guru dalam Aspek Merancang

Penelitian/Eksperimen

Aspek

No item

Jumlah Guru yang menjawab (%) A b C D Kosong Total Merancang

Eksperimen

6 10 80 5 5 0 100 15 60 30 10 0 0 100

Keterangan :

Arsir : Kunci jawaban

Cetak Tebal (Bold) : Jawaban salah paling banyak

Dalam penyelidikan ilmiah, kegiatan eksperimen dilakukan

untuk menguji melalui penyelidikan. Dalam hal ini penyelidikan

variabel-variabel mana yang akan diukur. Dengan menyelidiki

variabel-variabel yang diukur maka memungkinkan penyelidik


(69)

penelitian menunjukkan bahwa tingkat penguasaan guru terkait

dengan merancang eksperimen masih kurang. Beberapa kelemahan

dapat dilihat dengan mengamati respon guru dalam setiap item

dalam aspek ini.

Dari tabel 4. 5 diketahui bahwa sebanyak 60% guru

menjawab salah pada nomor 15. Pertanyaan nomor 15 yaitu “Vino sedang menyelidiki pengaruh suhu terhadap kecepatan aliran

minyak. Hipotesis dalam penyelidikan ini adalah semakin tinggi

suhu pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan

mengalir. Bagaimana ia dapat menguji hipotesa tersebut?”. Jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini adalah pilihan B yaitu

“Mengamati kecepatan tertentu dimana minyak dalam suhu yang berbeda-beda mengalir di permukaan yang licin”, sebanyak 30% guru menjawab benar. Hipotesa dalam soal ini yaitu “semakin tinggi suhu pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan

mengalir”. Dari hipotesa dapat dilihat bahwa variabel terikatnya adalah kecepatan minyak yang mengalir sedangkan variabel

bebasnya adalah suhu minyak. Maka rancangan eksperimen untuk

menguji kecepatan minyak berdasarkan suhunya dapat dilakukan

dengan mengalirkannya. Sebanyak 60% guru menjawab salah pada

pilihan A yaitu “Memanaskan minyak dalam suhu yang berbeda -beda dan menimbangnya setelah minyak tersebut mengalir keluar


(70)

maka akan keluar dari kaleng dan kemudian dapat menimbang

minyak yang berhasil keluar untuk medeskripsikan kecepatan

minyak yang mengalir. Padahal dalam hipotesa tidak disebutkan

untuk menimbang minyak yang mengalir. Hal ini juga dapat

disebabkan guru tidak teliti dalam membaca hipotesa yang ada

dalam soal.

e) Menyajikan / Interpretasi Data

Berdasarkan tabel 4. 1, diketahui bahwa skor rata-rata

untuk aspek interpretasi data yaitu sebesar 76,25%. Dengan

mengacu pada tabel 3. 3, maka aspek interpretasi data dapat

dikatakan baik.

Sebaran data terkait dengan jawaban guru pada aspek ini


(71)

Tabel 4. 6. Jawaban Guru dalam Aspek Menyajikan/Interpretasi

Data

Aspek No Item Jumlah Guru yang menjawab (%) A B c D koson

g

Total

Menyajikan / Interpretasi

data

5 0 75 15 10 0 100 7 80 20 0 0 0 100 16 20 5 70 5 0 100 19 10 0 80 10 0 100

Keterangan :

Arsir : Kunci jawaban

Cetak Tebal (Bold) : Jawaban salah paling banyak

Dalam kegiatan ilmiah, menyajikan atau menginterpretasi

data sangat diperlukan. Dengan menyajikan data yang diperoleh

dari suatu percobaan maka orang lain akan mengerti hasil yang

didapatkan. Dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat

penguasaan guru terkait dengan menyajikan / interpretasi data

adalah baik. Beberapa kelemahan dapat dilihat dengan mengamati

respon guru dalam setiap item dalam aspek ini.

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui jawaban benar paling tinggi

yaitu 80% sedangkan jawaban salah paling besar yaitu 20%. Aspek

ini menuntut keterampilan untuk menafsirkan data. Pada nomor 7


(72)

grafik dan responden diminta untuk memilih dan menunjukkan

hubungan antar variabelnya. Berdasarkan jawaban guru untuk

nomor 7 dan 19 masing-masing dari keseluruhan guru menjawab

benar 80%. Hal ini berarti keterampilan interpretasi data guru

sangat baik dalam menafsirkan data berupa grafik. Untuk guru

yang menjawab salah mungkin dikarenakan kurang teliti dalam

melihat data yang ada dalam tabel data atau mungkin melihat

variabel-variabel dalam grafik yang ada.

D. Implikasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan

keterampilan proses sains guru IPA SMP di Kabupaten klaten.

Berdasarkan hasil analisa tingkat penguasaan keterampilan proses sains

guru IPA SMP di Kabupaten Klaten mengenai jawaban yang diberikan

dari keseluruhan guru menunjukkan bahwa penguasaan guru dalam

keseluruhan aspek-aspek keterampilan proses sains adalah cukup yaitu

dengan prosentase 57,18% . Jika dilihat berdasarkan aspek-aspeknya,

aspek mengidentifikasi variabel adalah aspek keterampilan proses yang

masih sangat kurang. Sedangkan aspek mendefinisikan variabel secara

operasional dan merancang penelitian/eksperimen masih kurang. Untuk

penguasaan aspek merumuskan hipotesis sudah cukup serta menyajikan /

interpretasi data sudah baik. Kelima aspek keterampilan proses sains ini

harus dikuasai oleh guru secara keseluruhan karena saling terkait satu


(73)

Dengan melihat hasil analisis data dari penelitian yang dilakukan,

maka perlu adanya usaha untuk meningkatkan penguasaan keterampilan

proses sains. Berikut beberapa usaha yang dapat dilakukan supaya guru

menguasai keterampilan proses sains:

1. Pelatihan keterampilan proses sains secara rutin. Pelatihan secara rutin

bertujuan supaya guru secara menyeluruh memiliki keterampilan

proses sains yang baik

2. Pendampingan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).

Pendampingan ini bertujuan untuk melatih guru untuk membiasakan

menerapkan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran serta

mengevaluasi cara mengajar guru terkait dengan keterampilan proses


(1)

83

Lampiran 10. Skor Keterampilan Proses Sains dalam Aspek Menyajikan / Interpretasi Data

Kode Guru Nomor Soal skor skor (%)

5 7 16 19

A 1 1 1 1 4 100

B 0 0 0 1 1 25

C 1 0 1 1 3 75

D 1 1 1 1 4 100

E 1 1 1 1 4 100

F 1 1 1 1 4 100

G 1 1 1 0 3 75

H 1 1 1 1 4 100

I 0 0 1 1 2 50

J 0 1 1 1 3 75

K 1 1 1 1 4 100

L 1 0 1 0 2 50

M 0 1 1 0 2 50

N 1 1 0 1 3 75

O 1 1 1 1 4 100

P 0 1 0 0 1 25

Q 1 1 0 1 3 75

R 1 1 0 1 3 75

S 1 1 0 1 3 75

T 1 1 1 1 4 100

Jumlah 61 1525


(2)

84

Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Sekolah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI