HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari Selasa, 22 Mei 2016 hingga Kamis, 25 Mei 2016. Pada penelitian ini, subjek yang digunakan adalah karyawan yang berprofesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta yang berada di kota Pekanbaru, Riau. Skala penelitian disebarkan ke 170 perawat di beberapa instalasi atau unit rumah sakit, yang antara lain adalah instalasi Farmasi, Instalasi Gawat Darurat IGD, Instalasi Gizi, Instalasi Kamar Bedah, Instalasi Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Medical Record, unit Administrasi dan manajemen dan unit Rumah Tangga. Skala disebar dengan bantuan kepala bagian keperawatan rumah sakit, yang kemudian didistribusikan kepada setiap perawat yang berada dibawah naungan setiap kepala bagian instalasi atau unit tersebut. Dari 170 eksemplar skala yang disebarkan, 163 eksemplar skala berhasil diisi oleh perawat dan dikembalikan kepada peneliti. Namun dari jumlah skala yang kembali, terdapat 4 eksemplar skala diantaranya yang tidak dapat digunakan karena ketidaklengkapan pengisian identitas dan jawaban. Maka dalam penelitian ini, total skala yang digunakan dan diolah oleh peneliti berjumlah 159 eksemplar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Deskripsi Data Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Sebanyak 159 subjek memenuhi syarat penelitian untuk kemudian diolah, namun tedapat sebesar 18.23 subjek yang memiliki kecenderungan sebagai outlier. Sehingga peneliti mengeliminasi sebanyak 19 data yang memiliki kecenderungan sebagai outlier. Outlier merupakan data atau elemen grup yang tidak konsisten dengan data mayoritas dan menyimpang jauh dari data lainnya dalam suatu rangkaian Yoon, Kwon Bae, 2007. Outliers perlu dieliminasi dari data dengan asumsi bahwa nilai tersebut muncul akibat situasi yang tidak biasa, seperti kecenderungan responden yang mengisi skala dengan sembarang yang membuat nilai jadi sangat tinggi atau sangat rendah Santoso, 2010. Data yang telah berdistribusi normal kemudian dikelompokkan dan dideskripsikan berdasarkan data demografisnya yaitu; usia subjek, jenis kelamin dan lama bekerja di rumah sakit. Data demografis tersebut akan mempengaruhi pro-social voice behaviour dari subjek. Namun demikian, peneliti juga perlu memastikan bahwa subjek yang melakukan pro-social voice behaviour benar-benar memiliki ide, informasi, saran kritikan ataupun gagasan bagi organisasi. Hal ini dikarenakan menurut Van Dyne et. al. 2003 individu yang tidak melakukan voice behaviour bisa saja disebabkan karena memang tidak memiliki hal penting yang perlu untuk disampaikan. Oleh karena itu, untuk memastikan apakah seluruh subjek penelitian memiliki hal-hal penting tersebut peneliti berusaha memberikan lima buah pertanyaan mengenai apakah subjek memiliki ide, informasi, saran, kritikan ataupun gagasan bagi organisasi. Dari total 130 data subjek yang telah memenuhi syarat distribusi normal, berikut merupakan data demografis subjek berdasarkan jenis kelamin yang disajikan dalam bentuk tabel: Tabel 4.1 Deskripsi data subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Presentase Laki-laki 16 12.3 Perempuan 114 87.7 Jumlah 130 100 Tabel data 4.1 menunjukkan bahwa subjek penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin perempuan yang berjumlah 114 orang dan memiliki presentase sebesar 87.7 dari total subjek secara keseluruhan. Sedangkan subjek yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang dan memiliki presentase sebesar 12.3 dari total total subjek secara keseluruhan. Dari hasil data diatas ditunjukkan bahwa perawat perempuan memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan perawat laki-laki. Selain itu, deskripsi data subjek juga dikelompokkan berdasarkan usia dari subjek. Berikut merupakan data demografis subjek berdasarkan usia yang disajikan dalam bentuk tabel. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.2 Deskripsi data subjek berdasarkan usia Usia Frekuensi Presentase 20 – 25 tahun 27 20.8 26 – 30 tahun 52 40 31 – 35 tahun 28 21.5 35 tahun 23 17.7 Jumlah 130 100 Subjek dalam penelitian ini didominasi oleh usia 26 hingga 30 tahun yaitu sebanyak 52 perawat dengan presentase sebesar 40. Kemudian diikuti oleh subjek yang berusia 31 hingga 35 tahun yaitu sebanyak 28 perawat dengan presentase sebesar 21.5. Selanjutnya dikuti dengan subjek berusia 20 hingga 25 tahun yaitu sebanyak 27 perawat dengan presentase sebesar 20.8. Sedangkan terdapat 23 perawat pada kelompok usida diatas 35 tahun dengan presentase sebesar 17.7. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa faktor usia dapat memengaruhi seseorang dalam melakukan voice behaviour Zhao, 2014; Detert Burris, 2007. Menurut BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, usia produktif seseorang berada dalam rentan antara 20 hingga 40 tahun. Dari data diatas dapat dikatakan bahwa keseluruhan subjek saat ini berada dalam usia produktif. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa karyawan dengan usia produktif akan semakin bersemangat, engage dan mau melakukan voice behaviour. Deskripsi data subjek juga dikelompokan berdasarkan lamanya mereka bekerja di rumah sakit, yang tersaji dalam tabel berikut: Tabel 4.3 Deskripsi data subjek berdasarkan lama bekerja di rumah sakit Lama Bekerja Frekuensi Presentase 1 – 5 tahun 63 48.5 6 – 10 tahun 41 31.5 11 – 15 tahun 22 16.9 15 tahun 4 3.1 Jumlah 130 100 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini didominasi oleh perawat yang sudah bekerja di rumah sakit selama rentan 1 sampai 5, yaitu sebanyak 63 perawat dengan presentase 48.5. Subjek yang sudah bekerja selama 6 hingga 10 tahun berjumlah 41 perawat dengan presentase 31.5. Subjek yang bekerja dalam kurun waktu 11 hingga 15 tahun berjumlah 22 perawat dengan presentase 16.9, dan terdapat 4 perawat telah bekerja diatas 15 tahun. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini merupakan orang yang sudah bekerja di rumah sakit selama minimal 1 tahun. Menurut Fieldman dan Arnold 1983, seorang karyawan yang sudah bekerja antara 1-3 tahun akan cenderung dipengaruhi oleh lingkungan, nilai, aturan dan tujuan perusahaan sehingga karyawan akan membentuk sikap yang baru sesuai dengan lingkungan kerja Maka dari itu, peneliti berasumsi bahwa subjek yang telah bekerja selama lebih dari satu tahun di rumah sakit telah mengenal tempat bekerja dan juga telah mengenali profesinya secara lebih spesifik. Hal ini akan berpengaruh pada voice behaviour subjek, dimana jika subjek telah lebih mengenal tempat kerja dan profesinya, diasumsikan akan semakin memiliki ide, informasi, saran, kritikan dan gagasan yang penting bagi organisasi Zhao, 2014. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pro-social voice behaviour sebagai outcome atau variabel dependen. Untuk mengukur pro-social voice behaviour pada karyawan, peneliti perlu mengetahui apakah subyek yang merupakan perawat rumah sakit benar-benar memiliki hal penting untuk disampaikan. Oleh karena itu, peneliti memberikan skala yang berisi 5 pertanyaan untuk memastikan apakah subjek memiliki ide, informasi, kritikan saran bagi rumah sakit. Hasil skala dari skala tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Deskripsi data subjek berdasarkan skor ide, informasi, kritikan, saran dan gagasan yang dimiliki Skor Frekuensi Presentase 1 10 7.7 2 4 3.1 3 9 6.9 4 67 41.5 5 40 30.8 Jumlah 130 100 Data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa seluruh subjek dalam penelitian ini memiliki hal penting berupa ide, informasi, gagasan saran dan kritikan yang berkaitan dengan rumah sakit tempat mereka bekerja. Hal ini mengindikasikan bahwa pro-social voice behaviour yang ditunjukkan oleh perawat benar-benar didasari oleh adanya ide, informasi, saran, kritikan dan gagasan yang dimiliki.

2. Deskripsi Data Penelitian

Peneliti menggunakan analisis deskripsi data yang diperoleh untuk mengetahui tinggi rendahnya skor pada setiap variabel employee engagement, extraversion dan pro-social voice behaviour. Deskripsi data penelitian dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata mean, median, modus dan standar deviasi berdasarkan analisis statistik menggunakan SPSS versi 22.0. Untuk mengetahui apakah subjek penelitian memiliki kecenderungan skor tinggi atau rendah pada setiap variabel, peneliti membandingkan mean empiris dan mean teoritis dari masing-masing variabel. Selanjutnya peneliti akan mencari perbedaan nilai mean tersebut dan melihat signifikansi nilai dengan menggunakan uji t. Berikut adalah tabel deskripsi data penelitian: Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Data Penelitian Berdasarkan tabel deskripsi statistik data penelitian tersebut, ditunjukkan bahwa variabel employee engagement memiliki nilai mean empiris 25.12 yang lebih sebesar dibandingkan dengan mean teoritisnya 17.50. Nilai mean empiris 36.31 dari variabel extraversion juga lebih besar dibandingkan dengan mean teoritisnya 28.00. Pada variabel pro-social voice behaviour, hasil menunjukkan Descriptive Statistics Empiris Teoritis N Min Max Mean SD Min Max Mean Engagement 130 17 30 25.12 2.70 5 30 17.50 Extraversion 130 25 48 36.31 4.82 8 48 28.00 Pro-Social Voice 130 15 15 24.45 3.11 5 30 17.50 bahwa pro-social voice behaviour memiliki nilai mean empiris 24.45 yang lebih besar dibandingkan dengan mean teoritisnya 17.50. Berdasarkan hasil uji t, didapatkan perbedaan mean empiris dan mean teroitis yang signifikan yakni sebesar 0.000 p 0.005 pada variabel employee engagement, extraversion dan pro-social voice. Hal ini menunjukkan bahwa perawat di rumah sakit ini secara signifikan memiliki engagement yang tinggi terhadap rumah sakit, cenderung ekstrovert dan juga memiliki kecenderungan melakukan pro-social voice .

C. Analisis Data Penilitian

1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normalitas sebaran data dari variabel-variabel yang dilihat dari nilai residu regresi pada data penelitian. Peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan metode statistik One Sample Kolmogorov- Smirnov. Metode statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov merupakan metode yang sering digunakan dalam uji normalitas serta pengambilan keputusan mengenai apakah data penelitian dinyatakan berdistribusi normal atau tidak. Suatu sebaran data dapat dikatakan dikatakan berdistribusi normal apabila taraf signifikansi p ≥ 0.05 Santoso, 2010. Berikut tabel hasil uji normalitas residu: Tabel 4.6 Uji Normalitas Nilai Residu One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Variabel Asymp. Sig. 2-tailed N Engagement – Voice behaviour 0.054 130 Extraversion –Voice behaviour 0.412 130 Tabel data 4.6 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. 2- tailed analisis regresi di setiap variabel memenuhi syarat uji normalitas. Dimana regresi employee engagement dengan voice behaviour memiliki nilai residu sebesar 0,054 dan extraversion dengan pro-social voice behaviour memiliki nilai residu sebesar 0.412. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data dalam penelitian ini berditribusi normal.

b. Uji Homoskedastisitas

Uji Homoskedastisitas merupakan uji asumsi dalam analisis regresi yang digunakan untuk melihat variansi nilai residual pada setiap tingkat variabel prediktor. Pada uji homoskedastisitas penyebaran setiap titik di setiap variabel prediktor residual atau variansnya harus cukup konstan Field, 2013. Pengujian homoskedastisitas dilakukan dengan menggambarkan hubungan nilai residual model regresi, yaitu selisih nilai prediksi dengan nilai riil. Metode statistik yang digunakan dalam uji homoskedastisitas adalah uji Glejser, yaitu dengan cara melihat nilai regresi antara variabel bebas dengan nilai absolut residualnya. Asumsi homoskedastisitas dapat dikatakan terpenuhi apabila nilai signifikansi dari regresi tersebut p 0.05. Artinya variabel tersebut memiliki varians yang homogen. Berikut tabel hasil uji homoskedastisitas: Tabel 4.7 Uji Glejser Homoskedastisitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Variabel Sig. N Engagement – Voice behaviour 0.732 136 Extraversion –Voice behaviour 0.875 136 Berdasarkan hasil uji Glejser, ditunjukkan bahwa hubungan antara kedua variable independent dengan variable dependent memiliki nilai signifikansi regresi diatas 0.05, dimana employee engagement dengan pro-social voice behaviour memiliki nilai signifikansi sebesar 0.732 serta variabel extraversion dengan pro- social voice behaviour sebesar 0.875. Hal ini menunjukkan bahwa variasi nilai residu setiap variabel terikat dalam penelitian ini bersifat konstan, atau dapat dikatakan tidak berindikasi Homoskedastisitas.

c. Uji Linearitas

Uji linearitas merupakan uji asumsi yang digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang bersifat linear, atau dalam kata lain mengikuti garis linear scatter plot. Pada penelitian ini metode test for linearity dipilih untuk uji asumsi linearitas, dimana asumsi linearitas dikatakan terpenuhi apabila memenuhi nilai signifikansi alpha α ≤ 0.05 Santoso, 2010. Berikut tabel hasil uji linearitas: Tabel 4.8 Uji Linearitas ANOVA Variabel Sig. F Keterangan Engagement Voice Behaviour 0.000 Linear ExtraversionVoice Behaviour 0.000 Linear Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil uji linearitas antara variabel employee engagement terhadap pro-social voice behaviour memiliki nilai signifikansi sebesar p = 0.000. Begitu pula dengan hasil uji linearitas antara variabel extraversion terhadap pro-social voice behaviour yang memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000. Hal ini berarti hubungan antar variabel-variabel tersebut secara signifikan bersifat linear.

2. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini, uji hipotesis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear sederhana. Peneliti sebelumnya melakukan uji asumsi terlebih dahulu untuk melihat apakah data penelitian ini memenuhi syarat untuk diolah dengan menggunakan metode analisis regresi. Dari uji asumsi normalitas yang telah dilakukan, ditunjukkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahwa persebaran data penelitian ini memiliki nilai distribusi residual yang normal, sehingga data penelitian ini dapat dikatakan berdistribusi normal. Hasil uji asumsi juga menunjukkan bahwa varian residu dari pengamatan data satu ke pengamatan data lain, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini tidak terindikasi oleh homoskedastisitas. Selain itu, uji asumsi linearitas menunjukkan bahwa antar variabel dalam penelitian memiliki hubungan yang linier. Berdasarkan hasil uji asumsi tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa data yang diuji telah memenuhi syarat untuk diolah dengan metode analisis regresi linear. Dalam penelitian ini, terdapat memiliki 2 hipotesis. Hipotesis pertama adalah Employee Engagement memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pro-social voice behaviour. Hipotesis kedua adalah Extraversion memiliki hubungan yang positif signifikan dengan Voice Behaviour Berikut ini merupakan hasil uji hipotesis penelitian: H1: Extraversion memiliki pengaruh positif yang signifikan dengan pro-social voice behaviour Jalur B. Tabel 4.10 Uji Hipotesis 2 Regresi antara Extraversion dengan Voice behaviour Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 13.942 1.865 7.475 .000 Employee Engagement .289 .051 .449 5.681 .000 a.Dependent Variabel: Extraversion Tabel diatas menunjukkan hasil regresi sederhana dengan persamaan regresi Y = 13.942 + 0.289 X, dimana Y merupakan pro- social voice dan X merupakan extraversion. Angka korelasi antara employee engagement dengan pro-social voice behaviour dapat dilihat dari nilai standardized coefficients β yaitu sebesar 0.449 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0.000 p 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa extraversion secara signifikan memiliki pengaruh yang positif dengan voice behaviour, dan pro-social voice behaviour. Sehingga dapat dikatakan bahwa perawat yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert extraversion akan semakin berpotensi untuk melakukan voice behaviour. H2: Employee Engagement memiliki pengaruh positif yang signifikan dengan pro-social voice behaviour jalur A Tabel 4.9 Uji Hipotesis 1 Regresi antara Employee Engagement dengan Voice behaviour Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 6.806 2.036 3.342 .001 Employee Engagement .702 .081 .610 8.713 .000 a. Dependent Variabel: Pro-Social Voice Tabel diatas menunjukkan hasil regresi sederhana dengan persamaan regresi Y = 6.806 + 0.702 X, dimana Y merupakan pro- social voice dan X merupakan employee engagement. Angka korelasi antara employee engagement dengan pro-social voice behaviour dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dilihat dari nilai standardized coefficients β yaitu sebesar 0.610 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0.000 p 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa employee engagement secara signifikan memiliki pengaruh yang positif dengan pro-social voice behaviour, dan employee engagement diasumsikan dapat memprediksi munculnya pro-social voice behaviour . Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi engagement yang dimiliki perawat maka perawat tersebut akan semakin berpotensi untuk melakukan voice behaviour.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh extraversion terhadap pro-social voice behaviour, dan employee engagement terhadap pro-social voice behaviour. Oleh karena itu, berikut merupakan pembahasan dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini. Uji hipotesis dilakukan dengan metode regresi linear sederhana, dengan taraf signifikansi p 0.05 dan bantuan program IBS SPSS versi 22. Pengujian yang pertama adalah hubungan antara extraversion dengan voice behaviour . Hasil uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara extraversion dengan voice behaviour, dimana terdapat nilai signifikansi sebesar 0.000 p 0.05 dengan standardized coefficients β sebesar 0.449 4.68. Hal ini menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel. Koefisien regresi sebesar 0.449 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu nilai extraversion, maka akan meningkatkan voice behaviour sebesar sebesar 0.449 4.49. Jika nilai extraversion pada karyawan turun satu maka voice behaviour diprediksi akan turun sebesar 0.449 4.49. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi extraversion perawat terhadap rumah sakit, maka akan semakin tinggi pula kecenderungan karyawan melakukan voice behaviour. Dengan hasil tersebut, membuktikan bahwa hipotesis kedua mengenai adanya hubungan positif signifikan antara extraversion dan voice behaviour diterima. Hasil uji hipotesis diatas sesuai dengan apa yang dipaparkan sebelumnya, dimana individu yang memberikan high value terhadap voice behaviour akan juga menunjukkan peningkatan perilaku voice Barrick Mount, 1991. Hal ini berarti bahwa seseorang karyawan yang extrovert akan cenderung menunjukkan peningkatan perilaku voice. Selain itu, dalam penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa extraversion memiliki kaitan dengan perasaan positif seseorang dan bagaimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain secara kooperatif. Keberadaan individu dengan kepribadian ekstrovert di suatu organisasi akan menghasilkan interaksi yang positif dan kooperatif dengan rekan kerjanya dalam rangka mencapai tujuan kerja LePine Van Dyne, 2001. Salah satunya adalah voice behaviour yang merupakan extrarole behaviour dan baik secara empiris maupun kontekstual, dikatakan sebagai salah satu bentuk perilaku kooperatif Lepine Van Dyne, 1998. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Extraversion memiliki kaitan dengan proactive personality Liguori, McLarty Muldoon, 2012. Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Lawrence, Cervone dan John 2004 dimana individu yang memiliki skor yang tinggi pada extraversion akan menunjukkan perlaku yang aktif dan banyak bicara. Maka dari itu, hal tersebut akan tampak pada perawat yang melakukan voice behaviour. Hal tersebut dikarenakan voice behaviour didasari oleh adanya perilaku proaktif proactive behaviour. Pengutaraan proactive voice bukan bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri, akan tetapi mereka berorientasi pada kepentingan bersama Van Dyne et al. 2003. Schaufeli et al. 2002 mengatakan bahwa individu yang engage terhadap perusahaannya biasanya memiliki karakteristik terlibat, energik dan percaya diri. Mereka juga akan senantiasa berusaha untuk mencapai tujuan organisasi tempat bekerja. Selain itu, beberapa hal positif yang ditimbulkan jika seseorang engage terhadap organisasinya ialah karyawan akan puas, berkomitmen dan produktif dalam bekerja, sehingga mereka akan mencurahkan seluruh energi dan performansi terbaiknya Saks, 2006; Fleck Inceoglu dalam Rana et al. 2014. Barrick dan Mount 1991 menyebutkan bahwa extraversion berkaitan dengan tingkat kekuatan, potensi dan perasaan positif seseorang dan bagaimana mereka dapat berinteraksi dengan orang lain secara kooperatif. Selanjutnya, hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 p 0.05 dengan standardized coefficients β sebesar 0.610 antara variabel employee engagement dengan voice behaviour prosocial voice. Hal ini menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara kedua variabel. Koefisien regresi sebesar 0.610 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu nilai employee engagement, maka akan meningkatkan voice sebesar sebesar 0.610 6.10 . Jika nilai employee engagement turun satu maka voice behaviour diprediksi akan turun sebesar 0.610 6.10 . Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat engagement perawat terhadap rumah sakit, maka akan semakin tinggi pula kecenderungan karyawan melakukan voice behaviour. Dengan hasil tersebut, membuktikan bahwa hipotesis pertama mengenai adanya hubungan positif signifikan antara engagement dan voice behaviour diterima. Hasil uji hipotesis diatas sesuai dengan apa yang dipaparkan pada sebelumnya mengenai employee engagement, dimana karyawan yang engage akan cenderung terlibat dalam organisasi dan siap untuk melakukan extra role Anitha, 2014. Hasil ini juga didukung oleh Ress et al. 2013 yang menjelasakan bahwa karyawan yang engage berarti secara kualitas akan unggul dikarenakan mereka menunjukkan minat tinggi dalam pekerjaan dan siap untuk “bekerja ekstra” bagi organisasi mereka. “Bekerja ekstra ” yang dimaksud adalah karyawan melakukan perilaku yang terbilang penting dan lebih dari biasanya pekerjaan normal dan tidak terdapat dalam deskripsi pekerjaan yang harus dilakukan, akan tetapi perilaku tersebut juga membawa keuntungan bagi organisasi LePine Van Dyne, 1998. Salah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI satu perilaku yang menunjukkan bahwa karyawan engage adalah dengan perilaku menyuarakan ide, gagasan dan informasi yang penting dan krusial bagi organisasi atau disebut sebagai voice behaviour. Morrison 2014 menjelaskan bahwa employee voice behaviour terjadi ketika karyawan merasa bahwa permasalahan dan kesempatan mengenai ide, gagasan dan informasi tersebut relevan dan penting untuk diutarakan kepada organisasi. Disamping itu, Greenberg dan Edwards 2009 juga mengatakan bahwa seorang karyawan yang tidak melakukan voice ketika memiliki informasi penting akan memiliki kinerja yang lemah, melakukan korupsi, moral menjadi rendah, menyebabkan kematian pasien di rumah sakit bahkan kecelakaan. Maka dari itu, keadaan karyawan yang tidak voice cenderung tidak terjadi pada perawat yang engage terhadap organisasi atau rumah sakitnya. Hal ini dikarenakan seorang perawat yang engage akan berusaha bekerja dengan baik, menjaga nama baik serta kualitas pelayanan rumah sakit Saks, 2006; Fleck Inceoglu dalam Rana et al. 2014, dan bukan bertujuan untuk menguntungkan diri sendiri melainkan berorientasi pada kepentingan bersama Van Dyne et al. 2003. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN