Perancangan Informasi Cerita Rakyat Nyai Dasima Dari Suku Betawi Melalui Buku

(1)

(2)

(3)

(4)

DATA RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Risky Yulia Utami Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 9 Januari 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam

Alamat : Jalan Asem Sari 1 Bekasi Timur, Desa: Mustikasari RT/RW: 001/003, Kecamatan, Mustika Jaya, Kota Bekasi

Provinsi: Jawa Barat. Email : [email protected] PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri Margajaya 3 1999 - 2005 2. SMP Bani Taqwa 2006 - 2008 3. SMA Yayasan Pendidikan Islam 45’ 2008 - 2012 4. Universitas Komputer Indonesia 2012 - 2016 - Program Studi Desain Komunikasi Visual

Bandung, Agustus 2016

Risky Yulia Utami


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI CERITA RAKYAT NYAI DASIMA DARI SUKU BETAWI MELALUI BUKU

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Risky Yulia Utami NIM. 51912076

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat Ilmu dan Iman serta Rahmat dan Hiadayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan perancangan tugas akhir yang berjudul ‘Perancangan Informasi Cerita Rakyat Nyai Dasima dari Suku Betawi Melalui Buku’.

Selama pembuatan laporan perancangan ini penulis tentunya mengalami kesulitan dan hambatan tetapi, dengan bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang terkait kesulitan tersebut dapat teratasi, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi, bantuan material maupun non material, serta kasih sayang dan dukungan kepada penulis.

3. Rektor Universitas Komputer Indonesia, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, yang telah membina lembaga (tempat) penulis menimba ilmu pengetahuan selama ini.

4. Dekan Fakultas Desain, Prof. Dr. Primadi Tabrani yang telah memberikan bantuan (moril maupun materil) selama proses studi di Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Irwan Tarmawan, M.Ds selaku pembimbing yang sudah membimbing selama proses pembuatan laporan dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Kepada keluarga tercinta khususnya untuk kakak Devi Yudha Damara, Susi Herliani, dan Uus Rusyana yang selalu memberikan semangat serta doanya kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Desain Komunikasi Visual yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya selama kuliah.

8. Rekan-rekan DKV-3 angkatan 2012 yang selalu siap membantu penulis dalam merancang tugas akhir penulis.


(7)

iv 9. Dan semua pihak yang telah membantu perancangan tugas akhir ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga dengan adanya laporan perancangan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang terkait. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, maka segala kritik dan saran sangat diharapkan agar menjadi lebih baik.

Sekali lagi penulis sampaikan terimakasih sedalam-dalamnya semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan dicatat sebagai pahala dan dilipat gandakan balasannya oleh Allah SWT. Amin.

Bandung, 2 Agustus 2016 Penulis,


(8)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. INFORMASI CERITA RAKYAT NYAI DASIMA DARI SUKU BETAWI II.1 Informasi... 4

II.1.1 Informasi Menurut Para Ahli ... 4

II.1.2 Jenis-jenis Informasi ... 5

II.1.3 Ciri-ciri Informasi ... 6

II.1.4 Funsi Informasi ... 6

II.1.5 Media Informasi ... 6

II.2. Cerita Rakyat ... 7

II.2.1 Jenis-jenis Cerita Rakyat ... 8

II.2.2 Fungsi Cerita Rakyat ... 13

II.3 Betawi ... 14


(9)

viii

II.3.2 Kebudayaan Suku Betawi... 16

II.4 Gambaran Cerita Rakyat Nyai Dasima ... 17

II.4.1 Hal Yang Menarik Pada Cerita Rakyat Nyai Dasima ... 19

II.4.2 Lokasi Tempat Terjadinya Peristiwa Nyai Dasima ... 19

II.4.3 Transformasi Cerita Rakyat Nya Dasima ... 21

II.4.4 Nilai Terkandung dalam Cerita Rakyat Nyai Dasima ... 24

II.5 Mandatory ... 27

II.6 Analisa ... 28

II.7 Khalayak Sasaran Perancangan ... 30

II.8 Analisa Masalah dan Solusi... 31

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1.1 Strategi Perancangan ... 33

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan... 33

III.1.1.1 Target Audiens ... 33

III.1.1.2 Consumer Insight dan Consumer Journey ... 34

III.1.2 Strategi Komunikasi ... 38

A. Tujuan Komunikasi ... 39

B. Pendekatan Komunikasi ... 39

C. Sifat Pesan ... 41

D. Gaya Pesan ... 41

E. Materi Pesan ... 41

F. Statement Problem ... 41

G. Key Word dan Key Visual ... 41

H. Copy Writing ... 43

I. Story Line Cerita Rakyat Nyai Dasima ... 44

III.1.3 Strategi Kreatif ... 45

III.1.4 Strategi Media ... 47

III.1.5 Strategi Distribusi... 49

III.1.5.1 Pertimbangan Distribusi ... 51

III.2 Konsep Visual ... 51


(10)

ix

III.2.2 Tata Letak (layout) ... 52

III.2.3 Jenis Huruf ... 52

III.2.4 Warna ... 53

III.2.5 Studi Karakter ... 54

III.2.6 Properti ... 58

III.2.7 Setting ... 59

BAB IV. TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA IV.1 Proses Teknis Media Utama ... 61

IV.1 Media Utama ... 65

IV.2 Media Pendukung ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(11)

78 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ardan, S.M. (2013). Nyai Dasima. Jakarta: Masup Jakarta

Sutabri, Tata. (2008) Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : Andipublisher Endraswara, Suwardi. (2005). Tradisi Lisan Jawa. Yogyakarta: Narasi Kosasih, Engkos. (2006). Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Rampan, Korrie. (2014). Teknis Menulis Cerita Rakyat. Bandung: Yrama Widya. Effendy, Onong Uchjana (1984), Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja. Bandung : Rosda.

Sumber Artikel Internet

Dinas Komunikasi informatika & kehumasan provinsi DKI Jakarta. (2010). Betawi.suku.http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3842/Betaw i-Suku . (Diakses pada 1 Desember 2015).

Manggalani, Ukirsari. (2014). Kepopuleran Nyai Dasima dari Legenda Sampai kuliner.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/telusuri-kepopuleran-nyai-dasima-dari-legenda-sampai-kuliner.(Diakses pada 03 April 2016).


(12)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Cerita rakyat adalah cerita pada masa silam yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa (Rampan, 2014 : 1). Cerita rakyat sendiri bisa berupa dongeng atau mitos, legenda atau asal mula suatu tempat atau kejadian, epos atau cerita yang mengandung sifat kepahlawanan, dan fabel atau cerita binatang. Cerita rakyat juga dapat memberi banyak hikmah atau nilai-nilai yang dapat diambil, bahkan relevan dengan kehidupan sekarang, cerita rakyat masih bertahan hingga kini.

Salah satu cerita rakyat yang ada di Indonesia adalah cerita rakyat dari suku Betawi yaitu “Nyai Dasima”. Penggambaran karakter tokoh Nyai Dasima adalah seorang perempuan korban struktur sosial pada jaman kolonial yang ingin mengembalikan posisi dirinya yang terkesan rendah, mempertahankan jati diri seorang perempuan dan juga harga diri yang berontak terhadap jeratan hidup pernyaian (S.M. Ardan, 2013:1). Pada cerita rakyat Nyai Dasima ini juga terdapat kisah-kisah menarik seputar permasalahan manusia yang cenderung masih terjadi sampai sekarang, seperti perbedaan etnis atau ras, perselingkuhan, diskriminasi pada perempuan, pengaruh sikap, keirihatian, penistaan dan juga pembunuhan. Hal hal tersebut secara implisit memosisikan cerita Nyai Dasima sebagai cerita yang bisa dialami pada jaman seperti sekarang. Dari cerita rakyat Nyai Dasima pesan moral yang dapat diambil adalah kesabaran seorang Nyai Dasima meskipun Nyai Dasima sudah direndahkan oleh bangsa Asing. Nilai-nilai baik seperti itulah dapat dijadikan pelajaran oleh generasi-generasi muda khusunya perempuan.

Seiring perubahan zaman cerita rakyat Nyai Dasima sudah tidak lagi terdengar karena banyaknya Budaya Barat, Japanisme, Koreanisme dan Budaya lainnya yang berdatangan ke Indonesia membuat budaya Indonesia sendiri terancam hilang dan dilupakan oleh generasi muda yang tentu budaya-budaya baru itulah yang saat ini mulai menyatu pada kalangan remaja sehingga budaya-budaya


(13)

2 tersebut dapat dengan mudah menyerap bahkan dapat ditiru oleh kalangan remaja saat ini. Dan berdasarkan survei yang dilakukan di Jakarta dan Bekasi pada 25 Desember 2015 sampai dengan 3 Januari 2016 untuk mengetahui seberapa banyak masyarakat yang mengetahui cerita rakyat dari suku Betawi Nyai Dasima, maka survei dilakukan dengan bertanya kepada 50 pelajar Jakarta dan 50 pelajar Bekasi, 60,9% mengatakan tidak mengetahui cerita rakyat Nyai Dasima. Upaya dalam memperkenalkan Nyai Dasimapun bermacam-macam mulai dari komik, teater, film bahkan sampai sinetron yang sempat ditayangkan disalah satu stasiun Tv Swasta. Namun, upaya tersebut sudah sangat lama sekitar tahun 1933-2009. Maka dibutuhkan media untuk menginformasikan pesan-pesan yang ada pada cerita Nyai Dasima, media tersebut salah satunya adalah buku yang akan ditambahkan visualisasi agar lebih menarik. Sehingga selain akan menimbulkan rasa ingin tahu, remaja juga dapat melihat langsug penggambaran pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita Nyai Dasima melalui ilustrasi yang ditampilkan melalui buku. Maka diharapkan selain untuk memperkenalkan Nyai Dasimanya sendiri juga buku ini mampu membangun kesadaran masyarakat terhadap pesan-pesan yang tekandung sehingga pesan-pesan tersebut dapat dijadikan pengetahuan serta wawasan tentang Budaya dan moral.

I.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, terdapat beberapa poin yang akan dibahas dari beberapa masalah yang muncul, yaitu :

1. Sebagian masyarakat tidak mengetahui pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita Nyai Dasima.

2. Cerita Rakyat Nyai Dasima kurang dikenal di daerah Jawa Barat khusunya pada pelajar daerah Bekasi dan sebagian dari pelajar Jakarta sendiri belum mengetahui tentang keberadaan cerita rakyat Nyai Dasima.

3. Visualisasi dalam memperkenalkan Nyai Dasima dalam media buku saat ini masih kurang.


(14)

3 Bagaimana menginformasikan pesan-pesan moral yang ada pada cerita rakyat Nyai Dasima kepada generasi muda?

I.4 Batasan Masalah

Dalam perancangan ini terdapat masalah yang dibahas untuk membatasi permasalahan agar tidak meluas, batasan perancangan dimulai dari pembahasan cerita yang ditulis versi S.M. Ardan dan perancangan dibatasi hanya pada informasi-informasi terkait pesan-pesan moral pada cerita rakyat Nyai Dasima yang dibuat lengkap dengan tampilan visual yang realis dan tidak membosankan untuk pelajar di daerah Jakarta dan Bekasi sehingga pelajar memiliki minat untuk untuk membaca dan memahami cerita rakyat Nyai Dasima.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

1. Memberikan pengetahuan tentang pesan moral yang terkandung dalam cerita rakyat Nyai Dasima melalui ilustrasi antar tokoh serta memberikan gambaran perwatakan.

2. Membangun kesadaran masyarakat akan pesan moral yang ada pada Nyai Dasima yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(15)

4 BAB II. INFORMASI CERITA RAKYAT NYAI DASIMA DARI SUKU BETAWI

II.1 Informasi

Informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang diolah dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi komunikan atau penerima. Data yang telah diolah menjadi sesuatu yang berguna dan dapat memberikan keterangan atau pengetahuan. Dengan demikian yang menjadi sumber informasi adalah data. Informasi bisa menjadi fungsi penting dalam membantu mengurangi rasa cemas pada seseorang. Menurut pendapat Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak memiliki informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

II.1.1 Informasi Menurut Para Ahli

Adapun definisi-definisi informasi menurut para ahli adalah sebagai berikut : 1. Abdul Kadir (2002: 31); McFadden dkk (1999) mendefinisikan informasi

sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.

2. Azhar Susanto (2004:46) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi, menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.

3. Burch dan Strater menyatakan bahwa informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan.

Informasi bisa dikatakan juga sebagai pengetahuan yang didapatkan dari belajar, pengalaman atau instruksi. Namun, istilah ini masih memiliki banyak arti tergantung pada konteksnya. Dalam beberapa pengetahuan tentang suatu peristiwa tertentu yang telah dikumpulkan ataupun dari sebuah berita dapat juga dikatakan sebagai informasi.


(16)

5 II.1.2 Jenis-jenis Informasi

Menurut Tata Sutabri (2008) dalam bukunya yang berjudul SISTEM INFORMASI MANAJEMEN menjelaskan bahwa jenis-jenis informasi adalah sebagai berikut :

1. Informasi berdasarkan fungsi dan kegunaan. Informasi jenis ini antara lain adalah :

 Informasi untuk menambah pengetahuan, misalnya: peristiwa-peristiwa, pendidikan, kegiatan selebritis.

 Informasi untuk mengajari pembaca (informasi edukatif), misalnya makalah yang berisi tentang cara berternak itik, artikel tentang cara membina persahabatan, dan lain-lain.

 Informasi berdasarkan format penyajian, yaitu informasi yang dibedakan berdasarkan bentuk penyajian informasinya. Misalnya: informasi dalam bentuk tulisan (berita, artikel, esai, resensi, kolom, tajuk rencana, dan lain-lain).

2. Informasi berdasarkan format penyajian, Informasi jenis ini, antara lain berupa tulisan teks, karikatur, foto, ataupun lukisan abstrak.

3. Informasi berdasarkan lokasi peristiwa, adalah informasi berdasarkan lokasi peristiwa berlangsung, yaitu informasi dari dalam negeri dan informasi dari luar negeri.

4. Informasi berdasarkan bidang kehidupan adalah informasi berdasarkan bidang-bidang kehidupan yang ada, misalnya pendidikan, olahraga, musik, sastra, budaya, dan iptek.

5. Berdasar penyampaian:

 Informasi yang disediakan secara berkala  Informasi yang disediakan secara tiba-tiba  Informasi yang disediakan setiap saat  Informasi yang dikecualikan


(17)

6  Informasi yang diperoleh berdasarkan permintaan.

II.1.3 Ciri-Ciri Informasi

Adapun ciri-ciri informasi yang berkualitas, yaitu :

1. Informasi harus Relevan, yang artinya informasi tersebut mempunyai manfaat oleh pemakainya.

2. Informasi harus Akurat, yang artinya informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya.

3. Tepat pada waktunya, yang artinya informasi yang diterima tidak boleh terlambat.

4. Konsisten, yang artinya informasi yang diterima sesuai dengan datanya tidak mengalami perubahan yang tidak benar.

II.1.4 Fungsi Informasi, diantaranya:

Dan adapun fungsi dalam informasi adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pengetahuan atau kemampuan pengguna.

2. Mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan. 3. Menggambarkan keadaan sesuatu hal atau peristiwa yang terjadi. II.1.5 Media-media Informasi

Menurut Cangara dalam bukunya PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. Adapun macam-macam media informasi dan kelebihan serta kekurangannya adalah sebagai berikut: (137-141).

 Media elektronik:

Media elektronik adalah media informasi yang dibuat (diproduksi) dan disampaikan kepada khalayak sasaran (pembaca) melalui barang elektronik. Media elektronik terbagi dalam 2 kelompok besar yaitu media yang hanya bisa didengar (audio) contohnya adalah radio, dan media yang selain bisa didengar juga dilihat (audio-visual) contohnya televisi, internet dan komputer. Jenis media ini isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dengan menggunakan teknologi elektro.


(18)

7 Kelebihan media informasi elektronik: sudah dikenal masyarakat, mengikutsertakan semua panca indera, bias menampilkan gerak dan suara, sebagai alat diskusi dapat diulang-ulang.

Kekurangan media informasi elektronik : biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, perlu terampil dalam pengoperasiannya.

 Media cetak:

Media cetak adalah kumpulan berbagai media informasi yang dibuat (diproduksi) dan disampaikan kepada khalayak sasaran (pembaca) melalui tulisan (cetakan) dan seringkali disertai gambar sehingga dapat dilihat dan dibaca. Contoh media informasi cetak adalah flyer (selebaran), surat kabar, majalah, tabloid, jurnal, poster, brosur, foto, buku dan lain-lain.

Kelebihan media informasi cetak adalah tahan lama atau bersifat jangka panjang, mencakup banyak orang, biaya tidak mahal, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, menambah keinginan belajar. Kekurangan media informasi cetak: media ini tidak dapat menggunakan efek suara dan gerak, mudah terlipat.

II.2 Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang hidup di dalam lingkungan kolektif tertentu. yang merujuk bahwa cerita rakyat merupakan milik suatu masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya (Rampan, 2014 : 1). Di dalam masyarakat terdapat tradisi kebudayaan yang diwariskan secara turun-menurun dan dilestarikan masyarakatnya secara kolektif di dalam varian-variannya yang sangat luas. Cerita rakyat bukan hanya berupa cerita rakyat yang disimpan dalam berbagai bentuk cerita, melainkan meliputi juga berbagai hal lainnya seperti


(19)

8 berbagai alat pembantu pengingat, nyanyian, permainan anak-anak, peribahasa, cerita, teka-teki, isyarat dan sebagainya yang dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.

Cerita rakyat atau folklor mencakup segala keyakinan, mitos, legenda, serta adat istiadat yang dijaga oleh suatu bangsa secara turun-menurun. Pada masa lampau, cerita rakyat itu hidup di dunia lisan. Dengan demikian, penyebarannya sangat lambat dan sangat sulit dilakukan secara autetik, karena sangat tergantung pada juru kisah. Semakin cerdas juru kisah, semakin melestarikan kisah-kisah yang ada. Upaya penyimpanan dalam bentuk tulisan yang dipublikasikan dalam bentuk buku sangat dibutuhkan sebagai alat bantu.

II.2.1 Jenis-jenis Cerita Rakyat

Ada berbagai jenis cerita rakyat yang hidup dalam lingkungan penatur di dalam sejumlah masyarakat tertentu. Jenis-jenis itu lahir dan hidup di dalam masyarakat, dan keberadaanya ditentukan oleh dua hal.

Pertama, cerita rakyat yang dibawa oleh orang-orang terterntu seperti musafir, pedagang, penyebar agama, serdadu, dan lain-lain yang datang dari sumber-sumber cerita rakyat seperti Mesir Kuno, Yunani Kuno, Maya, Romawi, dan sebagainnya. Masyarakat setempat kemudian mengadaptasinya menjadi cerita rakyat. Itu sebabnya, kadang cerita rakyat di suatu daerah mirip dengan cerita rakyat di daerah lainnya karena setiap daerah mengadaptasi sesuai dengan kemampuan akulturasi masyarakat setempat (Rampan, 2014 : 15).

Kedua, lahirnya orang-orang cerdas yang mampu mengembangkan kreativitas masyarakat didalam suatu daerah tertentu, lalu menciptakan kearifan lokal daerahnya berupa kisah-kisah yang memikat. Kombinasi kedua tradisi ini melahirkan berbagai jenis cerita rakyat seperti yang dikenal di antaranya dijelaskan berikut ini.


(20)

9 1. Mite

Mite atau mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mite tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti di kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Karena itu, dalam mite sering ada tokoh pujaan yang dipuji dan atau sebaliknya, ditakuti. Disisi lain, pemahaman atas cerita yang bernuansa mitos seringkali diikuti dengan adanya penghormatan yang dimanifestasikan ke dalam wujud pengorbanan (Endraswara, 2005 : 163). Salah satu contoh cerita rakyat berjenis mite/mitos adalah sang ratu pantai selatan Nyai Roro Kidul.

Gambar II.1 Nyai Roro Kidul

(Sumber : http://www.nyairorokidul.com/wp-content/uploads/2014/06/ac-1024x677.jpg diakses pada 6/12/2015)

2. Legenda

Legenda merupakan cerita asal-usul suatu tempat dengan ditandai tokoh makhluk superior. Legenda sering memunculkan figur istimewa, namun tidak


(21)

10 dianggap keramat seperti tokoh mite. Tokoh-tokoh kepahlawanan sering muncul dalam legenda tertentu dan legenda ini sering pula dianggap sebagai fakta sejarah yang pernah terjadi (Endraswara, 2005 : 164). Contoh dari cerita berjenis legenda adalah cerita Wali Songo.

Gambar II.2 Cerita Wali Songo

(Sumber : http://www.atlaswalisongo.com/wp-content/uploads/2015/06/islam-nusantara.jpg diakses pada 6/12/2015)

3. Dongeng

Dongeng bersifat fiktif. Ceritanya diangkat dari khazanah masa silam tentang tokoh-tokoh manusia biasa atau benda dan makhluk lainnya yang dibuat sama dengan manusia yang beraktivitas seperti dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh itu dapat berupa nenek tua, penyihir, ibu tiri, kakek tua, penduduk, buaya, jin, peri, burung, ular, katak, hantu, dan sebagainnya. Tujuan utama dongeng adalah menghibur dan memberikan pelajaran kepada pembacanya untuk meniru apa yang dilakukan tokoh-tokohnya (Rampan, 2014 : 28). Contoh dari dongeng adalah cerita Aji Saka.


(22)

11 Gambar II.3 Cerita Aji Saka

(Sumber : http://img08.deviantart.net/9be4/i/26/2/6/b/aji_saka___7_by_v3lv3l.jpg diakses pada 7/12/2015)

4. Fabel

Fabel adalah cerita rakyat yang berkisah tentang binatang. Para binatang hidup dan beraktivitas seperti manusia. Para binatang dapat berbicara, bekerja, berperasaan, bertabiat, tak berbeda dari manusia sehari-hari. Tiap-tiap negara memiliki tokoh binatang yang tertentu sebagai pelaku utama fabel. Di Indonesia tokoh utama itu adalah pelanduk atau kancil. Binatang ini digambarkan sebagai makhluk yang cerdik (Rampan, 2014 : 32).

Gambar II.4 Cerita Kancil

(Sumber : http://dongengceritarakyat.com/wp-content/uploads/2015/02/Cerita-Rakyat-Fabel-Kancil-Menyebrangi-Sungai-dengan-menginjak-Buaya.jpg diakses

pada 6/12/2015) 5. Sage

Sage merupakan cerita rakyat yang memiliki latar tempat dan waktu tertentu. Jika dongeng merupakan cerita rakyat yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, sage memiliki spesifikasi mengenai tempat dan waktu. Tempatnya dimana dan waktunya kapan. Tempatnya tidak dapat dipindahkan ke wilayah lain dan waktunya terjadi pada kurun yang pasti. Itu sebabnya sage dikatakan


(23)

12 sangat terikat dengan unsur sejarah karena ada fakta sejarahnya (Rampan, 2014 : 39).

Gambar II.5 Ciung Wanara

(Sumber : https://www.kaorinusantara.or.id/wp-content/uploads/2015/05/cuing-wanara.jpg diakses pada 7/12/2015)

6. Cerita Berbingkai

Cerita rakyat adalah kisah yang ditandai oleh peristiwa, perbuatan, pengalaman, penderitaan, kebahagian seseorang yang terjadi pada masa lalu. Di dalam cerita rakyat itu terdapat jenis cerita berbingkai. Maksudnya di dalam sebuah cerita terdapat cerita yang lain. Dengan demikian, cerita pertama merupakan bingkai cerita kedua, cerita kedua merupakan bingkai cerita ketiga, dan cerita ketiga merupakan bingkai cerita keempat dan seterusnya (Rampan, 2014 : 69). Contoh cerita berbingkai adalah cerita 1001 Malam.

Gambar II.6 1001 Malam

(Sumber : http://static.pulsk.com/images/2014/08/13/53eb9594607_53e61faf.jpg diakses pada 7/12/2015)


(24)

13 II.2.2 Fungsi Cerita Rakyat

Sebagaimana diketahui bersama, cerita rakyat adalah milik suatu kebudayaan kolektif yang diwariskan secara turun-menurun. Dan adapun fungsi cerita rakyat menurut Korrie Layun Rampan dalam buku TEKNIK MENULIS CERITA RAKYAT adalah sebagai berikut :

 Cerita rakyat sebagai pelipur lara (Rampan, 2014 : 14). Didalam pelipur lara selalau dikisahkan cerita percintaan yang berseluk-beluk dengan masuknya orang ketiga sebagai pengganggu dan terjadilah pengalaman-pengalaman pahit yang merujuk pada resolusi kisah. Pendengar atau pembaca pun ikut berbahagia karena mendapat hiburan yang sehat (Rampan, 2014 : 15).

 Fungsi cerita rakyat selanjutnya adalah sebagai sarana pendidikan. Sebagaian besar cerita rakyat berisi kisah-kisah yang memperlihatkan tokoh-tokoh teguh dalam pendidikan, berbudi pekerti luhur, jujur, setia, beriman, memiliki sifat-sifat kesatria, arif dan bijaksana. Tujuannnya untuk memberi teladan yang baik agar diikuti dan ditiru oleh masyarakat pendukungnya .

 sebagai kritik sosial atau protes sosial. Dalam sejumlah cerita rakyat, sifat-sifat kritik sosial ini muncul karena ketidakpuasaan masyarakat atas situasi atau suasana tertentu yang ada pada zamannya (Rampan, 2014 : 1). Kebanyakan cerita jenis ini menggunakan tokoh-tokoh jenaka, orang-orang dungu, tokoh binatang. Makhluk gaib, serta pohon dan tumbuhan yang berperan sebagai pengkritik.

 Di samping itu, fungsi cerita rakat adalah sebagai sarana untuk menyatakan sesuatu yang sukar dikatakan secara langsung. Pada zaman dahulu, masyarakat hidup di dalam lingkup kerajaan atau yang setara dengan kerajaan sehingga masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan kebijakan penguasa. Dalam kesempatan itulah orang-orang cerdas yang kreatif menggunakan cerita rakyat sebagai sarana untuk menyampaikan maksud-maksud terpendam itu sehingga bentuk penyampainnya terasa indah sekaligus mengandung kebenaran objektif. Kadang kala hal-hal tabu dan profan tidak mungking dieksplorasi dan dinyatakan secara terbuka. cerita rakyat berfungsi menjadi media


(25)

14 penyampaian hal-hal yang demikian, sehingga sesuatu yang mungkin akan menimbulkan kualat dapat dinyatakan di dalam sintaksis-sintaksis cerita rakyat yang memikat. Bahkan, hal-hal yang dianggap tabu dan bertentangan dengan susila dapat dinyatakan dengan indah di dalam kisah-kisah cerita rakyat.

II.3 Betawi

Gambar II.7 Masyarakat Suku Betawi

(Sumber: http://www.orbitdigital.net/sites/default/files/styles/panopoly_image.jpg diakeses pada 7/12/2015)

Penduduk asli Jakarta dengan ciri utamanya menggunakan bahasa Betawi Terbentuk sekitar abad ke-17, merupakan hasil dari campuran beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab dan Portugis. Dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda-beda mencoba mencari identitas bersama dalam bentuk lingu franca bahasa Melayu yang akhirnya terbentuk masyarakat homogen secara alamiah. Suku bangsa ini biasa juga disebut Orang Betawi atau Orang Jakarta atau (Jakarte menurut logat Jakarta). Nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia". Nama yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dahulu. Jakarta, yang terletak di pinggir pantai atau pesisir, dalam proses perjalanan waktu menjadi kota dagang, pusat administrasi, pusat kegiatan politik, pusat pendidikan, dan disebut kota budaya. Proses perkembangan itu amat panjang, sejak lebih dari 400 tahun yang lalu. Sejak masa itulah Jakarta menjadi arena pembauran budaya para pendatang dari berbagai kelompok etnik. Masyarakat datang dengan berbagai sebab dan kepentingan, dan tentunya dengan latar belakang budaya masing-masing, sehingga menjadi suatu kebudayaan baru bagi


(26)

15 penghuni Kota Jakarta, dan pendukung kebudayaan baru itu menyebut dirinya "Orang Betawi" (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 1). Orang asing yang datang sejak awal adalah orang Portugis, Cina, Belanda, Arab, India, Inggris, dan Jerman. Unsur-unsur budaya kelompok etnik atau bangsa itu berasimilasi dan melahirkan budaya baru yang tampak dalam bahasa, kesenian, kepercayaan, cara berpakaian, makan, dan lain-lain.

II.3.1 Sejarah Suku Betawi

Sebutan suku, orang, kaum Betawi, muncul dan mulai populer ketika Mohammad Husni Tamrin mendirikan perkumpulan "Kaum Betawi" pada tahun 1918. Meski ketika itu "penduduk asli belum dinamakan Betawi, tapi Kota Batavia disebut "negeri" Betawi. Sebagai kategori "suku" dimunculkan dalam sensus penduduk tahun 1930. Asal mula Betawi terdapat berbagai pendapat, yang mengatakan berasal dari kesalahan penyebutan kata Batavia menjadi Betawi. Ada pula cerita lain, yaitu pada waktu tentara Mataram menyerang Kota Batavia yang diduduki oleh Belanda, tentara Belanda kekurangan peluru. Belanda tidak kehilangan akal, Belanda mengisi meriam-meriamnya dengan kotoran mereka dan menembakkan meriam-meriam itu ke arah tentara Mataram sehingga tersebar bau tidak enak, yakni bau kotoran orang-orang Belanda. Sambil berlarian tentara Mataram berteriak-teriak: Mambu tai! Mambu tai! Artinya bau tahi! bau tahi! Dari kata mambu tai itulah asal mula nama Betawi (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 4).

Dari segi bahasa, terdapat banyak perubahan vokal a dalam suku kata akhir bahasa Indonesia menjadi e, misal guna menjadi gune. Masyarakat Betawi Pinggiran, sering disebut orang sebagai Betawi Ora yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu bagian utara dan selatan. Kaum Betawi Ora dalam beberapa desa di sekitar Jakarta berasal dari orang Jawa yang bercampur dengan suku-suku lain. Sebagian besar masyarakatnya itu petani yang menanam padi, pohon buah dan sayur mayur. Bagian utara meliputi Jakarta Utara, Barat, Tangerang yang dipengaruhi kebudayaan Cina,


(27)

16 misalnya musik Gambang Kromong, tari Cokek dan teater Lenong. Bagian Selatan meliputi Jakarta Timur, Selatan, Bogor, dan Bekasi yang sangat dipengaruhi kuat oleh kebudayaan Jawa dan Sunda (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 6).

II.3.2 Kebudayaan Suku Betawi

Kebudayaan Betawi merupakan sebuah kebudayaan yang dihasilkan melalui percampuran antar etnis dan suku bangsa, seperti Portugis, Arab, Cina, Belanda, dan bangsa-bangsa lainnya. Kebudayaan Betawi mulai terbentuk pada abad ke-17 dan abad ke-18 sebagai hasil proses asimilasi penduduk Jakarta yang majemuk. Menurut Umar Kayam, kebudayaan Betawi ini sosoknya mulai jelas pada abad ke-19. Yang dapat disaksikan, berkenaan dengan budaya Betawi diantaranya bahasa logat Melayu Betawi, teater (topeng Betawi, wayang kulit Betawi), musik (gambang kromong, tanjidor, rebana), baju, upacara perkawinan dan arsitektur perumahan.

Berdasarkan pemakaian logat bahasa, budaya Betawi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1. Betawi Pesisir, termasuk Betawi Pulo 2. Betawi Tengah/Kota

3. Betawi Pinggir

4. Betawi Udik daerah perbatasan dengan wilayah budaya Sunda (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 16). Dalam kebudayaan Betawi terlihat jelas pengaruh kebudayaan Portugis, terutama dalam bahasa. Bahasa Portugis pernah mempunyai pengaruh yang berarti di kalangan masyarakat penghuni Jakarta. Pengaruh Portugis terasa pula dalam seni musik, tari-tarian, dan kesukaan akan pakaian hitam. Budaya Portugis ini masuk melalui orang Moor (dari kata Portugis Mouro, artinya "muslim"). Pengaruh Arab itu tampak dalam bahasa, kesenian dan tentunya dalam budaya Islam umumnya. Budaya Cina terserap terutama dalam bentuk bahasa, makanan


(28)

17 dan kesenian. Dalam kesenian, pengaruh budaya Cina tercermin, misalnya pada irama lagu, alat dan nama alat musik, seperti kesenian Gambang Rancak. Kehadiran berbagai anggota suku bangsa ditandai adanya nama-nama kampung atau tempat di Jakarta yang menunjukkan asal mereka, misalnya ada Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Bugis, Kampung Makasar, Kampung Jawa, Kampung Ambon. Di antara kelompok-kelompok etnik tersebut di atas, kelompok etnik Melayu menempati kedudukan yang cukup penting, meskipun jumlah mereka relatif sedikit dibandingkan oleh orang Bali, Bugis, Cina dan lain-lain. Pengaruh Melayu menjadi penting karena peranan bahasanya (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 16).

II.4 Gambaran Cerita Rakyat Nyai Dasima

Gambar II.8 Ilustrasi Nyai Dasima

(Sumber : http://1.bp.blogspot.com/_8isAxDpsZ74/RfLbBj0iD/nyai+dasima.jpg diakses pada 7/12/2015)

Kata ‘Nyai’ kata ini dipandang S.M. Ardan sudah terlalu diselewengkan oleh kolonialisme. Bahkan direkonstruksi sedemikian rupa sehingga mencuat cerita orang Betawi yang memiliki sifat-sifat penghasut, haus harta, irasional, berpikiran sempit, pencuriga, perusuh dan sebagainya yang jelek-jelek. Semua sifat buruk itu berasal dari tradisi budaya dan agama yang dianut: Islam. Inilah yang langsung terasa begitu selesei membaca cerita Nyai Dasima aslinya karya G. Francis yang telah melegenda dan membandingkannya dengan Nyai Dasima yang ditulis ulang oleh Ardan. Suatu saat dipenghujung 2003, dalam sebuah diskusi atas permintaan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Ardan memang pernah mengungkapkan bahwa “versi kolonial” (G.Francis) memperlihatkan nada anti muslim yang pada masanya berarti anti pribumi. Tokoh-tokoh dalam cerita itu semuanya jelek, kecuali Tuan W. Ardan menolak karakterisasi Francis itu (Ardan, 2013 : 1).


(29)

18 Meskipun sebagai seorang inggris yang kakek moyangnya telah lama menetap dan tersohor di Hindia Belanda, juga berpengalaman menjadi redaktur dalam tiga surat kabar besar di Bandung dan Batavia. (Pengadilan, Bintang Betawi, dan Pantjaran Warta), bagi Ardan sulit sekali untuk setuju dengan kenyataan bahwa perjumpaan Francis dengan cerita pembunuhan Nyai Dasima pada 1813 yang di tengah masyarakat Batavia telah menciptakan model perempuan sekaligus orang Betawi yang mempuyai pengaruh luas.

Cerita rakyat Nyai Dasima ini sendiri berjenis cerita Legenda yang menceritakan Seorang Nyai pribumi yang kisah tragisnya sangat legendaris di Jakarta. Nyai Dasima berasal dari Bogor, hidup antara tahun 1805-1830. Perempuan cantik ini merupakan Nyai (atau istri simpanan) Tuan Edward, orang Inggris yang tinggal di Pejambon. Hubungan mereka membuat Dasima putus hubungan dengan pihak keluarganya, yang menganggap Dasima telah kafir karena menikah dengan Edward. Keluarga dan bangsanya menganggapnya tidak bermartabat. Sebaliknya di kalangan Eropa tidak sepenuhnya mau menerimanya dan membuatnya sebagai bahan hinaan, apalagi Edward temyata hanya membutuhkan tubuhnya saja. Kedua keadaan ini telah membuat Nyai Dasima kehilangan pegangan hidup, kemudian datanglah Samiun sang juru selamat hidupnya. Pemuda Kwitang ini akhirnya berhasil menikahi Nyai Dasima. Ternyata Samiun datang hanya untuk menguasai harta Nyai Dasima, menguasainya untuk membayar utangnya yang menumpuk di tukang gadai. Dasima yang lari dari tuan Edward ke pelukan Samiun untuk mencari perlindungan dan cinta, temyata justru tertipu dan mendapat kemalangan. Ujung hidup Nyai Dasima berakhir tragis dan tewas di Kali Cempaka Putih, dirampok suaminya sendiri dengan dibantu jawara Tanah Tinggi, Bang Puasa. Kisah tragis ini kemudian dibukukan oleh penulis belanda, G. Francis dan Ardan.


(30)

19 II.4.1 Hal Yang Menarik Pada Cerita Rakyat Nyai Dasima

Berdasarkan pemahaman studi literatur dari bebarapa artikel majalah, Di dalam cerita rakyat Nyai Dasima terdapat hal-hal yang menarik. Beberapa hal yang menarik dalam cerita rakya Nyai Dasima, diantaranya yaitu :

 Tokoh-tokohnya digambarkan sebagai masyarakat suku Betawi dari kalangan ’orang pinggiran’.

 Latar sosial dan budayanya memperlihatkan lingkungan Betawi di Jakarta seperti Kwitang.

 Bahasa dalam penyampaian cerita Nyai Dasima menggunakan bahasa Betawi. Pada cerita rakyat Nyai Dasima nilai budaya sangat kental.

 Tema cerita berkisar di kesulitan kehidupan sehari-hari.

Hal-hal menarik seperti inilah yang membuat cerita rakyat Nyai Dasima perlu di lestarikan sehingga warisan budaya cerita rakyat tidak hilang..

II.4.2 Lokasi Tempat Terjadinya Peristiwa Cerita Rakyat Nyai Dasima

Peristiwa atau kejadian yang ada pada cerita rakyat Nyai Dasima terjadi di beberapa wilayah daerah Jakarta berikut adalah lokasi-lokasi terjadinya peristiwa cerita rakyat Nyai Dasima. Menurut Bascom (Dananjaya, 1991 : 50), legenda adalah prosa rakyat yang dianggap pernah benar-benar terjadi, ditokohi manusia, tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang dikenal saat ini. Demikian pula dengan cerita “Nyai Dasima” ini. Sebagian masyarakat Betawi, terutama masyarakat Betawi Kwitang sebagai pemilik cerita ini menganggap bahwa tokoh Nyai Dasima pernah hidup. Anggapan itu dilatar belakangi pula dengan adanya tempat-tempat dalam “Nyai Dasima” yang dapat dilihat hingga saat ini.

 Rumah Nyai Dasima bersama Toean W berada di Pejambon, tepatnya di belakang Gereja Immanuel, dekat Stasiun Gambir. Gereja Immanuel didirikan dari tahun 1835-1839 dan dirancang oleh Tuan Horn. Gereja itu diresmikan tepat 24 Agustus 1839 bersamaan dengan Hari lahirnya Raja Belanda Wiliam.


(31)

20 Gambar II.9 Gereja Immanuel

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

 Gedung Pancasila (Gedung Departemen Luar Negri) awalnya hanyalah sebuah hutan belukar dengan rawa-rawa. Tahun 1648 mulai berubah setelah tempat itu didiami penduduk.

Gambar II.10 Gedung Pancasila (Sumber : Dokumentasi pribadi)


(32)

21  Jembatan Kwitang (depan toko buku Gunung Agung), tempat dibunuhnya

Nyai Dasima dan mayatnya dibuang di kali ciliwung (Dananjaya, 1991 : 50).

Gambar II.11 Kali Ciliwung (Sumber : Dokumentasi pribadi)

II.4.3 Transformasi Cerita rakyat Nyai Dasima

Adanya transformasi-transformasi cerita yang berlatar belakang kebudayaan Betawi ini menunjukkan minat yang besar dari masyarakat pada cerita ini. Tidak heran jika cerita ini begitu populer hingga mengalami lintas budaya. Sekalipun banyak bentuk tampilan Nyai Dasima, namun tidak menyurutkan peredaran cerita ini sebagai cerita rakyat Betawi. Kepopuleran nama Nyai Dasima bertransformasi menjadi sajian bentuk. Berawal dari sebuah nama, Nyai Dasima “turun tanah” menjadi bentuk film, serial, sinetron, tarian, serta beragam syair, puisi, dan lagu. Popularitas nama Nyai Dasima turut memeriahkan jagad raya hiburan Tanah Air. Berikut adalah beberapa media yang sudah pernah dilakukan untuk mengenalkan cerita rakyat Nyai Dasima dari tahun 1933-2009 :


(33)

22 Gambar II.12 Teater Nyai Dasima (Sumber :

http://satulingkar.com/images/20140616111344unnamed-25.jpg diakses pada 3/04/2015)

Gambar II.13 Poster Teater Nyai Dasima (Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-fPjQV6yf374/UQnTF4uYALI/AAAAAAAAANs/KtIoQ9r8Ksw/s1600/pamflet.j


(34)

23  Cerita rakyat Nyai Dasima dalam sebuah Film

Cerita rakyat Nyai Dasima difilmkan pada tahun 1929. Karena meraih sukses besar kemudian di buat kelanjutan Nyai Dasima II dan pembalasan Nancy. Selanjutnya cerita Nyai Dasima di filmkan kembali para pribumi pada 1940. Ketika telah merdeka, cerita Nyai Dasima itupun tidak kehilangan daya tariknya sekalipun naif dan ini bukan karena cerita itu ditulis oleh Francis, tetapi karena dari panggung bangsawan ke Stambul cerita Nyai Dasima ditampilkan pada panggung rakyat gaya baru, yaitu lenong, tonil, dan sandiwara tanpa dikenal orang siapa Francis itu.

Gambar II.14 Film Nyai Dasima (Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-KnPyzAaOzVI/TiF95rludSI/AAAAAAAAFMM/e5aKC6art3Y/s1600/Nurcellmo

vies.jpg diakses pada 3/04/2015  Cerita rakyat Nyai Dasima dalam sebuah Komik

Dua komikus veteran Indonesia, Mansyur Daman dan Kusnadi Omkus berkolaborasi mengangkat cerita klasik Nyai Dasima ke dalam komik.


(35)

24 Gambar II.15 Komik Nyai Dasima (Sumber :

https://www.kaorinusantara.or.id/wp-content/uploads/2015/02/nyai-dasima.jpg diakses pada 3/04/2015

II.4.4 Nilai-nilai Terkandung Dalam Cerita Rakyat Nyai Dasima

1. Nilai Moral

Nilai yang berkaitan dengan ahklak atau budi pekerti baik buruk. ada beberapa nilai moral yang terdapat dalam cerita rakyat “Nyai Dasima” ini, antara lain : Setiap manusia pasti mempunyai masalah dalam hidupnya, seperti halnya dengan Nyai Dasima. Nyai Dasima yang menjadi istri piara seorang asing yang bernama Tuan Edward Williams. Tinggal di rumah gedong tapi bukan dengan Bangsanya sendiri, Nyai Dasima merasa sangat kesepian. Nyai Dasima selalu dihina sebagai orang kampung oleh Tuan-nya. Selama tujuh tahun Dasima diperlakukan seperti itu oleh Tuan Edward, tapi Nyai Dasima selalu bersabar dalam menghadapi nasib hidupnya itu selain itu Nyai Dasima juga memiliki sifat berani, berani disini adalah berani dalam mengungkapkan sesuatu hal yang salah terlihat dalam salah satu kutipan dialog Nyai Dasima kepada Mak Buyung “Hampir tiap malem, Tuan terima tamu Bangsanya, tapi saya tidak bisa ikut Tuan dan Bangsanya, saya tidak bisa ketawa-tawa bersama Tuan dan Bangsanya, saya tidak mengerti omongan Tuan dan Bangsanya,” (Ardan, 2013: 14). Walaupun begitu Nyai Dasima tetap menyayangi orang-orang yang disekitarnya.


(36)

25 Di dalam cerita ini diceritakan Bang Puase adalah seorang preman yang mau melakukan apa saja asal mendapatkan uang, termasuk membunuh. Dari tokoh Bang Puase inilah dapat diketahui bahwa moral yang dimiliki oleh Bang Puase itu tidak baik. Mendapatkan uang dengan cara yang tidak baik, seperti membunuh yang dilakukan oleh Bang Puase pada akhirnya akan tidak baik pula.

Wak Lihun yang di dalam novel ini diceritakan memiliki kepribadian yang baik, yaitu rajin beribadah dan taat kepada agamanya. Hal-hal yang baik seperti inilah yang dapat di tiru dan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari tokoh Samiun dapat di lihat bahwa Samiun adalah seorang suami yang tidak bisa bersikap adil dan memberikan kasih sayang yang sama dengan kedua istrinya. Awalnya Samiun sangat menginginkan Nyai Dasima menjadi seorang istri mudanya. Sebagai seorang suami dia tidak bisa melindungi Nyai Dasima dari kejahatan Hayati (istri pertama). Dari kejadian Samiun ini, dapat di ambil sebuah nilai yang sangat penting bagi seorang laki-laki, yaitu jika memang merasa tidak bisa bersikap adil janganlah memiliki dua orang istri.

2. Nilai religius

Nilai yang berkaitan dengan kepercayaan yang dianut. Nilai religius dapat di lihat dari tokoh Wak Lihun, Wak Lihun taat terhadap agama dan rajin beribadah ke masjid. Di dalam cerita ini juga dijelaskan bahwa ilmu memelet itu tidak diperbolehkan oleh agama.

3. Nilai Estetika

Nilai yang berkaitan dengan seni, keindahan dalam karya sastra (tentang bahasa, alur, tema). Penggunaan bahasa betawi dalam cerita ini menjadikan cerita ini lebih indah.

4. Nilai Sosial

Hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat (misalnya, saling memberi, menolong, dan tenggang rasa).


(37)

26 Sudah seharusnya sebagai manusia saling menasehati satu sama lain. Jika ada yang akan melakukan sesuatu yang tidak baik. Hal inilah yang dilakukan Wak Lihun kepada Samiun, ketika Samiun menyuruh Wak Lihun untuk memelet Dasima agar jatuh hati dan mau menikah dengannya. Mengancam dalam lingkungan sosial merupakan suatu perbuatan yang tidak baik. Perbuatan mengancam dalam cerita ini digambarkan oleh tokoh Bang Puase yang suka meminta segala sesuatu dengan cara memaksa, Dulo atau Samiun meminta uang setoran. Dalam kehidupan bermasyarakat seharusnya saling menolong dan memberi terhadap sesama yang membutuhkan, bukan malah meminta dengan cara mengancam.

Bermain ceki (berjudi) merupakan salah satu perbuatan yang melanggar norma dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat. Di dalam kehidupan bermasyarakat orang yang berjudi akan di anggap sebagai orang yang tidak baik. Dan orang yang melakukannya akan dijadikan bahan gunjingan lingkungan masyarakat.

Poligami atau mempunyai dua orang istri dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu aib bagi keluarganya. Orang yang melakukan poligami juga akan mendapat sorotan yang tidak baik bagi lingkungan masyarakatnya. Selain itu, masyarakat akan selalu menggunjing yang melakukan poligami. Masyarakat seakan ingin mengetahui segala sesuatu tentang keluarga yang melakukan poligami tersebut. Dan bagi istri kedua yang mau di poligami juga tidak kalah mendapat sorotan bagi lingkungan masyarakatnya. Karena, dimanapun perempuan tidak mau jika harus di poligami atau di nomor duakan.

5. Nilai Budaya

Yaitu konsep masalah dasar yang sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia (misalnya adat istiadat ,kesenian, kepercayaan, upacara adat). Pengaruh budaya Betawi dapat dilihat dari alat transportasinya, yaitu delman. Dimana pada jaman tersebut delman adalah transportasi yang laris dan biasa digunakan oleh masyarakatnya. Menarik delman pada jaman tersebut merupakan suatu pekerjaan yang cukup terpandang, karena uang yang dihasilkan dari menarik delman terhitung cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu juga penggunaan Bahasa Betawi merupakan upaya salah satu mempertahankan nilai


(38)

27 budaya dari masyarakat Betawi. Karena dijaman sekarang, penggunaan Bahasa Betawi sudah mulai hilang. Masyarakat malu menggunakan Bahasa Betawi, karena logatnya yang ceplas-ceplos.

Perbedaan ras, suku, bangsa, dan cinta menimbulkan diskriminasi yang sangat kental pada cerita ini. Diskriminasi seolah sudah menjadi budaya pada jaman tersebut, dimana pada jaman tersebut penduduk pribumi dipandang rendah oleh bangsa putih. Penduduk pribumi diperlakukan dengan seenaknya, ditempatkan hanya sebatas “bini piara” dan dijauhkan dari keluarganya. Di beri pakaian dan perhiasan yang mahal yang indah, namun tetap dibiarkan dalam kebodohan dan total keberadaannya semata diperuntukan sebagai objek penyaluran hasrat seksual bangsa putih.

II.5 Mandatory

Adapun upaya dalam memperkenalkan cerita rakyat Nyai Dasima dilakukan oleh Lembaga kebudayaan betawi (LKB) yang dibentuk berdasarkan usul dan pemikiran dari kalangan masyarakat Betawi, yang diselenggarakan oleh dinas kebudayaan Betawi. Namun Tujuan berdirinya LKB adalah membantu Pemerintah Daerah Khusus Ibu kota Jakarta dalam penelitian, penggalian, pengembangan dan pemeliharaan nilai-nilai budaya tradisional Betawi. LKB sendiri kerap membuat acara bedah buku dengan judul ‘Diskusi buku Nyai Dasima’ dengan beberapa sejarawan salah satu adalah JJ Rizal yaitu pengantar buku Nyai Dasima.

Gambar II.16 Diskusi Buku Nyai Dasima

(Sumber : http://media.nationalgeographic.co.id/daily/640/0/2014041523/b/foto-telusuri-kepopuleran-nyai-dasima-dari-legenda-sampai-kuliner.jpg diakses pada


(39)

28 Kemudian dari komunitas bambu komunitas yang berdiri dalam bidang penerbitan buku-buku bertema budaya, sastra dan humaniora yang di pelopori JJ Rizal ikut memperkenalkan masyarakat pada cerita rakyat Nyai Dasima melalui ‘Wisata Masup Jakarta : Pelisir Nyai Dasima’ yang tujuannya untuk memberi pengetahuan sejarah kepada masyarakat atas peristiwa tragis yang dialami Nyai Dasima “Bini Piare” tuan putih kolonial di Batavia pada 1813.

Gambar II.17 Wisata Masup Jakarta Nyai Dasima

(Sumber : http://pena.komunitasbambu.com/direktori/uploads/2014/03/dasima-3.jpg diakses pada 26/12/2015)

II.6 Analisa

Metode yang dilakukan untuk menganalisa permasalahan yang diangkat adalah dengan metode kuantitatif. Kuesioner disebar ke masyarakat pada Bulan 25 Desember 2015 hingga 4 Januari 2016 dengan bertanya kepada 50 pelajar di kota Jakarta dan pelajar di kota Bekasi, yang didalamnya terdapat respon dari 31 perempuan dan 18 laki-laki, yang rata-rata berusia 17-20 tahun dengan status pekerjaan mahasiswa dan pelajar. Kuesioner dilakukan untuk mengetahui perbandingan seberapa banyak masyarakat yang tahu dan tidak tahu terhadap cerita rakyat Nyai Dasima dan kuesioner dilakukan dengan cara disebarkan melalui online dan offline. Berikut hasil kuesionernya :


(40)

29 Pertanyaan : Pernahkah anda mendengar cerita rakyat Nyai Dasima ?

Gambar II.18. Pertanyaan 1 kuesioner cerita rakyat Nyai Dasima ( Sumber : kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Dasima, pada 4-01-2016)

Dari grafik pertanyaan kuesioner nomor 1, menyatakan bahwa 35 masyarakat pernah mendengar cerita rakyat dari suku Betawi dan 13 masyarakat tidak pernah mendengar sama sekali cerita rakyat dari suku Betawi.

Pertanyaan : Apakah anda tahu cerita rakyat Nyai Dasima ?

Gambar II.19. Pertanyaan 2 kuesioner cerita rakyat Nyai Dasima ( Sumber : kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Dasima, pada 4-01-2016)

Dari grafik pertanyaan kuesioner nomor 2, menyatakan bahwa 22 masyarakat ‘tidak tahu’ cerita rakyat Nyai Dasima, 12 masyarakat ‘tahu’ cerita rakyat Nyai Dasima dan 15 masyarakat hanya ‘pernah mendengar cerita rakyat Nyai Dasima namun tidak pernah tahu isi dari ceritanya’. Ini membuktikan bahwa cerita rakyat Nyai Dasima kurang di kenal oleh masyarakat suku Betawi itu sendiri.


(41)

30 Pertanyaan : Dari ketiga cerita rakyat dari Betawi ini, manakah cerita rakyat yang anda tidak tahu?

Gambar II.20. Pertanyaan 3 kuesioner cerita rakyat Nyai Dasima ( Sumber : kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Dasima, pada 4-01-2016)

Dari grafik pertanyaan kuesioner nomor 3 dan dari ketiga pilihan cerita rakyat yang sama-sama berasal dari suku Betawi yaitu Si Jampang Jagoan Betawi, Nyai Dasima, dan Si Pitung menyatakan 17 masyarakat tidak mengetahui cerita dari suku Betawi yaitu ‘Si Jampang Jagoan Betawi’ , 4 masyarakat menyatakan tidak ahu cerita rakyat dari suku Betawi yaitu ‘Si pitung’ dan 26 masyarakat menyatakan tidak mengetahui cerita rakyat dari ‘Nyai Daisma’. Ini semakin membuktikan bahwa dari ketiga pilihan cerita rakyat yang sama-sama berasal dari suku Betawi, cerita rakyat Nyai Dasimalah yang kurang dikenal oleh masyarakat khusunya masyarakat suku Betawi itu sendiri.

Pertanyaan : Apakah cerita rakyat Nyai Dasima perlu di informasikan kembali ?

Gambar II.21. Pertanyaan 4 kuesioner cerita rakyat Nyai Dasima ( Sumber : kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Dasima, pada 4-01-2016)

Dari grafik pertanyaan kuesioner nomor 4 masyarakat berpendapat bahwa 27 masayarakat menyatakan perlu dan 22 masyarakat lainnya menyatakan sangat perlu. Ini artinya masyarakat suku Betawi sepakat bahwa cerita rakyat Nyai Dasima perlu di informasikan kembali kepada generasi muda.


(42)

31 II.7 Khalayak Sasaran Perancangan

Nilai-nilai dalam cerita rakyat tidak hanya terbatas pada masyarakat pemilik/pendukung suatu cerita, tetapi juga oleh masyarakat lain secara lebih luas. Menurut hasil survei yang telah dilakukan, bahwa secara garis besar masyarakat menyikapi cerita rakyat secara berbeda-beda. Masyarakat modern atau masyarakat pada saat ini adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat penting dalam kehidupan saat ini sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-norma. Hubungan antar manusia telah digantikan dengan kehadiran media dan barang-barang elektronik.

pembentukan karakter dan orientasi anak tidak lagi pada orang tua, tetapi pada pusat-pusat kekuasaan baru yang mengendalikan sistem sosial dan moral, seperti televisi, internet, dan handphone (Abdullah, 2006: 59).

Dengan mengenali karakter- karakter masyarakat pada saat ini secara baik, dapat mempersiapkan strategi yang tepat agar proses pewarisan nilai-nilai dari nenek moyang tetap berlangsung. Khusus untuk masyarakat modern yang dinamis memerlukan penyampaian, penyajian isi, dan sarana yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hidup dalam lingkungan yang multikultur, masyarakat cenderung memilih sumber-sumber global sebagai penuntun tindakan sosial. Maka dari itu sebagai generasi muda harus membangun strategi menjadikan cerita rakyat sebagai bagian dari sumber-sumber global itu.

Sosialisasi cerita rakyat dengan demikian harus mendapatkan perhatian besar dari semua pihak agar cerita rakyat menjadi warisan kebudayaan yang mampu mengarahkan masyarakat menjaga keterikatan sosial secara mandiri.

II.8 Analisis Masalah dan Solusi

Dari analisa yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa banyak masyarakat khususnya generasi muda yang tidak mengenal cerita rakyat Nyai Dasima, maka dari itu solusi yang baik adalah membuat media informasi dalam memperkenalkan cerita rakyat Nyai Dasima yang tujuannya untuk memberi pengetahuan serta wawasan. Dan dibutuhkan pendekatan kepada generasi-generasi muda agar generasi muda mau mencari tahu serta sadar akan pengetahuan budaya dan


(43)

nilai-32 nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat Nyai Dasima. Perancangan ini akan bermanfaat untuk masyarakat khususnya generasi muda karena generasi muda dapat mengenal dan mengetahui perjalan hidup Nyai Dasima yang sebagai penduduk pribumi selalu di rendahkan oleh bangsa asing tetapi Nyai Dasima begitu sabar, berani dan taat terhadap suaminya, hal-hal baik seperti ini yang dapat juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga cerita rakyat Nyai Dasima sangat penting untuk dilestarikan sebagai salah satu pengetahuan warisan kebudayaan bangsa yang terancam punah karena perkembangan teknologi, komunikasi, dan jumlah penutur yang makin menyurut jumlahnya. Dari hasil analisis ini diharapkan pula dapat memberikan pelajaran bagi perkembangan kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan tradisional Betawi.

Dengan adanya program pemerintah DKI Jakarta yang bekerja sama dengan LKB (Lembaga Kebudayaan Betawi) dan Komunitas bambu dalam memperkenalkan cerita Nyai Dasima secara terencana akan menerbitkan buku tentang Nyai Dasima yang dibuat dengan illustrasi sesuai dengan hasil riset yang mempunyai perhatian terhadap buku ilustrasi cerita Nyai Dasima. Diharapkan dengan adanya buku cerita rakyat Nyai Dasima ini akan ikut membantu program pemerintah untuk memperkenalkan cerita rakyat Betawi untuk generasi muda khususnya yang tinggal di wilayah DKI Jakarta.


(44)

33 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang dibuat adalah penyampaian informasi mengenai pesan moral yang ada pada kisah Nyai Dasima yang merupakan cerita berjenis fiksi yang sempat terkenal di kalangan suku Betawi. Untuk itu dibutuhkan solusi dengan membuat media sebagai alat penyampaian informasi mengenai khusus pesan moral yang ada pada cerita Nyai Dasima yang diolah kedalam sebuah buku ilustrasi agar penyampaiannya menjadi lebih menarik, juga berisikan informasi mengenai tempat-tempat bersejarah, tradisi-tradisi pada masa Nyai Dasima hingga pengenalan tokoh-tokoh Nyai Dasima.

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan

III.1.1.1 Target Audiens

Target Audiens dari media informasi buku ilustrasi tentang cerita Nyai Dasima ini adalah sebagai berikut:

A. Demografis

 Usia :17-20 Tahun (Remaja Akhir)  Jenis Kelamin : Perempuan dan Laki-laki  Pekerjaan : Pelajar

 Pendidikan : SMA dan Perguruan Tinggi  Status Ekonomi Sosial : Kalangan Menengah  Warga Negara : Indonesia

B. Psikografis

Media yang akan dibuat ditujukkan kepada kelompok remaja Nesters yaitu kelompok yang lebih banyak berkumpul dengan keluarga, sehingga cenderung tidak mengenal dunia luar (Sarwono, 2012 : 13). Oleh karena itu kelompok Nesters cenderung lebih suka mengoleksi buku-buku untuk hiburannya dibanding pergi keluar. Kelompok ini pun lebih memilih menabung di rumah ketimbang di bank. Kelompok ini lebih banyak tersebar di Jakarta dan Bekasi. Sebagian besar


(45)

34 remaja masih memperoleh uang saku dari orang tua yang kisarannya Rp 20.000-50.000 ribu/hari. Sebagian besar uang saku itu dihabiskan untuk keperluan sehari-hari, seperti membeli minuman dan makanan ringan (snack). Pengeluaran untuk handphone juga tergolong salah satu yang terbesar, khususnya bagi wanita. Setiap bulan, remaja wanita menghabiskan 50.000-60.00,- Rupiah untuk membeli vocer handphone.

C. Geografis

Cerita rakyat Nyai Dasima ini sendiri terjadi di ibu kota Indonesia yaitu Jakarta. Dimana di kota tersebut banyak penduduk baru yang bertujuan untuk mencari mata pencaharian, maka dari itu penyebaran cerita rakyat Nyai Dasima sendiri dilakukan di Jakarta dan Jawa Barat agar pendatang baru yang menetap di Jakarta dan masyarakat Jawa Barat dapat mengetahui informasi tentang cerita Nyai Dasima.

III.1.1.2 Consumer Insigh dan Consumer Journey

Consumer insight adalah proses mencari tahu secara lebih holistic tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya (Amalia, 2009, p25 - 26). Target perancangan buku informasi ini adalah remaja yang berusia 17-20 tahun yang dikategorikan remaja akhir khusunya remaja perempuan yang gemar membaca baik buku fiksi maupun nonfiksi. Remaja perempuan dipilih karena diantara laki-laki dan perempuan biasanya perempuanlah yang menyukai buku bacaan yang bertemakan drama karena pada perancangan media informasi ini buku dibuat dramatis. Berikut insight dari target audiens:

 Suka membaca  Drama

Consumer Journey dilakukan oleh remaja perempuan yang bernama Berliana Putri Clara yang bersekolah di SMA Yayasan pendidikan Islam (YPI) 45’. Berliana mempunyai hobi membaca novel, dan sangat menyukai novel fiksi karya Ilana Tan, remaja perempuan ini adalah salah satu dari sekian banyak


(46)

teman-35 temannya yang berpendapat bahwa tidak pernah tahu cerita dari suku Betawi selain Si Pitung. Berikut aktivitas remaja tersebut dari pagi hingga malam:

Gambar III.1 Consumer Journey dan Consumer Insight Sumber : Dokumentasi Pribadi


(47)

36 Tabel III.1 Consumer Journey dan Connsumer Insight yang telah diolah

Sumber: Doukumen Pribadi


(48)

37

Indikator Consumer

Gambar III.2 Indikator Consumer Insight Sumber : Dokumentasi Pribadi


(49)

38 III.1.2 Strategi Komunikasi

Komunikasi adalah penyampaian pesan dari komuikator kepada komunikan sedangkan strategi komunikasi sendiri merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan (Effendy, 1986 : 84). Dalam berkomunikasi dibutuhkan strategi agar penyampian pesan dapat dimengerti oleh komunikan yang dituju. Maka dari itu strategi komunikasi yang dilakukan pada perancangan cerita rakyat Nyai Dasima yaitu dengan menggunakan teori dari ilmuan politik asal Amerika Serikat yang bernama Harold D. Lasswell dengan cara menjawab pertanyaan berikut:

Who (Siapa)

Lembaga kebudayaan Betawi (LKB) yang bekerjasama dengan Komunitas Bambu merupakan lembaga dan komunitas yang akan menginformasikan cerita Nyai Dasima.

Say Whats (Bicara apa)

Maka yang akan disampaikan dalam perancangan ini adalah informasi yang berisi penggalan kisah yang hanya berupa pesan moral terkait ruang, waktu dan karakter

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect Theory Lasswell’s


(50)

39 tokoh. Pesan moral seperti ahlak atau budi pekerti baik buruk dalam kisah Nyai Dasima.

In Which Channel (Pada saluran mana)

Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan utama dibutuhkan media yang bersifat informatif. Dan media yang informatif salah satunya adalah buku, karena buku adalah salah satu media yang sangat efektif yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan juga buku bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa ada keterbatasan waktu untuk membacanya lagi selain itu didalam buku berisi ilustrasi dengan teks yang akan menjelaskan dari ilustrasi tersebut.

To Whom (Kepada siapa)

Penyampian informasi cerita Nyai Dasima ini disampaikan kepada remaja khususnya pelajar yang berada di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

With What Effect (Dengan pengaruh apa)

Maka dari itu dengan adanya penyampaian informasi ini, setidaknya generasi muda jadi tahu akan keberadaan kisah Nyai Dasima dan dari pesan moral yang sudah disampaikan dapat dijadikan renungan dan ilmu pengetahuan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi perancangan informasi cerita rakyat Nyai Dasima ini antara lain adalah mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk memahami makna yang terkandung dalam cerita Nyai Dasima.

B. Pendekatan Komunikasi

Agama

Gaya Hidup Moral


(51)

40 Pendekatan komunikasi yang dilakukan dalam penyampaian informasi ini melalui Agama dan gaya hidup karena ketiganya berhubungan dengan moral yang akan dibahas dalam menyampaikan pesan moral Nyai Dasima.

Agama

Pendekatan komunikasi dimulai dari sisi agama khususnya agama islam karena pada cerita ini agama islam juga sangat ditonjolkan sehingga banyak pesan-pesan atau nasihat dari sisi agama yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan tersebut diambil dari hadits yang sudah ada dan ini bisa jadi bagian pengetahun agama untuk masyarakat khususnya remaja saat ini.

Gaya hidup

Pada pesan moral Nyai Dasima ini sendiri ini beberapa tokoh menunjukkan gaya hidup yang baik dan kuang baik, dan ini dapat dijadikan pelajaran bagi masyarakat untuk dapat memilah-milih mana yang baik dan mana mana yang kurang baik serta diberi gagasan bahwa yang baik harusnya ditiru sedangkan yang kurang baik ada kalanya ditinggalkan.

Pendekatan komunikasi secara visual

Berdasarkan dari pendekatan melalui agama dan gaya hidup maka pendekatan visual pada perancangan media informasi ini dilakukan dengan ilustrasi dan Gaya visual yang realis sehingga pesan-pesan moral yang disampaikan dapat terlihat nyata dan mampu membuat masyarakat sadar akan isi pesan moral yang terkandung.

Pendekatan komunikasi secara verbal

Pendekatan verbal dalam perancangan media informasi pesan moral Nyai Dasima menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku dan menggunakan bahasa Betawi sehari-hari. Penggunann Bahasa tersebut digunakan agar dalam penyampain informasi ini mudah dipahami target audiens dan bahasa Betawi juga sebagai


(52)

41 Bahasa pendukung agar kesan budaya pada penyampaian informasi ini tetap terasa.

C. Sifat Pesan

Penyampain informasi pesan moral Nyai Dasima disampaikan dengan serius dan dramatis karena materi pesan menyangkut moral maka perlu adanya keseriusan dalam penyampaian agar masyarakat sadar akan apa yang terjadi pada cerita Nyai Dasima.

D. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam perancangan media buku ini menggunakan gaya bahasa persuasif yaitu ajakan atau bujukan dan gaya bahasa deskriptif dengan menggunakan bahasa indonesia yang dipadukan dengan bahasa Betawi. Gaya bahasa tersebut mudah dipahami tanpa menghilangkan unsur kebudayaan yang aslinya.

E. Materi Pesan

 Pengenalan karakter yang ada pada cerita Nyai Dasima.

 Penjelasan tentang nilai moral-nilai moral yang ada pada cerita Nyai Dasima  Anotasi bahasa Betawi

F. Problem Statement

Berdasarkan identifikasi masalah bahwa Nyai Dasima kurang dikenal dan banyak yang tidak tahu tentang nilai yang terkandung dalam cerita maka perlu ada media dalam menginformasikan pean moral Nyai Dasima sesuai pada rumusan masalah. Maka dari itu media buku ilustrasi adalah sebagai solusi dalam menginformasikan cerita Nyai Dasima. Berikut materi pesan yang akan disampaikan dalam perancangan media informasi ini adalah:

G. Key word Key Visual Cinta

Keyword : Coklat, bunga, keluarga, pelukan, laki-laki dan perempuan, simbol kasih sayang, cerita, komitmen, rindu, puisi.


(53)

42 Keyvisual :

Tragedy

Keyword : Pembunuhan, pemerkosaan, bom, borgol.

Keyvisual :

Pengorbanan Keyword :


(54)

43 H. Copy Writing

Pada judul buku maka dibuat :

Headline : Cinta, Tragedi dan Pengorbanan

Cinta : Dimana pada pesan moral ini terdapat cinta yang harus dikejar sesulit apapun cinta maka harus didapatkan seperti pada tokoh Samiun yang mengejar cinta Nyai Dasima.

Tragedi : Namun yang ada bukanlah cinta yang tulus tapi justru tragedi dari mulai dianggap rendah oleh bangsa lain hingga dibunuh.

Pengorbanan : pengorbanan seorang Nyai Dasima dimana Nyai Dasima harus tinggal seorang diri dalam keadaan yang jauh dari orang tua, teman bahkan bangsanya sendiri hidup diantara orang-orang yang selalu menghinannya.

Subheadline : Sepenggal Renungan Kisah Nyai Dasima

Subheadline ini menjelaskan bahwa pada buku ini menceritakan beberapa penggal pesan-pesan moral dari kisah Nyai Dasima yang dirangkum berupa visual. Pesan moral tersebut bukan hanya ada pada tokoh utama saja bahkan disetiap tokohnya mempunyai pesan-pesan tersendiri sehingga patut diketahui oleh masyarakat sebagai renungan.


(55)

44 I. Story Line Cerita rakyat Nyai Dasima

1. Masa kehidupan Nyai Dasima dengan orang inggris (masa Nyai Dasima sebagai istri simpanan)

- Tentang kekayaan yang di berikan orang inggris kepada Nyai Dasima

- Tentang diskriminasi terhadap orang pribumi (Nyai Dasima) yang dianggap rendah

- Penghinaan dan penyiksaan Tuan Edward kepada Nyai Dasima

- Kesepian karena tinggal sendiri dengan orang asing dan jauh tidak diakui orang tuanya.

2. Karena seringnya mengantar jemput Nancy anak dari Nyai Dasima dan Tuan Edward maka muncul rasa ketertarikan pada Nyai Dasima, rasa ketertarikan Samiun dimulai dari :

- Melihat kecantikan dan kekayaaan Nyai Dasima Upaya samiun untuk mendapatkan Nyai Dasima

- Meminta bantuan kepada Wak lihun untuk memelet Nyai Dasima Alasan lain Samiun ingin menikahi Nyai Dasima karena - Samiun tidak mempunyai anak dari Hayati

- Hayati yang berprilaku tidak baik (seperti sering bermain judi dibanding mengurusi suaminya)

3. Tindakan Nyai Dasima dengan alasan mau menikahi Samiun - Karena tidak kuat disiksa oleh Tuan Edward

- Karena samiun baik dan walaupun tukang delman samiun tetap pekerja keras - Ada saran dari orang dalam sehingga Nyai Dasima mau menikah

- Nyai Dasima dilepaskan oleh Tuan Edward dan di beri harta namun anaknya harus tetap ikut dengan Tuan Edward

- Nyai Dasima menikah dengan Samiun dan menjadi istri kedua samiun 4. Kehidupan saat Samiun mempunyai 2 istrinya

- Nyai Dasima mendapatkan perlakuan buruk dari istri pertama Samiun (Hayati)


(56)

45 - Mendapatkan ketidak adilan dari Samiun

- Berusaha tetap tabah

- Walaupun begitu Nyai Dasima tetap senang karena ia hidup bersama bangsanya sendiri.

- Ketika Nyai Dasima sedang sendiri dan tiba-tiba ada bang Pause yang bersembunyi dibelakang rumah

5. Karena balas dendam karena sudah ditinggalkan, kemudian Tuan edward menyuruh bang pause (premang kwitang) untuk membunuh Nyai Dasima - Tuan Edward dan Bang Pause melakukan perencanaan pembunuhan Nyai

Dasima

- Nyai Dasima lari-lari dikejar dibunuh dengan goloknya bang Pause dan seketika Nyai Dasimapun tewas.

- Mayatnyapun di buang ke kali ciliwung. 6. Ending

- Bang Pause berhasil ditangkap dan disergap oleh 8 polisi

- Karena turut bertanggung jawab atas kejadian pembunuhan Nyai Dasima Bang Samiunpun ikut di penjara.

III.1.3 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang digunakan dalam perancangan buku informasi ini adalah dengan menggunakan tahap AISAS yaitu akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest (minat), Search (cari), Action (tindakan), Share (berbagi).  Attention (Perhatian)

Membuat media buku informasi untuk membangun kesadaran pada masyarakat khususnya pelajar dengan menggunakan kalimat-kalimat persuatif (ajakan) yang serius dan dramatis untuk buku sedangkan untuk media pendukung menggunakan kalimat-kalimat yang menyisipan bahasa-bahasa Betawi .


(57)

46 - Cinta tragedy dan pengorbanan

- Sepenggal renungan kisah Nyai Dasima Pendukung :

- Nyok kite same-Same liat kisah Nyai Dasime - Peristiwa berdarah

- Ade bonusnye  Interest (Minat)

Mengajak masyarakat untuk mau melihat pesan moral yang ada pada cerita Nyai Dasima dengan cara membuat packaging dari material dupleks yang seolah-olah berbentuk pintu dengan ditambahkan tali sehingga dari packaging sudah terlihat dramatis dan dapat menibulkan rasa ingin tahu masyarakat tentang buku cerita Nyai Dasima.

Search (Cari)

Buku informasi cerita rakyat Nyai Dasima ini bisa didapatkan di beberapa toko buku seperti di Gramedia atau di acara pameran-pameran buku yang diselenggarakan di Jakarta dan Jawa Barat sesuai target audiens yang dituju, buku ini juga nantinya dapat diakses diperpustakaan-perpustakaan daerah.

Action (Tindakan)

Mengubah prilaku atau sekedar mau mambaca dan memahami beberapa pesan-pesan moral yang dapat dijadikan renungan atau pembelajaran dalam berprilaku sehari-hari khususnya perempuan. Dibuatnya buku sebagai salah satu upaya menginformasikan pesan-pesan tersebut yang dibuat dengan visual yang klasik agar masyarakat dapat merasakan sentuhan moral dan pesan-pesan moral ini juga dapat dijadikan sebagai pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab.

Share (Bagi)

Memanfaatkan gimmick yang sering digunakan oleh para remaja yaitu dengan membagikan gantungan kunci, kaos, stiker, tote bag sebagai salah satu sarana


(58)

47 untuk memperkenalkan Nyai Dasima terlebih berkaitan dengan Attention dan interest menarik perhatian serta minat dalam masyarakat agar mau memahami pesan-pesan yang terkandung dalam kisah Nyai Dasima.

III.1.4 Strategi Media

Strategi media yang digunakan untuk penyampaian buku ilustrasi yang berupa informasi tentang kisah Nyai Dasima ini adalah menggunakan metode Grafis vector. Penggunaan Grafis vector disesuaikan oleh target audiens yaitu remaja agar menarik minat untuk melihat serta membacanya. Adapun kelebihan menggunakan ilustrasi Grafis vector yaitu:

 Gambar Vector dapat di ubah dalam ukuran dan bentuk tanpa menurunkan kualitas tampilannya dan gambar objek dapat diatur baik detail dan warnanya.  Dapat dicetak pada resolusi tertinggi pada printer.

 Pengaruh daya Tarik masyarakat dengan Vector sangat kuat sehingga masyarakat berminat untuk melihat atau membaca.

Pada media buku ilustrasi juga memberi kesan keseriusan pada informasi yang disampaikan dan dapat menjadi sebuah koleksi sebagai kepuasan tersendiri. Buku ilustrasi disini sendiri merupakan sebuah buku yang berisikan gambar yang diperjelas dengan tulisan. Didalam buku ilustrasi yang dibuat, ilustrasi menjadi penggambaran dari sebuah penggalan kisah yang berupa teks, selain agar pembaca mengetahui informasi berdasarkan teks, pembaca juga dapat mengetahui dari bentuk yang dimaksud. Maka dari itu dibuatlah buku ilustrasi dengan metode Grafis vector yang disesuaikan dengan remaja zaman sekarang sehingga mengguggah daya tarik remaja untuk mengenal cerita Nyai Dasima. Buku ilustrasi cerita Nyai Dasima akan menggunakan hardcover. Media yang digunakan dalam menyampaikan informasi ini terbagi dua jenis yaitu media utama dan media pendukung.


(59)

48 A. Media Utama

Media utama yang akan dibuat adalah media berupa buku ilustrasi. Pengambilan buku dipilih karena media ini lebih efektif dibanding media yang berbasis elektonik seperti komputer karena penyampaian informasi dengan media elektonik membutuhkan tambahan alat dan tambahan biaya dari listrik hingga internet. Dan juga komputer hanya terdapat pada masyarakat menengah keatas dan menurut hasil survei tidak sesuai dengan target audiens yang dituju. Selain lebih efektif buku juga bisa disimpan dengan kurung waktu yang lama dan lebih praktis serta buku dapat menjadi suatu koleksi yang eksklusif sebagai koleksi. maka dalam pemilihan media buku ini diharapkan dapat menjadi solusi dan menjawab permasalahan yang ada. Buku dibuat dengan teknik digital printing. B. Media Pendukung

Media pendukung berfungsi sebagai pelengkap media utama dengan tujuan agar penyampaian dari media utama dapat diaplikasikan dengan media pendukung. Media pendukung tersebut antara lain adalah:

 Poster

Poster juga mempunyai cangkupan yang luas sehingga dapat di tempatkan di tempat umum dan ruang terbuka.

 Stiker

Stiker sangat praktis dan efektif, dapat ditempelkan dimana saja sehingga memperluas jangkauan dari pesan kampanye yang ingin disampaikan.

X-Banner

X-Banner, penyampaian informasi berbentuk banner dengan penyangga x. Akan ditempatkan bersama dengan keberadaan buku dan memberikan informasi yang lebih jelas mengenai kegiatan promosi buku yang dilakukan.

Id- Card

Tanda pengenal diberikan kepada pengunjung pameran dan digunakan pada panitia-panitia penyelenggara sebagai identitas untuk mengenalkan cerita Nyai Dasima.


(60)

49 Pembatas buku masih berkaitan dengan media utama, pembatas buku berguna saat pembaca menandai dimana halaman terakhir dibaca. Berbentuk persegi panjang menjadikan pembatas buku ini tidak rentan rusak.

Flyer

Flyer dibuat untuk memberitahu dan sekaligus sebagai alat pendekatan yang persuasif.

III.1.5 Strategi Distribusi

Strategi distribusi untuk menyalurkan produk kepada konsumen dan memaksimalkan promosi yang dilakukan melalui beberapa cara penjualan:

Target dalam pendistribusian buku Cerita Rakyat Nyai Dasima ini yaitu dengan cara ditempatkan di pameran-pameran buku atau acara yang berkaitan dengan budaya khususnya budaya Betawi, Selain itu buku juga ditempatkan di toko buku Gramedia agar target audiens dapat membeli atau sekedar membacanya. Penerbit yang dipilih yaitu Masup Jakarta, Pemilihan penerbit ini karena masup Jakarta adalah salah satu penerbit yang menerbitkan buku-buku sejarah dan sastra. Selain itu Masup Jakarta juga merupakan salah satu penerbit yang mempunyai dasar dalam menerbitkan buku yang mengkhususkan pengetahuan untuk pembacanya. Pada tahun 2016 ini penyebaran media akan dilakukan di 4 acara yang akan dilaksanakan di Jakarta. Terhitung dari bulan Mei hingga bulan Juli dan satu acara lagi tercatat di bulan Januari 2017. Berikut rincian penyebaran media informasi diJakarta :


(61)

50 Tabel III.2 Jadwal Penyebaran Media

Jadwal Penyebaran Media

Media Penempatan Media

Periode Pertama 6-22 Mei 2016

Buku ,X Banner, Poster , Pembatas, Buku, Id- Card.Flyer

“Pameran Buku Nasional 2016”

Tempat: Perpus

Kementrian Pendidikan Budaya, Senayan, BPAD DKI Jakarta (Taman Ismail Marzuki). Periode kedua

22- Juni-2016

Buku, X Banner, Pembatas, Buku, Kaos, Pin, Stiker, Id- Card, packaging, Poster

Pesta Raya Jakarta “ Pekan Raya Jakarta” Tempat: Kemayoran

Periode Ketiga 10-17 Juli 2016

Buku, X Banner, Pembatas, Kaos, Merchandise, Poster

“Jakarta Fair 2016” Tempat: Jalan Expo Kemayoran Jakarta. Periode Keempat

5-17 Januari 2017

Buku, X Banner, Pembatas, Buku, Kaos, Merchandise, Gimmick. Poster

“Pesona Tempo Doeloe Jilid 5”

Tempat: Atrium Hall, Lantai Dasar, Gajah Mada Plaza, Jakarta. Buku, X Banner,

Pembatas, Buku. Poster

Toko Buku Gramedia, Perpustakaan Daerah dan Pameran-pameran Buku.


(62)

51 III.1.5.1 Pertimbangan Dasar Distribusi

Berdasarkan pertimbangan distribusi media utama ini yaitu buku informasi dijual seharga Rp. 85.000,- perhitungan ini sudah disesuaikan dengan biaya promosi, biaya produksi dan juga sudah disesuaikan dengan uang saku target audiens yang dituju.

III.2. Konsep Visual

Kesan kuno dan klasik digunakan dalam pembuatan buku ilustrasi ini agar lebih mendalami pesan moral yang akan disampaikan dalam kisah Nyai Dasima, dibuat dengan sketsa manual, setelah di vector kemudian gambar dilanjutkan dengan vector dan pewarnaan dengan teknik desain komputer atau Digital Painting. III.2.1 Format Karya

Buku ilustrasi yang dibuat sebagai media utama perancangan media informasi buku cerita Nyai Dasima ini berukuran 24 cm x 24 xm Ukuran tersebut telah disesuaikan dengan konsep visual yang telah ditentukan, dan untuk isi buku, digunakan kertas Art Paper tebal dengan print laser. Dengan ukuran demikian diharapkan menjadi buku yang menarik, eksklusif dan menjadi media informasi yang tersampaikan kepada target audiens.

Gambar III.3 Format buku Nyai Dasima Sumber : Dokumentasi Pribadi


(63)

52 III.2.2 Tata Letak (Layout)

Tata letak dalam perancangan media informasi ini bergaya klasik, layout pun dibuat dengan diberi teksture dengan tujuan buku ilustrasi ini memberi kesan kuno sehingga terdapat nilai estetika pada sebuah layout. Namun susunan tulisan juga dibuat rapi agar tingkat keterbacaan lebih baik.

Gambar III.4 Layout Nyai Dasima Sumber : Dokumentasi Pribadi

III.2.3 Jenis Huruf

Dalam pembuatan buku ilustrasi yang bertemakan dramatis, klasik dan kuno, maka digunakan beberapa jenis huruf yang sesuai dengan tema klasik. Maka dari itu huruf yang digunakan adalah “FUTURA” sebagai judul buku. yaitu “cinta, tragedy dan pengorbanan” huruf tersebut dipilih karena selain tegas juga meimiliki tingkat keterbacaan yang jelas.

Futura

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwyz


(64)

53 “CINTA TRAGEDI DAN PENGORBANAN”

Sedangkan untuk subheadline dengan isi teks pada buku ilustrasi dipilih Rage Italic karena hhuruf tersebut memiliki kesan kuno juga memiliki kesan klasik yang begitu erat .

Segoe Script

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUFWXYZ Abcdefghijklmnopqrstufwxyz0123456789

“Sepenggal Renungan Kisah Nyai Dasima”

- Dan untuk body teks dalam cerita dan manual book menggunakan jenis huruf Century Gothic agar tingkat keterbacaan jelas.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUFWXYZ Abcdefghijklmnopqrstufwxyz

0123456789

- Font tambahan menggunakan Birmingham dan digunakan juga untuk logo Nyai Dasima.

Birmingham

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUFWXYZ 0123456789

III.2.4 Warna

Warna yang digunakan berdasarkan tema buku yaitu klasik. Sampul menggunakan warna coklat karena warna coklat merupakan warna yang terkesan kuno dan ada beberapa halaman menggunakan brush berwarna merah yang menyerupai darah sehingga ketika pertama kali melihat buku informasi ini masyarakat langsung merasakan kesan dramatis dan kuno klasik. Warna coklat juga merupakan warna umum yang disukai perempuan dan laki-laki sehingga dapat menjadi daya tarik target audiens. Warna-warna baju juga disesuaikan dengan warna-warna khas Jakarta seperti kuning, merah, hitam dan lain-lain.


(65)

54 Gambar III.5 Palet Warna

Sumber : Dokumentasi Pribadi

III.2.5 Studi Karakter

Karakter yang akan dimunculkan pada buku ilustrasi adalah tokoh sentral (utama) dan tokoh peripheral (pendukung) dari kedua jenis tokoh tersebut masing-masing mempunyai sisi pesan moral tersendiri yang baik dan tidak baik sehingga masyarakat dapat memilah-milih sendiri untuk dijadikan pelajaran dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokohnya antara antara lain:

1. Nyai Dasima : Seorang wanita yang cantik, anggun,sabar,penyayang namun mudah terpengaruh.


(66)

55 Gambar III.6 Referensi Nyai Dasima None Jakarta

(Sumber: https://akihikoyuuri.files.wordpress.com/2015/06/img_5016.jpg.jpg diakses pada 04/06/2016)

2. Tuan Edward : Seorang laki-laki berkebangsaan Inggris yang keras dan angkuh

Gambar III.7 Referensi Tuan Edward Kolonial Inggris (Sumber: http://angintopan.heck.in/files/multatuli.jpg. diakses pada

04/06/2016)

3. Samiun : Seorang laki-laki tukang sado asli Jakarta seorang laki-laki pekerja keras namun egois. Referensi bang samiun (keyword : abang jakarta)


(67)

56 Gambar III.8 Referensi Bang Samiun Iko Uwais

(Sumber: http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/16232/big/iko-uwais-2-131012c.jpgdiakses pada 04/06/2016)

4. Hayati : Seorang istri dari Samiun dia jahat dan suka bermain judi

Gambar III.9 Referensi Hayati

(Sumber: https://i.ytimg.com/vi/-nQmL2yEtQk/maxresdefault.jpg diakses pada 04/06/2016)


(68)

57 5. Bang Pause : Seorang preman asal kwitang yang sangat jahat suka

mengancam, memalak dan melakukan apa saja demi mendapatkan uang.

Gambar III.10 Referensi Bang Pause (Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/-Sa8cmlNBgz4/VDeS4yD7QUI/AAAAAAAAApY/tPXDGbwgqeg/s1600/Ta mpilan%2Bpalang%2BPintu%2B(1).JPG diakses pada 04/06/2016) 6. Wak Lihun : Seorang dukun namun bukanlah dukun yang jahat melainkan

sosok yang ahli agama wak salihun suka membawa tasbih.

Gambar III.11 Referensi Wak Lihun ustadz Guntur Bumi

(Sumber: http://www.wowkeren.com/images/photo/guntur_bumi.jpg diakses pada 04/06/2016)

7. Mak Buyung : Seorang wanita yang merupakan pembantu dari Nyai Dasima dan tuan Edward dia mempunyai sifat suka menghasut.


(69)

58 Gambar III.12 Referensi Mak Buyung

(Sumber:

http://sewabusanabetawi.com/uploads/sidemenu/kebaya%20encim.jpg 04/06/2016)

III.2.6 Properti

Dalam pembuatan buku ilustrasi yang sudah ditentukan, maka properti disesuaikan dengan dengan tema klasik, vintage seperti menambahkan ornament-ornamen yang terkesan klasik, seperti kain batik Jakarta bercak darah agar terlihat dramatis , dan logo

Gambar III.13 Referensi kain batik Jakarta

https://lh6.googleusercontent.com/-YQyiBFKip-U/UOqEsR1-AwI/AAAAAAAAC_A/_z70_LHAM8s/s800/Batik%2520Betawi%2520Onde l-ondel%2520Pucuk%2520Rebung.jpg 04/06/2016)


(1)

72

- Gantungan kunci

Gambar IV.17 : Gantungan Kunci : Dokumentasi Pribadi Gantungan Kunci : Diameter 4,5 cm dan 5,5

Material : Laminasi Glossy Teknis produksi : Digital Printing

- Stiker

Gambar IV.18 : Stiker : Dokumentasi Pribadi Stiker : 5 cm x 9 cm

Material : Stiker Plasttik Doff Teknis produksi : Digital Printing


(2)

73

- Baju

Gambar IV.19 Desain Baju Sumber : Dokumentasi Pribadi Baju : L

Material : Kain katun Teknis produksi : Print - Tote Bag

Gambar IV.20 : Desain Tote bag Sumber : Dokumentasi Pribadi Tote Bag : 41 cm x 34 cm

Material : Kain


(3)

74 - Packaging

Gambar IV.21 : Desain Packaging Sumber : Dokumentasi Pribadi Packaging : 25x25x4 cm


(4)

75 - X-Banner

Gambar IV.22 : X-banner Sumber : Dokumentasi Pribadi X-banner : 60 cm x 160 cm

Material : Flexi korea Teknis produksi : Digital printing

C. Jejaring sosial buku informasi cerita rakyat Nyai Dasima

Melihat target audiens yang dituju adalah remaja makan promosi dilakukan juga di jejaring sosial yang terdiri dari facebook dan twitter. Buku cerita Nyai Dasima ini dapat di pesan melalui bbm yang sudah diinformasikan x banner, flyer dan juga poster.


(5)

76

- Facebook

Gambar IV.23 : Facebook : https://www.facebook.com/komitas.bambu

- Twitter


(6)

77

- Bbm