Muatan Kurikulum

D. Muatan Kurikulum

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tantang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kopetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Muatan kurikulum untuk SDN Kaliwining 04 adalah meliputi 8 mata pelajaran, dan 2 muatan lokal

1. Mata Pelajaran Muatan Nasional Mata pelajaran yang diajarkan di SDN Kaliwining 04 terdiri dari 8 mata pelajaran yaitu

a. Pendidikan Agama

b. Pendidikan Kewarganegaraan

c. Bahasa Indonesia

d. Matematika

e. Ilmu Pengetahuan Alam

f. Ilmu Pengetahuan Sosial

g. Seni Budaya dan Ketrampilan

h. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2. Mata Pelajaran Muatan Lokal Mata Pelajaran yang diajarkan SDN Kaliwining 04 terdiri dari 2 mata pelajaran yaitu

a. Bahasa Inggris

b. Bahasa Jawa

1. Bahasa Inggris

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat,

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.

Tingkat literasi mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells,1987).

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan standar kompetensi bahasa Inggris bagi SD/MI yang menyelenggarakan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Kompetensi lulusan SD/MI tersebut selayaknya merupakan kemampuan yang bermanfaat dalam rangka menyiapkan lulusan untuk belajar bahasa Inggris di tingkat SMP/MTs. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan berinteraksi dalam bahasa Inggris untuk menunjang kegiatan kelas dan sekolah.

Pendidikan bahasa Inggris di SD/MI dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language accompanying action. Bahasa Inggris digunakan Pendidikan bahasa Inggris di SD/MI dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai tindakan atau language accompanying action. Bahasa Inggris digunakan

2. Bahasa Jawa

Bahasa Jawa adalah suatu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang hidup dan tetap dipergunakan dalam asyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Jawa yang terus berkembang maka diperlukan penyesuaian ejaan huruf Jawa. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah sehingga perlu dilestarikan supaya tidak hilang keberadaannya. Kurikulum Bahasa Jawa (2004: 1) pelestarian dan pengembangan Bahasa Jawa didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut.

a) Bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sebagian besar penduduk Jawa,

b) Bahasa Jawa memperkokoh jati diri dan kepribadian orang dewasa,

c) Bahasa Jawa, termasuk didalamnya sastra dan budaya Jawa,

d) Mendukung kekayaan khasanah budaya bangsa,

e) Bahasa, Sastra dan budaya Jawa merupakan warisan budaya

f) Adiluhung, dan

g) Bahasa, Sastra, dan budaya Jawa dikembangkan untuk mendukung

h) Life skill. Menyikapi masalah kurang diperhatikannya pelajaran bahasa Jawa saat ini, upaya paling tepat dan efektif dalam pelestarian kebudayaan dan bahasa Jawa adalah melalui jalur pendidikan, yaitu melalui pembelajaran bahasa dan sastra Jawa dalam kerangka budaya yang ada di masing-masing daerah dijelaskan bahwa kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia, bahasa Daerah, dan bahasa asing dengan pertimbangan: satu, bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional. dua, bahasa daerah merupakan bahasa ibu siswa. Tiga, bahasa asing terutama bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional yang sangat penting kegunaannya dalam pergaulan global.

Pembelajaran bahasa Jawa baik menyangkut masalah penyusunan rencana pembelajaran, penyajian materi maupun evaluasi hasil belajar. Mata pelajaran bahasa Jawa dalam pelaksanaannya di sekolah dasar juga Pembelajaran bahasa Jawa baik menyangkut masalah penyusunan rencana pembelajaran, penyajian materi maupun evaluasi hasil belajar. Mata pelajaran bahasa Jawa dalam pelaksanaannya di sekolah dasar juga

(a) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dan berkewajiban mengembangkan serta melestarikannya, (b) Siswa memahami bahasa Jawa dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan keperluan, keadaan, misalnya di sekolah, dirumah, di masyarakat dengan baik dan benar,

(c) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Jawa yang baik benar, (d) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan intelektrual (berfikir kreatif menggunakan akal sehat, menerapkan kemampuan yang berguna, menggeluti konsep abstrak, dan memecahkan masalah), kematangan emosional dan sosial, dan

(e) Siswa dapat bersikap positif dalam tata kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Fungsi bahasa Jawa yang tadinya lebih luas meliputi sampai pada bahasa resmi di kalangan pemerintahan dan ilmu pengetahuan di sekolah sekarang menjadi lebih singkat.

Pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar meliputi membaca, menyimak, berbicara, menulis. Membaca diarahkan pada kemampuan memahami isi bacaan, makna suatu bacaan ditentukan oleh situasi dan konteks dalam bacaan. Kegiatan menyimak pada hakikatnya sama dengan kegiatan membaca hanya saja pada menyimak merupakan pemahaman teks lisan. Kegiatan menulis diarahkan untuk mengembangkan kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara tertulis.

Kegiatan berbicara diarahkan pada kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara lisan dengan menggunakan bahasa Jawa. Program Pengajaran Bahasa Jawa, lingkup mata pelajaran bahasa Jawa meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami mengapresiasi sastra dan kemampuan menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Jawa mempunyai tiga ragam bahasa yaitu ngoko, madya, dan krama.

3. Program Pelajaran Tambahan dan Pengembangan Diri

Untuk mendukung proses percepatan peningkatan pendidikan berkarakter, SDN Kaliwining 04 dalam proses penyelenggaraan dan pengelolaannya melakukan pengembangan, perluasan dan pendalaman dari Standar Nasional Pendidikan (SNP) sehingga lulusannya memiliki daya saing. SDN Kaliwining 04 adalah sekolah dasar yang pra memenuhi seluruh aspek Standar Nasional Pendidikan (SNP) baik standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan standar penilaian. Adapun penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan dan pendalaman kemampuan yang diyakini diperlukan untuk bekal hidup dalam pendidikan di jenjang berikutnya.

Oleh karna itu SDN Kaliwining 04 mulai mengembangkan program remedial, pengayaan dalam pengertian yang terbatas, untuk ke depan akan dikembangkan lagi dalam arti sesungguhnya mengingat persiapan menuju arah tersebut memerlukan keterlibatan banyak faktor baik sumber daya manusia dan pendanaan. Program yang dimaksud adalah program remidial adalah program perbaikan pembelajaran bagi siswa yang belum optimal menyerap materi pembelajaran. Program pengayaan adalah program pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dan berlatih pelajaran tambahan untuk memperkaya dan memperdalam dari materi yang sudah dibelajarkan. Sedangkan program percepatan adalah program lompatan belajar bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik sangat baik untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada kelas tertentu lebih cepat dari biasanya. Selanjutnya sekolah akan mengembangkan instrumen penilaian yang akan dijadikan sarana dan tolak ukur seorang siswa dikatakan layak mendapatkan kesempatan tersebut.

Program tersebut kemudian dilaksanakan pada jam palajaran tambahan di luar jam reguler yang dilaksanakan bersamaan dengan program pengembangan diri atau kegiatan lain yang ada kaitannya dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah seperti persiapan lomba akademik dan non akademik.

a) Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral kurikulum sekolah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan

kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan yalanan bimbingan/konseling dan ekstra kurikuler. Secara umum pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah. Sedangkan secara khusus pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: (a) bakat, (b) minat, (c) kreativitas, (d) kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, (e) kemampuan kehidupan keagamaan, (f) kemampuan sosial, (g) kemampuan belajar, (h) wawasan dan perencanaan karir, (i) kemampuan pemecahan masalah, dan (j) kemandirian.

Ruang lingkup pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram pada kegiatan pembelajaran reguler dan pada program pembelajaran tambahan. Bidang kegiatan meliputi kegiatan:

(1) kepramukaan, (2) Seni, dan

(3) olahraga. Katagori peserta adalah berdasarkan minat dan bakat siswa. Kegiatan pengembangan diri berupa kegiatan layanan bimbingan/konseling ataupun bimbingan belajar dan ekstra kurikuler dibina oleh guru kelas atau guru mata pelajaran dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan Kegiatan pengembangan diri tidak terprogram

Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut.

1) Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera setiap Senin ,dan setiap pagi sebelum masuk ,ibadah khusus keagamaan setiap Purnama ,Tilem ,Trisandya bersama setiap pagi dan siang sebelum pulang ,pengucapan janji siswa setiap hari , pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.

2) Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).

3) Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.

4. Budi Pakerti

Pengaruh positif akibat globalisasi dan industrialisasi adalah terbentuknya karakter manusia yang menghargai waktu, menghargai sesama, efektif dan efisien serta dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku masyarakat yang cendrung individual dan mengabaikan kebersamaan, kegotongroyongan dan sendi-sendi kehidupan lainnya.

Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, pelanggaran tata tertib, etika dan degradasi moral menjadi topik pembahasan hangat di media masa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Untuk menangkal makin merebaknya prilaku amoral pada peserta didik diperlukan upaya-upaya penanaman pengetahuan, sikap dan perbuatan yang berahklak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia dengan memberikan pendidikan budi pekerti yang menanamkan nilai-nilai moral pada peserta didik.

Pendidikan budi pekerti dilaksanakan untuk pembentukan watak kepribadian peserta didik secara utuh yang tercermin pada prilaku berupa pikiran, ucapan, perbuatan, sikap dan hasil karya yang baik. Realisasi pendidikan budi pekerti perlu diwujudkan dalam lingkup keluarga, masyarakat Pendidikan budi pekerti dilaksanakan untuk pembentukan watak kepribadian peserta didik secara utuh yang tercermin pada prilaku berupa pikiran, ucapan, perbuatan, sikap dan hasil karya yang baik. Realisasi pendidikan budi pekerti perlu diwujudkan dalam lingkup keluarga, masyarakat

a) Tujuan pengembangan budi pekerti adalah

a. Mendorong kebiasaan dan prilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai- nilai universal, nasional dan tradisi budaya bangsa yang

b. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai penerus bangsa;

c. Memupuk ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya sehingga tidak terjerumus kedalam prilaku yang menyimpang baik secara individual maupun sosial;

d. Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

b) Ruang lingkup budi pekerti adalah:

a. Memahami dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti melalui hakikat hubungan manusia dan Tuhan;

b. Memahami dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti melalui hakikat manusia (potensi diri);

c. Memahami dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti melalui hakikat hubungan antara manusia dengan manusia;

d. Memahami dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti melalui hakikat hubungan antara manusia dengan lingkungan (lingkungan alam, sosial dan budaya).

5. Pendidikan Kecakapan Hidup

Layanan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) dilaksanakan secara terpadu melalui mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Lingkup PKH yang dikembangkan di SD Negeri Kaliwining 04 adalah:

a. Kecakapan Personal yang berisi:

1) Keimanan dan ketaqwaan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2) Pengembangan karakter yang mencangkup 18 nilai karakter rasa tanggung jawab, kebiasaan tertib dan disiplin, cinta kebenaran, komitmen hidup rukun, saling menghargai, saling membantu, saling menghormati dan memiliki budaya santun.

3) Kebiasaan tanggap dan peduli terhadap kebersihan, keamanan, kesehatan dan keindahan lingkungan.

4) Memahami potensi diri dan mampu membangun rasa percaya diri.

b. Kecakapan Berpikir Rasional yang berisi:

1) Kecakapan menggali informasi melalui berbagai strategi.

2) Kecakapan mengolah informasi.

3) Kecakapan mengambil keputusan.

4) Kecakapan memecahkan masalah.

c. Kecakapan Sosial yang berisi:

1) Kecakapan berkomunikasi dengan empati.

2) Kecakapan bekerjasama.

3) Kecakapan dasar memimpin.

6. Pengembangan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa terintegrasi pada semua mata pelajaran dan dalam kegiatan pengembangan diri. Fokus dari pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah pengembangan nilai-nilai yang diaplikasikan melalui sikap dan kepribadian dari proses dan hasil kegiatan pembelajaran secara luas.

Arah pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa,pada prinsipnya tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran dan pengembangan diri serta budaya sekolah. Kepala sekolah dan guru perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam kurikulum sekolah.

Indikator nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ada dua jenis yaitu

a. Indikator sekolah dan kelas Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru dan personalia sekolah dalam merencanakan,melaksanakan dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dalam kegiatan sehari-hari ( rutin )

b. Indikator untuk mata pelajaran Indikator Mata Pelajaran menggambarkan prilaku afektif peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu,perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan karakter bangsa bersifat progesif artinya prilaku tersebut berkembang semakin komplek antara satu jenjang kelas dengan jenjang kelas di atasnya bahkan dalam jenjang kelas yang sama.Guru memiliki kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu perilaku harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih komplek.

Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah dan masyarakat. Di kelas dikembangkan melalui berbagai kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru dengan cara terintegrasi. Di sekolah dikembang dengan upaya pengkondisian atau perencanaan sejak awal tahun pelajaran dan dimasukkan ke kalender akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Di masyarakat dikembangkan melalui kegiatan ekstra kurikuler degan melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang menunjukan tempa yang dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan.

Adapun penilaian dilakukan secara terus menerus oleh guru dengan mengacu pada indikator pencapaian nilai- nilai budaya dan karakter melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, model anecdotal record ( catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan ), maupun memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang Adapun penilaian dilakukan secara terus menerus oleh guru dengan mengacu pada indikator pencapaian nilai- nilai budaya dan karakter melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, model anecdotal record ( catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan ), maupun memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang

Dari hasil pengamatan,catatan anecdotal record,tugas, laporan,guru dapat memberi kesimpulan/pertimbangan yang dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut :

1) BT : Belum Terlihat (Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda –tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator)

2) MT : Mulai Terlihat ( Apabila peserta didik mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)

3) MB : Mulai Berkembang ( Apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)

4) MM : Mulai Membudaya ( Apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten )

Program pendidikan karakter secara dokumen diintegrasikan ke dalam kurikulum mulai dari visi, misi, tujuan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pendidikan karakter melibatkan seluruh warga sekolah, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar.