Instrumen Hukum Perlindungan Hak Asasi Manusia

Universitas Sumatera Utara negara dimana hukum HAM internasional salah satunya berusaha untuk membebankan hukuman terhadap pelanggaran HAM dalam negeri, yang pada hakekatnya menjadi yuridiksi domestik, namun karena alasan khusus hukum HAM internasional dapat ambil bagian dalam yuridiksi domestik suatu negara. 69

B. Instrumen Hukum Perlindungan Hak Asasi Manusia

Benih-benih sistem HAM internasional ditanam di Konferensi Perdamaian Den Haag 1899, dimana mekanisme dasar untuk melindungi manusia melalui perjanjian internasional pertama kali dibahas pada Konferensi Den Haag. 70 Pada perkembangannya, telah banyak lahir instrumen HAM, baik di tingkat uiversal maupun regional. Setiap negara dapat menjadi pihak dalam instrumen di tingkat universal sedangkan instrumen di tingkat regional hanya untuk negara-negara yang secara geografis terletak di wilayah instrumen tersebut. 71 Berikut adalah beberapa instrumen HAM di tingkat universal: 1. Charter of the United Nations 1945 72 tujuan PBB salah satunya berdasarkan piagam tersebut adalah untuk mencapai kerjasama internasional dalam mengembangkan dan meningkatkan penghormatan terhadap HAM. Piagam PBB hanya memberikan rekomendasi, dukungan, dan dorongan tanpa memberikan 69 Matthew Happold. 2012. International Humanitarian Law and Human Rights Law. Resea rch Handbook on International Conflict and Security Law , halaman 2 70 Roger Normand dan Sarah Zaidi. Op.Cit., halaman 35 71 Fadillah Agus. Op.Cit., halaman 89-90 72 Ian Brownlie. 1993. Dokumen-Dokumen Pokok Mengenai Hak Asasi Manusia . Jakarta: UI Press, halaman 3-17 Universitas Sumatera Utara kewajiban yang mengikat bagi negara peserta dan juga tidak memberikan definisi atas HAM. 73 2. Universal Declaration of Human Rights 1948 74 Deklarasi yang dirancang untuk menjadi sebuah International Bill of Rights walaupun deklarasi tersebut hanya sebuah manifesto berisi pernyataan tentang cita-cita dan tidak memuat ketentuan yang bersifat memaksa, namun deklarasi tersebut adalah sebuah pelopor atas rumusan HAM dan pedoman bagi instrumen HAM selanjutnya. 75 Deklarasi tersebut berlaku bagi semua bangsa dan pemerintahan negara masing-masing, dimana deklarasi mengandung 2 makna. Pertama, komitmen untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan antar negara dan bangsa. Kedua, berupa kriteria objektif dalam menilai setiap kebijakan pemerintahan. 76 Bagi negara-negara anggota PBB, deklarasi tersebut sifatnya mengikat sehingga setiap pelanggaran dan penyimpangan terhadap isi deklarasi menjadi masalah bagi masyarakat internasional yang membuat masyarakat internasional berhak untuk mempersoalkannya ke Komisi Tinggi HAM PBB atau lembaga HAM lainnya yang dapat menghasilkan sanksi internasional. Hakekat universalitas HAM sesungguhnya dalam deklarasi tersebut adalah standar nilai kemanusiaan bagi siapapun, tanpa terkecuali. 73 Starke. Op.Cit., halaman 481 74 Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 137-144 75 Starke. Op.Cit., halaman 482 76 M. Afif Hasbullah. Op.Cit., halaman 36 Universitas Sumatera Utara 3. Convention on the Protection and Punishment of the Crime of Genocide 1948 77 Konvensi ini merupakan jawaban terhadap kekejaman yang terjadi selama Perang Dunia II sehingga para pelaku dapat diadili. Konvensi tersebut menjadi perjanjian HAM pertama yang sebagian besar menyangkut tentang cara negara memperlakukan warga negaranya. 78 4. Convention Relating to the Status of Refugees 1951 79 Konvensi ini menjelaskan hak dan kewajiban para pengungsi, terutama hak untuk tidak dipaksa kembali ke tempat asal, memuat ketentuan-ketentuan untuk mengatur berbagai aspek kehidupan pengungsi sehari-hari termasuk pekerjaan, pendidikan, dan jaminan sosial. 80 5. International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination 1966 81 Bahwa perlindungan terhadap diskriminasi dan perjuangan melawan diskriminasi rasial adalah salah satu inti kegiatan HAM PBB. Konvensi tersebut tidak hanya melarang diskriminasi rasial dalam bentuk sempit tetapi juga melarang diskriminasi berdasarkan warna kulit, etnis, atau kebangsaan yang tujuan atau pengaruhnya adalah untuk menghalangi orang untuk menikmati HAM, termasuk larangan terhadap segala bentuk pemisahan dalam masyarakat. 82 77 Ian Brownlie. Op.Cit., halaman 39-44 78 Matthew Happold. Op.Cit., halaman 3 79 Ian Brownlie. Op.Cit., halaman 66-88 80 Boer Mauna. Op.Cit., halaman 683 81 Ian Brownlie. Op.Cit., halaman 198-215 82 Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 89-91 Universitas Sumatera Utara 6. International Convenant on Civil and Political Rights 1966 dan International Convenant on Economic, Social, and Cultural Rights 1966 83 Konvenan-konvenan tersebut dibuat untuk menyempurnakan rencana International Bill of Rights sebelumnya, dengan kata lain melengkapi Universal Declaration of Human Rights 1948, dimana dua kovenan tersebut bersifat mengikat untuk menghormati HAM, meliputi hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dua kovenan tersebut memuat HAM yang berbeda namun juga memuat ketentuan umum, misal hak menentukan nasib sendiri dan larangan diskriminasi. 84 7. Proclamation of Teheran 1968 85 Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang HAM di Teheran yang menyatakan antara lain bahwa semua anggota masyarakat harus memenuhi kewajibannya untuk meningkatkan kesadaran atas HAM, mematuhi asas non-diskriminasi, menentang kolonialisme, memaksimalkan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antar negara sehingga tidak menghalangi perwujudan HAM, dan pendidikan bagi seluruh manusia untuk mencapai tujuan. 8. Declaration on the Protection of All Persons from Being Subjected to Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment 1975 86 Sebuah deklarasi yang berdasarkan oleh konsensus yang pada prinsipnya berisikan larangan penyiksaan sesuai dengan Piagam PBB dan 83 Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 144-175 84 Starke. Op.Cit., halaman 486 85 Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 318-322 86 Ian Brownlie. Op.Cit., halaman 45-49 Universitas Sumatera Utara Deklarasi Universal HAM. Komisi Tinggi HAM PBB menunjuk Special Rapporteur terhadap yang berkaitan dengan penyiksaan, dengan mandat untuk mencari dan menerima informasi yang kredibel dari pemerintah serta badan-badan khusus, IGO, dan LSM dan merespon secara efektif terhadap informasi yang berkaitan dengan penyiksaan. 87 Deklarasi tersebut menjadi dasar bagi konvensi tentang penyiksaan. 9. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1979 88 Konvensi tersebut menentukan larangan terhadap segala pembedaan, pengucilan, atau pembatasan berdasarkan jenis kelamin yang mempunyai tujuan dan pengaruh untuk menghalangi atau meniadakan pengakuan, dinikmati, dan pelaksanaan HAM bagi perempuan. Konvensi tersebut menetapkan adanya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sehingga menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan dalam hal politik, ekonomi, sosial, hukum, dan lainnya serta larangan tindakan tidak manusiawi terhadap perempuan. 89 10. Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment 1984 90 Konvensi tersebut mengkategorikan penyiksaan sebagai kejahatan internasional dan meminta negara-negara untuk bertanggung jawab untuk mencegah penyiksaan dan menghukum para pelaku penyiksaan. 91 Konvensi tersebut dibuat karena dalam menghadapi tindakan penyiksaan 87 Lyal S. Sunga. Op.Cit., halaman 82-83 88 Ian Brownlie. Op.Cit., halaman 126-143 89 Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 92 90 Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 209-224 91 Boer Mauna. Op.Cit., halaman 684 Universitas Sumatera Utara yang secara sistematis terjadi di hampir seluruh dunia tidak cukup hanya berupa deklarasi larangan penyiksaan saja dimana tujuan yang paling penting dari konvensi adalah memberi hukumanan bagi pelaku penyiksaan, mewajibkan negara untuk mencegah penyiksaan, dan melarang legalisasi segala tindakan penyiksaan. 92 11. Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power 1985 93 Adalah sebuah deklarasi terhadap para korban agar para korban memiliki kesempatan untuk memperoleh keadilan dan perlakuan yang adil, penghormatan atas martabatnya, dan mendapat ganti rugi yang layak, baik restitusi, kompensasi, rehabilitasi, atau bantuan lainnya. 12. Convention on the Rights of Child 1989 94 Konvensi tersebut menegaskan hak anak untuk mendapat pengakuan dari lingkungan mereka, pengakuan atas kemampuan anak, perlindungan serta fasilitas untuk menunjang kesehatan, pendidikan, partisipasi, kehidupan anak yang normal, dan juga larangan untuk melakukan ekploitasi, kekerasan, dan kejahatan terhadap anak. 95 13. Vienna Declaration and Programme of Action 1993 96 Dihasilkan berdasarkan Konferensi Dunia tentang HAM di Wina yang mengakhiri perbedaan HAM antara Blok Timur dan Blok Barat sehingga dapat merangkum seluruh visi global HAM. Deklarasi dan Program Aksi tersebut memuat banyak hal terkait HAM yang diantaranya 92 Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 94-96 93 Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 515-518 94 Ian Brownlie. Op.Cit., halaman 144-147 95 Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 97 96 Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 288-318 Universitas Sumatera Utara adalah memperkuat kerjasama internasional dalam pelaksanaan di bidang HAM, penegasan terhadap universalitas HAM, dan perumusan tindakan- tindakan efektif dalam mencapai pemajuan dan perlindungan HAM, serta hal lainnya terkait isu HAM global. Selain instrumen HAM di tingkat universal, juga terdapat instrumen HAM di tingkat regional yang berlaku hanya bagi negara di region tertentu. Berikut adalah beberapa instrumen HAM di tingkat regional: 1. Benua Eropa Dewan Eropa didirikan pada tahun 1948 dan dalam kerangka Dewan Eropa berkembang cepat upaya-upaya pemajuan dan pengembangan HAM, sesuai dengan pasal 3 Statuta Dewan Eropa dimana negara-negara anggota mengakui prinsip supremasi hukum dan prinsip bahwa setiap orang dalam yuridiksinya menikmati HAM dan kebebasan pokok. Berikut adalah beberapa instrumen HAM di Benua Eropa: a. Konvensi Negara-Negara Eropa Mengenai Hak Asasi Manusia 1950 97 , adalah usaha pertama negara-negara Eropa dalam memberikan bobot hukum secara khusus pada HAM dalam perjanjian internasional dan menggabungkannya dengan membentuk sistem pelaksanaan dan pengawasan terhadap ketentuan yang dimuat dalam konvensi. b. Piagam Sosial Negara-Negara Eropa 1961 98 , dimaksudkan untuk menjadi pelengkap Konvensi HAM Eropa. Piagam ini bertujuan 97 Ian Brownlie. Op.Cit., halaman 314-333 98 Ibid ., halaman 395-421 Universitas Sumatera Utara untuk mengembangkan dan melindungi hak sosial dan ekonomi, sedangkan Konvensi HAM Eropa hanya hak politik dan sipil. c. Akta Final Konferensi Helsinki 1975 99 , Akta ini adalah deklarasi yang berisikan asas-asas yang meliputi penghormatan terhadap HAM dan kebebasan mendasar, termasuk kebebasan berpendapat, keyakinan, dan Agama, mengandung komitmen untuk bertindak sesuai dengan kewajiban yang ada dalam bidang HAM, dan hal-hal yang berhubungan dengan keamanan di Eropa. Akta ini bukanlah perjanjian dan tidak mengikat. 2. Benua Amerika Di negara-negara Benua Amerika, perlindungan dan pemajuan HAM juga menduduki tempat yang pentng dimana sistem pemajuan HAM di Benua Amerika tidak banyak berbeda dengan sistem HAM di Benua Eropa. Namun, berbeda dengan Benua Eropa, di Benua Amerika terdapat ketimpangan kondisi sosial dan ekonomi antar negara yang mempengaruhi sistem HAM. Berikut adalah beberapa instrumen HAM di Benua Amerika: a. Deklarasi Amerika Mengenai Hak dan Kewajiban Manusia 1948 100 , ditetapkan dalam Akta Keputusan Konferensi Internasional kesembilan Negara-Negara Amerika di Bogota. Deklarasi ini didasarkan pada revisi sebuah konsep yang pertama kali disiapkan pada 1946 oleh Komisi Yuridis Antar Negara-Negara Amerika. Deklarasi ini tidak mengikat dan hanya sebuah rekomendasi dari Konferensi. 99 Ibid ., halaman 422-502 100 Ibid ., halaman 505-513 Universitas Sumatera Utara b. Deklarasi Punta Del Este 1961 101 , deklarasi ini adalah bentuk usaha dari negara-negara republik di Amerika untuk menciptakan program regional mengenai pembangunan sosial yang akan menyaingi paham Sosialis. Oleh karena itu dibentuk Persekutuan untuk Kemajuan Alliance for Progress . Deklarasi tersebut adalah dokumen yang penting karena menerima adanya asas hubungan antara kebebasan dan jaminan ekonomi serta sosial. c. Konvensi Amerika Mengenai Hak-Hak Asasi Manusia 1969 102 , adalah sebuah puncak perhatian negara-negara Amerika dalam HAM dalam bentuk Konferensi Khusus Antarnegara Amerika mengenai Hak-Hak Asasi Manusia yang diadakan di San Jose, Costa Rica, yang kemudian melahirkan konvensi HAM Amerika. Konvensi tersebut dilengkapi dengan Komisi dan Mahkamah dalam hal pelaksanaan dan pengawasan ketentuan konvensi. 3. Benua Afrika Di Benua Afrika, pengembangan dan perlindungan HAM mengalami hambatan. Hal ini dikarenakan karena beberapa faktor yaitu, kemiskinan, keterbelakangan, kolonialisme, rezim-rezim diktaktor, dan beragam konflik yang berkepanjangan yang membuat tidak adanya kesepahaman HAM antar negara Afrika. Namun, berkat kesadaran para pemimpin Afrika terhadap HAM, berakhirnya kolonialisme,dan atas 101 Ibid ., halaman 514-517 102 Ibid ., halaman 518-551 Universitas Sumatera Utara bantuan serta dorongan dari negara-negara di luar Benua Afrika, terutama negara-negara Eropa, berbagai upaya telah dilakukan untuk memajukan HAM sekaligus pembangunan ekonomi dan sosial di Afrika. Salah satu hasilnya adalah Perjanjian Afrika Terhadap Hak Manusia dan Rakyat 1981 atau lebih dikenal sebagai Piagam Banjul, berisikan hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dimiliki individu serta sejumlah hak kolektif seperti hak kesetaraan, hak menentukan nasib sendiri, hak menguasai sumber daya, pembangunan, perdamaian, dan lingkungan yang nyaman, yang dengan kata lain hak solidaritas. Piagam tersebut juga memasukkan sejumlah kewajiban individu terhadap masyarakat serta nilai-nilai Afrika seperti solidaritas dan rasa hormat terhadap keluarga serta masyarakat lainnyakaum, suku, atau etnis, kewajiban bekerja, membayar pajak, memelihara dan memperkuat nilai budaya positif Afrika dalam hubungannya dengan anggota masyarakat lainnya dalam semangat toleransi, dialog, dan konsultasi. 103 4. Benua Asia Kawasan ini paling tertinggal dalam membentuk pengaturan regional di bidang HAM. Hal ini dikarenakan Benua Asia memiliki populasi paling banyak dengan tingkat keanekaragaman manusia yang lebih besar, dimana terdapat perbedaan pandangan dan ideologi terhadap HAM. Selain itu, masyarakat di Benua Asia masih memegang teguh adat istiadat, kepercayaan, dan keyakinan yang dianggap cukup untuk menjadi pelindung HAM sehingga tidak perlu lagi dibuat instrumen HAM regional. 103 Manferd Nowad. Op.Cit., halaman 219-220 Universitas Sumatera Utara Namun, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan untuk membentuknya melalui pertemuan negara-negara Asia dalam sejumlah Lokakarya dan Seminar. Salah satunya pada 1993, di Jakarta diselenggarakan Lokakarya Regional Wilayah Asia Pasifik dan menghasilkan Concluding Remarks yang menekankan bahwa pengaturan regional HAM di Asia Pasifik memang diperlukan, hanya saja proses pembentukannya secara bertahap. 104 Di ASEAN terdapat Rencana aksi Hanoi Plan of Action Hanoi , dimana para pemimpin ASEAN berkomitmen untuk meningkatkan pertukaran informasi tentang HAM dalam rangka mempromosikan dan melindungi HAM dan kebebasan fudamental. Pada perkembangannya, kontur HAM berubah untuk mencerminkan urgensi moral dari kondisi manusia, seperti fokus kembali atas keprihatinan HAM dari negara, masyarakat, atau individu yang ditentukan oleh instrumen hukum dan prosedur pemerintah, yang tidak dimaksudkan untuk menghilangkan upaya sebelumnya namun untuk mengembangkan upaya yang lebih lanjut terkait HAM. 105 Hal paling penting dalam perlindungan dan perkembangan HAM adalah kemauan negara, dalam hal ini pemerintah serta masyarakat untuk melakukan segala upaya untuk memperjuangkan HAM, termasuk kemauan untuk mematuhi ketentuan yang dimuat dalam instrumen HAM. Namun, tetap saja ada penyimpangan terhadap ketentuan instrumen HAM, baik yang dilakukan oleh negara maupun individu. Salah satu yang terkenal adalah tindakan AS yang tidak menerima pendapat Komisi Inter-Amerika tentang Hak Asasi Manusia dimana AS 104 Boer Mauna. Op.Cit., halaman 691 105 Richard Falk. 2009. Achieving Human Rights. New York: Routledge, halaman 1 Universitas Sumatera Utara menolak ketentuan Deklarasi Amerika tentang Hak dan Kewajiban Manusia diterapkan untuk kegiatan di Teluk Guantanamo. 106

C. Pengaturan Terkait Hak Asasi Manusia Terhadap Tahanan

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Oleh Israel Terhadap Warga Sipil Palestina Ditinjau Dari Hukum Internasional

6 79 100

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

1 56 108

TINDAKAN HUKUM TERHADAP TERDUGA TERORIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, HUKUM POSITIF, DAN HAK ASASI MANUSIA Tindakan Hukum Terhadap Terduga Teroris Dalam Perspektif Hukum Islam, Hukum Positif, dan Hak Asasi Manusia.

0 1 17

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 11

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 1

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 22

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 1 4

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM KONF

0 0 6

HUKUM HAK ASASI MANUSIA PELANGGARAN HAK

0 0 33

BAB II PENGATURAN HAK ASASI MANUSIA DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Dan Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Dunia a. Sejarah Hak Asasi Manusia - Perlindungan Terhadap Korban Hak Asasi Manusia (Ham) Berat Di Korea Utara Menurut Hukum Internasional

0 0 35