Kebijakan dan Target Penerimaan Negara Bukan Pajak
3.1.2 Kebijakan dan Target Penerimaan Negara Bukan Pajak
3.1.2.1 Pokok-Pokok Perubahan Kebijakan PNBP
Realisasi PNBP khususnya SDA migas sangat dipengaruhi oleh perkembangan asumsi ekonomi makro terutama harga minyak mentah Indonesia (ICP), nilai tukar rupiah, lifting minyak dan gas. Penerimaan SDA migas yang memberikan kontribusi paling besar terhadap PNBP diperkirakan mengalami penurunan yang signifikan sejalan dengan penurunan harga ICP yang berlanjut sampai dengan awal tahun 2016.
Dalam APBNP tahun 2016, harga ICP diasumsikan sebesar US$40 per barel, lebih rendah dibandingkan dengan APBN tahun 2016. Dalam beberapa bulan terakhir ini, harga ICP memperlihatkan tren penurunan yang cukup signifikan seiring dengan tren harga minyak utama dunia, WTI dan Brent. Harga ICP pada bulan Januari 2016 sebesar US$27,49 per barel, WTI sebesar US$31,78 per barel, dan Brent sebesar US$31,98 per barel. Selain itu, dari sisi produksi migas juga mengalami penurunan dari target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2016. Dengan memerhatikan perkembangan tersebut, maka dalam tahun 2016 rata-rata harga ICP diperkirakan hanya sebesar US$35 per barel. Sementara itu, lifting masing-masing diperkirakan sebesar 820 ribu bph dan 1.115 ribu barel setara minyak bumi.
Ditengah perkembangan harga minyak dunia yang belum membaik, Pemerintah dalam APBNP tahun 2016 akan berupaya untuk mengoptimalkan PNBP SDA migas melalui berbagai langkah, antara lain dengan menahan turunnya lifting migas dan melakukan efisiensi cost recovery.
Pada tahun 2016, berbagai upaya juga dilakukan Pemerintah untuk mengoptimalkan sumber PNBP selain SDA migas. Di sisi penerimaan SDA nonmigas, upaya dan kebijakan Pemerintah antara lain akan difokuskan pada optimalisasi penerimaan royalti (iuran produksi) dari pertambangan mineral dan batubara, mempercepat proses penyelesaian piutang iuran tetap, iuran produksi/royalti, dan dana hasil penjualan batubara (DHPB) yang belum terselesaikan, pengenaan tarif iuran produksi/royalti mineral bukan logam, dan pengawasan produksi.
Nota Keuangan dan APBN Perubahan Tahun 2016 II.3-11
Bab 3: Perubahan Kebijakan dan Target Pendapatan Negara Bagian II
dan Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah
Sementara itu, optimalisasi PNBP Lainnya akan terus diupayakan untuk meningkat, antara lain melalui berbagai program dan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber PNBP yang dikelola oleh kementerian negara/lembaga (K/L). Penyempurnaan berbagai peraturan seperti revisi Undang-undang PNBP dan Peraturan Pemerintah terkait tarif PNBP juga diharapkan dapat mendorong semakin optimalnya PNBP dalam APBNP tahun 2016.
3.1.2.2 Target Penerimaan Negara Bukan Pajak
Dalam APBNP tahun 2016, PNBP diperkirakan sebesar Rp245.083,6 miliar atau turun 10,5 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2016. Penurunan target PNBP tersebut terutama disebabkan oleh turunnya penerimaan dari sisi SDA migas yang sangat dipengaruhi oleh turunnya asumsi ICP dalam APBNP tahun 2016. PNBP tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel II.3.7.
TABEL II.3.7 PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK, TAHUN 2015-2016
(dalam miliar rupiah)
LKPP Unaudited
APBN
APBNP % thd APBN
1 2 3 4 5 = 4/3 A. Pendapatan Penerimaan Sumber Daya Alam
1. Pendapatan Minyak dan Gas Bumi
68.688,1 87,4 a. Pendapatan Minyak Bumi
51.328,1 85,1 b. Pendapatan Gas Bumi
17.360,0 94,7 2. Pendapatan Non-Minyak dan Gas Bumi
21.836,3 47,2 a. Pendapatan Pertambangan umum
16.539,9 40,5 b. Pendapatan Kehutanan
3.972,7 98,6 c. Pendapatan Perikanan
693,0 100,0 d. Pendapatan Panas Bumi
B. Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
34.164,0 100,0 C. PNBP Lainnya
84.123,9 105,9 D. Pendapatan BLU
Sumber: Kementerian Keuangan
Penerimaan SDA dalam APBNP tahun 2016 direncanakan sebesar Rp90.524,4 miliar, lebih rendah Rp34.369,5 miliar atau turun 27,5 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2016 sebesar Rp124.894,0 miliar. Penurunan harga ICP dan asumsi lifting minyak dalam APBNP tahun 2016 menjadi faktor utama penyebab turunnya penerimaan SDA tersebut. Penerimaan SDA migas dalam APBNP tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp68.688,1 miliar, lebih rendah Rp9.929,3 miliar atau turun 7,9 persen dari target dalam APBN tahun 2016. Selain itu, penerimaan SDA Nonmigas dalam APBNP tahun 2016 diperkirakan sebesar Rp21.836,3 miliar atau lebih rendah 52,8 persen dari target dalam APBN tahun 2016. Turunnya penerimaan SDA Nonmigas disebabkan karena menurunnya penerimaan dari pertambangan mineral dan batubara sebesar Rp24.280,3 miliar atau 59,5 persen dari target dalam APBN tahun 2016. Faktor yang memengaruhi penurunan penerimaan SDA Nonmigas dari pertambangan mineral dan batubara tersebut terutama karena penurunan asumsi harga batubara acuan yang digunakan dan penurunan harga komoditas mineral lainnya. PNBP SDA tahun 2015-2016 dapat dilihat pada Grafik II.3.7.
Selanjutnya, target pendapatan bagian laba BUMN direncanakan tetap seperti target pada APBN tahun 2016 yaitu sebesar Rp34.164,0 miliar. Peran BUMN akan didorong sebagai agent of
II.3-12 Nota Keuangan dan APBN Perubahan Tahun 2016
Bab 3: Perubahan Kebijakan dan Target Pendapatan Negara dan Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah
Bagian II
GRAFIK II.3.7 PENDAPATAN PNBP SDA, TAHUN 2015-2016
(triliun rupiah)
LKPP Audited
APBN
APBNP
ICP (US$/barel) 49 50 40 Lifting Minyak (MBOPD)
830 820 Lifting Gas (MPOEPD)
Sumber: Kementerian Keuangan
development dalam rangka mendukung agenda prioritas (Nawacita) terutama dalam bidang kedaulatan energi, kedaulatan pangan, pembangunan infrastruktur, dan maritim. Untuk itu, Pemerintah menerapkan kebijakan payout ratio yang tepat untuk mendukung penguatan permodalan BUMN dalam peningkatan kapasitas, terutama untuk investasi capital expenditure. Pendapatan bagian laba BUMN tahun 2015—2016 dapat dilihat pada Grafik II.3.8.
GRAFIK II.3.8 PENDAPATAN BAGIAN LABA BUMN, TAHUN 2015-2016
(triliun rupiah)
Sumber: Kementerian Keuangan
Nota Keuangan dan APBN Perubahan Tahun 2016 II.3-13
Bab 3: Perubahan Kebijakan dan Target Pendapatan Negara Bagian II
dan Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah
PNBP Lainnya dalam APBNP tahun 2016 ditargetkan mencapai Rp84.123,9 miliar, lebih tinggi sebesar Rp4.699,4 miliar atau 5,9 persen dibandingkan dengan targetnya dalam APBN tahun 2016. Peningkatan tersebut antara lain berasal dari peningkatan penjualan hasil tambang sebesar Rp6.116,8 miliar atau 82,1 persen dari targetnya dalam APBN tahun 2016. Disamping itu, peningkatan tersebut juga didorong oleh adanya perbaikan administrasi pengelolaan PNBP, peningkatan pelayanan, serta penyesuaian tentang tarif PNBP yang berlaku pada beberapa K/L. Walaupun demikian, terdapat penurunan PNBP Lainnya antara lain berasal dari penurunan DMO sebesar Rp2.274,4 miliar atau 27,4 persen yang disebabkan oleh rendahnya harga komoditas. Pendapatan PNBP Lainnya tahun 2015—2016 dapat dilihat pada Grafik II.3.9.
GRAFIK II.3.9 PENDAPATAN PNBP LAINNYA, TAHUN 2015-2016
(triliun rupiah)
Sumber: Kementerian Keuangan
Sementara itu, dilihat dari target PNBP Lainnya yang berasal dari 10 (sepuluh) K/L terbesar, target PNBP pada Kementerian Pertahanan dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN mengalami peningkatan. Dalam APBNP tahun 2016, PNBP Kementerian Pertahanan meningkat sebesar Rp300,0 miliar, dan PNBP Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN meningkat sebesar Rp4,3 miliar. Sedangkan PNBP Lainnya Polri menurun menjadi Rp6.198,2 miliar. PNBP Lainnya yang berasal dari 10 (sepuluh) K/L terbesar tahun 2015—2016 dapat dilihat pada Tabel II.3.8.
TABEL II.3.8
PENDAPATAN PNBP LAINNYA (10 K/L TERBESAR), TAHUN 2015-2016
(dalam miliar rupiah)
2016 No.
Kementerian/Lembaga
APBNP APBNP
1 2 3 4 5=4/3 1 Kementerian Komunikasi dan Informatika
14.659,9 14.000,0 14.000,0 100,0 2 Kementerian Perhubungan
3.795,4 9.098,7 8.866,5 97,4 3 Kepolisian Republik Indonesia
3.776,8 8.062,6 6.198,2 77,9 4 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
4.228,6 3.605,5 3.605,5 100,0 5 Kementerian Pertahanan
3.257,3 3.557,3 109,2 6 Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi
1.759,0 3.226,9 2.986,8 100,0 7 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN
2.099,5 2.300,0 2.304,3 100,2 8 Kementerian Agama
1.222,2 1.653,9 1.653,9 100,0 9 Kementerian Ketenagakerjaan
685,0 100,0 10 Kementerian Kesehatan
527,3 100,0 Sumber: Kementerian Keuangan
II.3-14 Nota Keuangan dan APBN Perubahan Tahun 2016
Bab 3: Perubahan Kebijakan dan Target Pendapatan Negara dan Proyeksi Pendapatan Negara Jangka Menengah
Bagian II
Dalam APBNP tahun 2016, penerimaan BLU diperkirakan mengalami perubahan, yaitu meningkat sebesar Rp911,3 miliar atau naik 2,6 persen dari target APBN tahun 2016. Peningkatan penerimaan BLU tersebut berasal dari satker PNBP yang berubah menjadi satker BLU, terutama di Kementerian Perhubungan yang membuat pendapatan BLU meningkat sebesar Rp512,6 miliar atau 127,7 persen, dan pada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang meningkat sebesar Rp240,1 miliar atau 3,5 persen. Pendapatan BLU tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel II.3.9.
TABEL II.3.9 PENDAPATAN BLU, TAHUN 2015-2016
(dalam miliar rupiah)
2016 No.
Akun Pendapatan
LKPP Audited
APBN
APBNP % thd APBNP
1 2 3 4 5=4/3 1 Pend. Jasa Pelayanan Rumah Sakit
10.214,5 9.842,4 10.001,0 100,0 2 Pend. Dana Perkebunan Kelapa Sawit
6.902,2 9.541,5 9.514,4 100,0 3 Pend. Jasa Pelayanan Pendidikan
7.890,3 6.870,1 7.622,8 111,0 4 Pend. Jasa Penyelenggaraan Telekomunikasi
2.150,4 2.298,8 2.298,9 100,0 5 Pend. Jasa Layanan Perbankan BLU
1.966,7 1.117,6 1.117,6 100,0 6 Pend. Pengelolaan Kawasan Otorita
834,9 834,9 100,0 7 Pend. Program Dana Bergulir Sektoral
765,4 765,4 100,0 8 Pend. Investasi
696,5 696,5 100,0 9 Pend. Hasil Kerja Sama Lembaga/Badan Usaha
660,6 660,6 100,0 10 Pend. Lainnya
35.184,3 35.359,9 36.271,2 102,5 Sumber: Kementerian Keuangan
Jumlah