Hasil Penelitian
3. Perkara Nomor 100Pid.B2015PN.Slt, terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman
Perkara Nomor 100Pid.B2015PN.Slt, atas nama Terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman, umur 28 tahun, jenis kelamin laki – laki, kebangsaan Indonesia, yang bertempat tinggal di Jl. Tirtomoyo No. 37 Rt 04 Rw 01 B Kec. Bandungan Kab. Semarang, agama Islam, pekerjaan Swasta, atas dakwaannya terjerat pidana dalam pasal 480 ayat (1) KUHP yakni: “barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah, atau menarik keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu benda, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa diperoleh dari kejahatan penadahan.”
Bahwa sebelumnya pada hari Sabtu, tanggal 24 Januari 2015 sekitar pukul
02.30 di depan rumah yang terletak di Gg. Jerukan Rt 11 Rw 02 Kalioso kel. Kutowinangun Kec. Tingkir Kota Salatiga, telah terjadi tindak pidana pencurian sepeda motor yang dilakukan oleh Saksi Abdurrohim Dwi Cahya (dalam berkas terpisah). Motor yang dicuri yakni Yamaha Vega tahun 2007 dengan Nomor Polisi
H-2938-QB warna hitam. Yang kemudian oleh Saksi Abdurrohim Dwi Cahya hasil motor curian tersebut diambil kerangka motornya dan di titipkan di rumah Saksi Andhika Fendi Yohanes untuk dijual dan rangka tersebut berhasil di beli oleh sdr TOLE (DPO).
Dalam perkara tersebut terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman sekitar bulan Februari Tahun 2015 sekira pada jam 18.30 WIB atau setidak – tidaknya pada tahun lain dalam tahun 2015 telah membeli rangka sepeda motor hasil curian sebesar Rp 200.000,- dari sdr TOLE (DPO) di Lopait Rawa Permai Tuntang Kabupaten Semarang dalam rangka untuk memenuhi pesanan rangka dari Saksi Hendri Susilo yang meminta untuk dirakitkan menjadi motor trail yang dalam perkara tersebut Terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman telah membeli rakitan motor tersebut tanpa dilengkapi dengan surat – surat kepemilikan yang sah.
Bahwa rakitan yang sebelumnya masih berupa rangka oleh Terdakwa dengan sengaja nomor rangka tersebut di hilangkan dengan cara menggerinda. Hasil rakitan motor trail yang dilakukan oleh Terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman memperoleh pendapatan keuntungan sejumlah Rp 200.000,- dari Saksi Hendri Susilo.
Dengan demikian Terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman telah melakukan tindak pidana kejahatan penadahan dan memberikan dakwaan pada Pasal 480 ayat (1) KUHP yakni “barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah, atau menarik keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu benda, yang Dengan demikian Terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman telah melakukan tindak pidana kejahatan penadahan dan memberikan dakwaan pada Pasal 480 ayat (1) KUHP yakni “barang siapa membeli, menyewa, menukar, menerima gadai, menerima hadiah, atau menarik keuntungan, menjual, menyewakan, menukarkan, menggadaikan, mengangkut, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu benda, yang
Berdasarkan Penetapan konseling dengan Nomor 100Pen.Pid2015PN,Slt., yang diperuntukkan bagi terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman dengan maksud bahwa penyimpangan perilaku yang telah dilakukan oleh terdakwa telah melanggar norma - norma hukum pidana dan harus dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas perilaku dan pengendalian diri terdakwa yang bertujuan untuk pemulihan secara amental agar terdakwa dapat kembali melaksanakan fungsi sosialnya di dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penetapan tersebut telah ditetapkan bahwa Sdr..Dra. Siti Zumrotun, M.ag selaku PsikologRohaniawan, yang ditetapkan sebagai konsuler dalam perkara tersebut adalah untuk mendampingi dan memberikan bimbingan terhadap terdakwa dan hasilnya dilaporkan pada majelis hakim. Melalui penetapan ini terdakwa mendapatkan hak – haknya untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan. 42 Serta melalui penetapan ini hakim dapat menggali lebih dalam, memahami nilai – nilai hukum yang ada dan rasa keadilan
yang sebenarnya. 43
42 Lihat Pasal 28 H ayat (2) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. 43 Undang – Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman.
Dalam perkara tersebut memang benar bahwa Terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman telah menerima konseling dalam Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) yang ditawarkan oleh hakim sebelumnya. Akan tetapi yang terjadi adalah Konseling dalam Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) yang ditawarkan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan sebelumnya.
Pada tataran ide proses konseling berdasarkan Surat Penetapan Konseling dilakukan bersamaan dengan proses pemeriksaan persidangan yang setelah proses konseling berakhir, konselor yang telah ditunjuk sebelumnya membuat hasil konseling yang kemudian diberikan kepada hakim secara tertutup dan dibacakan pada saat pembacaan putusan sebagai salah satu bahan pertimbangan jika diperlukan. Fakta yang terjadi adalah Konseling dalam Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) yang telah berjalan sempat berhenti, hal ini dikarenakan terdakwa merasa disalahkan dan dihakimi dalam proses konseling yang dilakukan oleh pihak konselor sehingga terdakwa tidak memahami tujuan dari konseling.
Berdasarkan perkara tersebut hubungan antara Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) dengan perkara yang ada terkait dengan bimbingan atau konseling adalah pihak yang bermasalah yang berhadapan dengan hukum mendapatkan pencerahan melalui pilihan bimbingan atau konseling tersebut. Dengan adanya peradilan pemulihan terpadu (P3T) tersebut memudahkan jalan para pencari keadilan dalam hal penyelesaian konflik dan perkara – perkara yang sedang berlangsung.
Namun untuk menjalankan Program Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) masih jauh dari kata mudah untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan bahwa adanya posisi pelaku selaku pencari keadilan dalam memperoleh keadilan yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan yang dimaksud adalah dalam hal ini adalah keadilan. Keadilan yang harus didapat dan diperoleh oleh pencari keadilan adalah kepastian mengenai hak – haknya dalam memperoleh keadilan yang dalam perkara tersebut ada kekhawatiran para pencari keadilan bahwa hakim akan berat sebelah dalam memutus perkara, serta dalam SK Ketua Pengadilan Negeri Salatiga Nomor W 12-U12152 HK00892015 tentang Pembentukan Team Pengelola Pelayanan Pengadilan Negeri Salatiga bahwa tidak dicantumkan secara jelas mengenai hak – hak tersangkaterdakwa selaku pencari keadilan.