Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
7
2 Pembilang
Jumlah obat dan vaksin yang tersedia
3 Penyebut
Kebutuhan
4 Ukuran
Persentase
5 Contoh Perhitungan
Misal: Pemakaian rata-rata per bulan parasetamol tablet 500 mg tahun 2011 Kabupaten A
100 maka kebutuhan selama tahun 2012 adalah 18 x 100 = 1.800 Pemakaian selama TW I = 300, TW II= 270, TW III = 315 dan TW = IV 350.
Pada akhir TW I, II,III dan IV berturut-turut sisa stok 250, 90, 200 dan 400 a Tingkat ketersedian Parasetamol dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
A = TW I
B = TW II
C = TW III
D = TW IV
b Dengan cara yang sama dihitung persentase–masing item obat dan vaksin, kemudian dihitung persentase rata-rata.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
8
d. Sumber data
1 Laporan Ketersediaan Obat dan Vaksin dari KabKotaProvinsi, yang dikirimkan ke Pusat setiap triwulan
2 Hasil monitoringbimbingan teknis e.
Langkah kegiatan
1 Pengumpulan data kebutuhan, stok terakhir, dan pemakaian rata-rata obat perbulan
di provinsikabupatenkota;
2 Penyusunana rencana kebutuhan obat nasional dengan melibatkan penanggung jawab Program Pusat, Seksi FarmasiSeksi yang bertanggung jawab di bidang
kefarmasian, dan
penanggung jawab
program di
dinas kesehatan
provinsikabupatenkota;
3 Pengadaan obat dan vaksin sesuai dengan perencanaan kebutuhan masing-masing provinsikabupatenkota dan mempertimbangkan sisa stok obat dan vaksin yang
masih dapat dipakai; 4 Evaluasi persentase ketersediaan obat dan vaksin.
Dalam mencapai indikator tersebut di atas, didukung oleh beberapa kegiatan dengan menghasilkan
luaran
sebagai berikut: 1. Meningkatnya ketersediaan Obat Esensial Generik di Sarana Pelayanan Kesehatan
2. Meningkatnya mutu dan keamanan alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga PKRT.
3. Meningkatnya penggunaan obat rasional melalui pelayanan kefarmasian yang berkualitas untuk tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal.
4. Meningkatnya produksi bahan baku dan obat lokal serta mutu sarana produksi dan distribusi kefarmasian.
5. Meningkatnya kualitas produksi dan distribusi kefarmasian. 6. Meningkatnya produksi bahan baku obat dan obat tradisional produksi di dalam negeri.
7. Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
6. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan periode 2010-2014, perencanaan program dan kegiatan secara keseluruhan telah dicantumkan di dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan. Dalam rangka mencapai sasaran hasil program, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengikuti
strategi ”Meningkatkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2012
9
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanankhasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan
”, yaitu dengan menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dilakukan melalui peningkatan akses obat bagi masyarakat luas serta
pemberian dukungan untuk pengembangan industri farmasi di dalam negeri sebagai upaya kemandirian di bidang kefarmasian; penggunaan obat yang rasional dengan pelayanan
kefarmasian yang bermutu; menetapkan Harga Eceran Tertinggi HET, utamanya pada Obat Esensial Generik untuk pengendalian harga obat; meningkatkan pemanfaatan
keanekaragaman hayati untuk mengembangkan industri obat herbal Indonesia; memantapkan kelembagaan dan meningkatkan koordinasi dalam pengawasan terhadap
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan untuk menjamin keamanan, khasiatkemanfaatan dan mutu dalam rangka perlindungan masyarakat dari penggunaan
yang salah dan penyalahgunaan obat.
Fokus:
a. Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau dengan tanpa mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat.
b. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial generik. c. Meningkatkan penggunaan obat rasional.
d. Meningkatkan keamanan, khasiat dan mutu obat, obat tradisional, kosmetika, makanan, alat kesehatan dan PKRT yang beredar.
e. Mengembangkan peraturan dalam upaya harmonisasi standar termasuk dalam mengantisipasi pasar bebas.
f. Meningkatkan kualitas sarana produksi, distribusi dan sarana pelayanan kefarmasian. g. Meningkatkan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
h. Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional Indonesia. i. Meningkatkan penelitian di bidang obat, kemandirian di bidang produksi bahan baku
obat, obat tradisional, kosmetika dan alat kesehatan.
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja diformulasikan dalam penetapan kinerja merupakan pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
rentang waktu satu tahun dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola. Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi,
dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian tujuan dan