PEDOMAN PEMBUATAN ABSTRAK

PEDOMAN PEMBUATAN ABSTRAK

Abstrak yang dibuat harus memuat/mengandung bagian-bagian sebagai berikut:

1. Latar belakang

Membahas tentang latar belakang ilmiah, rasional dari studi yang dilakukan dan kepentingan dilakukannya studi dari sisi kesehatan masyarakat. Abstrak akan dibagikan kepada para partisipan dan moderator maka janganlah berasumsi bahwa semua orang telah memahami topik studi yang dilakukan. Jelaskan mengapa studi yang dilakukan ini penting dan pertanyaan apa yang akan dijawab dengan studi Anda.

 Nyatakanlah secara jelas tentang setting latar belakang studi dan deskripsikanlah tujuan dari studi. Sebagai contoh: -

Suatu KLB penyakit terdeteksi dan suatu studi dibutuhkan untuk merespon satu atau semua hal berikut ini: identifikasi agen penyebab, menentukan alat untuk perkembang-biakan atau transmisi, dan menetapkan langkah- langkah pengendalian yang sesuai;

- Data dari sistem surveillans menunjukkan adanya kebutuhan untuk studi lapangan dan analisis lebih lanjut;

- Suatu survei dilakukan untuk menentukan faktor risiko atau populasi yang terpengaruh oleh masalah kesehatan yang ada (contoh: dengue, hepatitis A, penggunaan tembakau, prevalensi penyakit, akses terhadap intervensi prevensi)

- Perhatian masyarakat politisi atau media mengenai suatu masalah kesehatan yang spesifik. Studi sebelumnya menunjukkan adanya kebutuhan akan investigasi lebih lanjut dari masalah kesehatan.

 Signifikansi dari sisi kesehatan masyarakat biasanya ditentukan oleh kriteria sebagai berikut: -

Keseriusan masalah kesehatan yang terjadi (contoh: angka mortalitas tinggi, angka fatalitas kasus, tahun potensial hidup yang hilang)

- Frekuensi (contoh: angka morditas yang tinggi, angka morbiditas yang tinggi atau angka prevalensi faktor risiko yang tinggi pada populasi yang spesifik)

- Potensi epidemik (contoh: penyakit baru yang tidak diketahui potensi epidemi, diketahui berpotensi tinggi menimbulkan epidemi)

- Kemampuan untuk dapat dicegah (contoh: apakah intervensi efektif tersedia atau apakah program intervensi yang ada dapat diaplikasikan untuk faktor risiko baru atau penyakit baru)

- Penyakit, faktor risiko atau intervensi baru.

2. Metode: Nyatakan secara rasional ilmiah metode yang dilakukan dan deskripsikan metode yang dipilih untuk studi yang dilakukan

 Poin-poin esensial dalam bagian ini meliputi: -

Desain studi (contoh: survei prevalensi, case-control, cohort, analisi dari data surveilans dan studi ekologi)

- Setting studi (contoh: masyarakat, klinik, rumah sakit, pusat kesehatan/balai pengobatan dll)

- Populasi studi dan alat yang dipergunakan untuk seleksi (contoh: populasi target, definisi kasus, strategi pemilihan sampel, kriteria inklusi atau eksklusi)

- Tehnik analisis dan atau intervensi.

3. Hasil: Sajikan penemuan epidemiologi kualitatif dan kuantitatif utama (positif atau negatif) dari studi yang dilakukan yang berhubungan langsung dengan tujuan studi dan kesimpulan. Bagian ini tidak meliputi diskusi dari hasil, kesimpulan maupun rekomendasi.

 Poin-poin esensial dalam bagian ini meliputi: -

Deskripsi (contoh: distribusi variabel yang diteliti berdasarkan waktu, tempat dan orang);

- Pengukuran risiko (contoh: rate)dan pengukuran asosiasi (contoh: odds rasio, risk rasio, dll)

- Tuliskanlah pula confidence interval atau derajat kebermaknaan dari uji statistik yang dilakukan, yang sesuai untuk pengukuran penting tentang adanya asosiasi)

4. Kesimpulan: Diskusikan hasil studi yang dilakukan dan konsistensi dengan penemuan dari hasil studi yang lain. Tunjukkanlah bagaimana kesimpulan tersebut diambil secara langsung dari diskusi atas hasil yang didapatkan dan dasar ilmiah rekomendasi yang dibuat. Jangan menyebutkan ulang data yang telah disebutkan dalam bagian hasil.

 Untuk memperkaya bagian diskusi dari studi yang dilakukan, hal-hal berikut dapat dilakukan: -

Bacalah literatur ilmiah dari topik yang dipilih, dan laporkanlah studi- studi yang mirip dengan studi yang Anda lakukan

- Diskusikanlah hasil studi yang Anda lakukan dengan ahli pada topik yang dipilih

 Laporkanlah aksi

kesehatan masyarakat yang direkomendasikan dari hasil studi Anda dan atau telah diimplementasikan sebagai konsekuensi dari studi yang dilakukan, seperti: -

atau

kegiatan

Inisiasi atau memperkuat pencegahan atau program kegiatan kesehatan masyarakat (contoh: meningkatkan cakupan imunisasi, memperkenalkan vaksin baru, strategi penjangkauan, suplementasi makanan)

- Perubahan dalam prosedur, kebijakan atau peraturan yang terkait dengan kesehatan masyarakat;

- Implementasi dan penguatan sistem surveilans (contoh: peningkatan diseminasi data, perbaikan PPV dari definisi kasus, menyederhanakan prosedur pelaporan, identifikasi populasi risiko tinggi, perbaikan kelengkapan dan ketepatan pengumpulan data berdasarkan are geografis)

 Sorotlah besarnya dampak kesehatan masyarakat dengan melaporkan proses atau indikator outcome: -

jumlah orang yang dijangkau oleh suatu program intervensi;

- jumlah peningkatan sumber daya yang disediakan untuk suatu aktvitas program pencegahan;

- bukti adanya perbaikan fungsi dari sistem surveilans -

Jika mungkin diterapkan, bisa dideskripsikan upaya-upaya inovatif untuk kesehatan masyarakat

5. Format

 Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia, format microsoft word, dengan huruf Times New Roman dengan ukuran 12.

 Panjang abstrak tidak boleh melebihi 2,300 karakter (termasuk spasi) 

Penghitungan karakter termasuk sub judul dari struktur absatrak (Latar belakang, Metode, Hasil, Kesimpulan) namun tidak termasuk judul, daftar penulis, dan informasi dalam heading (identifikasi) atau kata kunci.

Penghitungan kata dapat dilakukan dengan mudah dengan melakukan seleksi dari teks yang akan dihitung kemudian pilihlah perintah ”word count” pada menu ”tools” dalam program word (ALT T + W)

 Grafik atau gambar tidak diijinkan untuk dimuat dalam abstrak.

6. Penulisan

 Judul abstrak: tipe rata kiri, dalam huruf tebal (bold) -

Buatlah judul secara jelas, hindarilah penggunaan sub judul jika memungkinkan;

- Huruf kapital hanya digunakan untuk kata-kata utama. -

Jangan gunakan singkatan atau akronim dalam judul abstrak

 Badan abstrak -

Spasi single untuk teks dalam badan abstrak -

Paragraf: rata kiri -

Struktur abstrak, menggunakan subjudul untuk identifikasi setiap bagian: Latar belakang, Metode, Hasil, Kesimpulan

- Latar belakang memuat: 1) subyek yang diteliti dan 2) latar belakang ilmiah dan rasional dari studi

- Oleh karena abstrak merupakan dokumen kutipan, maka bagian Hasil harus mengandung data. Sebaiknya tidak ada pernyataan seperti berikut ”Data akan didiskusikan”.

 Kata kunci: tulislah 4-6 kata kunci. Daftar dari Medical Subject Heading (MeSH) dari Index Medicus bisa Anda gunakan. (http://www.nlm.nih.gov/mesh/meshhome.html)

7. Pedoman gaya penulisan

 Definisikan semua singkatan pada penggunaan pertama dalam abstrak, seperti keluarga berencana (KB), kecuali untuk pengukuran standar seperti 5 mg/L.

 Gunakan tanda hubung ”-” tanpa menggunakan spasi antar karakter, seperti “providers in the area-physician, nurse …”

 Tulislah dengan kata-kata untuk angka atau jumlah kurang dari 10 kecuali untuk pengukuran standar seperti waktu dosis dan temperatur, seperti dua pasien, empat pasien, untuk ukuran standar tulislah 2 cc dan 09.00 wib.

 Gunakan unit metrik, suhu (0 ฀ C) 

Gunakan standar ”ml”, ”cm”, dll. Pengecualian: gunakan ”L” untuk liter

 Gunakan ”%” dengan pengukuran spesifik, seperti ”2%”, namun gunakan ”persentase” dalam menyatakan kategori atau generalitas, seperti ”persentase ini menunjukkan......”

 Ketika suatu persentase diberikan untuk tambahan suatu numerator dan denominator, persentase harus langsung diikuti numeroator dan ditutup dalam parentesis, seperti ”18 (86%) dari 21 pasien mengalami.......”

 Ketika menyajikan confidence intervals dan confidence coefficient dalam batas atas dan bawah, seperti (95%CI=1.32-13.3)

Contoh abstrak Spatial Analyses of Risk Factors for Lymphatic Filariasis Prevalence in Agam District, Indonesia, 2004-2008

Hutagalung Jontari¹, Soeyoko², Fuad Anis³

1. Field Epidemiology and Training Program (FETP), Gadjah Mada University, Health Department, Agam District, West Sumatera Province, Indonesia 2. Department Parasitology and Entomology Laboratorium, Faculty Medicine, Gadjah Mada University, Indonesia

3. Health Information, Public Health, Faculty Medicine, Gadjah Mada University, Indonesia

Background: Lymphatic filariasis is endemic in Indonesia. In 2004 more than 8.000 people were infected and 6 million resided in disease-endemic areas. In Agam district

91 cases of filariasis were identified in 2007 with micro filaria [Mf] rate= >7,1 percentage. Spatial disease maps are increasingly useful to analyze distribution of cases and to assist risk factor analysis. In this study, we assessed risk factors for filariasis prevalence using mapping and other statistical tools.

Methods: A community case control study comparing 91 cases and 91 non-cases was implementation in September and November 2008. Interviews were conducted with participants and geocoordinates of their households were obtained using GPS, Odds ratios (OR) were calculated to determine risk factors for filariasis in the district. Geo-analyses were performed using spatial epidemiology tools (GeoDa, SaTScan and Excel Discale), where significance of maps produced were calculated using the Poisson distribution.

Results: Spatial analysis found that most cases (51 cases, 51%) were located in one sub- district. with prevalence among persons aged 5-74 years at 0.25 per 1.000 population. A cluster of 15 cases was found in an area with 4-700 meter elevation above sea level which is considered the suitable, relative humidity and temperature for filariasis vector proliferation (OR=2.3, p=0.0060). Residence near palm plantations was associated with filariasis prevalence (OR=11.5, p=0,002, 95%, CI: 3.6-69.8). Not using of mosquito nets was also associated with filariasis (OR=9.0, p=0.023, 95%, CI=1.2-2.4). Similary not using fly- screens was associated with filariasis prevalence (OR=3.9, p=0.02, 95%, CI: 1.5-31.1). these interrelatedness contact with mosquito bites.

Conclusion: Residence near palm plantations was associated with filariasis infection, suggesting, that the community should be informed about filariasis risk and, action needed such as, vector control, active and passive case detection. Local health authorities should also advise communities to use mosquito nets and fly-screens to prevent infection. Geo-spatial analyses were very helful in this study because it helped assess the clustering of cases in one sub-district, other risk areas and the target communities for action in Agam District.

Keywords: Mosquito-borne, lymphatic filariasis, risk factors, mapping, palm plantations