Gbr 3. Lokasi, anatomi, dan cara kerja sinapsis http:kambing.ui.ac.idbebasv12sponsorSponsor-
PendampingPrawedaBiologi008320Bio202-9b.htm
2. 4. Anestesi blok mandibula
Anestesi blok mandibula merupakan anestesi yang paling penting untuk kedokteran gigi. Saraf-saraf yang dilumpuhkan antara lain:
1. Nervus alveolaris inferior
8
2. Nervus mentalis
3. Nervus lingualis
4. Nervus insisivus
Daerah yang teranestesi meliputi: 1.
Gigi mandibula setengah kuadran
8, 9
2. Badan mandibula dan ramus bagian bawah
3. Mukoperiosteum bukal dan membran mukosa di depan foramen mentalis
4. dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah
Universitas Sumatera Utara
5. jaringan lunak lingual dan periosteum
Indikasi penggunaan teknik anestesi ini yaitu: 1.
Diperlukannya daerah anestesi yang luas, misalnya pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan beberapa gigi pada satu kuadran,
8
2. Pada saat diperlukannya anestesi pada jaringan lunak bagian bukal dan juga lingual.
Adapun kontra indikasi penggunaan teknik anestesi ini yaitu adanya inflamasi pada daerah suntikan dan pada pasien yang tidaak kooperatif.
Petunjuk penyuntikan intra oral:
10
a. Krista buksinatoria
11
b. Margo anterior ramus asendens
c. Fosa retro molaris
Gejala bahwa anestesi berhasil adalah bibir N. alveolaris inferior dan lidah sampai ujung N. lingualis pada area penyuntikan terasa kebas. Bila N. alveolaris inferior dan N.
lingulis telah lumpuh, maka pencabutan gigi pada setengah rahang bawah dapat dilakukan tanpa rasa sakit. Namun adakalanya pada ginggiva regio molar masih terasa sakit karena adanya N.
buksinatorius yang menginervasi pipi sampai dengan mukosa regio molar satu dan terkadang sampai molar dua atau molar tiga. Untuk menghilangkan rasa sakit ini biasanya cukup dengan
infiltrasi anestesi mukosa bagian bukal dari gigi yang akan dicabut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Daerah anestesi yang dilumpuhkan
http:www.scribd.comdoc6 61641514-Techniques-of-Mandibular-
Anesthesia 20 Agustus 2009
2.5.Komplikasi Beberapa komplikasi dari anestesi blok pada mandibula adalah:
1. Cedera saraf
a. Sakit selama dan setelah penyuntikan
Tidak diragukan lagi bahwa ada beberapa pasien yang takut terhadap suntikan. Walaupun pada beberapa kasus ketakutan ini hanya merupakan salah satu aspek dari sikap hidup pasien
umumnya dan terhadap perawatan gigi khususnya, sungguh disayangkan bahwa pada beberapa kasus lainnya ketakutan disebabkan karena pengalaman suntikan yang sakit di masa lalu. Dokter
gigi berkewajiban untuk memastikan bahwa metode pengontrolan rasa sakit yang digunakannya benar-benar tidak menimbulkan rasa kurang enak dan bahwa metode tersebut dapat digunakan
senyaman mungkin. Tajamnya jarum merupakan faktor penting dan karena itulah, perlu dipastikan bahwa
dokter gigi hanya menggunakan jarum disposibel berkualitas tinggi yang dipasarkan oleh industri farmasi yang sudah ternama. Bila jaringan tegang dan ujung yang tajam dari jarum
diinsersikan tegak lurus terhadap mukosa, penetrasi dapat terjadi segera. Tindakan lain yang dapat memperkecil rasa tidak enak yaitu menghangatkan larutan dan menyuntikannya perlahan-
lahan.
Universitas Sumatera Utara
Sakit dapat ditimbulkan dari penyuntikan larutan nonisotonik atau larutan yang sudah terkontaminasi. Penggunaan catridge yang tepat akan dapat menghilangkan kemungkinan ini.
Pemberian suntikan blok gigi inferior kadang-kadang menyebabkan pasien mengalami sakit neuralgia yang hebat pada jaringan yang disuplai oleh saraf tersebut. Simtom ini merupakan
indikator bahwa jarum sudah menembus selubung saraf dan harus segera ditarik keluar. Bila dokter gigi tetap bersikeras untuk mendepositkan larutan anestesi pada situasi seperti ini, akan
terjadi gangguan sensasi labial yang berlangsung cukup lama. Digunakannya tekanan yang cukup besar untuk mendepositkan larutan pada jaringan resisten juga akan menimbulkan rasa
sakit, dan karena itu harus dihindari sebisa mungkin. b.
Parestesi
25
Parestesia didefenisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa terbakar dari kulit tanpa adanya stimulus yang jelas.
Parestesi dapat disebabkan oleh trauma, tumor, penyakit jaringan kolagen, infeksi dan penyakit-penyakit idiopatik.
12, 13
2. Sinkope kolaps
Sinkope atau kolaps merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dari penggunaan anestesi lokal di kedokteran gigi. Kolaps merupakan bentuk dari syok neurogenik yang
disebabkan oleh iskeminya jaringan serebral sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah perifer disertai penurunan tekanan darah.
3. Efek toksik
14
Pada umumnya semakin potensialnya suatu anestetikum semakin besar pula memberikan efek toksik. Dosis toksik bagi kebanyakan anestetikum yang digunakan dalam bedah mulut yaitu
berkisar 300-500mg.
15
Universitas Sumatera Utara
4. Trismus
Trismus merupakan hal biasa terjadi pada pasie, dan pasien merasa sulit untuk membuka mulutnya setelah pemberian anestesi blok mandibula. Trismus biasanya disebabkan oleh trauma
tusukan jarum pada serabut otot pterigoideus medial. 5.
Hematoma
16
Biasanya hematoma disebabkan oleh injeksi yang menembus pembuluh arteri dan vena pada saat injeksi blok saraf alveolar inferior atau saraf alveolar posterior superior.
8
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
PARESTESI
3. 1 Defenisi